NEURALGIA TRIGEMINAL
Oleh :
SITI NURFITRI P. ZUHRUHUR
NURUL AMALIYAH
Pembimbing :
dr. Hj. NURHANI Sp.S
1
HALAMAN PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
2
HALAMAN PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
3
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan Referat ini dapat
diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda
Besar Nabi Muhammad SAW.
Referat berjudul “NEURALGIA TRIGEMINAL” ini dapat terselesaikan dengan
baik dan tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Anak. Secara khusus penulis
sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada dr. Hj. Nurhani
Sp.S, selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan tekun dan
sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses
penyusunan tugas ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Referat ini belum sempurna adanya
dan memiliki keterbatasan tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak, baik moral maupun material sehingga dapat berjalan dengan baik. Akhir
kata, penulis berharap agar Referat ini dapat memberi manfaat kepada semua
orang.
Penulis
4
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
1. Definisi 8
2. Anatomi 9
3. Epidemiologi 10
4. Etiologi 11
5. Patofisiologi 12
6. Klasifikasi 15
8. Diagnosis ........................................................................... 17
9. Diagnosis Banding............................................................. 18
10. Tatalaksana......................................................................... 21
11. Prognosis............................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA
5
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah satu sisi yang berulang. Disebut
Trigeminal neuralgia, karena nyeri di wajah ini terjadi pada satu atau lebih saraf
dari tiga cabang saraf Trigeminal. Saraf yang cukup besar ini terletak di otak dan
membawa sensasi dari wajah ke otak. Rasa nyeri disebabkan oleh terganggunya
fungsi saraf Trigeminal sesuai dengan daerah distribusi persarafan salah satu
sampai dua menit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti
ditusuk. Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup berat, seperti nyeri
obat untuk mengatasi Trigeminal neuralgia biasanya cukup efektif. Obat ini akan
memblokade sinyal nyeri yang dikirim ke otak, sehingga nyeri berkurang, hanya
Trigeminal sebagai nyeri yang ditimbulkan karena kelainan pada gigi, sehingga
6
Pemeriksaan penunjang lebih bertujuan untuk membedakan trigeminal
neuralgia yang idiopatik atau simptomatik. Terapi pada pasien ini ada 2 macam
nukleus nervus trigeminus di dalam brain stem. Pengobatan efektif pada 80%
kasus. Pemberian obat dimulai dengan dosis yang paling minimal, kemudian
karena penyakit ini memiliki progresivitas dan rasa sakit yang makin berat dan
lebih sering maka dibutuhkan penambahan dosis dimana akan menimbulkan suatu
efek samping atau kontrol rasa sakit yang tidak adekuat. Pemberian obat-obatan
ini dapat diberikan secara tunggal atau dikombinasi dengan lainnya. Jika
beberapa obat sudah tidak mengurangi rasa sakit lagi maka terapi dengan
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
menyebabkan rasa sakit yang hebat dan kejang otot di wajah. Serangan intens,
nyeri wajah seperti kejutan listrik dan dapat terjadi secara mendadak atau dipicu
dengan menyentuh area tertentu dari wajah. Namun hingga saat ini penyebab pasti
Nyerinya singkat dan berat seperti ditusuk disalah satu atau lebih cabang nervus
neuralgia nyeri adalah nyeri wajah yang menyakitkan, nyeri singkat seperti
tersengat listrik pada satu atau lebih cabang nervus trigeminus. Nyeri biasanya
muncul akibat stimulus ringat seperti mencuci muka, bercukur, gosok gigi,
berbicara.5
8
hal sepele seperti mencuci muka,
bercukur, merokok, berbicara, dan
menggosok gigi. Namun juga dapat
terjadi secara mendadak.
9
membentuk truncus n.mandibularis. Serabut sensoris n.mandibularis mensarafi
kulit pipi dan kulit atas mandibula dan sisi kepala. Juga mensarafi articulation
temporomandibularis dan gigi rahang bawah, mukosa pipi, dasar mulut, dan
bagian depan lidah. Serabut motoris n.mandibularis mensarafi otot-otot
pengunyah. Nervus Trigeminus merupakan saraf sensoris utama kepala dan saraf
otot-otot pengunyah. Dan juga menegangkan palatum molle dan membrane
tympani (Leksmono P, 1997).
3. Epidemiologi
wanita. Insidensi kejadian untuk wanita sekitar 5,9 per 100.000 wanita; untuk pria
sekitar 3,4 kasus per 100.000 pria. Kejadian juga berhubungan dengan usia,
dimana neuralgia banyak diderita pada usia antara 50 sampai 70 tahun, walaupun
kadang – kadang ditemukan pada usia muda terutama jenis atipikal atau sekunder.
10
Berdasarkan laporan yang ada, usia paling muda yaitu 12 bulan terkena neuralgia
trigeminal dan pada anak lain terjadi pada usia 3 sampai 11 tahun. Faktor ras dan
Bila insidensi dianggap sama dengan Negara lain maka terdapat ± 8000 penderita
baru pertahun. Akan tetapi mengingat harapan hidup orang Indonesia makin
meningkat.3,9
4. Etiologi
Ada banyak pendapat yang berbeda tentang etiologi dari trigeminal neuralgia,
namun beberapa dari mereka masih kontroversial karena kurangnya bukti objektif.
Saat ini ada tiga etiologi yang paling populer. Teori pertama berdasarkan pada
penyakit yang berhubungan, kedua adalah trauma langsung pada saraf dan teori
sklerosism diabetes melitus, rematoid, dan lain-lain. Pada trauma langsung pada
saraf dibagi menjadi dua bagian yaitu trauma pada bagian perifer dan sentral.
11
Teori yang ketiga yaitu polyetiologic, faktor yang mungkin dapat berpengaruh
5. Patofisiologi
Hingga saat ini patogenesis trigeminal neuralgia masih kompleks, tidak jelas
dan masih menjadi topik perdebatan di dunia medis. Banyak teori dan hipotesis
yang saat ini menjelaskan mekanisme patofisiologis sentral maupun perifer. Pada
tidak ada bukti kelainan organik (morfologi) pada nervus trigeminus. Sekitar 40
tahun yang lalu, Kerr mengamati spesiment rhizotomi pasien secara histologi dan
dengan neuritis intersitial, demielinisasi serat saraf, dan sklerosis perineural dan
endoneural. Untuk beberapa tahun teori yang dapat diterima dari gangguan
mekanisme perifer yaitu teori hubungan pendek yang diajukan oleh Dott pada
tahun 1956. Menurut teori ini, serangan trigeminal dimulai dari interkoneksi
Kemudian ada data yang diterbitkan tidak hanya perubahan morfologi nervus di
perifer tetapi juga terjadi perubahan di struktur sentral dari nervus trigeminus.
nukleus nervus trigeminus, batang otak, atau cedera pada korteks serebri.
Meskipun belum ada teori yang dapat menjelaskan gejala dan perjalanan klinis
penyakit.10
12
Serangan trigeminal neuralgia seperti reflek multineuronal, yang melibatkan
bahwa stimulus psikologis aferen dari reseptor nervus trigeminal dan menginduksi
fokus eksitasi paroksimal pada struktur sentral sehingga terjadi impuls eferen ke
perifer. Meskipun masih terdapat dua pertanyaan utama yang belum terjawab. 10
penyakit, progresifitas distropi tidak hanya pada cabang perifer nervus trigeminus
tapi juga terjadi pada bagian nervus intrakranial. Hal ini telah ditunjukkan bahwa
reaksi alergi imun dari cabang nervus trigeminus dengan cepat terjadi degranulasi
sel mast. Agen-agen seperti histamin, serotonin, heparin, bradikinin, dan yang lain
sel mast dengan segera membangkitkan reaksi hiperergic. Reaksi ini dimulai
ketika imunoglobulin, terutama IgE memperbaiki reseptor spesifik dari sel mast.
Sel yang memproduksi IgE berada pada jaringan limpoid, telinga, hidung, rongga
mulut, dan membran saluran pernafasan bagian atas. Pada penyakit ini,
konsentrasi dari IgE meningkat pada inflamasi pada telinga, mulut, dan
tenggorokakn sebanyak 3 kali dan pada polip hidung meningkat 5-6 kali. Oleh
karena itu jumlah antibodi IgE meningkat ketika individu mengalami inflamasi
trigeminal akut. Histamin adalah suatu regulator aktif aktivitas struktur saraf
fungsional termasuk mediasi reaksi nyeri. Telah terbukti bahwa nervus trigeminus
13
adalah kemoreseptor trigger zone histamin. Hal ini mungkin menjelaskan
mengapa histamin yang dilepaskan selama reaksi imun lokal akan segera
terlokalisasi di osseus kanal. Oleh karena itu, edema saraf perifer ditimbulkan oleh
kanal osseus akan menjadi sempit sehingga menekan saraf yang dapat
patogenesis sentral dikonfirmasi lebih lanjut oleh Smith dan McDonald. Mereka
Tidak diragukan lagi, harus ada kondisi yang sesuai dalam tubuh untuk
mekanisme patogenetik. 10
14
6. Klasifikasi
4. Penderita berusia lebih dari 45 tahun , wanita lebih sering terkena dibanding
laki-laki.
15
1. Nyeri berlangsung terus menerus dan terasa dikawasan cabang optalmikus
2. Nyeri timbul terus menerus dengan puncak nyeri lalu hilang timbul kembali.
4. Tidak memperlihatkan kecendrungan pada wanita atau pria dan tidak terbatas
7. Manifestasi Klinis
1. Rasa nyeri berupa nyeri neuropatik, yaitu nyeri berat paroksimal, tajam,
seperti menikam, tertembak, tersengat listrik, terkena petir, atau terbakar yang
berlangsung singkat beberapa detik sampai beberapa menit tetapi kurang dari
dua menit, tiba-tiba dan berulang. Diantara serangan biasanya ada interval
dan nervus maksilaris (V3) 14,1% atau kombinasi keduanya 35,9% sehingga
paling sering rasa nyeri pada setengah wajah bawah. Jarang sekali hanya
terbatas pada nervus optalmikus (V3) 3,3%. Sebagian pasien nyeri terasa
16
3. Trigeminal neuralgia dapat dicetuskan oleh stimulus non-noksius seperti
neuralgia dapat mengalami remisi dalam satu tahun atau lebih. Pada periode
Nyeri terasa tumpul, terus-menerus pada salah satu rahang yang berlangsung
8. Diagnosis
uji klinis untuk mengetahui secara pasti stimulus pencetus dan lokasi nyeri saat
pemeriksaan.13
17
1. Menyebar sepanjang satu atau lebih cabang N trigeminus, tersering pada
4. Nyeri dapat timbul spontan atau dipicu oleh aktifitas sehari seperti
Imaging (MRI). MRI ini sering digunakan sebelum tindakan pembedahan untuk
tidak ada pemeriksaan diagnostik yang dapat mempertegas adanya kelainan ini.
Teknologi CT Scan dan MRI sering digunakan untuk melihat adanya tumor atau
definition MRI angiography) pada nervus trigeminal dan brain stem dapat
18
menunjukkan daerah nervus yang tertekan oleh vena atau arteri. Sebagai
lokasi yang pasti dari sakitnya. Pemeriksaan termasuk inspeksi komea, nostril,
gusi, lidah dan di pipi untuk melihat bagaimana daerah tersebut merespon
9. Diagnosis Banding
Neuralgia trigeminal harus dibedakan dari tipe nyeri lainnya yang muncul
tetapi adanya eskar bekas erupsi vesikel dapat mengarahkan kepada neuralgia
bawah dan pelipis saat mengunya) dapat menyerupai neuralgia trigeminal tetapi
Sindrom yang disebut neuralgia fasial atipik ini (nyeri wajah atipikal) sering
ditemukan pada wanita muda atau setengah baya. Nyeri bersifat tumpul dan
menetap, sering kali unilateral pada rahang atas (walaupun dapat menyebar ke
bagian lain kepala dan leher) dan biasanya dihubungkan dengan manifestasi
ansietas kronik dan depresi. Tanda-tanda fisis tidak ditemukan dan pemberian
19
antidepresan dan obat penenang oleh karena itu, penentuan diagnosis harus sebaik
mungkin.14
berdasarkan periode, ketiadaan faktor pencetus dan durasi tiap nyeri paroksismal
Faktor yang
Diagnosis Persebara
Karakteristik Klinis Meringankan/
Banding n
Memperburuk
20
nervus V
Sindrom Unilateral, Nyeri berat berdenyut-denyut Mengunyah,
Costen dibelakang diperberat oleh proses tekanan sendi
atau di mengunyah, temporomandibula
depan Nyeri tekan sendi temporo- r
telinga, mandibula.
pelipis,
wajah
Migren Orbito- Nyeri kepala sebelah Alkohol pada
frontal, beberapa kasus
rahang atas,
angulus
nasolabial
10. Tatalaksana
Seperti diketahui terapi dari trigeminal neuralgia ada 2 macam yaitu terapi
a. Terapi Farmakologi
sehari ) sebagai terapi lini pertama. Sedangkan terapai lini kedua adalah baclofen
21
lamotrigin mungkin juga efektif. Studi open label telah melaporkan manfaat terapi
obat-obatan anti epilepsi yang lain seperti clonazepam, gabapentin, phenytoin dan
valproat.2
keamanan yang lebih baik. Sementera pengobatan lini kedua dapat diberikan
lamotrgine dengan dosis 400 mg/ hari, baclofenac 40 – 80 mg/hari, dan pimizoid
4 – 12 mg/hari.2
Selain itu ada juga pilihan pengobatan alternative, yaitu dengan memberikan
obat antiepilepsi yang telah dipelajari dalam kontrol kecil dan studi terbuka yang
22
Gambar 7.1 Management terapi pada trigeminal neuralgia
Karbamazepine
memperlihatkan efek analgesik yang selektif misalnya pada tabes dorsalis dan
neuropati lainnya yang sukar diatasi dengan analgesik biasa. Sebagian besar
menggunakan obat ini. Karena potensi untuk menimbulkan efek samping sangat
agranulositosis maka pasien yang akan diterapi dengan obat ini dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan nilai basal dari darah dan melakukan pemeriksaan ulang
selama pengobatan.2,6,7
Jika efek samping yang timbul parah, dosis karbamazepine perhari dapat
23
Karbamazepine diberikan dengan dosis berkisar 200-1200 mg, dimana hampir
70% memperlihatkan perbaikan. Dosis dimulai dengan dosis minimal 1-2 pil
perhari, secara bertahap dapat ditambah hingga rasa sakit hilang atau mulai timbul
efek samping. Selama periode remisi dosis dapat dikurangi secara bertahap.
Efek samping yang timbul dalam dosis yang besar yaitu drowsiness, mental
juga reaksi serius yang tidak berhubungan dengan dosis yaitu allergic skin rash,
seksual.2,6
Oxykarbamazepin
dapat meredakan nyeri dengan baik. Pada umumnya dosis dimulai dengan 2 x
300 mg yang secara bertahap ditingkatkan untuk mengontrol rasa sakitnya. Dosis
nausea, mual, dizziness, fatique dan tremor. Efek samping yang jarang timbul
yaitu rash, infeksi saluran pernafasan, pandangan ganda dan perubahan elektrolit
darah. Seperti obat anti-seizure lainnya, penambahan dan pengurangan obat harus
secara bertahap.2
24
Lamotrigine
perlahan meningkat sampai dosis 200 - 400 mg/hari dibagi dua dosis. Efek
samping dapat berupa pusing, mual, penglihatan kabur dan ataksia. Sekitar 7-
10% pasien dapat terjadi ruam pada kulit selama terapi 4 - 8 minggu. Dapat juga
terjadi kelainan berupa deskuamasi atau terkait gejala parah demam atau
penghentian segera.2
Phenitoin
Phenitoin berefek anti konvulsi tanpa menyebabkan depresi umum SSP. Sifat
anti konvulsi obat ini berdasarkan pada penghambatan penjalaran rangsang dari
dengan dosis 300-600mg dibagi dalam 3 dosis perhari. Efek samping yang
hypertrichosis. 2
25
Baklofen
dikombinasi dengan obat-obat tersebut. Obat ini berguna pada pasien yang baru
terdiagnosa dengan rasa nyeri relatif ringan dan tidak dapat mentoleransi
Efek samping yang paling sering timbul karena pemakaian baklofen adalah
mengantuk, pusing, nausea dan kelemahan kaki. Baklofen tidak boleh dihentikan
secara tiba-tiba setelah pemakaian lama karena dapat terjadi halusinasi atau
serangan jantung.2
Gabapentin
Dosis yang dianjurkan 1200-3600 mg/hari. Obat ini hampir sama efektifnya
dengan karbamazepine tetapi efek sampingnya lebih sedikit. Dosis awal biasanya
3x300 mg/hari dan ditambah hingga dosis maksimal. Reaksi merugikan paling
sering adalah somnolen, ataksia, fatique dan nystagmus. Seperti semua obat,
b. Terapi Pembedahan
Terapi farmakologik umumnya efektif akan tetapi ada juga pasien yang tidak
bereaksi atau timbul efek samping yang tidak diinginkan maka diperlukan terapi
pembedahan.2
26
Beberapa situasi yang mengindikasikan untuk dilakukannya terapi
penyembuhan yang berarti, (2) Ketika pasien tidak dapat mentolerir pengobatan
dan gejala semakin memburuk, (3) Adanya gambaran kelainan pembuluh darah
pada MRI.1
dilakukan blok pada nervus trigeminus bagian distal ganglion gasseri yaitu dengan
gliserol atau kompresi dengan balon ke dalam kavum Meckel. Terapi gamma
knife merupakan terapi radiasi yang difokuskan pada radiks nervus trigeminus di
11. Prognosis
Setelah serangan awal, trigeminal neuralgia dapat muncul kembali selama
menjadi lebih sering, lebih mudah dipicu, dan mungkin memerlukan pengobatan
jangka panjang. Meskipun neuralgia trigeminal tidak terkait dengan hidup singkat,
morbiditas yang terkait dengan nyeri wajah kronis dan berulang dapat
27
berkembang menjadi sindrom nyeri kronis, dan pasien dapatmenderita depresi
kegiatan yang memicu rasa sakit, seperti mengunyah, sehingga pasien mungkin
BAB III
PENUTUP
Neuralgia Trigeminal adalah suatu keadaan nyeri yang sangat hebat dengan
ditandai serangan nyeri yang mendadak dan terus menerus seperti menusuk atau
seperti tersengat aliran listrik yang berlangsung singkat dan berakhir dalam
unilateral dan mengenai daerah yang disarafi nervus trigeminus. Ada dua macam
etiologi yang pertama adalah idiopatik atau disebut Neuralgia Trigeminal primer
dan yang kedua adalah simptomatik yang disebut Neuralgia Trigeminal sekunder
sedangkan patofisiologi sampai sekarang masih belum jelas dan sejauh ini belum
28
pemberian dengan cara farmakologik dan bila tidak berhasil dapat
DAFTAR PUSTAKA
29
8. Kauffman AM and Patel M. Your complete guide to trigeminal neuralgia.
[online] CCND Winnipeg 2001. [cited 2012 June 1]; Available from URL:
http://www.umanitoba.ca/cranial_nerves/trigeminal_neuralgia/manuscript/
12. Passos JH et al. Trigeminal Neuralgia. [online] Journal of Dentistry & Oral
Medicine 2001. [cited 2013 June 1]; Available from: URL:
http://www.epub.org.br.
13. Kleef MV, Genderen WE, Narouze S. Evidence based medicine trigeminal
neuralgia. World Institute of Pain 2009; 9(4): 252-259.
14. Manish KS. Trigeminal neuralgia. [online] Medscape 2013. [cited 2013 June
1]; Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/1145144-
overview
30