Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI POHON

ACARA I

PERKARAN ISTIMEWA

Disusun Oleh:

Nama : Aqilla Khaizuran Putra

NIM : 22/505941/SV/22004

CoAss : Septi Purwaningsih

LABORATORIUM BUDIDAYA HUTAN

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN VETERINER

SEKOLAH VOKASI UGM

2023
ACARA I

PERAKARAN ISTIMEWA

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah "perakaran istimewa" dalam bahasa Indonesia sebenarnya
tidak lazim digunakan. Namun, kemungkinan Anda merujuk pada akar
khusus atau akar tambahan yang dimiliki oleh beberapa tanaman untuk
menunjang kehidupan mereka di lingkungan yang ekstrem, seperti di
daerah yang gersang atau berpasir.Tanaman yang hidup di daerah yang
keras atau berpasir harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang
kurang menguntungkan dengan cara memiliki perakaran yang lebih dalam
dan kuat untuk menyerap air dan nutrisi yang tersedia. Beberapa jenis
tanaman bahkan memiliki perakaran tambahan seperti akar napas untuk
mengambil oksigen dari udara. Ada juga tanaman yang memiliki akar yang
dapat menyimpan air dalam jumlah besar, seperti kaktus.Selain itu, ada
juga beberapa jenis tanaman yang memiliki perakaran istimewa yang
berguna untuk berinteraksi dengan organisme lain di dalam tanah, seperti
bakteri atau fungi, untuk meningkatkan kemampuan mereka menyerap
nutrisi dari tanah. Contoh tanaman yang memiliki perakaran istimewa
adalah tanaman legum, seperti kacang-kacangan, yang memiliki akar
bermikoriza. Secara keseluruhan, perakaran istimewa pada tanaman
merupakan adaptasi alamiah yang penting untuk membantu tanaman
bertahan hidup di lingkungan yang ekstrem, dan menjadi fokus studi dalam
bidang ekologi tumbuhan dan pertanian.
Akar, batang, daun, serta bagian-bagian tumbuhan lainnya
merupakan bagian-bagian yang secara langsung berguna untuk
mempertahankan kehidupan tumbuhan selama masa pertumbuhannya.
Memodifikasi akar, batang, dan daun merupakan bentuk adaptasi tumbuhan
terhadap lingkungan dan juga sebagai bentuk pertahanan diri. Contoh
bentuk adaptasi akar adalah dalam bentuk akar istimewa antara lain yaitu
berupa akar bermikoriza dan akar berbintil. Mikoriza bermanfaat dalam
membantu kinerja akar menyerap unsur hara, membantu tanaman
mendapatkan air di musim kemarau, melindungi akar dari serangan
mikroorganisme patogen, memicu induksi ketahanan tanaman, dan dapat
memacu pertumbuhan tanaman. Sedangkan bintil akar memungkinkan
tersedianya nitrogen bagi tumbuhan simbion, khususnya pada keadaan
kurangnya ketersediaan nitrogen larut di tanah. Oleh karena itu, kedua jenis
perakaran istimewa baik akar bermikoriza maupun akar berbintil sangat
penting dipelajari terutama untuk jenis tanaman-tanaman kehutanan.

B. Tujuan
Tujuan praktikum acara ini adalah untuk:
1. Mengetahui definisi dan contoh mikoriza pada pohon
2. Mengetahui definisi dan contoh bintil akar pada tanaman

C. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengenali,
mendokumentasikan dan membedakan jenis perakaran istimewa yang
ditemukan.

II. METODE
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 15 Maret 2023
di Persimpangan jalan TILC (cemara udang) , tegakan pinus (di depan
GMC), Nisa Nita, Jl. Karangwaru (rumah Anita)

B. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini
adalah sebagai berikut:
1. Berbagai jenis tumbuhan bermikoriza
2. Berbagai jenis tumbuhan berbintil akar
3. Penggaris
4. Camera
5. Alat tulis
6. Cutter

C. Cara Kerja
1. Cari dan temukan jenis pohon berakar istimewa di sekitar rumah
Saudara (diwajibkan satu jenis, disarankan 3 jenis)
2. Bersihkan akar tanaman dari tanah yang menempel
3. Amati perakaran secara vertikal dan lateral
a. Bentuk akar
b. Panjang akar
c. Banyaknya akar
4. Amati bentuk infeksi mikoriza
5. Gambar bentuk, posisi dan ukuran bintil akar
6. Dokumentasikan (foto dengan resolusi tinggi, sehingga gambar cukup
baik untuk dimasukkan dalam laporan praktikum)

III. TINJAUAN PUSTAKA


A. Mikoriza
Mikoriza merupakan hubungan simbiosis antara jamur dan akar
tanaman yang saling menguntungkan. Mikoriza dapat ditemukan di hampir
semua jenis tanah dan umumnya tidak memiliki inang yang spesifik, namun
faktor-faktor tertentu mempengaruhi tingkat populasi dan komposisi jenis
mikoriza, seperti karakteristik tanaman dan sifat kimia tanah (Alayya dan
Prasetyo, 2022). Nama "mikoriza" adalah serapan dari istilah bahasa Inggris,
mycorrhiza, yang juga bentukan dari dua kata bahasa Yunani Kuna: mýkēs,
"jamur", dan rhiza ‚"akar.
Mikoriza memerlukan akar tumbuhan untuk melengkapi daur
hidupnya. Sebaliknya, beberapa tumbuhan bahkan ada yang tergantung
pertumbuhannya dengan mikoriza. Beberapa jenis tumbuhan tidak tumbuh atau
terhambat pertumbuhannya tanpa kehadiran mikoriza diakarnya. Misalnya,
semaian semaian pinus biasanya gagal tumbuh setelah pemindahan apabila
tidak terbentuk jaringan mikoriza di sekitar akarnya.
Lingkungan dan faktor biotik diketahui memiliki pengaruh terhadap
pembentukan mikoriza dan derajat infeksi dari sel korteks inang. Interaksi antar
faktor-faktor biotik memiliki efek yang signifikan dalam merespon
pertumbuhan tanaman yang di inokulasi. (Hartoyo, 2011)

B. Bintil Akar
Bintil akar merupakan tonjolan kecil di akar (kebanyakan adalah
anggota Fabaceae/Leguminaceae) yang terbentuk akibat infeksi bakteri
Rhizobium pengikat nitrogen yang bersimbiosis secara mutualistik dengan
tumbuhan. Rhizobium adalah suatu genus dari bakteri gram negatif yang
dikenal karena simbiosisnya dengan tanaman Leguminosa seperti kacang tanah,
kedelai dan alfalfa (Cegelski dkk., 2009). Simbiosis tersebut menguntungkan
baik bagi tanaman maupun bakteri Rhizobium. Pada simbiosisnya dengan
Rhizobium, tanaman Leguminosa berperan dalam menyediakan nutrisi dan
lingkungan tumbuh yang baik bagi Rhizobium yang hidup di dalam bintil akar.
Nutrisi tersebut berasal dari hasil fotosintesis tanaman Leguminosa. Adapun
Rhizobium dapat menyerap nitrogen bebas dari lingkungan dan mengubahnya
menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Proses tersebut disebut
sebagai fiksasi nitrogen. Karena kemampuannya dalam melakukan fiksasi
nitrogen, Rhizobium telah banyak dimanfaatkan sebagai pupuk hayati.
Bintil akar umumnya dapat mengikat nitrogen pada umur 10 hingga 12
hari setelah tanam, tergantung kondisi lingkungan, tanah, dan suhu (Suryantini,
2015 dalam Yustiano, 2018). Di lingkungan tumbuhnya, Rhizobium dapat
menemui berbagai hambatan, salah satunya adalah agen antagonis. Agen
antagonis merupakan organisme yang berperan sebagai musuh alami yang
dapat mengganggu aktivitas patogen. Mikroba antagonis adalah jasad hidup
berupa bakteri, cendawan, actinomycetes maupun virus yang terdapat di alam
serta dapat menghambat perkembangan mikroba lainnya. Spesies mikroba
tersebut antara lain Bacillus subtilis, Pseudomonas flourescens, Trichoderma
harzianum, Gliocladium sp., Fusarium non-patogenik, Streptomyces spp., dan
vaksin Carna-5. Bakteri antagonis mampu memproduksi senyawa metabolit
sekunder sehingga menyebabkan timbulnya mekanisme ketahanan terinduksi
pada tanaman. Keberadaan dan fungsi bakteri antagonis dalam tanah
merupakan langkah awal dalam pengelolaan penyakit pada tanah supresif
Mekanisme penambatan nitrogen tidak hanya terjadi pada simbiosis
antara jenis Legum dengan Rhizobium, tetapi juga antara jenis non legum
dengan jenis mikroorganisma yang lain. Contohnya adalah antara jenis cemara
udang dengan Frankia. Karakter morfologi jenis ini belum banyak diketahui
terutama pada kemampuan pembentukan bintil akar dan kapasitasnya dalam
menambat nitrogen. Cemara udang memberikan manfaat bagi tanaman lain
dalam menyuburkan tanah dan menciptakan iklim mikro (Whistler & Craig,
2006). Mikroorganisme simbiotik Frankia yang terdapat pada batang dan akar
pohon cemara udang mampu mempercepat pertumbuhan tanaman dan
meningkatkan kualitas lingkungan melalui penambatan nitrogen di udara
(Winastuti, 2013)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Gambar 1. Akar bermikoriza
(a) (b)

Gambar 2. Akar berrhizobium


(a) (b)

Keterangan:

(a) Mikoriza di lihat dengan loupe


(b) Akar yang ditemukan mikoriza

(c) Keterangan:

a. Ukuran rhizobium (L)


b. Ukuran rhizobium (P)
c. Ukuran akar rhizobium
(a) (b)

(c)
Keterangan:

(c) Ukuran frankia (p)


(d) Ukuran frankia (L)
(e) Ukuran akar (P)

Gambar 3. Akar berfrankia


V. DAFTAR PUSTAKA
Alayya, N. P., & Prasetya, B. 2022. Kepadatan Spora Dan Persen Koloni
Mikoriza Vesikul Arbuskula (MVA) Pada Beberapa Tanaman Pangan Di
Lahan Pertanian Kecamatan Jabung Malang. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Vol 9 (2) : 267-276.
Cegelski, L., C.L. Smith dan S.J. Hultgren. 2009. Microbial Adhesion.
Environmental Microbiology and Ecology in Encyclopedia of
Microbiology (Third Edition). San Fransisco: Academic Press.
Harahap F, Ramadhan NA, Mawaddah AI, Hamidson H. Mikoriza Arbuskula
pada Tanaman: Symbiosis yang Menguntungkan. J Agrotek Tropika.
2018;6(3):308-313.
Rahayu F, Hidayat A. Potensi Bintil Akar pada Tanaman Kedelai. J
Agroteknologi. 2015;9(1):10-17.
Safitri RD, Rahayu YS. Peran Mikoriza Arbuskula dalam Peningkatan
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Hortikultura. J Hort.
2017;27(2):161-169.
Wiryanta B, Kurniawati N. Pemanfaatan Bintil Akar sebagai Pupuk Organik
untuk Tanaman Cabai di Lahan Kering. J Littri. 2017;23(2):89-99.
Yustiano, A. 2018. Pengaruh Paenibacillus Polymixa Terhadap Asosiasi
Rhizobium Japonicum Pada Akar Tanaman Kedelai. Jurnal Pertanian
Agros, Vol. 20 (1) : 10-15
Yusuf R. Mikoriza: Simbiosis Jamur-Akar dalam Penyerapan Fosfor oleh
Tanaman. Agrologia. 2017;6(2):13-21.
VI. LAMPIRAN

Gambar 1. Akar bermikoriza

Gambar 2. Akar berrhizobium

Gambar 3. Akar berfrankia

Anda mungkin juga menyukai