http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/UnnesJLifeSci
Istikhomah, Lisdiana.
Abstract
This study aims to determine the effect of the pedada fruit extract hepatoprotector against white rat liver cell
damage after being exposed to CCl4. Designs were used that post randomied control design. The sample used 25
male wistar rats were devided into 5 groubs, K (normal control), KP (CCl4 1,5 ml), P1 (dose 28 mg/BB + CCl4
1,5 ml), P2 (dose 56 mg/BB + CCl4 1,5 ml), P3 (dose 112 mg/BB + CCl4 1,5 ml) for 7 days. Rat were then
taken blood drawn for testing SGOT/SGPT and taken dissected liver histology then made preparations.
Microanatomi structural changes observed in the form of parenkimatosa degeneration, hydropic degeneration,
and necrosis. The result was analyzed by One Way Anovafollowed by analyzed Post hoc. The results
showed that administration pedada fruit extract has no effect on levels of SGOT/SGPT in the blood serum of
mice and the liver damage types hydropic degeneration. But the damage parenkimatos degeneration and
necrosis are significant differences between the groubs. Based on this study it can be concluded that the
administration pedada fruit extract has no effect on the levels of SGOT/SGPT in blood serum of mice. And the
provision of fruit extracts on liver mikroanatomi structure showed no difference in the type of damage hydropic
degeneration however showed significant differences in the type of damage parenkimatosa degeneration and
necrosis.
1
Istikhomah & Lisdiana/Unnes Journal of Life Science (1) (2015) : 1-8
2
Istikhomah & Lisdiana/Unnes Journal of Life Science (1) (2015) : 1-8
60 55,16
Dari penelitian yang telah dilakukan pada 55
50
5 kelompok perlakuan, yaitu : kontrol normal
K KP P1 P2 P3
(pemberian aquades dan pakan biasa), kontrol
KELOMPOK
positif (pemberian CCl4), perlakuan 1 (ekstrak
buah pedada dosis 28 mg/BB + CCl4),
Gambar 2. Skor rata- rata kadar SGPT (U/L)
perlakuan 2 (ekstrak buah pedada dosis 56
mg/BB + CCl4), dan perlakuan 3 (ekstrak buah
Hasil Pengamatan Struktur Mikroanatomi
pedada dosis 112 mg/BB + CCl4). Didapatkan
hepar tikus
data dari masing- masing kelompok berupa
Hasil pengamatan gambaran untuk
kadar SGOT, kadar SGPT dan perubahan
masing- masing kelompok kontrol dan
histologi hepar.
perlakuan disajikan dalam tabel berikut :
Kelompok kontrol
Hasil Perhitungan Kadar SGOT dan SGPT
Berdasarkan hasil pengamatan pada
Kadar SGOT
kelompok kontrol sebagian besar sel
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
menunjukkan adanya sel normal ditandai
tiap kelompok tikus menunjukkan adanya variasi
dengan ciri berbentuk polyhedral, memiliki
kadar SGOT (gambar 1).
batas yang jelas dan memiliki nukleus yang
jelas. Gambaran preparat histologi kelompok
normal dapat dilihat pada gambar 3.
3
Istikhomah & Lisdiana/Unnes Journal of Life Science (1) (2015) : 1-8
4
Istikhomah & Lisdiana/Unnes Journal of Life Science (1) (2015) : 1-8
sebesar (141 ± 67,4 µ/l), pada kelompok CCl 4 ± 8,28 µ/l) melebihi kelompok kontrol CCl4 dan
kadar SGOT mengalami kenaikan dibandingkan kadar terendah pada kelompok P2 sebesar (58,38
kelompok kontrol sebesar (137,22 ± 26,93µ/l) ± 4,41 µ/l). Pada kasus hepatitis akut, dengan
dikarenakan rusaknya sel hepatosit karena sedikit kerusakan hepatosit dapat terjadi
paparan CCl4 menyebabkan perubahan fungsi peningkatan enzim SGOT/SGPT yang sangat
transport dan permeabilitas membran hebat.Peningkatan SGPT lebih besar daripada
mengakibatkan pelepasan enzim SGOT yang ada SGOT apabila terjadi infeksi akut.
di sitoplasma menuju sirkulasi darah (Ramaiah, Hasil skoring gambaran struktur
2007). Sedangkan pada kelompok perlakuan mikroanatomi menunjukkan adanya perubahan
kadar SGOT mengalami penurunan kadar histologi pada hepatosit. Hasil penelitian ini
dibandingkan dengan kelompok CCl4, dari ketiga menunjukkan bahwa terdapat perubahan
kelompok perlakuan kelompok P2 memiliki struktur mikroanatomi sel hepar berupa,
kadar SGOT terendah sebesar (115,24 ± 11,84 degenerasi parenkimatosa, degenerasi hidropik
µ/l), kadar tertinggi pada kelompok P3 sebesar dan nekrosis. Pemberian ekstrak buah pedada
(132,2 ± 24,60 µ/l) dan kadar SGOT kelompok sebagai proteksi hepatosit dari kerusakan sel
P1 sebesar (121,88 ± 5,60 µ/l). Kadar SGOT akibat paparan CCl4 yang diberikan peroral
pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan tingkat perlindungan yang
masih berada pada batas normal kadar SGOT berbeda- beda terhadap perubahan hepatosit
tikus dan juga tidak adanya peningkatan aktivitas tiap kelompok. Degenerasi merupakan tanda
enzim SGOT. Apabila sel hepar mengalami awal kerusakan hati akibat toksin yang bersifat
kerusakan, maka SGOT akan dilepaskan dalam sementara (reversible) dan sel masih dapat pulih
darah (Fajariyah, Utami dan Arisandi 2010). atau normal kembali apabila paparan toksin
Apabila terjadi kerusakan mitokondria atau dihentikan (Harada et al. 1999).
kerusakan parenkim sel yang terlihat meningkat Kerusakan sel degenerasi ada
adalah SGOT. Diduga tidak semua peningkatan beberapa macam diantaranya degenerasi
kadar SGOT akibat dari gangguan sel hepar. parenkimatosa dan degenerasi hidropik.
Kadar SGOT bergantung dari cara pengambilan Degenerasi parenkimatosa merupakaan
darah, jumlah serum darah yang diperoleh dan degenerasi teringan yang ditandai dengan terjadi
lama penyimpanan serum darah sebelum sitoplasma membengkak dan sitoplasma
diperiksa. berglanula hal ini dikarenakan sel tidak mampu
Sedangkan hasil rata- rata kadar mengeliminasi air sehingga tertimbun di dalam
SGPT pada kelompok kontrol sebesar (55,16 ± sel dan organela- organela sel juga turut
2,23 µ/l) berada diatas kadar normal tikus menyerap air dan membengkak sehingga
sebesar (12,6 ± 4,40 µ/l), pada kelompok CCl4 mengakibatkan sitoplasma nampak bergranula
kadar SGPT sebesar (59,72 ± 7,92 µ/l) (Hastuti 2006). Tingkat kerusakan sel degenerasi
sedangkan pada kelompok perlakuan kadar parenkimatosa lebih banyak terjadi pada
SGPT tertinggi pada kelompok P1 sebesar (61,44 kelompok kontrol positif hal ini dikarenakan
5
Istikhomah & Lisdiana/Unnes Journal of Life Science (1) (2015) : 1-8
paparan dari zat toksik CCl4 yang mampu dalam buah pedada. Dalam penelitian Minqing
merusak hepatosit. Sedangkan dengan et al.(2009), secara keseluruhan didapatkan 24
perlakuan ekstrak buah pedada mampu komponen senyawa yang terkandung dalam
menurunkan tingkat kerusakan degenerasi ekstrak metanol buah pedada diantaranya 8
parenkimatosa pada kelompok perlakuan. steroid, 9 triterpenoid, dan 3 flavonoid, dan 4
Sedangkan degenerasi hidropik ditandai dengan turunan karboksil benzena. Diantara senyawa-
sitoplasma mengalami vakuolisasi dan vakuola senyawa tersebut, menurut Tiwari et al. (2010)
nampak jernih karena sel menerima cairan lebih ada yang merupakan asam oleanolic yang
banyak dari normalnya dan terakumulasi dalam merupakan turunan dari senyawa triterpena
sitoplasma sel sehingga sel membengkak. yang masuk dalam golongan senyawa
Kerusakan degenerasi hidropik mengalami triterpenoid. Diduga bahwa senyawa dalam
penurunan pada kelompok perlakuan dosis 56 ekstrak metanol buah pedada yang berperan
dan 112 mg/BB. Dengan pemberian dosis dalam memproteksi sel- sel hati dari CCl4
rendah 28 mg/BB ekstrak buah pedada belum adalah senyawa asam oleanolic. Pada penelitian
mampu melindung sel hati dari kerusakan sel (Tang 2005) mitokondria merupakan target
degenerasi hidropik. Nekrosis adalah kematian utama farmakologi dari asam oleanolid, dan
sel atau jaringan dimana inti sel menjadi lebih cara terpenting asam oleanolic dalam
padat atau piknotik (Mulyono et al. 2006). melindungi mitokondria hati dari hepatoksisitas
Pemberian perlakuan dengan ekstrak buah CCl4 yaitu berhubungan dengan efek
pedada mampu menurunkan tingkat kerusakan penghambatan pada (MPT) mitochondrial
nekrosis pada sel. Sel mengalami nekrosis permeability transition.
terbanyak terjadi pada kelompok kontrol positif Senyawa asam oleanolic yang
hal ini dikarenakan paparan dari senyawa kimia terkandung dalam ekstrak buah pedada sebagai
CCl4. hepatoprotektor mampu meregenerasi sel yang
Secara menyeluruh kerusakan sel mengalami kerusakan (Liu 2005). Asam
berupa degenerasi parenkimatosa, degenerasi oleanolic akan menghambat biotransformasi
hidropik dan nekrosis yang terjadi di hepar pada CCl4 menjadi radikal bebas di dalam organ
seluruh kelompok perlakuan didapatkan tingkat hepar dengan menghambat kerja enzim
terendah terjadinya kerusakan hepatosit pada sitokrom P450 sebagai katalisis metabolisme
kelompok perlakuan dosis 56 mg/BB. Pada xenobiotik. Proses regenerasi dilakukan oleh zat
dosis rendah 28 mg/BB ekstrak buah pedada dalam sirkulasi yang dinamakan chalones, yang
belum mampu melindungi sel dari kerusakan menghambat pembelahan mitosis sel- sel
hepar, hasil penelitian dari Lu et al.(2013) tertentu. Apabila suatu jaringan rusak jumlah
menyatakan bahwa penggunaan senyawa asam cholanes yang dihasilkan berkurang, akibatnya
oleanolic dapat digunakan sebagai terjadi aktivitas pembelahan yang hebat dalam
hepatoprotektor dengan dosis maksimal 80 mg jaringan tersebut. Bila berlangsung regenerasi,
dan dosis minimun 45 mg dan apabila dosis jumlah chalones yang dihasilkan bertambah dan
yang digunakan melebihi 225 mg/kg maka sel aktivitas mitosis berkurang (Junqueira, 1982).
akan mengalami degenerasi dan kematian sel. Pada penelitian ini hasilnya tidak sesuai dengan
Selain itu derajat kerusakan hepatosit seringkali hasil- hasil penelitian terdahulu, hal ini
tidak terdapat hubungan dengan tingginya kadar kemungkinan disebabkan oleh dosis ekstrak
enzim dalam darah (Sudoyo et al. 2006). buah pedada yang kurang tepat, tingkat
Pebedaaan masing- masing kelompok kematangan buahnya juga kurang tepat dan
perlakuan dalam melindungi hati dari kerusakan waktu perlakuan yang kurang tepat. Oleh karena
yang disebabkan oleh CCl4 bergantung pada itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
jumlah dan ragam senyawa yang terkandung di tentang efektivitas buah pedada.
6
Istikhomah & Lisdiana/Unnes Journal of Life Science (1) (2015) : 1-8
Hastuti US. 2006. Pengaruh Berbagai Dosis Citrinin Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
terhadap Kerusakan Struktur Hepatosit Setiati S. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Mencit (Mus Musculus) pada Tiga Zona Fkultas Kedokteran Universitas Indonesia
Lubulus Hepar.Jurnal Kedokteran
Brawijaya;22(3):121-124.
Syaharuddin.2013. Penentuan Aktivitas Enzim SGOT
dan SGPT pada Hewan Uji Kelinci yang
Junqueira LC, Carneiro J. 1982.Histologi Dasar. 3th ed. telah diberi Ekstrak Tiram (Crassostrea
Jakarta: EGC. 354. Iredalei) asal Pantai Takalar Sulawesi
Selatan.Jurnal ilmiah kefarmasian.
Kumar V, Abbas A, Fausto N. Tissue Renewal,
Repair, and Regeneration. Dalam: Robbins Tang XH, Gao J, Fang F, Chen J, Xu LZ, Zhao XN,
th
Pathologic Basis of Disease (8 Edition). Xu Q. 2005. Hepatoprotection of Oleanolic
Philadelphia: Elsevier Saunders, 2010;.p.93- Acid is Related to its Inhibition on
5. Mitochondrial Permeability Transition. The
American Journal of Chinese Medicine, vol. 33,
No. 4: 627-637.
7
Istikhomah & Lisdiana/Unnes Journal of Life Science (1) (2015) : 1-8