Anda di halaman 1dari 6

BLOK 11

LEARNING OBJECTIVE SKENARIO 6

“Aktivitas yang Terasa Berat”

DISUSUN OLEH:

NAMA : INCE GUNAWAN RAHMAN


STAMBUK : N101 19 150
KELOMPOK : 12 (Dua Belas)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO

2022
1. Maksud kekuatan Motorik 5 5 5 5 ?
Jawab :
Kekuatan motoric meliputi kemampuan mengubah posisi, kekuatan dan
koordisasi otot. Di klinik penilaian kekuatan otot masing-maisng dimulai terlebih dahulu
dengan penelitian gerakan volunter serta kekuatan secara menyeluruh dan umum. Dengan
menahan gerakan-gerakan tersebut dapat diperoleh kesan mengenai paresis seperti halnya
dalam hemiparesis atau paraparesis. Setelah itu barulah penilaian kekuatan otot masing-
masing dapat dilakukan, terutama apabila terdapat paresis yang bersifat fokal segmental,
seperti pada berbagai kelumpuhan LMN (Lower Motor Neuron) akibat lesi di saraf tepi.

INTERPRETASI :kekuatan otot dinilai dalam derajat :


5 : Kekuatan normal Seluruh gerakan dapat dilakukan berulang-ulang tanpa terlihat
adanya kelelahan
4 : Seluruh gerakan otot dapat dilakukan dengan benar dan dapat melawan tahan ringan
dan sedang dari pemeriksa
3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat
2 : Di dapatkan gerakan tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat (gravitasi)
1 : Kontraksi minimal dapat terasa atau teraba pada otot yang bersangkutan tanpa
mengakibatkan gerakan
0 : Tidak ada kontraksi sama sekali. Paralisis total.

Sumber :
Bahar,A., Wuysan,D. 2017. PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK DAN REFLEKS
FISIOLOGI, PATOLOGIS DAN PRIMITIF. Makassar : FK Unhas

2. Anatomi & Fisiologi Neuromuscular Junction ?


Jawab :
A. Anatomi
Anatomi Neuromuscular Junction Sebelum memahami tentang miastenia gravis,
pengetahuan tentang anatomi dan fungsi normal dari neuromuscular junction
sangatlah penting. Tiap-tiap serat saraf secara normal bercabang beberapa kali dan
merangsang tiga hingga beberapa ratus serat otot rangka. Ujung-ujung saraf membuat
suatu sambungan yang disebut neuromuscular junction atau sambungan
neuromuscular
Bagian terminal dari saraf motorik melebar pada bagian akhirnya yang disebut
terminal bulb, yang terbentang diantara celah-celah yang terdapat di sepanjang serat
saraf.Membran presinaptik (membran saraf), membran post sinaptik (membran otot),
dan celahsinaps merupakan bagian-bagian pembentuk neuromuscular junction

B. fisiologi
Di bagian terminal dari saraf motorik terdapat sebuah pembesaran yang biasa disebut
bouton terminale atau terminal bulb. Terminal Bulb ini memiliki membran yang
disebut juga membran pre-sinap, struktur ini bersama dengan membran post-sinap
(pada sel otot) dan celah sinap (celah antara 2 membran) membentuk Neuro Muscular
Junction.Membran pre-sinap mengandung asetilkolin (ACh) yang disimpan dalam
bentuk vesikel-vesikel. Jika terjadi potensial aksi, maka Ca++ Voltage Gated Channel
akan teraktivasi. Terbukanya channel ini akan mengakibatkan terjadinya influx
Calcium. Influx ini akan mengaktifkan vesikel-vesikel tersebut untuk bergerak ke tepi
membran. Vesikel ini akan mengalami docking pada tepi membran. Karena proses
docking ini, maka asetilkolin yang terkandung di dalam vesikel tersebut akan
dilepaskan ke dalam celah sinap. ACh yang dilepaskan tadi, akan berikatan dengan
reseptor asetilkolin (AChR) yang terdapat pada membran post-sinap. AChR ini
terdapat pada lekukan-lekukan pada membran post-sinap. AChR terdiri dari 5 subunit
protein, yaitu 2 alfa, dan masing-masing satu beta, gamma, dan delta. Subunit-subunit
ini tersusun membentuk lingkaran yang siap untuk mengikat ACh. Ikatan antara ACh
dan AChR akan mengakibatkan terbukanya gerbang Natrium pada sel otot, yang
segera setelahnya akan mengakibatkan influx Na+. Influx Na+ ini akan
mengakibatkan terjadinya depolarisasi pada membran post-synaptic. Jika depolarisasi
ini mencapai nilai ambang tertentu (firing level), maka akan terjadi potensial aksi
pada sel otot tersebut. Potensial aksi ini akan dipropagasikan (dirambatkan) ke segala
arah sesuai dengan karakteristik sel eksitabel, dan akhirnya akan mengakibatkan
kontraksi.

Sumber :
Pane,N.A., Sudjud,R.W. 2020. Myasthenia Gravis dan Tuberculosis. Vol 38(1). viewed
on 20 April 2020. from: https://perdating.org.

3. Diagnosis Banding ?
Jawab :
a. Meningitis Tunerkulosis
 Meningitis tuberkulosis merupakan meningitis yang paling banyak menyebabkan
kematian dan kecacatan. Dibandingkan dengan meningitis bakterialis akut,
perjalanan penyakit meningitis TBC lebih lama dan perubahan atau kelainan
dalam cairan serebro spinalis (CSS) tidak begitu hebat.
 Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
neurologi dan pemeriksaan penunjang. Gambaran klinis meningitis tuberkulosis
memperlihatkan gejala yang bervariasi dan tidak spesifik. Selama 2-8 minggu
dapat ditemukan malaise anoreksia, demam, nyeri kepala yang semakin
memburuk, perubahan mental, penurunan kesadaran, kejang, kelumpuhan saraf
kranial (II, III, IV, VI, VII, VIII), hemiparese. Pemeriksaan funduskopi kadang-
kadang memperlihatkan tuberkel pada khoroid, dan edema papil menandakan
adanya peninggian tekanan intrakranial. Perjalanan penyakit Meningitis
tuberkulosis memperlihatkan 3 stadium
b. Dematomyositis
 Dermatomyositis merupakan keadaan inflamasi yang terjadi di dalam otot. Hal ini
dapat berkaitan dengan penyakit jaringan ikat (25%) atau karsinoma (10%),
terutama jika terdapat perubahan pada kulit (dermatomyositis).
 Gambaran klinis Polimyositis dan dematomyositis umumnya timbul pada dekade
4 atau 5, dengan wanita lebih rentan dibandingkan laki-laki. Kelemahan otot
proksimal merupakan gejala kardinal (kesulitan bangun dari kursi atau menaiki
tangga). Nyeri dan kelebanman otot terjadi pada kurang dari setengah populasi
pasien.
Perubahan kulit yang berkaitan (dermatomyositis) meliputi:
 Makula eritematosa pada wajah, terutama pada daerah periorbita dengan
warna heliotrope (biru-violet).
 Plak eritematosa di bagian dorsalis jari-jari tangan (papul Gottron). -
Perdarahan pada lekuk-kuku. -Fotosensitivitas (Yogaraja,2018)
c. Sindrom Eaton-Lambert (Lambert-Eaton Myasthenic Syndrome)
Penyakit ini dikarakteristikkan dengan adanya kelemahan dan kelelahan pada otot
anggota tubuh bagian proksimal dan disertai dengan kelemahan relatif pada otot-otot
ekstraokular dan bulbar. Pada LEMS, terjadi peningkatan tenaga pada detik-detik
awal suatu kontraksi volunter, terjadi hiporefleksia, mulut kering, dan sering kali
dihubungkan dengan suatu karsinoma terutama oat cell carcinoma pada paru. EMG
pada LEMSsangat berbeda dengan EMG pada Miastenia gravis. Defek pada transmisi
neuromuscular terjadi pada frekuensi rendah (2Hz) tetapi akan terjadi hambatan
stimulasi pada frekuensi yang tinggi (40 Hz). Kelainan pada Miastenia gravis terjadi
pada membran postsinaptik sedangkan kelainan pada LEMS terjadi pada membran
pre sinaptik, dimana pelepasan asetilkolin tidak berjalan dengan normal, sehingga
jumlah asetilkolin yang akhirnya sampai ke membran postdinaptik tidak mencukupi
untuk menimbulkan depolarisasi

Sumber:
Samatra,P. 2018. Bali Neurologi. Departemen Neurologi RSUP Sanglah Denpasar/FK
Universitas Udayana
Yogaraja. 2018. Neurologi. Singapore : Elsevier
Mumenthaler M, Mattle H. Fundamentals of Neurology. In: Myasthenia Gravis.
Germany: Georg Thieme Verlag

4. Tatalaksana Farmakologi ?
Jawab :
 Antikolinesterase Neostigmin (Prostigmin), dosis 3 x 15 mg. Untuk orang Indonesia
dapat dimulai dengan dosis 3 x 7,5 mg, bila tidak menolong dinaikkan sampai 4 kali.
 Atau diberikan injeksi prostigmin 0,5 mg (1:10). Biasanya perbandingan injeksi : oral
= 1 : 2.
 Mestinon, dosis 1 x 60 mg, kemudian dinaikkan menjadi 2 x 60 mg. Obat
antikolinesterase ini hanyalah merupakan obat simptomatis oleh karena kelainannya
adalah pada reseptor (bukan kekurangan produksi asetilkolin, bukan karena enzim
kolinesterase sangat aktif).

sumber:

Bahruddin,M. 2017. Neurologi Klinis. Malang : UMM Malang

Anda mungkin juga menyukai