Anda di halaman 1dari 7

TUGAS UJIAN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Saraf

Pembimbing
dr. Hendry Gunawan, Sp. S

Disusun Oleh
Elisvia Rahmania 122810039

KEPANITERAAN KLINIK ILMU SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
RSUD WALED KABUPATEN CIREBON
2024
TUGAS UJIAN
Pertanyaan
1. Diagnosis Banding Hemiparesis Sisnistra Karena Autoimun
2. Perbedaan Paresis Nervus 7 Perifer dengan Ptosis
3. Perbedaan UMN dan LMN

Jawaban
1. Diagnosis Banding Hemiparesis Sisnistra Karena Autoimun?
Penyakit autoimun yang dapat mengenai susunan saraf pusat diantaranya1 :
 Ensefalomielitis Diseminata Akuta
 Sclerosis multiple
 Sindrom Guillain Barre-Strohl
 Miastenia Gravis
2. Perbedaan Paresis Nervus 7 Perifer dengan Ptosis
 Paresis Nervus 7 : Nervus facialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah.
Secara garis besar, persarafan otot wajah bagian atas mendapatkan input dari
kedua hemisfer. Sedangkan otot-otot wajah bagian bawah hanya mendapat
input dari hemisfer kontralateral.2,3,5

Gambar 1. Perbedaan lesi perifer dan sentral4


- Dua Gerakan untuk menilai ada tidaknya kelemahan otot ekspresi wajah
atas adalah :
1) Mengangkat dahi
2) Menutup mata kuat dab pemeriksaan membuka kelopak mata. Pada
pasien Bell’s palsy, terdapat fenomena mata melirik ke atas sebagai
usaha untuk menutup kelopak mata.
- Beberapa gerakan untuk menilai kesimetrisan otot wajah bawah :
1) Menggebungkan pipi
2) Mengatupkan bibir sekuat mungkin dan pemeriksa mencoba membuka
3) Menunjukan gigi
4) Bersiul
Asimetris wajah yang menandakan adanya paresis nervus facialis dapat
dibedakan menjadi lesi UMN yang terbatas pada otot wajah bagian bawah
atau LMN yang memengaruhi otot wajah atas dan bawah.

 Ptosis : merupakan kondisi dimana ditandai dengan turunnya kelopak mata


superior dan bersifat parsial. Paresis nervus okulomotorius menyebabkan
seluruh kelopak mata turun hingga menutup pandanagan.2,3
Penyebab ptosis :

Gambar 2. Pemeriksaan ptosis5


Peresis nervus 7 perifer terjadi kelemahan wajah unilateral pada system otot
wajah baik atas maupun bawah, salah satu contohnya seperti Bell’s palsy, dimana
ditandai dengan gejala kelopak mata tidak dapat menutupi bola mata pada sisi yang
lumpuh (lagophtalmus). Sedangkan pada ptosis merupakan kondisi yang ditandai
dengan turunnya kelopak mata superior dan bersifat parsial, dimana terjadi kelemahan
pada otot orbicularis sehingga tidak dapat membuka mata secara maksimal.2,3,5

3. Perbedaan UMN dan LMN


Kelemahan pada anggota gerak dapat disebabkan oleh lesi pada lokasi mana pun di
jaras motoric, yaitu :
 Lesi di jaras UMN (dari korteks motoric hingga medulla spinalis sebelum sel
kornu anterior)
 Lesi pada jaras LMN (dari sel kornu anterior di medulla spinalis ke nervus
perifer)

Gambar 3. Lokasi anatomi pada kelemahan motorik5

a. Upper Motor Neuron (UMN)


1) Kelemahan UMN
Kelemahan UMN terjadi akibat kerusakan pada tractus kortikospinalis
pada titik manapun pada korteks motoric sehingga korda spinalis. Jika lesi
terjadi di atas dekusasio piramidalis setinggi medulla bawah, kelemahan
akan terjadi kontralateral dari lesi. Jika lesi terjadi dibawah titik ini,
kelemahan akan terjadi ipsilateral.
Manifestasi klinis lesi UMN :
 Peningkatan tonus (spastisitas)
 Kelemahan ‘pola piramidal’
 Tidak adanya atrofi otot dan fasikulasi
 Refleks tendon dan respon ekstensor plantar meningkat
2) Sindrom UMN : Hemiparesis dan tetraparesis, paraparesis, monoparesis.

Gambar 4. Sindrom UMN5

b. Lower motor Neuron (LMN)


1) Kelemahan LMN
LMN membentang dari sel kornu anterior di korda spinalis menuju pusat
saraf otot di otot. Lesi pada LMN dikarakteristikan dengan gabungan tanda
klinis yang khas dan bervariasi sesuai dengan letak anatomis dari jaras
LMN tersbut.5
Sindrom LMN memiliki karakteristik sebagai berikut :
 Penurunan tonus
 Pola kelemahan dan atrofi yang bersifat fokal. Pola kelemahan dan
atrofi bergantung pada lokasi dari lesi :
a) Gangguan sel kornu anterior
b) Radikulopati
c) Pleksopati
d) Neuropati perifer
e) Gangguan pada pusat saraf-otot
f) Miopati
 Fasikulasi
 Gangguan nyeri dan sensorik
 Penurunan refleks tendon dan refleks fleksor plaantar
2) Sindrom LMN
 Gangguan sel kornu anterior; misalnya pada polio penyakit motor
neuron, dan syringomyelia
 Nervus spinalis atau “radiks nervus”; misalnya pada Radikulopati
 Pleksopati, misalnya pada pleksopati brakialis (neuritis brakialis)
 Neuropati perifer, mislanya pada mononeuropati ulnaris atau
polineuropati generalisata.
 Gangguan pada pusat saraf-otot,
 Miopati

Gambar 5. Sindrom LMN5


Daftar Pustaka
1. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Dian rakyat; Jakarta: 2016.
2. https://www.sciencedirect.com/topics/neuroscience/ptosis
3. https://www-ncbi-nlm-nih- gov.translate.goog/books/NBK539828/?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_h l=id&_x_tr_pto=tc
4. Tiemstra JD, Khatkhate N. Bell’s palsy: diagnosis and management. Am
Fam Phys. 2007; 76(7): 997-1004.
5. Nari D, Fitri O. Crash Course Neurology. Elsevier; Singapore. 2018.

Anda mungkin juga menyukai