2. Belajar Mandiri
4. Belajar Mandiri
Universitas Sriwijaya | 1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tugas tutorial
ini dengan baik dan tanpa hambatan.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian
dari pembelajaran yang berbasis Problem Based Learning (PBL) di Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Ella Amalia, M. Kes.
Selaku tutor kelompok kami serta semua pihak yang telah membantu penyusunan
laporan tugas tutorial ini.
Grup 3
Universitas Sriwijaya | 2
Daftar isi
Universitas Sriwijaya | 3
A. Skenario A Blok 6
Ny. Moli, 25 tahun, telah melahirkan putra pertamanya 1 minggu yang lalu secara
normal. Hari ini, Ny. Moli datang kontrol ke dokter umum untuk memantau
kondisi rahimnya setelah melahirkan. Selain itu, Ny. Moli juga merasa cemas
karena produksi air susunya tidak mencukupi dan anaknya sering menangis.
Kekhawatirannya bertambah mengingat ia harus kembali bekerja selama 8 jam
setiap hari setelah 3 bulan masa cuti berakhir. Berat badan Ny. Moli juga belum
banyak berkurang.
Bayi Ny. Moli lahir cukup bulan dan dokter menyatakan saat ini dalam kondisi
sehat.
Pemeriksaan Tanda Vital:
- BB: 65 kg ; TB: 160 cm - Frekuensi nadi: 80 x/menit
- Kesadaran: Compos mentis - Temperatur axilla : 36,5⁰C
- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Frekuensi Napas: 20 x/menit
Pemeriksaan khusus:
- Kepala :
Mata: konjungtiva tak anemis
- Thoraks :
Paru dalam batas normal
Jantung dalam batas normal
Payudara tanpak tegang dan membesar, areola melebar dan berwarna
kehitaman, tampak asi keluar dari papilla mammae ketika areola
dipencet
- Abdomen : tampak cembung, lemas, nyeri tekan tidak ada, bising usus
normal, fundus uteri teraba 2 jari di atas simfisis pubis
- Pemeriksaan genitalia eksterna : tampak luka pada perineum baik (+),
hiperemis (-), lokia (+) rubra
- Ekstremitas : edema tungkai (-)
Dokter menyimpulkan bahwa Ny. Moli mengalami proses involusi uterus yang
normal dan laktasi normal dan dokter memberikan edukasi mengenai cara dan
waktu yang tepat untuk menyusui.
Universitas Sriwijaya | 4
B. Klarifikasi Istilah
1. Compos mentis
a. is a condition to be able to think clearly and be in control of and
responsible for your action (Cambridge Dictionary).
b. adalah sadar sepenuhnya (Kamus Dorland).
2. Konjungtiva tak anemis
a.. a reduction in the proportion of the red blood cells (NCBI).
b. konjungtiva tak anemik adalah warna konjungtiva berwarna merah.
3. Bising usus
a. borborygmi is intestinal rumbling caused by moving gas (Merriam Webster
Dictionary).
4. Hiperemis
a. adalah ekses darah pada bagian tubuh akibat relaksasi arteriol (Kamus
Dorland).
5. Lokia rubra
a. Lokia adalah sekreta vagina yang keluar selama minggu pertama atau kdua
setelah persalinan (Kamus Dorland).
b. Lokia rubra adalah lokia yang segera keluar setelah persalinan dan hampir
seluruhnya merupakan darah (Kamus Dorland).
6. Edema tungkai
a. is the body parts swell from injury or inflammation, this happen when small
blood vessels leak fluid into nearby tissues in feet and lower legs. That extra
fluid bulids up which makes the tissue swell.. It’s more common in older
human or in pregnant phase (WebMD).
7. Involusi uterus
a. adalah perubahan retrograd tubuh atau organ tertentu seperti perubahan
retrograd pada organ genital wanita sesudah persalinan (Kamus Dorland).
C. Identifikasi Masalah
Fakta O-E Concern
Ny. Moli datang kontrol ke dokter umum untuk
memantau kondisi rahimnya setelah melahirkan. Selain
+ VVV
itu, Ny. Moli juga merasa cemas karena produksi air
susunya tidak mencukupi dan anaknya sering manangis.
Universitas Sriwijaya | 5
Kekhawatirannya bertambah mengingat ia harus
kembali bekerja selama 8 jam setiap hari setelah 3 bulan + VV
masa cuti berakhir.
Berat badan Ny. Moli juga belum banyak berkurang. + VV
Keterangan : (+) masalah
(0) bukan masalah
(v) penting
D. Analisis Masalah
1. Ny. Moli, 25 tahun, telah melahirkan putra pertamanya 1 minggu yang lalu
secara normal. Hari ini, Ny. Moli datang kontrol ke dokter umum untuk
memantau kondisi rahimnya setelah melahirkan.
a. Bagaimana kondisi uterus sebelum, sedang, dan setelah hamil?
Jawab: Uterus yang tidak hamil terletak di rongga pelvis di antara
kandung kemih di anterior dan rektum di posterior. Hampir seluruh
dinding posterior uterus ditutupi oleh serosa, yang merupakan peritoneum
viserale. Bagian bawah peritoneum ini membentuk batas cavum douglas.
Hanya bagian atas dinding anterior uterus yang sangat ditutupi (Gbr. 2-8).
Universitas Sriwijaya | 6
Uterus digambarkan berbentuk piriformis atau berbentuk buah pir, dan
ditunjukkan di Gambar 2-9, seperti pir yang rata.
Perubahan uterus yang disebabkan kehamilan merangsang
pertumbuhan uterus yang sangat cepat berupa hipertrofi serat-serat otot
uterus. Berat uterus meningkat dari 70 g menjadi kira-kira 1100 g saat
cukup bulan. Volume totalnya rata-rata 5 L. Fundus uteri, yang
sebelumnya berbentuk cembung yang datar di antara tempat insersi tuba,
kini berbentuk kubah. Ligamentum teres uteri kini tampak menyisip ke
pertemuan sepertiga atas dan tengah uterus. Tuba uterina memanjang,
tetapi ovarium secara keseluruhan tampak tidak berubah.
Pembesaran uterus paling mencolok terjadi di fundus. Pada bulan-
bulan pertama kehamilan, tuba uterina serta ligamentum ovarii proprium
dan ligamentum teres uteri melekat sedikit di bawah apeks fundus. Pada
bulan-bulan selanjutnya, struktur-struktur tersebut terletak sedikit di atas
bagian tengah uterus. Posisi plasenta juga memengaruhi tingkat hipertrofi
uterus, karena bagian uterus yang mengelilingi tempat plasenta melekat,
membesar lebih cepat daripada bagian uterus lainnya,
Selama beberapa minggu pertama, uterus mempertahankan bentuknya
yang mirip buah pir, tetapi seiring dengan kemajuan kehamilan, korpus
dan fundus mengambil bentuk lebih membulat, dan menjadi hampir sferis
pada 12 minggu. Kemudian organ ini mengalami peningkatan pesat dalam
ukuran panjangnya daripada lebamya dan mengambil bentuk ovoid. Pada
akhir minggu ke-12, uterus menjadi terlalu besar untuk seluruhnya tetap
berada di dalam panggul. Uterus yang terus membesar ini kemudian
Universitas Sriwijaya | 7
berkontak dengan dinding anterior abdomen, menggeser usus ke lateral
dan superior, dan terus tumbuh sehingga akhirnya hampir mencapai hati.
Sewaktu muncul dari panggul, uterus biasanya mengalami rotasi ke
kanan. Dekstrorotasi ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya
rektosigmoid di sisi kisi panggul. Seiring dengan naiknya uterus, tegangan
pada ligamentum latum dan rotundum juga meningkat.
Pada pasca melahirkan, terdapatnya peningkatan aliran darah uterus
masif yang penting untuk mempertahankan kehamilan, dimungkinkan
oleh adanya hipertrofi dan remodeling signifikan yang terjadi pada semua
pembuluh darah pelvis. Setelah pelahiran, diameternya berkurang kira-
kira ke ukuran sebelum kehamilan. Pada uterus puerpural, pembuluh
darah yang membesar menjadi tertutup oleh perubahan hialin, secara
perlahan terabsorbsi kembali, kemudian digantikan oleh yang lebih kecil.
Akan tetapi sedikit sisa-sisa dari pembuluh darah yang lebih besar tersebut
tetap bertahan selama beberapa tahun.
Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus uteri yang berkontraksi
tersebut terletak sedikit di bawah umbilikus. Bagian tersebut sebagian
besar terdiri dari miometrium yang ditutupi oleh serosa dan dilapisi oleh
desidua basalis. Dinding posterior dan anterior, dalam jarak yang terdekat,
masing-masing tebalnya 4 sampai 5 cm (Buhimschi dkk., 2003). Segera
setelah pada bagian pascapartum, berat uterus menjadi kira-kira 1.00 g.
Karena pembuluh darah ditekan oleh miometrium yang berkontraksi,
maka pada bagian tersebut tampak iskemik dibandingkan dengan uterus
hamil yang hiperemis berwarna ungu-kemerahan.
Selama nifas, tourdeforce destruksi dan dekonstruksi yang sungguh
luar biasa dimulai. Dua hari setelah pelahiran, uterus mulai berinvolusi
dan pada minggu pertama, beratnya sekitar 500 g. Pada minggu kedua,
beratnya sekitar 300 g dan telah turun masuk ke pelvis sejati. Sekitar 4
minggu setelah pelahiran, uterus kembali ke ukuran sebelum hamil yaitu
100 g atau kurang. Jumlah sel otot mungkin tidak berkurang cukup besar.
Akan tetapi, ukuran masing-masing sel menurun secara bermakna dari
500-800 pm kali 5-10 pm saat aterm menjadi 50-90 pm kali 2,5-5 pm
pascapartum. Involusi kerangka jaringan penyambung terjadi sama
cepatnya.
Universitas Sriwijaya | 8
Karena pemisahan plasenta dan membran meliputi lapisan yang seperti
spons, maka desidua basalis tidak meluruh. Desidua tetap mempunyai
variasi ketebalan yang jelas, mempunyai tampilan ireguler berupa
penonjolan yang kasar, dan diinfiltrasi oleh darah, terutama pada
perlukatan plasenta. Temuan USG. Rongga uterus memerlukan waktu 5
minggu untuk kembali ke ukuran rongga potensial sebelum hamil.
2. Selain itu, Ny. Moli juga merasa cemas karena produksi air susunya tidak
mencukupi dan anaknya sering manangis.
a. Bagaimana mekanisme produksi air susu?
Jawab: Segera setelah bayi dilahirkan, sekresi estrogen maupun
progesteron turun drastis dari plasenta memungkinkan efek laktogenik
prolaktin dari kelenjar hipofisis ibu untuk berperan dalam memproduksi
air susu secara alami, dan setelah 1 sampai 7 hari kemudian, payudara
mulai menyekresi air susu dalam jumlah sangat besar sebagai pengganti
kolostrum. Sekresi air susu ini juga memerlukan sekresi pendahuluan
yang adekuat dari sebagian besar hormon-hormon ibu lainnya, tetapi yang
paling penting adalah hormon pertumbuhan, kortisol, hormon paratiroid,
dan insulin. Hormon-hormon ini dibutuhkan untuk menyediakan asam
amino, asam lemak, glukosa, dan kalsium yang diperlukan untuk
pembentukan air susu.
Universitas Sriwijaya | 9
Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar
sewaktu tidak hamil, seperti yang tampak pada Gambar 82-11. Namun,
setiap kali ibu menyusui bayinya, sinyal saraf dari puting susu ke
hipotalamus menyebabkan lonjakan sekresi prolaktin sebesar 10—20 kali
lipat yang berlangsung kirakira 1 jam.
Prolaktin ini bekerja pada payudara ibu untuk mempertahankan
kelenjar mammae agar menyekresi air susu ke dalam alveoli untuk
periode laktasi berikutnya. Bila lonjakan prolaktin ini tidak ada atau
dihambat karena kerusakan hipotalamus atau hipofisis, atau bila laktasi
tidak berlanjut, payudara akan kehilangan kemampuannya untuk
memproduksi air susu dalam waktu sekitar 1 minggu. Akan tetapi,
produksi air susu dapat berlangsung selama beberapa tahun bila anak terus
mengisap, walaupun kecepatan pembentukan air susu biasanya jauh
berkurang setelah 7 sampai 9 bulan.
Air susu ibu diproduksi oleh sel sel epitel pada alveolus-alveolus
glandula mammae/payudara. Lalu disimpan di lumen alveolus tersebut.
Produksi air susu dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang dihasilkan oleh
hipofisis anterior/adenohipofisis. Tiap alveolus dilapisi oleh sel epitel
yang mirip dengan otot polos dan disebut sebagai sel mioepitel. Sel
tersebut akan berkontraksi jika dirangsang oleh hormone oksitosin yang
dilepaskan oleh hipofisis posterior/neurohipofisis. Ketika sel mioepitel
berkontraksi akibat rangsangan oksitosin, air susu akan diperas dari
alveolus menuju ke duktus-duktus lactiferus dan akhirnya dikeluarkan
melalui putting.
Universitas Sriwijaya | 11
lalu ke hipotalamusnya, sehingga menyebabkan sinyal-sinyal saraf yang
meningkatkan sekresi oksitosin pada saat yang bersamaan yang
menyebabkan sekresi prolaktin. Oksitosin kemudian dibawa dalam darah
ke payudara, untuk menyebabkan sel-sel mioepitel (yang mengelilingi
dinding luar alveoli) berkontraksi, dengan demikian mengalirkan air susu
dari alveoli ke dalam duktus pada tekanan +10 sampai 20 mm Hg. Pada
saat itu isapan bayi menjadi efektif dalam mengalirkan air susu, Jadi,
dalam waktu 30 detik sampai 1 menit setelah bayi mulai mengisap
payudara, air susu mulai mengalir. Proses ini disebut ejeksi air susu atau
pengaliran (let-down) air susu.
Pengisapan pada satu sisi payudara tidak hanya menyebab- kan aliran
air susu pada payudara tersebut melainkan juga pada payudara sisi yang
lain. Yang cukup menarik ialah bahwa dengan ibu membelai bayi atau
mendengar bayi menangis sering memberi cukup sinyal emosional ke
hipotalamus ibu untuk menyebabkan penyemprotan air susu.
Universitas Sriwijaya | 13
b. Apakah ketidakstabilan emosi dapat mempengaruhi produksi air susu dan
laktasi? Jelaskan alasannya?
Jawab: Ya, faktor psikologis seperti stress dapat menghambat pelepasan
hormon oksitosin, sehingga menghambat ejeksi air susu.
Universitas Sriwijaya | 14
b. Apa dampak yang dapat terjadi jika berat badan ibu setelah melahirkan
tidak sesuai batas normal?
Jawab: Weight Gain During Pregnancy
i. Pregnancy weight gain guidelines
Universitas Sriwijaya | 15
5. Pemeriksaan tanda vital
- BB: 65 kg ; TB: 160 cm - Frekuensi nadi: 80 x/menit
- Kesadaran: Compos mentis - Temperatur axilla : 36,5⁰C
- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Frekuensi Napas: 20 x/menit
a. Bagaimana indikasi normal pada tanda vital bagi ibu setelah melahirkan?
Jawab:
i. Suhu tubuh: 35-37oC
ii. Tekanan Darah: 90-120/60-80 mmHg
iii. Denyut Nadi 80-90, <100x per menit
iv. Respirasi: 16-24x per menit
Hasil pemeriksaan tanda vital dapat memberi informasi apakah sang
ibu masih tergolong sehat ataupun terdapat kesalahan atau komplikasi pada
tubuhnya. Seperti contoh pemeriksaan kesadaran apakah masih
sepenuhnya sadar atau tidak, tekanan darah yang masih di atas ambang
hipotensi (90/60 mmHg) dan di bawah ambang hipertensi (140/90 mmHg).
Serta pemeriksaan frekuensi nadi dan napas yang normal.
6. Pemeriksaan khusus
a. Bagaimana kondisi payudara ibu pada masa menyusui?
Jawab: Payudara ibu saat menyusui membesar akibat efek dari tingginya
kadar estrogen dan progesterone saat kehamilan, serta pada lumen
alveolus setiap lobus sekretoriusnya dipenuhi oleh secret berupa air susu
(ASI).
Universitas Sriwijaya | 16
c. Bagaimana kondisi genitalia eksterna pada ibu setelah melahirkan?
Jawab: terjadi pembesaran payudara disebabkan oleh kombinasi
akumulasi dan stasis air susu serta peningkatan vaskularitas dan kongesti.
Kombinasi ini mengakibatkan kongesti lebih lanjut karena stasis limfatik
dan vena. Hal ini terjadi saat pasokan air susu meningkat, pada sekitar
hari ketiga post partum baik pada ibu menyusui maupun tidak menyusui
dan berakhir sekitar 24 hingga 48 jam. Payudara juga membesar akibat
munculnya hormon progesteron dalam pembetukan lobulus & alveoli dan
estrogen dalam pembentukan duktus sekretorius.
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan, setelah beberapa hari organ ini kembali dalam keadaan
kendor. Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat
perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara
spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Kemudian
Ostium extemum tidak dapat kembali sempuma ke keadaan sebelum
hamil. Bagian tersebut tetap agak lebar, dan secara khas, cekungan di
kedua sisi pada tempat laserasi menjadi permanen.
Selama persalinan, batas serviks bagian luar, yang berhubungan
dengan ostium externum, biasanya mengalami laserasi, terutama di lateral.
Pembukaan serviks berkontraksi secara perlahan dan selama beberapa hari
setelah persalinan masih sebesar dua jari. Di akhir minggu pertama,
pembukaan ini menyempit, serviks menebal dan kanalis endoservikal
kembali terbentuk. Ostium extemum tidak dapat kembali sempuma ke
keadaan sebelum hamil. Bagian tersebut tetap agak lebar, dan secara khas,
cekungan di kedua sisi pada tempat laserasi menjadi permanen.
Universitas Sriwijaya | 17
Pada awal masa nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan
timbulnya duh vagina dalam jumlah yang beragam. Duh tersebut
dinamakan lokia dan terdiri dari eritrosit, potongan jaringan desidua, sel
epitel, dan bakteri. Pada beberapa hari pertama setelah pelahiran, duh
tersebut berwarna merah karena adanya darah dalam jumlah yang cukup
banyak—lokia rubra. Setelah 3 atau 4 hari, lokia menjadi semakin pucat—
lokia serosa . Setelah kira-kira pada hari ke-10, karena campuran leukosit
dan penurunan kandungan cairan, lokia berwarna putih atau putih
kekuningan— lokia alba . Lokia bertahan selama 4 sampai 8 minggu
setelah pelahiran (Visness dan dkk, 1997).
Universitas Sriwijaya | 18
sebelum hamil dalam 10 hari (Robson dkk., 1987). Frekuensi jantung
berubah mengikuti pola ini. Resistensi vaskular sistemik mengikuti
secara berlawanan. Nilainya tetap di kisaran terendah nilai pada masa
kehamilan selama 2 hari pascapartum dan kemudian mulai terus
meningkat ke nilai normal sebelum hamil. Perubahan faktor
pembekuan darah yang disebabkan kehamilan menetap dalam jangka
waktu yang bervariasi selama nifas. Peningkatan fibrinogen plasma
dipertahankan minimal melewati minggu pertama, demikian juga
dengan laju endap darah. Kehamilan normal dihubungkan dengan
peningkatan cairan ekstraseluler yang cukup besar, dan diuresis pasca-
partum merupakan kompensasi yang fisiologis untuk keadaan ini. Ini
terjadi teratur antara hari kedua dan kelima dan berkaitan dengan
hilangnya hipervolemia kehamilan residual. Pada preeklamsia, baik
retensi cairan antepartum maupun diuresis pascapartum dapat sangat
meningkat
Universitas Sriwijaya | 21
c. Bagaimana mekanisme involusi uterus pada ibu setelah melahirkan?
Jawab: Involusi uterus dimulai setelah proses persalinan yaitu setelah
plasenta dilahirkan. Proses involusi berlangsung kira – kira selama 6
minggu. Setelah plasenta terlepas dari uterus, fundus uteri dapat dipalpasi
dan berada pada pertengahan pusat dan symphisis pubis atau sedikit lebih
tinggi. Tinggi fundus uteri setelah persalinan diperkirakan sepusat atau 1
cm dibawah pusat. Proses involusi uterus yang terjadi pada masa nifas
melalui tahapan berikut:
i. Autolysis. Autolysis merupakan proses peghancuran diri sendiri
yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga
10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama
kehamilan. Diketahui adanya penghancuran protoplasma dan
jaringan yang diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal.
Inilah sebabnya beberapa hari setelah melahirkan ibu sering buang
air besar. Pengrusakan secara langsung jaringan hipertropi yang
berlebihan ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan
progesteron.
ii. Atrofi Jaringan. Atrofi jaringan yaitu jaringan yang berpoliferasi
dengan adanya penghentian produksi estrogen dalam jumlah besar
yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada
otot – otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan
terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi
menjadi endometrium yang baru. Setelah kelahiran bayi dan
plasenta, otot uterus berkontraksi sehingga sirkulasi darah ke uterus
terhenti yang menyebabkan uterus kekurangan darah (lokal
iskhemia). Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi dan
retraksi yang cukup lama seperti tersebut diatas tetapi disebabkan
oleh pengurangan aliran darah ke uterus, karena pada masa hamil
uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan
janin. Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke
uterus mengadakan hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan
tidak diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang, kembali
seperti biasa.
Universitas Sriwijaya | 22
iii. Efek Oksitosin. Oksitosin merupakan zat yang dapat merangsang
myometrium uterus sehingga dapat berkontraksi. Kontraksi uterus
merupakan suatu proses yang kompleks dan terjadi karena adanya
pertemuan aktin dan myosin. Dengan demikian aktin dan myosin
merupakan komponen kontraksi. Pertemuan aktin dan myosin
disebabkan karena adanya myocin light chine kinase (MLCK) dan
dependent myosin ATP ase, proses ini dapat dipercepat oleh
banyaknya ion kalsium yang masuk dalam sel, sedangkan oksitosin
merupakan suatu hormon yang memperbanyak masuknya ion
kalsium ke dalam intra sel. Sehingga dengan adanya oksitosin akan
memperkuat kontraksi uterus. Intensitas kontaksi uterus meningkat
secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai
respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar.
Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar hipofisis memperkuat
dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah dan
membantu proses homeostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterin
akan mengurangi perdarahan. Selama 1 sampai 2 jam pertama masa
nifas intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur,
karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi
uterus pada masa ini.
iv. Pengukuran involusi uterus dapat dilakukan dengan mengukur
tinggi fundus uteri, kontraksi uterus dan juga dengan pengeluaran
lokia.
Tinggi Fundus Uteri (TFU). Setelah bayi dilahirkan, uterus
yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan
menjadi keras sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang
bermuara pada bekas implantasi plasenta. Pada hari pertama ibu
nifas tinggi fundus uteri kira-kira satu jari bawah pusat (1 cm). Pada
hari kelima nifas uterus menjadi 1/3 jarak antara symphisis ke pusat.
Dan hari ke 10 fundus sukar diraba di atas symphisis. Tinggi fundus
uteri menurun 1 cm tiap hari. Secara berangsurangsur menjadi kecil
(involusi) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
i. Lokia. Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Lokia mempuyai bau yang khas yang
Universitas Sriwijaya | 23
beda dengan bau menstruasi. Lokia di mulai sebagai suatu pelepasan
cairan dalam jumlah yang banyak pada jam pertama setelah
melahirkan. Jumlah rata-rata pengeluaran lokia adalah kira-kira 240-
270 ml. Berikut ini adalah beberapa jenis lokia yang terdapat pada
wanita masa nifas yaitu :
1) Lokia rubra berwarna merah karena berisi darah segar dan
sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo,
dan mekonium. Ini berlangsung sampai 2 - 3 hari setelah
persalinan.
2) Lokia sanguilenta berwarna merah kecoklatan, berisi darah
dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 setelah
melahirkan.
3) Lokia serosa cairan berwarna kuning kecoklatan karena
mengandung serum, leukosit dan robekan plasenta. Lendir ini
keluar pada hari ke-7 hingga hari ke-14 setelah melahirkan.
4) Lokia alba atau putih, mengandung leukosit, sel desidua, sel
epitel, selaput lendir servik dan serabut jaringan yang mati. Ini
berlangsung selama 2-6 minggu setelah melahirkan
ii. Proses laktasi juga mempengaruhi involusi uterus. Laktasi adalah
produksi dan pengeluaran ASI, laktasi ini dapat dipercepat dengan
memberikan rangsangan putting susu (isapan bayi/ meneteki bayi).
Pada puting susu terdapat saraf - saraf sensorik yang jika mendapat
rangsangan (isapan bayi) maka timbul impuls menuju hipotalamus
kemudian disampaikan pada kelenjar hipofisis bagian depan dan
belakang. Pada kelenjar hipofisis bagian depan akan mempengaruhi
pengeluaran hormon prolaktin yang berperan dalam peningkatan
produksi ASI, sedangkan kelenjar hipofisis bagian belakang akan
mempengaruhi pengeluaran hormon oksitosin yang berfungsi
memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan
dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar serta memacu
kontraksi otot rahim sehingga involusi uterus berlangsung lebih
cepat.
Universitas Sriwijaya | 24
d. Apa saja indikator ASI yang tercukupi pada bayi?
Jawab:
E. Learning Issues
1. Fisiologi reproduksi wanita pasca melahirkan
2. Fisiologi laktasi
3. Fisiologi uterus pasca melahirkan
4. Fisiologi cairan tubuh sebelum hamil, saat hamil, dan setelah melahirkan
Universitas Sriwijaya | 25
melahirkan,
dampak berat
interna
badan saat
reproduksi
hamil dan
wanita
pasca
melahirkan
Mekanisme
Faktor
produksi air
pendukung
susu dan
dan
laktasi,
penghambat
mekanisme
laktasi,
ejeksi
Organ yang kondisi Textbook,
laktasi,
2. Fisiologi laktasi terlibat dalam payudara ibu Internet,
Indikator
proses laktasi pada masa Jurnal
ASI yang
menyusui,
tercukupi
waktu tepat
pada bayi,
untuk
cara tepat
menyusui
menyusui
bayi
bayi,
Kondisi
Mekanisme rahim
Fisiologi uterus involusi sebelum Textbook,
3. pasca uterus hamil, saat Internet,
melahirkan setelah hamil, dan Jurnal
melahirkan setelah
melahirkan
4. Fisiologi cairan Perubahan Textbook,
tubuh fisiologi Internet,
cairan tubuh Jurnal
pada wanita
sebelum
hamil, saat
hamil, dan
Universitas Sriwijaya | 26
setelah
melahirkan
G. Sintesis Masalah
1. Perubahan fisiologi uterus
Universitas Sriwijaya | 27
Uterus yang tidak hamil terletak di rongga pelvis di antara kandung
kemih di anterior dan rektum di posterior. Hampir seluruh dinding posterior
uterus ditutupi oleh serosa, yang merupakan peritoneum viserale. Bagian
bawah peritoneum ini membentuk batas cavum douglas. Hanya bagian atas
dinding anterior uterus yang sangat ditutupi (Gbr. 2-8).
Universitas Sriwijaya | 28
Berat uterus meningkat dari 70 g menjadi kira-kira 1100 g saat cukup bulan.
Volume totalnya rata-rata 5 L. Fundus uteri, yang sebelumnya berbentuk
cembung yang datar di antara tempat insersi tuba, kini berbentuk kubah.
Ligamentum teres uteri kini tampak menyisip ke pertemuan sepertiga atas dan
tengah uterus. Tuba uterina memanjang, tetapi ovarium secara keseluruhan
tampak tidak berubah.
Pada wanita tak hamil, uterus adalah suatu struktur yang hampir solid
dengan berat sekitar 70 g dan rongga berukuran 10 mL atau kurang. Selama
kehamilan, uterus berubah menjadi organ muskular dengan dinding relatif tipis
yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion. Volume total isi
uterus pada aterm adalah sekitar 5 L meskipun dapat juga mencapai 20 L atau
lebih. Pada akhir kehamilan, uterus telah mencapai kapasitas yang 500 sampai
1000 kali lebih besar daripada keadaan tak hamil. Peningkatan berat uterus
juga setara sehingga pada aterm organ ini memiliki berat sekitar 1100 g.
Selama kehamilan, pembesaran uterus terjadi akibat peregangan dan
hipertrofi mencolok sel-sel otot, sementara produksi miosit baru terbatas.
Peningkatan ukuran sel otot ini diiringi oleh akumulasi jaringan fibrosa,
terutama di lapisan otot eksternal, dan peningkatan bermakna jaringan elastik.
Anyaman yang terbentuk ikut memperkuat dinding uterus.
Meskipun mengalami penebalan yang lebih bermakna selama beberapa
bulan pertama kehamilan, dinding korpus sebenarnya menipis seiring dengan
kemajuan gestasi. Pada aterm, ketebalan dinding ini hanya 1 sampai 2 cm atau
kurang. Pada bulan-bulan terakhir, uterus berubah menjadi suatu kantung
berotot dengan dinding yang tipis, lunak, dan lentur sehingga janin dapat
teraba dari luar. Hipertrofi uterus, pada awal kehamilan diperkirakan
dirangsang oleh efek estrogen dan, mungkin, progesteron. Tampak jelas
bahwa hipertrofi pada awal kehamilan ini tidak semata-mata terjadi sebagai
respons terhadap peregangan mekanis oleh produk konsepsi, karena perubahan
uterus serupa juga diamati pada kehamilan ektopik. Tetapi setelah sekitar 12
minggu, peningkatan ukuran uterus terutama berkaitan dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh hasil konsepsi yang terus membesar.
Pembesaran uterus paling mencolok terjadi di fundus. Pada bulan-
bulan pertama kehamilan, tuba uterina serta ligamentum ovarii proprium dan
ligamentum teres uteri melekat sedikit di bawah apeks fundus. Pada bulan-
Universitas Sriwijaya | 29
bulan selanjutnya, struktur-struktur tersebut terletak sedikit di atas bagian
tengah uterus. Posisi plasenta juga memengaruhi tingkat hipertrofi uterus,
karena bagian uterus yang mengelilingi tempat plasenta melekat, membesar
lebih cepat daripada bagian uterus lainnya,
Selama beberapa minggu pertama, uterus mempertahankan bentuknya
yang mirip buah pir, tetapi seiring dengan kemajuan kehamilan, korpus dan
fundus mengambil bentuk lebih membulat, dan menjadi hampir sferis pada 12
minggu. Kemudian organ ini mengalami peningkatan pesat dalam ukuran
panjangnya daripada lebamya dan mengambil bentuk ovoid. Pada akhir
minggu ke-12, uterus menjadi terlalu besar untuk seluruhnya tetap berada di
dalam panggul. Uterus yang terus membesar ini kemudian berkontak dengan
dinding anterior abdomen, menggeser usus ke lateral dan superior, dan terus
tumbuh sehingga akhirnya hampir mencapai hati. Sewaktu muncul dari
panggul, uterus biasanya mengalami rotasi ke kanan. Dekstrorotasi ini
kemungkinan besar disebabkan oleh adanya rektosigmoid di sisi kisi panggul.
Seiring dengan naiknya uterus, tegangan pada ligamentum latum dan
rotundum juga meningkat.
Pada pasca melahirkan, terdapatnya peningkatan aliran darah uterus
masif yang penting untuk mempertahankan kehamilan, dimungkinkan oleh
adanya hipertrofi dan remodeling signifikan yang terjadi pada semua
pembuluh darah pelvis. Setelah pelahiran, diameternya berkurang kira-kira ke
ukuran sebelum kehamilan. Pada uterus puerpural, pembuluh darah yang
membesar menjadi tertutup oleh perubahan hialin, secara perlahan terabsorbsi
kembali, kemudian digantikan oleh yang lebih kecil. Akan tetapi sedikit sisa-
sisa dari pembuluh darah yang lebih besar tersebut tetap bertahan selama
beberapa tahun.
Selama persalinan, batas serviks bagian luar, yang berhubungan
dengan ostium externum, biasanya mengalami laserasi, terutama di lateral.
Pembukaan serviks berkontraksi secara perlahan dan selama beberapa hari
setelah persalinan masih sebesar dua jari. Di akhir minggu pertama,
pembukaan ini menyempit, serviks menebal dan kanalis endoservikal kembali
terbentuk. Ostium extemum tidak dapat kembali sempuma ke keadaan
sebelum hamil. Bagian tersebut tetap agak lebar, dan secara khas, cekungan di
kedua sisi pada tempat laserasi menjadi permanen. Perubahan-perubahan ini
Universitas Sriwijaya | 30
merupakan karakteristik serviks para. Segmen uterus bagian bawah yang
menipis secara nyata mengalami kontraksi dan retraksi, namun tidak sekuat
pada corpus uteri. Selama beberapa minggu berikutnya, segmen bawah yang
sebelumnya secara jelas merupakan substruktur tersendiri yang cukup besar
untuk mengakomodasi kepala bayi, berubah menjadi isthmus uteri yang
hampir tidak terlihat yang terletak di antara corpus dan ostium internum.
Epitel serviks juga mengalami remodeling yang bermakna, dan ini
sesungguhnya bermanfaat.
Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus uteri yang berkontraksi
tersebut terletak sedikit di bawah umbilikus. Bagian tersebut sebagian besar
terdiri dari miometrium yang ditutupi oleh serosa dan dilapisi oleh desidua
basalis. Dinding posterior dan anterior, dalam jarak yang terdekat, masing-
masing tebalnya 4 sampai 5 cm (Buhimschi dkk., 2003). Segera setelah pada
bagian pascapartum, berat uterus menjadi kira-kira 1.00 g. Karena pembuluh
darah ditekan oleh miometrium yang berkontraksi, maka pada bagian tersebut
tampak iskemik dibandingkan dengan uterus hamil yang hiperemis berwarna
ungu-kemerahan.
Pada awal masa nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan
timbulnya duh vagina dalam jumlah yang beragam. Duh tersebut dinamakan
lokia dan terdiri dari eritrosit, potongan jaringan desidua, sel epitel, dan
bakteri. Pada beberapa hari pertama setelah pelahiran, duh tersebut berwarna
merah karena adanya darah dalam jumlah yang cukup banyak—Vcia rubra.
Setelah 3 atau 4 hari, lokia menjadi semakin pucat— lokia serosa . Setelah
kira-kira pada hari ke-10, karena campuran leukosit dan penurunan kandungan
cairan, lokia berwarna putih atau putih kekuningan— lokia alba . Lokia
bertahan selama 4 sampai 8 minggu setelah pelahiran (Visness dan dkk, 1997).
Selama nifas, tourdeforce destruksi dan dekonstruksi yang sungguh
luar biasa dimulai. Dua hari setelah pelahiran, uterus mulai berinvolusi dan
pada minggu pertama, beratnya sekitar 500 g. Pada minggu kedua, beratnya
sekitar 300 g dan telah turun masuk ke pelvis sejati. Sekitar 4 minggu setelah
pelahiran, uterus kembali ke ukuran sebelum hamil yaitu 100 g atau kurang.
Jumlah sel otot mungkin tidak berkurang cukup besar. Akan tetapi, ukuran
masing-masing sel menurun secara bermakna dari 500-800 pm kali 5-10 pm
Universitas Sriwijaya | 31
saat aterm menjadi 50-90 pm kali 2,5-5 pm pascapartum. Involusi kerangka
jaringan penyambung terjadi sama cepatnya.
Karena pemisahan plasenta dan membran meliputi lapisan yang seperti
spons, maka desidua basalis tidak meluruh. Desidua tetap mempunyai variasi
ketebalan yang jelas, mempunyai tampilan ireguler berupa penonjolan yang
kasar, dan diinfiltrasi oleh darah, terutama pada perlukatan plasenta. Temuan
USG. Rongga uterus memerlukan waktu 5 minggu untuk kembali ke ukuran
rongga potensial sebelum hamil.
Dalam 2 atau 3 hari setelah pelahiran, desidua yang tersisa
berdiferensiasi menjadi dua lapisan. Lapisan superfisial menjadi nekrotik dan
meluruh masuk ke dalam lokia. Lapisan basal yang berdekatan dengan
miometrium tetap utuh dan merupakan sumber endometrium baru.
Endometrium tumbuh dari proliferasi sisa kelenjar endometrium dan stroma
jaringan ikat interglandular.
2. Mekanisme laktasi
Produksi air susu
Segera setelah bayi dilahirkan, sekresi estrogen maupun progesteron
turun drastis dari plasenta memungkinkan efek laktogenik prolaktin dari
kelenjar hipofisis ibu untuk berperan dalam memproduksi air susu secara
alami, dan setelah 1 sampai 7 hari kemudian, payudara mulai menyekresi air
susu dalam jumlah sangat besar sebagai pengganti kolostrum. Sekresi air susu
ini juga memerlukan sekresi pendahuluan yang adekuat dari sebagian besar
hormon-hormon ibu lainnya, tetapi yang paling penting adalah hormon
pertumbuhan, kortisol, hormon paratiroid, dan insulin. Hormon-hormon ini
dibutuhkan untuk menyediakan asam amino, asam lemak, glukosa, dan
kalsium yang diperlukan untuk pembentukan air susu.
Universitas Sriwijaya | 32
Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar
sewaktu tidak hamil. Namun, setiap kali ibu menyusui bayinya, sinyal saraf
dari puting susu ke hipotalamus menyebabkan lonjakan sekresi prolaktin
sebesar 10—20 kali lipat yang berlangsung kirakira 1 jam.
Prolaktin ini bekerja pada payudara ibu untuk mempertahankan
kelenjar mammae agar menyekresi air susu ke dalam alveoli untuk periode
laktasi berikutnya. Bila lonjakan prolaktin ini tidak ada atau dihambat karena
kerusakan hipotalamus atau hipofisis, atau bila laktasi tidak berlanjut,
payudara akan kehilangan kemampuannya untuk memproduksi air susu dalam
waktu sekitar 1 minggu. Akan tetapi, produksi air susu dapat berlangsung
selama beberapa tahun bila anak terus mengisap, walaupun kecepatan
pembentukan air susu biasanya jauh berkurang setelah 7 sampai 9 bulan.
Air susu ibu diproduksi oleh sel sel epitel pada alveolus-alveolus
glandula mammae/payudara. Lalu disimpan di lumen alveolus tersebut.
Produksi air susu dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang dihasilkan oleh
hipofisis anterior/adenohipofisis. Tiap alveolus dilapisi oleh sel epitel yang
mirip dengan otot polos dan disebut sebagai sel mioepitel. Sel tersebut akan
berkontraksi jika dirangsang oleh hormone oksitosin yang dilepaskan oleh
Universitas Sriwijaya | 33
hipofisis posterior/neurohipofisis. Ketika sel mioepitel berkontraksi akibat
rangsangan oksitosin, air susu akan diperas dari alveolus menuju ke duktus-
duktus lactiferus dan akhirnya dikeluarkan melalui putting.
Ejeksi air susu
Stimulus isapan bayi pada puting susu menimbulkan sinyal yang
dijalarkan melalui saraf sensorik ke neuron oksitosin yang ada di dalam
nukleus paraventrikular dan supraoptik di hipotalamus, yang menyebabkan
timbulnya pelepasan oksitosin oleh kelenjar hipofisis posterior. Selanjutnya
oksitosin diangkut oleh darah ke payudara untuk menimbulkan kontraksi sel
mioepitel yang terletak di luar dan untuk membentuk kisi-kisi di sekitar alveoli
kelenjar payudara. Dalam waktu kurang dari satu menit sesudah pengisapan
dimulai, air susu mulai mengalir. Mekanisme ini disebut sebagai pengaliran
susu (milk letdown) atau ejeksi susu (milk ejection).
Air susu secara kontinu disekresi ke dalam alveoli payudara, tetapi air
susu tidak dapat mengalir dengan mudah dari alveoli ke dalam sistem duktus
dan, oleh karena itu, tidak bocor secara kontinu dari puting susu. Sebaliknya,
air susu harus disemprotkan (diejeksikan) dari alveoli ke dalam duktus
sebelum bayi dapat memperolehnya. Proses ini disebabkan oleh gabungan
refleks neurogenik dan hormonal yang melibatkan hormon hipofisis posterior
oksitosin, yaitu sebagai berikut.
Universitas Sriwijaya | 34
Ketika bayi mengisap, bayi sebenarnya tidak menerima susu untuk
sekitar setengah menit pertama. Mula-mula impuls sensorik harus ditransmisi
melalui saraf somatik dari puting susu ke medula spinalis ibu lalu ke
hipotalamusnya, sehingga menyebabkan sinyal-sinyal saraf yang
meningkatkan sekresi oksitosin pada saat yang bersamaan yang menyebabkan
sekresi prolaktin. Oksitosin kemudian dibawa dalam darah ke payudara, untuk
menyebabkan sel-sel mioepitel (yang mengelilingi dinding luar alveoli)
berkontraksi, dengan demikian mengalirkan air susu dari alveoli ke dalam
duktus pada tekanan +10 sampai 20 mm Hg. Pada saat itu isapan bayi menjadi
efektif dalam mengalirkan air susu, Jadi, dalam waktu 30 detik sampai 1 menit
Universitas Sriwijaya | 35
setelah bayi mulai mengisap payudara, air susu mulai mengalir. Proses ini
disebut ejeksi air susu atau pengaliran (let-down) air susu.
Pengisapan pada satu sisi payudara tidak hanya menyebab- kan aliran
air susu pada payudara tersebut melainkan juga pada payudara sisi yang lain.
Yang cukup menarik ialah bahwa dengan ibu membelai bayi atau mendengar
bayi menangis sering memberi cukup sinyal emosional ke hipotalamus ibu
untuk menyebabkan penyemprotan air susu.
Universitas Sriwijaya | 39
5. Perubahan fisiologi cairan tubuh ebelum hamil, saat hamil, dan setelah
melahirkan
Adanya perubahan komposisi darah dan cairan leukositosis dan
trombositosis yang bermakna dapat terjadi selama dan setelah persalinan.
Jumlah sel darah putih kadang mencapai 30.000/pL, dan peningkatan tersebut
terutama terjadi karena granulositosis. Terdapat limfopenia relatif dan
eosinopenia absolut. Normalnya, selama beberapa hari pertama pascapartum,
konsentrasi hemoglobin dan hematokrit berfluktuasi sedang. Jika jumlahnya
turun jauh dibawah level tepat sebelum persalinan, maka telah terjadi
kehilangan darah dalam jumlah yang cukup banyak. Walaupun tidak diteliti
secara luas, pada sebagian besar wanita, volume darah hampir kembali ke
keadaan sebelum hamil 1 minggu setelah persalinan. Curah jantung biasanya
tetap naik dalam 24 sampai 48 jam pascapartum dan menurun. ke nilai
sebelum hamil dalam 10 hari (Robson dkk., 1987). Frekuensi jantung berubah
mengikuti pola ini. Resistensi vaskular sistemik mengikuti secara berlawanan.
Nilainya tetap di kisaran terendah nilai pada masa kehamilan selama 2 hari
pascapartum dan kemudian mulai terus meningkat ke nilai normal sebelum
hamil. Perubahan faktor pembekuan darah yang disebabkan kehamilan
menetap dalam jangka waktu yang bervariasi selama nifas. Peningkatan
fibrinogen plasma dipertahankan minimal melewati minggu pertama,
demikian juga dengan laju endap darah. Kehamilan normal dihubungkan
dengan peningkatan cairan ekstraseluler yang cukup besar, dan diuresis pasca-
partum merupakan kompensasi yang fisiologis untuk keadaan ini. Ini terjadi
teratur antara hari kedua dan kelima dan berkaitan dengan hilangnya
hipervolemia kehamilan residual. Pada preeklamsia, baik retensi cairan
antepartum maupun diuresis pascapartum dapat sangat meningkat
H. Kerangka Konsep
Universitas Sriwijaya | 44
I. Kesimpulan
Ny. Moli, 25 tahun, telah melahirkan putra pertamanya 1 minggu yang lalu
secara normal, Bayi Ny. Moli dinyatakan lahir cukup bulan dan dalam kondisi
sehat. Ny. Moli merasa cemas karena produksi air susunya tidak mencukupi dan
anaknya sering menangis ditambah lagi ia harus kembali bekerja 8 jam sehari
setelah waktu cuti habis. Setelah dilakukan pemeriksaan tanda vital dan
pemerikaan khusus oleh dokter, tidak terdapat kejanggalan pada Ny. Moli.
Dokter menyimpulkan bahwa Ny. Moli mengalami proses involusi uterus dan
laktasi yang normal.
Namun diduga akibat kekhawatirannya bahwa ia harus bekerja kembali
setelah waktu cuti habis, hal ini dapat menyenabkan pelepasan hormon oksitosin
menjadi tidak maksimal yang mengakibatkan ejeksi air susu terhambat. Maka
dari itu, dokter harus memberi edukasi mengenai cara dan waktu yang tepat
dalam menyusui yaitu untuk hari pertama, ASI yang dibutuhkan bayi tidak
terlalu banyak, cukup 1--3 jam sekali diberi ASI, dan perlu diingatkan bahwa
bayi harus diberika ASI eksklusif saja dan tidak boleh ditambah dengan
makanan dan minuman apapun, kemudian di minggu dan bulan pertama, bayi
boleh diberikan ASI yang cukup banyak, beberapa bayi dapat menyusu sesering
setiap jam sekitar 8-12 kali dalam 24 jam
Universitas Sriwijaya | 45
Daftar Pustaka
Universitas Sriwijaya | 46
Larciprete, G. et al. 2003. Body composition during normal pregnancy: reference
ranges. Acta Diabetol (2003) 40:S225–S232
Maharani, Noviani Dewi. 2018. Faktor Risiko Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif
Pada Bayi Usia 7-9 Bulan. Dikutip pada tanggal 25 Februari 2020.
Mayo Clinic (2017). Healthy Lifestyle Pregnancy Week by Week. Pregnancy weight
gain: What's Healthy?
my.clevelandclinic.org (2018). Physical Changes After Child Birth.
Sherwood, Lauralee. 2013. Introduction of Human Physiology International Ed.
Brooks/Cole Cangage Learning.
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta:
EGC
WebMD (2018). Gain Weight Safely During Your Pregnancy.
Universitas Sriwijaya | 47