Anda di halaman 1dari 48

Laporan Hasil Belajar

Tutorial Blok 6 Skenario A

Disusun oleh: Grup 3

Nadya Salsabillah 04011281924087

Dwiki Mulyawan 04011281924104

Ellen Calista Angelica 04011281924108

Alvendro Hardianto 04011281924129

Imelda Devri Oktaviana Situmorang 04011281924137

Riza R. Lazuardy 04011281924139

Labaika Annisa Islami 04011381924190

Tara Qanitah Hepriyanti 04011381924200

Melissa Tiara Cahyani 04011381924211

Rr. Ayyu Kisledia 04011381924215

Hurin ‘Afina Gnd 04011381924218

Program Studi Pendidikan Dokter Umum


Tutor: dr. Ella Amalia, M. Kes.
Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
2020
LAMPIRAN STRUKTUR KELOMPOK

Tutor : dr. Ella Amalia, M. Kes.

Moderator : Ellen Calista Angelica

Sekretaris 1 : Rr. Ayyu Kisledia

Sekretaris 2 : Labaika Annisa Islami

Presentan : Alvendro Hardianto

Pelaksanaan : 1. Tutorial 1 = 24 Februari 2020, 07.30 – 10.00 WIB

2. Belajar Mandiri

3. Tutorial 2 = 26 Februari 2020, 07.30 – 10.00 WIB

4. Belajar Mandiri

5. Pleno = 28 Februari 2020

Peraturan selama tutorial :

1. Menginterupsi secara sopan


2. Membuka gadget untuk keperluan tutorial atas izin moderator dan tutor
3. Izin terlebih dahulu jika ingin ke toilet
4. Tidak boleh keluar tanpa izin moderator
5. Tidak boleh berisik dan mengganggu orang lain
6. Hasil akhir merupakan kesepakatan bersama

Universitas Sriwijaya | 1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tugas tutorial
ini dengan baik dan tanpa hambatan.

Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian
dari pembelajaran yang berbasis Problem Based Learning (PBL) di Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Ella Amalia, M. Kes.
Selaku tutor kelompok kami serta semua pihak yang telah membantu penyusunan
laporan tugas tutorial ini.

Meskipun kami berhasil menyelesaikan laporan ini dengan baik, kami


menyadari akan adanya kekurangan di dalam laporan ini, sehingga kami sangat
terbuka dengan kritik, saran, serta masukan dari berbagai pihak. Akhir kata, kami
berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Palembang, 27 Februari 2020

Grup 3

Universitas Sriwijaya | 2
Daftar isi

Lampiran Struktur Kelompok ............................................................................ 1


Kata Pengantar ..................................................................................................... 2
Daftar Isi ................................................................................................................ 3
A. Skenario A Blok 6 ............................................................................................ 4
B. Klarifikasi Istilah ............................................................................................. 5
C. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 5
D. Analisis Masalah .............................................................................................. 6
E. Learning Issues ................................................................................................. 25
F. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan .................................................................... 25
G. Sintesis Masalah ............................................................................................... 26
H. Kerangka Konsep ............................................................................................ 44
I. Kesimpulan ........................................................................................................ 45
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 46

Universitas Sriwijaya | 3
A. Skenario A Blok 6
Ny. Moli, 25 tahun, telah melahirkan putra pertamanya 1 minggu yang lalu secara
normal. Hari ini, Ny. Moli datang kontrol ke dokter umum untuk memantau
kondisi rahimnya setelah melahirkan. Selain itu, Ny. Moli juga merasa cemas
karena produksi air susunya tidak mencukupi dan anaknya sering menangis.
Kekhawatirannya bertambah mengingat ia harus kembali bekerja selama 8 jam
setiap hari setelah 3 bulan masa cuti berakhir. Berat badan Ny. Moli juga belum
banyak berkurang.
Bayi Ny. Moli lahir cukup bulan dan dokter menyatakan saat ini dalam kondisi
sehat.
Pemeriksaan Tanda Vital:
- BB: 65 kg ; TB: 160 cm - Frekuensi nadi: 80 x/menit
- Kesadaran: Compos mentis - Temperatur axilla : 36,5⁰C
- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Frekuensi Napas: 20 x/menit
Pemeriksaan khusus:
- Kepala :
 Mata: konjungtiva tak anemis
- Thoraks :
 Paru dalam batas normal
 Jantung dalam batas normal
 Payudara tanpak tegang dan membesar, areola melebar dan berwarna
kehitaman, tampak asi keluar dari papilla mammae ketika areola
dipencet
- Abdomen : tampak cembung, lemas, nyeri tekan tidak ada, bising usus
normal, fundus uteri teraba 2 jari di atas simfisis pubis
- Pemeriksaan genitalia eksterna : tampak luka pada perineum baik (+),
hiperemis (-), lokia (+) rubra
- Ekstremitas : edema tungkai (-)
Dokter menyimpulkan bahwa Ny. Moli mengalami proses involusi uterus yang
normal dan laktasi normal dan dokter memberikan edukasi mengenai cara dan
waktu yang tepat untuk menyusui.

Universitas Sriwijaya | 4
B. Klarifikasi Istilah
1. Compos mentis
a. is a condition to be able to think clearly and be in control of and
responsible for your action (Cambridge Dictionary).
b. adalah sadar sepenuhnya (Kamus Dorland).
2. Konjungtiva tak anemis
a.. a reduction in the proportion of the red blood cells (NCBI).
b. konjungtiva tak anemik adalah warna konjungtiva berwarna merah.
3. Bising usus
a. borborygmi is intestinal rumbling caused by moving gas (Merriam Webster
Dictionary).
4. Hiperemis
a. adalah ekses darah pada bagian tubuh akibat relaksasi arteriol (Kamus
Dorland).
5. Lokia rubra
a. Lokia adalah sekreta vagina yang keluar selama minggu pertama atau kdua
setelah persalinan (Kamus Dorland).
b. Lokia rubra adalah lokia yang segera keluar setelah persalinan dan hampir
seluruhnya merupakan darah (Kamus Dorland).
6. Edema tungkai
a. is the body parts swell from injury or inflammation, this happen when small
blood vessels leak fluid into nearby tissues in feet and lower legs. That extra
fluid bulids up which makes the tissue swell.. It’s more common in older
human or in pregnant phase (WebMD).
7. Involusi uterus
a. adalah perubahan retrograd tubuh atau organ tertentu seperti perubahan
retrograd pada organ genital wanita sesudah persalinan (Kamus Dorland).

C. Identifikasi Masalah
Fakta O-E Concern
Ny. Moli datang kontrol ke dokter umum untuk
memantau kondisi rahimnya setelah melahirkan. Selain
+ VVV
itu, Ny. Moli juga merasa cemas karena produksi air
susunya tidak mencukupi dan anaknya sering manangis.

Universitas Sriwijaya | 5
Kekhawatirannya bertambah mengingat ia harus
kembali bekerja selama 8 jam setiap hari setelah 3 bulan + VV
masa cuti berakhir.
Berat badan Ny. Moli juga belum banyak berkurang. + VV
Keterangan : (+) masalah
(0) bukan masalah
(v) penting
D. Analisis Masalah
1. Ny. Moli, 25 tahun, telah melahirkan putra pertamanya 1 minggu yang lalu
secara normal. Hari ini, Ny. Moli datang kontrol ke dokter umum untuk
memantau kondisi rahimnya setelah melahirkan.
a. Bagaimana kondisi uterus sebelum, sedang, dan setelah hamil?
Jawab: Uterus yang tidak hamil terletak di rongga pelvis di antara
kandung kemih di anterior dan rektum di posterior. Hampir seluruh
dinding posterior uterus ditutupi oleh serosa, yang merupakan peritoneum
viserale. Bagian bawah peritoneum ini membentuk batas cavum douglas.
Hanya bagian atas dinding anterior uterus yang sangat ditutupi (Gbr. 2-8).

Peritoneum di daerah ini juga mengarah ke depan ke kandung kemih


membentuk kavum vesikouterinum.

Universitas Sriwijaya | 6
Uterus digambarkan berbentuk piriformis atau berbentuk buah pir, dan
ditunjukkan di Gambar 2-9, seperti pir yang rata.
Perubahan uterus yang disebabkan kehamilan merangsang
pertumbuhan uterus yang sangat cepat berupa hipertrofi serat-serat otot
uterus. Berat uterus meningkat dari 70 g menjadi kira-kira 1100 g saat
cukup bulan. Volume totalnya rata-rata 5 L. Fundus uteri, yang
sebelumnya berbentuk cembung yang datar di antara tempat insersi tuba,
kini berbentuk kubah. Ligamentum teres uteri kini tampak menyisip ke
pertemuan sepertiga atas dan tengah uterus. Tuba uterina memanjang,
tetapi ovarium secara keseluruhan tampak tidak berubah.
Pembesaran uterus paling mencolok terjadi di fundus. Pada bulan-
bulan pertama kehamilan, tuba uterina serta ligamentum ovarii proprium
dan ligamentum teres uteri melekat sedikit di bawah apeks fundus. Pada
bulan-bulan selanjutnya, struktur-struktur tersebut terletak sedikit di atas
bagian tengah uterus. Posisi plasenta juga memengaruhi tingkat hipertrofi
uterus, karena bagian uterus yang mengelilingi tempat plasenta melekat,
membesar lebih cepat daripada bagian uterus lainnya,
Selama beberapa minggu pertama, uterus mempertahankan bentuknya
yang mirip buah pir, tetapi seiring dengan kemajuan kehamilan, korpus
dan fundus mengambil bentuk lebih membulat, dan menjadi hampir sferis
pada 12 minggu. Kemudian organ ini mengalami peningkatan pesat dalam
ukuran panjangnya daripada lebamya dan mengambil bentuk ovoid. Pada
akhir minggu ke-12, uterus menjadi terlalu besar untuk seluruhnya tetap
berada di dalam panggul. Uterus yang terus membesar ini kemudian

Universitas Sriwijaya | 7
berkontak dengan dinding anterior abdomen, menggeser usus ke lateral
dan superior, dan terus tumbuh sehingga akhirnya hampir mencapai hati.
Sewaktu muncul dari panggul, uterus biasanya mengalami rotasi ke
kanan. Dekstrorotasi ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya
rektosigmoid di sisi kisi panggul. Seiring dengan naiknya uterus, tegangan
pada ligamentum latum dan rotundum juga meningkat.
Pada pasca melahirkan, terdapatnya peningkatan aliran darah uterus
masif yang penting untuk mempertahankan kehamilan, dimungkinkan
oleh adanya hipertrofi dan remodeling signifikan yang terjadi pada semua
pembuluh darah pelvis. Setelah pelahiran, diameternya berkurang kira-
kira ke ukuran sebelum kehamilan. Pada uterus puerpural, pembuluh
darah yang membesar menjadi tertutup oleh perubahan hialin, secara
perlahan terabsorbsi kembali, kemudian digantikan oleh yang lebih kecil.
Akan tetapi sedikit sisa-sisa dari pembuluh darah yang lebih besar tersebut
tetap bertahan selama beberapa tahun.
Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus uteri yang berkontraksi
tersebut terletak sedikit di bawah umbilikus. Bagian tersebut sebagian
besar terdiri dari miometrium yang ditutupi oleh serosa dan dilapisi oleh
desidua basalis. Dinding posterior dan anterior, dalam jarak yang terdekat,
masing-masing tebalnya 4 sampai 5 cm (Buhimschi dkk., 2003). Segera
setelah pada bagian pascapartum, berat uterus menjadi kira-kira 1.00 g.
Karena pembuluh darah ditekan oleh miometrium yang berkontraksi,
maka pada bagian tersebut tampak iskemik dibandingkan dengan uterus
hamil yang hiperemis berwarna ungu-kemerahan.
Selama nifas, tourdeforce destruksi dan dekonstruksi yang sungguh
luar biasa dimulai. Dua hari setelah pelahiran, uterus mulai berinvolusi
dan pada minggu pertama, beratnya sekitar 500 g. Pada minggu kedua,
beratnya sekitar 300 g dan telah turun masuk ke pelvis sejati. Sekitar 4
minggu setelah pelahiran, uterus kembali ke ukuran sebelum hamil yaitu
100 g atau kurang. Jumlah sel otot mungkin tidak berkurang cukup besar.
Akan tetapi, ukuran masing-masing sel menurun secara bermakna dari
500-800 pm kali 5-10 pm saat aterm menjadi 50-90 pm kali 2,5-5 pm
pascapartum. Involusi kerangka jaringan penyambung terjadi sama
cepatnya.
Universitas Sriwijaya | 8
Karena pemisahan plasenta dan membran meliputi lapisan yang seperti
spons, maka desidua basalis tidak meluruh. Desidua tetap mempunyai
variasi ketebalan yang jelas, mempunyai tampilan ireguler berupa
penonjolan yang kasar, dan diinfiltrasi oleh darah, terutama pada
perlukatan plasenta. Temuan USG. Rongga uterus memerlukan waktu 5
minggu untuk kembali ke ukuran rongga potensial sebelum hamil.

2. Selain itu, Ny. Moli juga merasa cemas karena produksi air susunya tidak
mencukupi dan anaknya sering manangis.
a. Bagaimana mekanisme produksi air susu?
Jawab: Segera setelah bayi dilahirkan, sekresi estrogen maupun
progesteron turun drastis dari plasenta memungkinkan efek laktogenik
prolaktin dari kelenjar hipofisis ibu untuk berperan dalam memproduksi
air susu secara alami, dan setelah 1 sampai 7 hari kemudian, payudara
mulai menyekresi air susu dalam jumlah sangat besar sebagai pengganti
kolostrum. Sekresi air susu ini juga memerlukan sekresi pendahuluan
yang adekuat dari sebagian besar hormon-hormon ibu lainnya, tetapi yang
paling penting adalah hormon pertumbuhan, kortisol, hormon paratiroid,
dan insulin. Hormon-hormon ini dibutuhkan untuk menyediakan asam
amino, asam lemak, glukosa, dan kalsium yang diperlukan untuk
pembentukan air susu.

Universitas Sriwijaya | 9
Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar
sewaktu tidak hamil, seperti yang tampak pada Gambar 82-11. Namun,
setiap kali ibu menyusui bayinya, sinyal saraf dari puting susu ke
hipotalamus menyebabkan lonjakan sekresi prolaktin sebesar 10—20 kali
lipat yang berlangsung kirakira 1 jam.
Prolaktin ini bekerja pada payudara ibu untuk mempertahankan
kelenjar mammae agar menyekresi air susu ke dalam alveoli untuk
periode laktasi berikutnya. Bila lonjakan prolaktin ini tidak ada atau
dihambat karena kerusakan hipotalamus atau hipofisis, atau bila laktasi
tidak berlanjut, payudara akan kehilangan kemampuannya untuk
memproduksi air susu dalam waktu sekitar 1 minggu. Akan tetapi,
produksi air susu dapat berlangsung selama beberapa tahun bila anak terus
mengisap, walaupun kecepatan pembentukan air susu biasanya jauh
berkurang setelah 7 sampai 9 bulan.
Air susu ibu diproduksi oleh sel sel epitel pada alveolus-alveolus
glandula mammae/payudara. Lalu disimpan di lumen alveolus tersebut.
Produksi air susu dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang dihasilkan oleh
hipofisis anterior/adenohipofisis. Tiap alveolus dilapisi oleh sel epitel
yang mirip dengan otot polos dan disebut sebagai sel mioepitel. Sel
tersebut akan berkontraksi jika dirangsang oleh hormone oksitosin yang
dilepaskan oleh hipofisis posterior/neurohipofisis. Ketika sel mioepitel
berkontraksi akibat rangsangan oksitosin, air susu akan diperas dari
alveolus menuju ke duktus-duktus lactiferus dan akhirnya dikeluarkan
melalui putting.

b. Bagaimana mekanisme ejeksi air susu?


Jawab: Stimulus isapan bayi pada puting susu menimbulkan sinyal
yang dijalarkan melalui saraf sensorik ke neuron oksitosin yang ada di
dalam nukleus paraventrikular dan supraoptik di hipotalamus, yang
menyebabkan timbulnya pelepasan oksitosin oleh kelenjar hipofisis
posterior. Selanjutnya oksitosin diangkut oleh darah ke payudara untuk
menimbulkan kontraksi sel mioepitel yang terletak di luar dan untuk
membentuk kisi-kisi di sekitar alveoli kelenjar payudara. Dalam waktu
kurang dari satu menit sesudah pengisapan dimulai, air susu mulai
Universitas Sriwijaya | 10
mengalir. Mekanisme ini disebut sebagai pengaliran susu (milk letdown)
atau ejeksi susu (milk ejection).
Air susu secara kontinu disekresi ke dalam alveoli payudara, tetapi air
susu tidak dapat mengalir dengan mudah dari alveoli ke dalam sistem
duktus dan, oleh karena itu, tidak bocor secara kontinu dari puting susu.
Sebaliknya, air susu harus disemprotkan (diejeksikan) dari alveoli ke
dalam duktus sebelum bayi dapat memperolehnya. Proses ini disebabkan
oleh gabungan refleks neurogenik dan hormonal yang melibatkan hormon
hipofisis posterior oksitosin, yaitu sebagai berikut.

Ketika bayi mengisap, bayi sebenarnya tidak menerima susu untuk


sekitar setengah menit pertama. Mula-mula impuls sensorik harus
ditransmisi melalui saraf somatik dari puting susu ke medula spinalis ibu

Universitas Sriwijaya | 11
lalu ke hipotalamusnya, sehingga menyebabkan sinyal-sinyal saraf yang
meningkatkan sekresi oksitosin pada saat yang bersamaan yang
menyebabkan sekresi prolaktin. Oksitosin kemudian dibawa dalam darah
ke payudara, untuk menyebabkan sel-sel mioepitel (yang mengelilingi
dinding luar alveoli) berkontraksi, dengan demikian mengalirkan air susu
dari alveoli ke dalam duktus pada tekanan +10 sampai 20 mm Hg. Pada
saat itu isapan bayi menjadi efektif dalam mengalirkan air susu, Jadi,
dalam waktu 30 detik sampai 1 menit setelah bayi mulai mengisap
payudara, air susu mulai mengalir. Proses ini disebut ejeksi air susu atau
pengaliran (let-down) air susu.
Pengisapan pada satu sisi payudara tidak hanya menyebab- kan aliran
air susu pada payudara tersebut melainkan juga pada payudara sisi yang
lain. Yang cukup menarik ialah bahwa dengan ibu membelai bayi atau
mendengar bayi menangis sering memberi cukup sinyal emosional ke
hipotalamus ibu untuk menyebabkan penyemprotan air susu.

c. Berapa banyak ejeksi air susu yang normal?


Jawab: Air susu yang diproduksi oleh ibu pasca melahirkan pada 24 jam
pertama berjumlah sekitar 100 ml. Lalu pada hari ke 4 atau 5 naik menjadi
500-750 ml per hari. Pada hari ke 8 akan naik menjadi 600 – 700 ml per
hari.
Pada puncak laktasi seorang ibu, 1,5 liter air susu dapat terbentuk
setiap hari (dan bahkan lebih lagi bila ibu mempunyai anak kembar).
Dengan derajat laktasi ini, sejumlah besar energi dialirkan dari ibu; sekitar
650 sampai 750 Kal/L (atau 19 sampai 22 Kal/ons) terkandung dalam air
susu ibu, meskipun komposisi dan kandungan kalori air susu tersebut
bergantung kepada diet ibu dan berbagai faktor seperti kemontokan
payudara.

d. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi laktasi?


Jawab: Produksi air susu sangat bergantung pada pelepasan hormon
prolaktin oleh adenohipofisis yang dirangsang oleh rangsangan dari luar
seperti isapan bayi saat menyusui atau bahkan tangisan bayi. Rangsangan
tersebut dapat merangsang saraf aferen untuk menyalurkan impuls ke
Universitas Sriwijaya | 12
hipotalamus yang akan merangsang adenohipofisis untuk melepaskan
prolaktin.
Penghambatan Ejeksi Air Susu. Masalah khusus dalam menyusui bayi
adalah kenyataan bahwa banyak faktor psikogenik atau bahkan
perangsangan sistem saraf simpatis umum di seluruh tubuh ibu dapat
menghambat sekresi oksitosin dan akibatnya menekan ejeksi air susu.
Oleh karena alasan ini, banyak ibu harus mendapat masa penyesuaian
setelah melahirkan yang tidak boleh terganggu jika ibu ingin berhasil
menyusui bayinya.
Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung stimulasi pada
kelenjar payudara. Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI
antara lain:
I. Frekuensi penyusuan.
II. Berat lahir bayi
III. Umur kehamilan saat melahirkan
IV. Umur dan paritas
V. Stress dan penyakit akut
VI. Konsumsi rokok
VII. Konsumsi alkohol
VIII. Pil kontrasepsi
IX. Makanan ibu
X. Dukungan suami dan keluarga
XI. Perawatan payudara
XII. Jenis persalinan

3. Kekhawatirannya bertambah mengingat ia harus kembali bekerja selama 8


jam setiap hari setelah 3 bulan masa cuti berakhir.
a. Bagaimana cara ibu dapat tetap bekerja tapi tetap dapat menyusui bayinya?
Jawab: Seorang ibu dapat menggunakan pompa ASI jika ia tidak sempat
menyusui bayinya karena bekerja. ASI dapat dipompa mengikuti jam
menyusui sekitar 3 jam sekali

Universitas Sriwijaya | 13
b. Apakah ketidakstabilan emosi dapat mempengaruhi produksi air susu dan
laktasi? Jelaskan alasannya?
Jawab: Ya, faktor psikologis seperti stress dapat menghambat pelepasan
hormon oksitosin, sehingga menghambat ejeksi air susu.

4. Berat badan Ny. Moli juga belum banyak berkurang.


a. Berapa pertambahan berat badan normal saat hamil dan pengurangan berat
badan normal setelah melahirkan?
Jawab: Penambahan berat badan rata-rata selama kehamilan adalah sekitar
25 sampai 35 pon (± 11-16 kg), dengan sebagian besar penambahan berat
badan terjadi selama dua trimester terakhir. Dari kenaikan berat badan ini,
sekitar 8 pon adalah fetus, dan 4 pon adalah cairan amnion, plasenta, dan
selaput amnion. Uterus meningkat sekitar 3 pon, payudara 2 pon, serta
masih tersisa peningkatan berat badan sekitar 8 sampai 18 pon. Sekitar 5
pon merupakan cairan tambahan dalam darah dan cairan ekstraselular, dan
sisanya 3 sampai 13 pon pada umumnya merupakan kumpulan lemak.
Cairan tambahan tersebut diekskresi ke dalam urine selama beberapa hari
pertama setelah persalinan, yaitu, setelah hilangnya hormon penahan cairan
dari plasenta.
Selama kehamilan, seorang perempuan sering mengalami peningkatan
nafsu makan yang sangat besar, sebagian disebabkan oleh pemindahan
bahan-bahan makanan dari darah ibu ke fetus dan sebagian karena faktor
hormonal. Tanpa pengaturan diet antenatal yang baik, penambahan berat
badan ibu bisa mencapai 75 pon dibanding biasanya, sekitar 25 sampai 35
pon.
Di samping kehilangan berat badan 5 sampai 6 kg karena pengeluaran
bayi dan kehilangan darah normal, biasanya terdapat penurunan lebih lanjut
2 sampai 3 kg melalui diuresis. Chesley dkk (1959) menunjukkan
penurunan ruang natrium sekitar 2 L selama minggu pertama pascapartum.
Menurut Schauberger dan asisten penelitinya (1992), berat badan turun
mendekati sebelum hamil dalam 6 bulan setelah persalinan, tetapi tetap
berlebih rata-rata 1,4 kg (3 lb). Wanita yang kurang mampu cenderung
berat badannya menetap seperti waktu hamil (Olson dkk., 2003).

Universitas Sriwijaya | 14
b. Apa dampak yang dapat terjadi jika berat badan ibu setelah melahirkan
tidak sesuai batas normal?
Jawab: Weight Gain During Pregnancy
i. Pregnancy weight gain guidelines

ii. When you're carrying twins or other multiples

Jika kelebihan berat badan akan meningkatkan beberapa factor, diantaranya


i. Tekanan darah tinggi
ii. Macrosomia (bayi besar)
iii. Gestational diabetes
iv. A caesarean
v. A premature labour and birth

Universitas Sriwijaya | 15
5. Pemeriksaan tanda vital
- BB: 65 kg ; TB: 160 cm - Frekuensi nadi: 80 x/menit
- Kesadaran: Compos mentis - Temperatur axilla : 36,5⁰C
- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Frekuensi Napas: 20 x/menit
a. Bagaimana indikasi normal pada tanda vital bagi ibu setelah melahirkan?
Jawab:
i. Suhu tubuh: 35-37oC
ii. Tekanan Darah: 90-120/60-80 mmHg
iii. Denyut Nadi 80-90, <100x per menit
iv. Respirasi: 16-24x per menit
Hasil pemeriksaan tanda vital dapat memberi informasi apakah sang
ibu masih tergolong sehat ataupun terdapat kesalahan atau komplikasi pada
tubuhnya. Seperti contoh pemeriksaan kesadaran apakah masih
sepenuhnya sadar atau tidak, tekanan darah yang masih di atas ambang
hipotensi (90/60 mmHg) dan di bawah ambang hipertensi (140/90 mmHg).
Serta pemeriksaan frekuensi nadi dan napas yang normal.

6. Pemeriksaan khusus
a. Bagaimana kondisi payudara ibu pada masa menyusui?
Jawab: Payudara ibu saat menyusui membesar akibat efek dari tingginya
kadar estrogen dan progesterone saat kehamilan, serta pada lumen
alveolus setiap lobus sekretoriusnya dipenuhi oleh secret berupa air susu
(ASI).

b. Bagaimana kondisi abdomen ibu setelah melahirkan?


Jawab: perut ibu mengalami diastasis recti abdominis yaitu tidak
kembalinya keelastisitasan m. rectus abdominis dan linea alba akibat
peregangan yang terlalu lama.

Universitas Sriwijaya | 16
c. Bagaimana kondisi genitalia eksterna pada ibu setelah melahirkan?
Jawab: terjadi pembesaran payudara disebabkan oleh kombinasi
akumulasi dan stasis air susu serta peningkatan vaskularitas dan kongesti.
Kombinasi ini mengakibatkan kongesti lebih lanjut karena stasis limfatik
dan vena. Hal ini terjadi saat pasokan air susu meningkat, pada sekitar
hari ketiga post partum baik pada ibu menyusui maupun tidak menyusui
dan berakhir sekitar 24 hingga 48 jam. Payudara juga membesar akibat
munculnya hormon progesteron dalam pembetukan lobulus & alveoli dan
estrogen dalam pembentukan duktus sekretorius.
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan, setelah beberapa hari organ ini kembali dalam keadaan
kendor. Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat
perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara
spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Kemudian
Ostium extemum tidak dapat kembali sempuma ke keadaan sebelum
hamil. Bagian tersebut tetap agak lebar, dan secara khas, cekungan di
kedua sisi pada tempat laserasi menjadi permanen.
Selama persalinan, batas serviks bagian luar, yang berhubungan
dengan ostium externum, biasanya mengalami laserasi, terutama di lateral.
Pembukaan serviks berkontraksi secara perlahan dan selama beberapa hari
setelah persalinan masih sebesar dua jari. Di akhir minggu pertama,
pembukaan ini menyempit, serviks menebal dan kanalis endoservikal
kembali terbentuk. Ostium extemum tidak dapat kembali sempuma ke
keadaan sebelum hamil. Bagian tersebut tetap agak lebar, dan secara khas,
cekungan di kedua sisi pada tempat laserasi menjadi permanen.

Universitas Sriwijaya | 17
Pada awal masa nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan
timbulnya duh vagina dalam jumlah yang beragam. Duh tersebut
dinamakan lokia dan terdiri dari eritrosit, potongan jaringan desidua, sel
epitel, dan bakteri. Pada beberapa hari pertama setelah pelahiran, duh
tersebut berwarna merah karena adanya darah dalam jumlah yang cukup
banyak—lokia rubra. Setelah 3 atau 4 hari, lokia menjadi semakin pucat—
lokia serosa . Setelah kira-kira pada hari ke-10, karena campuran leukosit
dan penurunan kandungan cairan, lokia berwarna putih atau putih
kekuningan— lokia alba . Lokia bertahan selama 4 sampai 8 minggu
setelah pelahiran (Visness dan dkk, 1997).

a. Bagaimana perubahan fisiologi cairan tubuh pada wanita sebelum


hamil, saat hamil dan setelah melahirkan?
Jawab: Adanya perubahan komposisi darah dan cairan leukositosis dan
trombositosis yang bermakna dapat terjadi selama dan setelah
persalinan. Jumlah sel darah putih kadang mencapai 30.000/pL, dan
peningkatan tersebut terutama terjadi karena granulositosis. Terdapat
limfopenia relatif dan eosinopenia absolut. Normalnya, selama
beberapa hari pertama pascapartum, konsentrasi hemoglobin dan
hematokrit berfluktuasi sedang. Jika jumlahnya turun jauh dibawah
level tepat sebelum persalinan, maka telah terjadi kehilangan darah
dalam jumlah yang cukup banyak. Walaupun tidak diteliti secara luas,
pada sebagian besar wanita, volume darah hampir kembali ke keadaan
sebelum hamil 1 minggu setelah persalinan. Curah jantung biasanya
tetap naik dalam 24 sampai 48 jam pascapartum dan menurun. ke nilai

Universitas Sriwijaya | 18
sebelum hamil dalam 10 hari (Robson dkk., 1987). Frekuensi jantung
berubah mengikuti pola ini. Resistensi vaskular sistemik mengikuti
secara berlawanan. Nilainya tetap di kisaran terendah nilai pada masa
kehamilan selama 2 hari pascapartum dan kemudian mulai terus
meningkat ke nilai normal sebelum hamil. Perubahan faktor
pembekuan darah yang disebabkan kehamilan menetap dalam jangka
waktu yang bervariasi selama nifas. Peningkatan fibrinogen plasma
dipertahankan minimal melewati minggu pertama, demikian juga
dengan laju endap darah. Kehamilan normal dihubungkan dengan
peningkatan cairan ekstraseluler yang cukup besar, dan diuresis pasca-
partum merupakan kompensasi yang fisiologis untuk keadaan ini. Ini
terjadi teratur antara hari kedua dan kelima dan berkaitan dengan
hilangnya hipervolemia kehamilan residual. Pada preeklamsia, baik
retensi cairan antepartum maupun diuresis pascapartum dapat sangat
meningkat

7. Dokter menyimpulkan bahwa Ny. Moli mengalami proses involusi uterus


yang normal dan laktasi normal dan dokter memberikan edukasi mengenai
cara dan waktu yang tepat untuk menyusui.
a. Kapan saja waktu yang tepat untuk menyusui bayi?
Jawab: Setiap bayi berbeda. Seberapa banyak dan seberapa sering bayi
Anda menyusu akan tergantung pada kebutuhan bayi Anda. Berikut
adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang seberapa banyak dan
seberapa sering bayi menyusui selama hari-hari pertama, minggu, dan
bulan kehidupan.
Hari Pertama
i. Perut bayi Anda yang baru lahir itu kecil. Ia tidak perlu banyak
susu setiap kali menyusui untuk kenyang.
ii. Bayi Anda mungkin ingin makan sesering setiap 1 hingga 3 jam.
Menyusui yang sering membantu meningkatkan suplai ASI dan
memberi bayi Anda kebiasaan mengisap dan menelan.
iii. Sebagian besar bayi yang mendapat ASI tidak boleh diberi susu
formula dalam beberapa hari pertama. Jika Anda khawatir tentang
memenuhi kebutuhan bayi Anda, bicarakan dengan konsultan
Universitas Sriwijaya | 19
laktasi, atau perawat atau dokter bayi Anda , segera untuk
mengetahui cara mengatasi masalah menyusui dan menentukan
cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan bayi Anda.
Minggu dan Bulan Pertama
i. Saat bayi Anda tumbuh, perutnya juga tumbuh. Bayi Anda secara
bertahap akan dapat minum lebih banyak ASI pada setiap
menyusui.
ii. Selama beberapa minggu dan bulan pertama, waktu antara
menyusui akan mulai menjadi lebih lama — rata-rata setiap 2
hingga 4 jam untuk sebagian besar ikon peringatan yang disusui
secara eksklusif. bayi. Beberapa bayi dapat menyusu sesering
setiap jam, sering disebut pemberian kluster, atau memiliki
interval tidur yang lebih lama yaitu 4 hingga 5 jam.
iii. Seberapa sering menyusui bayi Anda dapat berubah tergantung
pada waktu hari. Beberapa sesi makan mungkin lama, dan lainnya
pendek. Tidak apa-apa. Bayi umumnya akan mengambil apa yang
mereka butuhkan di setiap menyusui dan berhenti makan ketika
mereka kenyang. Mereka harus tampak puas dan mengantuk
setelah menyusui ketika mereka sudah cukup susu.
iv. Bayi Anda akan menyusui sekitar 8 hingga 12 kali dalam 24 jam.
6 hingga 12 Bulan
i. Pola menyusui bayi yang disusui (seberapa sering dan berapa lama
mereka menyusui) bervariasi dan kemungkinan akan berubah ketika
mereka tumbuh dan mulai makan lebih banyak makanan padat.
ii. Lanjutkan untuk mengikuti isyarat dan menyusui bayi Anda ketika
Anda melihat tanda-tanda lapar (kadang-kadang disebut "menyusui
sesuai permintaan").
iii. Jika bayi Anda tampaknya kurang tertarik untuk menyusui setelah
Anda memperkenalkan makanan padat, cobalah menyusui terlebih
dahulu sebelum Anda menawarkan makanan padat.
12 hingga 24 Bulan
i. Jumlah kali sehari menyusui ASI bervariasi. Beberapa ingin
menyusui hanya sebelum tidur atau di pagi hari, sementara yang lain
terus minum ASI sebagai porsi yang lebih besar dari makanan
Universitas Sriwijaya | 20
sehari-hari mereka. Terus ikuti petunjuk anak Anda untuk
memutuskan kapan ia lapar dan ingin menyusui.

b. Bagaimana cara yang tepat dalam menyusui bayi?


Jawab:
i. Cuci tangan dengan sabun menggunakan air bersih yang mengalir.
ii. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan pada puting dan areola
sekitarnya.
iii. Letakkan bayi menghadap perut ibu atau payudara, mulailah
menyusui dari payudara yang terakhir belum dikosongkan
iv. Jika payudara besar, pegang payudara dengan ibu jari dan jari
lainnya menopang bagian payudara.
v. Rangsang bayi menggunakan jari yang didekatkan ke sisi mulut bayi
(bisa menggunakan kelingking).
vi. Dekatkan dengan cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian
masukkan puting dan areola ke mulut bayi.
vii. Setelah payudara yang dihisap terasa kosong, lepaskan isapan bayi
dengan menekan dagu ke bawah atau jari kelingking ibu
ditempelkan ke mulut bayi. Susui berikutnya mulai dari payudara
yang belum terkosongkan.
viii. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan pada puting dan areola
sekitarnya, kemudian biarkan kering dengan sendirinya (jangan
dilap).
ix. Sendawakan bayi.
x. Selalu minum air putih minimal 1 gelas setelah menyusui.

Universitas Sriwijaya | 21
c. Bagaimana mekanisme involusi uterus pada ibu setelah melahirkan?
Jawab: Involusi uterus dimulai setelah proses persalinan yaitu setelah
plasenta dilahirkan. Proses involusi berlangsung kira – kira selama 6
minggu. Setelah plasenta terlepas dari uterus, fundus uteri dapat dipalpasi
dan berada pada pertengahan pusat dan symphisis pubis atau sedikit lebih
tinggi. Tinggi fundus uteri setelah persalinan diperkirakan sepusat atau 1
cm dibawah pusat. Proses involusi uterus yang terjadi pada masa nifas
melalui tahapan berikut:
i. Autolysis. Autolysis merupakan proses peghancuran diri sendiri
yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga
10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama
kehamilan. Diketahui adanya penghancuran protoplasma dan
jaringan yang diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal.
Inilah sebabnya beberapa hari setelah melahirkan ibu sering buang
air besar. Pengrusakan secara langsung jaringan hipertropi yang
berlebihan ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan
progesteron.
ii. Atrofi Jaringan. Atrofi jaringan yaitu jaringan yang berpoliferasi
dengan adanya penghentian produksi estrogen dalam jumlah besar
yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada
otot – otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan
terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi
menjadi endometrium yang baru. Setelah kelahiran bayi dan
plasenta, otot uterus berkontraksi sehingga sirkulasi darah ke uterus
terhenti yang menyebabkan uterus kekurangan darah (lokal
iskhemia). Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi dan
retraksi yang cukup lama seperti tersebut diatas tetapi disebabkan
oleh pengurangan aliran darah ke uterus, karena pada masa hamil
uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan
janin. Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke
uterus mengadakan hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan
tidak diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang, kembali
seperti biasa.
Universitas Sriwijaya | 22
iii. Efek Oksitosin. Oksitosin merupakan zat yang dapat merangsang
myometrium uterus sehingga dapat berkontraksi. Kontraksi uterus
merupakan suatu proses yang kompleks dan terjadi karena adanya
pertemuan aktin dan myosin. Dengan demikian aktin dan myosin
merupakan komponen kontraksi. Pertemuan aktin dan myosin
disebabkan karena adanya myocin light chine kinase (MLCK) dan
dependent myosin ATP ase, proses ini dapat dipercepat oleh
banyaknya ion kalsium yang masuk dalam sel, sedangkan oksitosin
merupakan suatu hormon yang memperbanyak masuknya ion
kalsium ke dalam intra sel. Sehingga dengan adanya oksitosin akan
memperkuat kontraksi uterus. Intensitas kontaksi uterus meningkat
secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai
respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar.
Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar hipofisis memperkuat
dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah dan
membantu proses homeostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterin
akan mengurangi perdarahan. Selama 1 sampai 2 jam pertama masa
nifas intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur,
karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi
uterus pada masa ini.
iv. Pengukuran involusi uterus dapat dilakukan dengan mengukur
tinggi fundus uteri, kontraksi uterus dan juga dengan pengeluaran
lokia.
Tinggi Fundus Uteri (TFU). Setelah bayi dilahirkan, uterus
yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan
menjadi keras sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang
bermuara pada bekas implantasi plasenta. Pada hari pertama ibu
nifas tinggi fundus uteri kira-kira satu jari bawah pusat (1 cm). Pada
hari kelima nifas uterus menjadi 1/3 jarak antara symphisis ke pusat.
Dan hari ke 10 fundus sukar diraba di atas symphisis. Tinggi fundus
uteri menurun 1 cm tiap hari. Secara berangsurangsur menjadi kecil
(involusi) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
i. Lokia. Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Lokia mempuyai bau yang khas yang
Universitas Sriwijaya | 23
beda dengan bau menstruasi. Lokia di mulai sebagai suatu pelepasan
cairan dalam jumlah yang banyak pada jam pertama setelah
melahirkan. Jumlah rata-rata pengeluaran lokia adalah kira-kira 240-
270 ml. Berikut ini adalah beberapa jenis lokia yang terdapat pada
wanita masa nifas yaitu :
1) Lokia rubra berwarna merah karena berisi darah segar dan
sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo,
dan mekonium. Ini berlangsung sampai 2 - 3 hari setelah
persalinan.
2) Lokia sanguilenta berwarna merah kecoklatan, berisi darah
dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 setelah
melahirkan.
3) Lokia serosa cairan berwarna kuning kecoklatan karena
mengandung serum, leukosit dan robekan plasenta. Lendir ini
keluar pada hari ke-7 hingga hari ke-14 setelah melahirkan.
4) Lokia alba atau putih, mengandung leukosit, sel desidua, sel
epitel, selaput lendir servik dan serabut jaringan yang mati. Ini
berlangsung selama 2-6 minggu setelah melahirkan
ii. Proses laktasi juga mempengaruhi involusi uterus. Laktasi adalah
produksi dan pengeluaran ASI, laktasi ini dapat dipercepat dengan
memberikan rangsangan putting susu (isapan bayi/ meneteki bayi).
Pada puting susu terdapat saraf - saraf sensorik yang jika mendapat
rangsangan (isapan bayi) maka timbul impuls menuju hipotalamus
kemudian disampaikan pada kelenjar hipofisis bagian depan dan
belakang. Pada kelenjar hipofisis bagian depan akan mempengaruhi
pengeluaran hormon prolaktin yang berperan dalam peningkatan
produksi ASI, sedangkan kelenjar hipofisis bagian belakang akan
mempengaruhi pengeluaran hormon oksitosin yang berfungsi
memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan
dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar serta memacu
kontraksi otot rahim sehingga involusi uterus berlangsung lebih
cepat.

Universitas Sriwijaya | 24
d. Apa saja indikator ASI yang tercukupi pada bayi?
Jawab:

E. Learning Issues
1. Fisiologi reproduksi wanita pasca melahirkan
2. Fisiologi laktasi
3. Fisiologi uterus pasca melahirkan
4. Fisiologi cairan tubuh sebelum hamil, saat hamil, dan setelah melahirkan

F. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan


What We What We How We
What We
No. Pokok Bahasan Don't Have to Will
Know
Know Prove Learn
1. Fisiologi .siklus Pertambahan Textbook,
reproduksi ovarium dan dan Internet,
wanita pasca sikulu uterus, pengurangan Jurnal
melahirkan genitalia berat badan
eksterna dan setelah

Universitas Sriwijaya | 25
melahirkan,
dampak berat
interna
badan saat
reproduksi
hamil dan
wanita
pasca
melahirkan
Mekanisme
Faktor
produksi air
pendukung
susu dan
dan
laktasi,
penghambat
mekanisme
laktasi,
ejeksi
Organ yang kondisi Textbook,
laktasi,
2. Fisiologi laktasi terlibat dalam payudara ibu Internet,
Indikator
proses laktasi pada masa Jurnal
ASI yang
menyusui,
tercukupi
waktu tepat
pada bayi,
untuk
cara tepat
menyusui
menyusui
bayi
bayi,
Kondisi
Mekanisme rahim
Fisiologi uterus involusi sebelum Textbook,
3. pasca uterus hamil, saat Internet,
melahirkan setelah hamil, dan Jurnal
melahirkan setelah
melahirkan
4. Fisiologi cairan Perubahan Textbook,
tubuh fisiologi Internet,
cairan tubuh Jurnal
pada wanita
sebelum
hamil, saat
hamil, dan

Universitas Sriwijaya | 26
setelah
melahirkan

G. Sintesis Masalah
1. Perubahan fisiologi uterus

i. Rahim meningkat dari ukuran pir kecil (tidak hamil) untuk


mengakomodasi bayi cukup bulan pada usia kehamilan 40
minggu.
ii. Jaringan dari mana rahim dibuat terus tumbuh selama 20 minggu
pertama, dan beratnya bertambah dari sekitar 50-1000 gram.
iii. Setelah waktu ini, tidak bertambah berat, tetapi membentang
untuk mengakomodasi pertumbuhan bayi, plasenta, dan
cairan ketuban.
iv. Pada saat kehamilan telah mencapai jangka waktu penuh, rahim
akan meningkat sekitar 5 kali ukuran normalnya dari 7,5—30
cm, lebar 5—23 cm, dan kedalaman 2,5—20 cm.
v. Pelunakan dan kompresibilitas segmen uterus bagian bawah
terjadi pada sekitar 6 minggu kehamilan yang disebut tanda
Hegar. Saat ukuran uterus bertambah, aliran darah juga
meningkat. Berat janin, rahim yang membesar, plasenta, dan
cairan ketuban, seiring dengan meningkatnya kelengkungan
punggungnya, menyebabkan ketegangan besar pada tulang dan
otot wanita itu. Akibatnya, banyak pertanda hamil mengalami sakit
punggung

Universitas Sriwijaya | 27
Uterus yang tidak hamil terletak di rongga pelvis di antara kandung
kemih di anterior dan rektum di posterior. Hampir seluruh dinding posterior
uterus ditutupi oleh serosa, yang merupakan peritoneum viserale. Bagian
bawah peritoneum ini membentuk batas cavum douglas. Hanya bagian atas
dinding anterior uterus yang sangat ditutupi (Gbr. 2-8).

Peritoneum di daerah ini juga mengarah ke depan ke kandung kemih


membentuk kavum vesikouterinum.

Uterus digambarkan berbentuk piriformis atau berbentuk buah pir, dan


ditunjukkan di Gambar 2-9, seperti pir yang rata. Uterus terdiri dari dua bagian
utama, tetapi tidak seimbang bagian segitiga atas— badan atau corpus , dan
bagian silindris bawah— serviks , yang masuk ke dalam vagina.
Perubahan uterus yang disebabkan kehamilan merangsang
pertumbuhan uterus yang sangat cepat berupa hipertrofi serat-serat otot uterus.

Universitas Sriwijaya | 28
Berat uterus meningkat dari 70 g menjadi kira-kira 1100 g saat cukup bulan.
Volume totalnya rata-rata 5 L. Fundus uteri, yang sebelumnya berbentuk
cembung yang datar di antara tempat insersi tuba, kini berbentuk kubah.
Ligamentum teres uteri kini tampak menyisip ke pertemuan sepertiga atas dan
tengah uterus. Tuba uterina memanjang, tetapi ovarium secara keseluruhan
tampak tidak berubah.
Pada wanita tak hamil, uterus adalah suatu struktur yang hampir solid
dengan berat sekitar 70 g dan rongga berukuran 10 mL atau kurang. Selama
kehamilan, uterus berubah menjadi organ muskular dengan dinding relatif tipis
yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion. Volume total isi
uterus pada aterm adalah sekitar 5 L meskipun dapat juga mencapai 20 L atau
lebih. Pada akhir kehamilan, uterus telah mencapai kapasitas yang 500 sampai
1000 kali lebih besar daripada keadaan tak hamil. Peningkatan berat uterus
juga setara sehingga pada aterm organ ini memiliki berat sekitar 1100 g.
Selama kehamilan, pembesaran uterus terjadi akibat peregangan dan
hipertrofi mencolok sel-sel otot, sementara produksi miosit baru terbatas.
Peningkatan ukuran sel otot ini diiringi oleh akumulasi jaringan fibrosa,
terutama di lapisan otot eksternal, dan peningkatan bermakna jaringan elastik.
Anyaman yang terbentuk ikut memperkuat dinding uterus.
Meskipun mengalami penebalan yang lebih bermakna selama beberapa
bulan pertama kehamilan, dinding korpus sebenarnya menipis seiring dengan
kemajuan gestasi. Pada aterm, ketebalan dinding ini hanya 1 sampai 2 cm atau
kurang. Pada bulan-bulan terakhir, uterus berubah menjadi suatu kantung
berotot dengan dinding yang tipis, lunak, dan lentur sehingga janin dapat
teraba dari luar. Hipertrofi uterus, pada awal kehamilan diperkirakan
dirangsang oleh efek estrogen dan, mungkin, progesteron. Tampak jelas
bahwa hipertrofi pada awal kehamilan ini tidak semata-mata terjadi sebagai
respons terhadap peregangan mekanis oleh produk konsepsi, karena perubahan
uterus serupa juga diamati pada kehamilan ektopik. Tetapi setelah sekitar 12
minggu, peningkatan ukuran uterus terutama berkaitan dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh hasil konsepsi yang terus membesar.
Pembesaran uterus paling mencolok terjadi di fundus. Pada bulan-
bulan pertama kehamilan, tuba uterina serta ligamentum ovarii proprium dan
ligamentum teres uteri melekat sedikit di bawah apeks fundus. Pada bulan-
Universitas Sriwijaya | 29
bulan selanjutnya, struktur-struktur tersebut terletak sedikit di atas bagian
tengah uterus. Posisi plasenta juga memengaruhi tingkat hipertrofi uterus,
karena bagian uterus yang mengelilingi tempat plasenta melekat, membesar
lebih cepat daripada bagian uterus lainnya,
Selama beberapa minggu pertama, uterus mempertahankan bentuknya
yang mirip buah pir, tetapi seiring dengan kemajuan kehamilan, korpus dan
fundus mengambil bentuk lebih membulat, dan menjadi hampir sferis pada 12
minggu. Kemudian organ ini mengalami peningkatan pesat dalam ukuran
panjangnya daripada lebamya dan mengambil bentuk ovoid. Pada akhir
minggu ke-12, uterus menjadi terlalu besar untuk seluruhnya tetap berada di
dalam panggul. Uterus yang terus membesar ini kemudian berkontak dengan
dinding anterior abdomen, menggeser usus ke lateral dan superior, dan terus
tumbuh sehingga akhirnya hampir mencapai hati. Sewaktu muncul dari
panggul, uterus biasanya mengalami rotasi ke kanan. Dekstrorotasi ini
kemungkinan besar disebabkan oleh adanya rektosigmoid di sisi kisi panggul.
Seiring dengan naiknya uterus, tegangan pada ligamentum latum dan
rotundum juga meningkat.
Pada pasca melahirkan, terdapatnya peningkatan aliran darah uterus
masif yang penting untuk mempertahankan kehamilan, dimungkinkan oleh
adanya hipertrofi dan remodeling signifikan yang terjadi pada semua
pembuluh darah pelvis. Setelah pelahiran, diameternya berkurang kira-kira ke
ukuran sebelum kehamilan. Pada uterus puerpural, pembuluh darah yang
membesar menjadi tertutup oleh perubahan hialin, secara perlahan terabsorbsi
kembali, kemudian digantikan oleh yang lebih kecil. Akan tetapi sedikit sisa-
sisa dari pembuluh darah yang lebih besar tersebut tetap bertahan selama
beberapa tahun.
Selama persalinan, batas serviks bagian luar, yang berhubungan
dengan ostium externum, biasanya mengalami laserasi, terutama di lateral.
Pembukaan serviks berkontraksi secara perlahan dan selama beberapa hari
setelah persalinan masih sebesar dua jari. Di akhir minggu pertama,
pembukaan ini menyempit, serviks menebal dan kanalis endoservikal kembali
terbentuk. Ostium extemum tidak dapat kembali sempuma ke keadaan
sebelum hamil. Bagian tersebut tetap agak lebar, dan secara khas, cekungan di
kedua sisi pada tempat laserasi menjadi permanen. Perubahan-perubahan ini
Universitas Sriwijaya | 30
merupakan karakteristik serviks para. Segmen uterus bagian bawah yang
menipis secara nyata mengalami kontraksi dan retraksi, namun tidak sekuat
pada corpus uteri. Selama beberapa minggu berikutnya, segmen bawah yang
sebelumnya secara jelas merupakan substruktur tersendiri yang cukup besar
untuk mengakomodasi kepala bayi, berubah menjadi isthmus uteri yang
hampir tidak terlihat yang terletak di antara corpus dan ostium internum.
Epitel serviks juga mengalami remodeling yang bermakna, dan ini
sesungguhnya bermanfaat.
Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus uteri yang berkontraksi
tersebut terletak sedikit di bawah umbilikus. Bagian tersebut sebagian besar
terdiri dari miometrium yang ditutupi oleh serosa dan dilapisi oleh desidua
basalis. Dinding posterior dan anterior, dalam jarak yang terdekat, masing-
masing tebalnya 4 sampai 5 cm (Buhimschi dkk., 2003). Segera setelah pada
bagian pascapartum, berat uterus menjadi kira-kira 1.00 g. Karena pembuluh
darah ditekan oleh miometrium yang berkontraksi, maka pada bagian tersebut
tampak iskemik dibandingkan dengan uterus hamil yang hiperemis berwarna
ungu-kemerahan.
Pada awal masa nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan
timbulnya duh vagina dalam jumlah yang beragam. Duh tersebut dinamakan
lokia dan terdiri dari eritrosit, potongan jaringan desidua, sel epitel, dan
bakteri. Pada beberapa hari pertama setelah pelahiran, duh tersebut berwarna
merah karena adanya darah dalam jumlah yang cukup banyak—Vcia rubra.
Setelah 3 atau 4 hari, lokia menjadi semakin pucat— lokia serosa . Setelah
kira-kira pada hari ke-10, karena campuran leukosit dan penurunan kandungan
cairan, lokia berwarna putih atau putih kekuningan— lokia alba . Lokia
bertahan selama 4 sampai 8 minggu setelah pelahiran (Visness dan dkk, 1997).
Selama nifas, tourdeforce destruksi dan dekonstruksi yang sungguh
luar biasa dimulai. Dua hari setelah pelahiran, uterus mulai berinvolusi dan
pada minggu pertama, beratnya sekitar 500 g. Pada minggu kedua, beratnya
sekitar 300 g dan telah turun masuk ke pelvis sejati. Sekitar 4 minggu setelah
pelahiran, uterus kembali ke ukuran sebelum hamil yaitu 100 g atau kurang.
Jumlah sel otot mungkin tidak berkurang cukup besar. Akan tetapi, ukuran
masing-masing sel menurun secara bermakna dari 500-800 pm kali 5-10 pm

Universitas Sriwijaya | 31
saat aterm menjadi 50-90 pm kali 2,5-5 pm pascapartum. Involusi kerangka
jaringan penyambung terjadi sama cepatnya.
Karena pemisahan plasenta dan membran meliputi lapisan yang seperti
spons, maka desidua basalis tidak meluruh. Desidua tetap mempunyai variasi
ketebalan yang jelas, mempunyai tampilan ireguler berupa penonjolan yang
kasar, dan diinfiltrasi oleh darah, terutama pada perlukatan plasenta. Temuan
USG. Rongga uterus memerlukan waktu 5 minggu untuk kembali ke ukuran
rongga potensial sebelum hamil.
Dalam 2 atau 3 hari setelah pelahiran, desidua yang tersisa
berdiferensiasi menjadi dua lapisan. Lapisan superfisial menjadi nekrotik dan
meluruh masuk ke dalam lokia. Lapisan basal yang berdekatan dengan
miometrium tetap utuh dan merupakan sumber endometrium baru.
Endometrium tumbuh dari proliferasi sisa kelenjar endometrium dan stroma
jaringan ikat interglandular.

2. Mekanisme laktasi
Produksi air susu
Segera setelah bayi dilahirkan, sekresi estrogen maupun progesteron
turun drastis dari plasenta memungkinkan efek laktogenik prolaktin dari
kelenjar hipofisis ibu untuk berperan dalam memproduksi air susu secara
alami, dan setelah 1 sampai 7 hari kemudian, payudara mulai menyekresi air
susu dalam jumlah sangat besar sebagai pengganti kolostrum. Sekresi air susu
ini juga memerlukan sekresi pendahuluan yang adekuat dari sebagian besar
hormon-hormon ibu lainnya, tetapi yang paling penting adalah hormon
pertumbuhan, kortisol, hormon paratiroid, dan insulin. Hormon-hormon ini
dibutuhkan untuk menyediakan asam amino, asam lemak, glukosa, dan
kalsium yang diperlukan untuk pembentukan air susu.

Universitas Sriwijaya | 32
Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar
sewaktu tidak hamil. Namun, setiap kali ibu menyusui bayinya, sinyal saraf
dari puting susu ke hipotalamus menyebabkan lonjakan sekresi prolaktin
sebesar 10—20 kali lipat yang berlangsung kirakira 1 jam.
Prolaktin ini bekerja pada payudara ibu untuk mempertahankan
kelenjar mammae agar menyekresi air susu ke dalam alveoli untuk periode
laktasi berikutnya. Bila lonjakan prolaktin ini tidak ada atau dihambat karena
kerusakan hipotalamus atau hipofisis, atau bila laktasi tidak berlanjut,
payudara akan kehilangan kemampuannya untuk memproduksi air susu dalam
waktu sekitar 1 minggu. Akan tetapi, produksi air susu dapat berlangsung
selama beberapa tahun bila anak terus mengisap, walaupun kecepatan
pembentukan air susu biasanya jauh berkurang setelah 7 sampai 9 bulan.
Air susu ibu diproduksi oleh sel sel epitel pada alveolus-alveolus
glandula mammae/payudara. Lalu disimpan di lumen alveolus tersebut.
Produksi air susu dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang dihasilkan oleh
hipofisis anterior/adenohipofisis. Tiap alveolus dilapisi oleh sel epitel yang
mirip dengan otot polos dan disebut sebagai sel mioepitel. Sel tersebut akan
berkontraksi jika dirangsang oleh hormone oksitosin yang dilepaskan oleh

Universitas Sriwijaya | 33
hipofisis posterior/neurohipofisis. Ketika sel mioepitel berkontraksi akibat
rangsangan oksitosin, air susu akan diperas dari alveolus menuju ke duktus-
duktus lactiferus dan akhirnya dikeluarkan melalui putting.
Ejeksi air susu
Stimulus isapan bayi pada puting susu menimbulkan sinyal yang
dijalarkan melalui saraf sensorik ke neuron oksitosin yang ada di dalam
nukleus paraventrikular dan supraoptik di hipotalamus, yang menyebabkan
timbulnya pelepasan oksitosin oleh kelenjar hipofisis posterior. Selanjutnya
oksitosin diangkut oleh darah ke payudara untuk menimbulkan kontraksi sel
mioepitel yang terletak di luar dan untuk membentuk kisi-kisi di sekitar alveoli
kelenjar payudara. Dalam waktu kurang dari satu menit sesudah pengisapan
dimulai, air susu mulai mengalir. Mekanisme ini disebut sebagai pengaliran
susu (milk letdown) atau ejeksi susu (milk ejection).
Air susu secara kontinu disekresi ke dalam alveoli payudara, tetapi air
susu tidak dapat mengalir dengan mudah dari alveoli ke dalam sistem duktus
dan, oleh karena itu, tidak bocor secara kontinu dari puting susu. Sebaliknya,
air susu harus disemprotkan (diejeksikan) dari alveoli ke dalam duktus
sebelum bayi dapat memperolehnya. Proses ini disebabkan oleh gabungan
refleks neurogenik dan hormonal yang melibatkan hormon hipofisis posterior
oksitosin, yaitu sebagai berikut.

Universitas Sriwijaya | 34
Ketika bayi mengisap, bayi sebenarnya tidak menerima susu untuk
sekitar setengah menit pertama. Mula-mula impuls sensorik harus ditransmisi
melalui saraf somatik dari puting susu ke medula spinalis ibu lalu ke
hipotalamusnya, sehingga menyebabkan sinyal-sinyal saraf yang
meningkatkan sekresi oksitosin pada saat yang bersamaan yang menyebabkan
sekresi prolaktin. Oksitosin kemudian dibawa dalam darah ke payudara, untuk
menyebabkan sel-sel mioepitel (yang mengelilingi dinding luar alveoli)
berkontraksi, dengan demikian mengalirkan air susu dari alveoli ke dalam
duktus pada tekanan +10 sampai 20 mm Hg. Pada saat itu isapan bayi menjadi
efektif dalam mengalirkan air susu, Jadi, dalam waktu 30 detik sampai 1 menit

Universitas Sriwijaya | 35
setelah bayi mulai mengisap payudara, air susu mulai mengalir. Proses ini
disebut ejeksi air susu atau pengaliran (let-down) air susu.
Pengisapan pada satu sisi payudara tidak hanya menyebab- kan aliran
air susu pada payudara tersebut melainkan juga pada payudara sisi yang lain.
Yang cukup menarik ialah bahwa dengan ibu membelai bayi atau mendengar
bayi menangis sering memberi cukup sinyal emosional ke hipotalamus ibu
untuk menyebabkan penyemprotan air susu.

3. Faktor pendukung dan penghambat proses laktasi


Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung stimulasi pada
kelenjar payudara. Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara
lain:
i. Frekuensi penyusuan.
Penyusuan direkomendasikan sedikitnya 8 kali perhari pada periode
awal setelah melahirkan.Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan
kemampuan stimulasi hormone dalam kelenjar payudara.
ii. Berat lahir
Berat lahir bayi berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi
dan lamanya penyusuan yang kemudian akan mempengaruhi stimulasi
hormonprolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
iii. Umur kehamilan saat melahirkan
Bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu)
sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga
produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak
prematur.Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur
disebabkan berat badan yang rendah danbelum sempurnanya fungsi
organ.
iv. Umur dan paritas
Ibu yang melahirkan bayi lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari
keempat setelah melahirkan lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan
pertama kali.
v. Stress dan penyakit akut
Pengeluaran ASI akan berlangsung baik apabila ibu merasa rileks dan
nyaman. Keadaan ibu yang cemas dan stres akan mengganggu proses
Universitas Sriwijaya | 36
laktasi karena produksi ASI terhambat. Penyakit infeksi kronik dan akut
dapat mempengaruhi produksi ASI.
vi. Konsumsi rokok
Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin sehingga
menghambatpelepasan oksitosin. Dengan demikian volume ASI
akanberkurang karena kerja hormon prolaktindan hormon oksitosin
terganggu.
vii. Konsumsi alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu
rileks sehingga membantu pengeluaran ASI namun disisi lain etanol
dapat menghambat produksi oksitosin.
viii. Pil kontrasepsi
Pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin apabila dikonsumsi
oleh ibu menyusui akan menurunkan volume dan durasi ASI, namun
apabila pil kontrasepsi hanya mengandung progestin saja makan tidak
akan mengganggu volume ASI.
ix. Makanan ibu
Seorang ibu yang kurang gizi akan mengakibatkan turunnya jumlah ASI
bahkan pada akhirnya produksi ASI dapat terhenti. Hal ini disebabkan
pada masa kehamilan jumlah pangan dan gizi yang dikonsumsi ibu tidak
memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya
yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan
sebagai sumber energi selama proses menyusui.
x. Dukungan suami dan keluarga lain
Dukungan suami dan keluarga akan membuat perasaan ibu menjadi
bahagia, senang, sehingga ibu akan lebih menyayangi bayinya yang pada
akhirnya akan mempengaruhi pengeluaran ASI lebih banyak.
xi. Perawatan payudara
Perawatan payudara dapat dimulai ketika kehamilan masuk 7-8 bulan.
Payudara yang terawatt baik akan mempengaruhi produksi ASI lebih
banyak sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Perawatan
payudara yang baik juga akan membuat putingtidak mudah lecet ketika
diisap bayi. Pada masa 6 minggu terakhir masa kehamilan perlu
dilakukan pengurutan payudara. Pengurutan payudara akan menghambat
Universitas Sriwijaya | 37
terjadinya penyumbatan pada duktus laktiferus sehingga ASI akan keluar
dengan lancar.
xii. Jenis persalinan
Ibu dengan persalinan normal dapat segera menyusui bayinya setelah
melahirkan.ASI sudah keluar pada hari pertama persalinan.Sedangkan
pada persalinan sectio caesaria(sesar) seringkali ibu merasa kesulitan
menyusui segera setelah lahir, terutama pada ibu yang diberikan anestesi
(bius) umum. Ibu relative tidak bisa menyusui bayinya pada satu jam
pertama setelah melahirkan. Kondisi luka operasi di perut ibu juga dapat
menghambat proses menyusui.
xiii. Rawat gabung
Rawat gabung bayi dengan ibu setelah melahirkan akan meningkatkan
frekuensi menyusui. Bayi akan mendapatkan ASI lebih sering sehingga
timbul refleks oksitosin yang akan merangsang refleks prolaktin untuk
memproduksi ASI kembali. Selain itu refleks oksitosin juga akan
membantu proses fisiologis involusi rahim yaitu proses pengembalian
ukuran rahim seperti sebelum hamil.

4. Kondisi genitalia eksterna setelah melahirkan


Pasca melahirkan, genitalia ekserna wanita banyak mengalami
perubahan, di antaranya pembesaran payudara, perubahan pada perineum,
perubahan bentuk ostium, dan terjadinya lokia.
Pembesaran payudara disebabkan oleh kombinasi akumulasi dan stasis
air susu serta peningkatan vaskularitas dan kongesti. Kombinasi ini
mengakibatkan kongesti lebih lanjut karena stasis limfatik dan vena. Hal ini
terjadi saat pasokan air susu meningkat, pada sekitar hari ketiga post partum
baik pada ibu menyusui maupun tidak menyusui dan berakhir sekitar 24
hingga 48 jam. Payudara juga membesar akibat munculnya hormon
progesteron dalam pembetukan lobulus & alveoli dan estrogen dalam
pembentukan duktus sekretorius.
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan, setelah beberapa hari organ ini kembali dalam keadaan kendor.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum
mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun
Universitas Sriwijaya | 38
dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Kemudian Ostium extemum
tidak dapat kembali sempuma ke keadaan sebelum hamil. Bagian tersebut
tetap agak lebar, dan secara khas, cekungan di kedua sisi pada tempat laserasi
menjadi permanen.
Selama persalinan, batas serviks bagian luar, yang berhubungan
dengan ostium externum, biasanya mengalami laserasi, terutama di lateral.
Pembukaan serviks berkontraksi secara perlahan dan selama beberapa hari
setelah persalinan masih sebesar dua jari. Di akhir minggu pertama,
pembukaan ini menyempit, serviks menebal dan kanalis endoservikal kembali
terbentuk. Ostium extemum tidak dapat kembali sempuma ke keadaan
sebelum hamil. Bagian tersebut tetap agak lebar, dan secara khas, cekungan di
kedua sisi pada tempat laserasi menjadi permanen.

Pada awal masa nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan


timbulnya duh vagina dalam jumlah yang beragam. Duh tersebut dinamakan
lokia dan terdiri dari eritrosit, potongan jaringan desidua, sel epitel, dan
bakteri. Pada beberapa hari pertama setelah pelahiran, duh tersebut berwarna
merah karena adanya darah dalam jumlah yang cukup banyak—lokia rubra.
Setelah 3 atau 4 hari, lokia menjadi semakin pucat— lokia serosa . Setelah
kira-kira pada hari ke-10, karena campuran leukosit dan penurunan kandungan
cairan, lokia berwarna putih atau putih kekuningan— lokia alba . Lokia
bertahan selama 4 sampai 8 minggu setelah pelahiran.

Universitas Sriwijaya | 39
5. Perubahan fisiologi cairan tubuh ebelum hamil, saat hamil, dan setelah
melahirkan
Adanya perubahan komposisi darah dan cairan leukositosis dan
trombositosis yang bermakna dapat terjadi selama dan setelah persalinan.
Jumlah sel darah putih kadang mencapai 30.000/pL, dan peningkatan tersebut
terutama terjadi karena granulositosis. Terdapat limfopenia relatif dan
eosinopenia absolut. Normalnya, selama beberapa hari pertama pascapartum,
konsentrasi hemoglobin dan hematokrit berfluktuasi sedang. Jika jumlahnya
turun jauh dibawah level tepat sebelum persalinan, maka telah terjadi
kehilangan darah dalam jumlah yang cukup banyak. Walaupun tidak diteliti
secara luas, pada sebagian besar wanita, volume darah hampir kembali ke
keadaan sebelum hamil 1 minggu setelah persalinan. Curah jantung biasanya
tetap naik dalam 24 sampai 48 jam pascapartum dan menurun. ke nilai
sebelum hamil dalam 10 hari (Robson dkk., 1987). Frekuensi jantung berubah
mengikuti pola ini. Resistensi vaskular sistemik mengikuti secara berlawanan.
Nilainya tetap di kisaran terendah nilai pada masa kehamilan selama 2 hari
pascapartum dan kemudian mulai terus meningkat ke nilai normal sebelum
hamil. Perubahan faktor pembekuan darah yang disebabkan kehamilan
menetap dalam jangka waktu yang bervariasi selama nifas. Peningkatan
fibrinogen plasma dipertahankan minimal melewati minggu pertama,
demikian juga dengan laju endap darah. Kehamilan normal dihubungkan
dengan peningkatan cairan ekstraseluler yang cukup besar, dan diuresis pasca-
partum merupakan kompensasi yang fisiologis untuk keadaan ini. Ini terjadi
teratur antara hari kedua dan kelima dan berkaitan dengan hilangnya
hipervolemia kehamilan residual. Pada preeklamsia, baik retensi cairan
antepartum maupun diuresis pascapartum dapat sangat meningkat

6. Mekanisme involusi uterus pada masa paca melahirkan


Involusi uterus adalah perubahan keseluruhan alat genetalia ke bentuk
sebelum hamil, dimana terjadi pengreorganisasian dan pengguguran desidua
serta pengelupasan situs plasenta, sebagaimana diperhatikan dengan
pengurangan dalam ukuran dan berat uterus.
Setelah proses kelahiran, uterus menciut ke ukuran pragestasinya,
suatu proses yang dikenal sebagai involusi, yang berlangsung empat hingga
Universitas Sriwijaya | 40
enam minggu. Selama involusi, jaringan endometrium yang tertinggal dan
tidak dikeluarkan bersama plasenta secara bertahap mengalami disintegrasi
dan terlepas, menghasilkan duh vagina yang disebut lokia yang terus keluar
selama tiga hingga enam minggu setelah persalinan. Setelah periode ini,
endometrium pulih ke keadaan sebelum hamil.
Involusi terutama disebabkan oleh penurunan tajam estrogen dan
progesteron darah saat plasenta sebagai sumber steroid ini keluar saat
persalinan. Proses ini dipercepat pada ibu yang menyusui bayinya karena
terjadi pelepasan oksitosin akibat isapan. Selain berperan penting dalam
menyusui, pelepasan oksitosin yang dipicu oleh menyusui ini mendorong
kontraksi miometrium yang membantu mempertahankan tonus otot uterus,
mempercepat involusi. Involusi biasanya tuntas dalam waktu sekitar empat
minggu pada ibu yang menyusui, tetapi memerlukan sekitar enam minggu
pada mereka yang tidak menyusui bayinya.
Involusi uterus dimulai setelah proses persalinan yaitu setelah plasenta
dilahirkan. Proses involusi berlangsung kira – kira selama 6 minggu. Setelah
plasenta terlepas dari uterus, fundus uteri dapat dipalpasi dan berada pada
pertengahan pusat dan symphisis pubis atau sedikit lebih tinggi. Tinggi fundus
uteri setelah persalinan diperkirakan sepusat atau 1 cm dibawah pusat. Proses
involusi uterus yang terjadi pada masa nifas melalui tahapan berikut:
i. Autolysis merupakan proses peghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot
yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula
dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan. Diketahui adanya
penghancuran protoplasma dan jaringan yang diserap oleh darah
kemudian dikeluarkan oleh ginjal. Inilah sebabnya beberapa hari setelah
melahirkan ibu sering buang air besar. Pengrusakan secara langsung
jaringan hipertropi yang berlebihan ini disebabkan karena penurunan
hormon estrogen dan progesteron.
ii. Atrofi Jaringan yaitu jaringan yang berpoliferasi dengan adanya
penghentian produksi estrogen dalam jumlah besar yang menyertai
pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot – otot uterus,
lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan
meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi
Universitas Sriwijaya | 41
endometrium yang baru. Setelah kelahiran bayi dan plasenta, otot uterus
berkontraksi sehingga sirkulasi darah ke uterus terhenti yang
menyebabkan uterus kekurangan darah (lokal iskhemia). Kekurangan
darah ini bukan hanya karena kontraksi dan retraksi yang cukup lama
seperti tersebut diatas tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah
ke uterus, karena pada masa hamil uterus harus membesar menyesuaikan
diri dengan pertumbuhan janin. Untuk memenuhi kebutuhannya, darah
banyak dialirkan ke uterus mengadakan hipertropi dan hiperplasi setelah
bayi dilahirkan tidak diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang,
kembali seperti biasa.
iii. Efek Oksitosin dapat merangsang myometrium uterus sehingga dapat
berkontraksi. Kontraksi uterus merupakan suatu proses yang kompleks
dan terjadi karena adanya pertemuan aktin dan myosin. Dengan
demikian aktin dan myosin merupakan komponen kontraksi. Pertemuan
aktin dan myosin disebabkan karena adanya myocin light chine kinase
(MLCK) dan dependent myosin ATP ase, proses ini dapat dipercepat
oleh banyaknya ion kalsium yang masuk dalam sel, sedangkan oksitosin
merupakan suatu hormon yang memperbanyak masuknya ion kalsium ke
dalam intra sel. Sehingga dengan adanya oksitosin akan memperkuat
kontraksi uterus. Intensitas kontaksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hormon oksitosin yang
terlepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi
uterus, mengkompresi pembuluh darah dan membantu proses
homeostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi
perdarahan. Selama 1 sampai 2 jam pertama masa nifas intensitas
kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur, karena itu penting
sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini.
a. Pengukuran involusi uterus dapat dilakukan dengan mengukur tinggi
fundus uteri, kontraksi uterus dan juga dengan pengeluaran lokia.
b. Tinggi Fundus Uteri (TFU). Setelah bayi dilahirkan, uterus yang
selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras
sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada
bekas implantasi plasenta. Pada hari pertama ibu nifas tinggi fundus
Universitas Sriwijaya | 42
uteri kira-kira satu jari bawah pusat (1 cm). Pada hari kelima nifas uterus
menjadi 1/3 jarak antara symphisis ke pusat. Dan hari ke 10 fundus
sukar diraba di atas symphisis. Tinggi fundus uteri menurun 1 cm tiap
hari. Secara berangsurangsur menjadi kecil (involusi) hingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
iv. Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
selama masa nifas. Lokia mempuyai bau yang khas yang beda dengan
bau menstruasi. Lokia di mulai sebagai suatu pelepasan cairan dalam
jumlah yang banyak pada jam pertama setelah melahirkan. Jumlah rata-
rata pengeluaran lokia adalah kira-kira 240-270 ml. Berikut ini adalah
beberapa jenis lokia yang terdapat pada wanita masa nifas yaitu :
a. Lokia rubra berwarna merah karena berisi darah segar dan
sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa,
lanugo, dan mekonium. Ini berlangsung sampai 2 - 3 hari
setelah persalinan.
b. Lokia sanguilenta berwarna merah kecoklatan, berisi darah
dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 setelah
melahirkan.
c. Lokia serosa cairan berwarna kuning kecoklatan karena
mengandung serum, leukosit dan robekan plasenta. Lendir ini
keluar pada hari ke-7 hingga hari ke-14 setelah melahirkan.
d. Lokia alba atau putih, mengandung leukosit, sel desidua, sel
epitel, selaput lendir servik dan serabut jaringan yang mati.
Ini berlangsung selama 2-6 minggu setelah melahirkan
v. Proses laktasi juga mempengaruhi involusi uterus. Laktasi adalah
produksi dan pengeluaran ASI, laktasi ini dapat dipercepat dengan
memberikan rangsangan putting susu (isapan bayi/ meneteki bayi). Pada
puting susu terdapat saraf - saraf sensorik yang jika mendapat
rangsangan (isapan bayi) maka timbul impuls menuju hipotalamus
kemudian disampaikan pada kelenjar hipofisis bagian depan dan
belakang. Pada kelenjar hipofisis bagian depan akan mempengaruhi
pengeluaran hormon prolaktin yang berperan dalam peningkatan
produksi ASI, sedangkan kelenjar hipofisis bagian belakang akan
mempengaruhi pengeluaran hormon oksitosin yang berfungsi memacu
Universitas Sriwijaya | 43
kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran,
sehingga ASI dipompa keluar serta memacu kontraksi otot rahim
sehingga involusi uterus berlangsung lebih cepat.

7. Edukasi indikator keberhasilan ASI pada bayi

H. Kerangka Konsep

Universitas Sriwijaya | 44
I. Kesimpulan
Ny. Moli, 25 tahun, telah melahirkan putra pertamanya 1 minggu yang lalu
secara normal, Bayi Ny. Moli dinyatakan lahir cukup bulan dan dalam kondisi
sehat. Ny. Moli merasa cemas karena produksi air susunya tidak mencukupi dan
anaknya sering menangis ditambah lagi ia harus kembali bekerja 8 jam sehari
setelah waktu cuti habis. Setelah dilakukan pemeriksaan tanda vital dan
pemerikaan khusus oleh dokter, tidak terdapat kejanggalan pada Ny. Moli.
Dokter menyimpulkan bahwa Ny. Moli mengalami proses involusi uterus dan
laktasi yang normal.
Namun diduga akibat kekhawatirannya bahwa ia harus bekerja kembali
setelah waktu cuti habis, hal ini dapat menyenabkan pelepasan hormon oksitosin
menjadi tidak maksimal yang mengakibatkan ejeksi air susu terhambat. Maka
dari itu, dokter harus memberi edukasi mengenai cara dan waktu yang tepat
dalam menyusui yaitu untuk hari pertama, ASI yang dibutuhkan bayi tidak
terlalu banyak, cukup 1--3 jam sekali diberi ASI, dan perlu diingatkan bahwa
bayi harus diberika ASI eksklusif saja dan tidak boleh ditambah dengan
makanan dan minuman apapun, kemudian di minggu dan bulan pertama, bayi
boleh diberikan ASI yang cukup banyak, beberapa bayi dapat menyusu sesering
setiap jam sekitar 8-12 kali dalam 24 jam

Universitas Sriwijaya | 45
Daftar Pustaka

Akhyar,Muhammad, Mufdillah, Subijanto, A.A., Sutisna Endang, 2017 Buku


Pedoman Pemberdayaan Ibu Menyusui Pada Program Asi Eksklusif,
Mufdillah : Yogyakarta
Baby Centre UK (2017). Weight Gain in Pregnancy.
Becker FG. diFiore’s Atlas of Histology with Functional Correlations. Wolters
Kluwer Health; 2007.
Buku Konsensus Nasional Kebutuhan Asupan Air Bagi Ibu Hamil, Melahirkan dan
Menyusui karya Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Challis, John R. G. et all. 2002. "Prostaglandins and mechanisms of preterm birth".
Reproduction Journal: 2-3. Disitasi dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12090913. [Di akses pada tanggal 25
Februari 2020].
Cunningham F.G., 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23, EGC, Jakarta.
Ganong, W. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC 8’[-
6\7’7
Guyton A.C, dan Hall,J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi
12.Penterjemah: Ermita I, Ibrahim I. Singapura: Elsevier
Healthline.com. Post Partum Recovery Timeline
http://repository.unimus.ac.id/1774/3/8.%20BAB%20II.pdf
http://repository.unimus.ac.id/1774/3/8.%20BAB%20II.pdf
http://repository.unimus.ac.id/1774/3/8.%20BAB%20II.pdf
https://www.cdc.gov/nutrition/infantandtoddlernutrition/breastfeeding/how-much-
and-how-often.html
https://www.cdc.gov/nutrition/infantandtoddlernutrition/breastfeeding/how-much-
and-how-often.html
https://www.cdc.gov/nutrition/infantandtoddlernutrition/breastfeeding/how-much-
and-how-often.html
John E. Hall PD, Guyton AC. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology.
Elsevier; 2006.
Kay-Hatfield, J. 2011. Exploring the Factors that Influence Adolescent Mother’s
Choice of Infant Feeding Method. Paper presented at the Conference of
Consultant for Community Nurses Association of Canada, Canada.

Universitas Sriwijaya | 46
Larciprete, G. et al. 2003. Body composition during normal pregnancy: reference
ranges. Acta Diabetol (2003) 40:S225–S232
Maharani, Noviani Dewi. 2018. Faktor Risiko Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif
Pada Bayi Usia 7-9 Bulan. Dikutip pada tanggal 25 Februari 2020.
Mayo Clinic (2017). Healthy Lifestyle Pregnancy Week by Week. Pregnancy weight
gain: What's Healthy?
my.clevelandclinic.org (2018). Physical Changes After Child Birth.
Sherwood, Lauralee. 2013. Introduction of Human Physiology International Ed.
Brooks/Cole Cangage Learning.
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta:
EGC
WebMD (2018). Gain Weight Safely During Your Pregnancy.

Universitas Sriwijaya | 47

Anda mungkin juga menyukai