Anda di halaman 1dari 7

BLOK 9

LEARNING OBJECTIVE SKENARIO 2: Penelitian Kedokteran Dasar

“Ilmu Penelitian Akan Dipakai Kapanpun”

DISUSUN OLEH:

NAMA : INCE GUNAWAN RAHMAN


STAMBUK : N101 19 150
KELOMPOK : 12 (Dua Belas)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO

2021
1. Jenis-jenis desain penelitian, selain cross sectional dan case control ?
Jawab :
a. Penelitian Berdasarkan Jenis dan Analisisnya
Penelitian berdarakan jenis dan analisisnya terbagi atas dua penelitian yaitu yang
pertama penelitian kuantitatif, yang kedua penelitian kualitatif: Penelitian kuantitaif
adalah pendekatan-pendekatan
 terhadap kajian empiris untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menampilkan
datadalam bentuk numeric daripada naratif
 Penelitian kualitatif, bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai suatu
fenomena serta menemukan atau mengintruksi suatu teori terkait suatu fenomena

b. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Tujuan Umumnya


Berdasarkan tujuan umumnya, penelitian dibedakan menjadi penelitian eksploratif,
penelitian pengembangan, dan penelitian verifikatif.
 Penelitian eksploratif, adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengekplorasi fenomena yang menjadi sasaran penelitian.
 Penelitian pengembangan (developmental research), adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengembangan suatu konsep atau prosedur tertentu.
 Penelitian verifikatif, merupakan penelitian yang dilakukan dengan tujuan
membuktikan kebenaran suatu teori pada. waktu dan tempat tertentu.

c. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Tarafnya


Penelitian ditinjau berdasarkan tarafnya dibedakan menjadi dua, yaitu penelitian
deskriptif dan penelitian analitik.
 Penelitian deskriptif merupakan penelitian pada taraf mendiskripsikan variable
yang diteliti tanpa dilakukan analisis dalam keterkaitannya dengan variable
lainnya.
 Penelitian analitik adalah penelitian yang mendiskripsikan variable penelitian
serta menganalisis dalam hubungannya dengan variable-variabel lainnya.

d. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Metode


Berdasarkan metode yang dipakai, penelitian dibedakan menjadi penelitian
longitudinal dan penelitian cross-sectional.
 Penelitian longitudinal (longitudinal research) adalah penelitian yang dilakukan
dengan metode longitudinal (longituninal method), yaitu metode penelitian yang
membutuhkan waktu yang lama, berbulan-bulan bahkan bertahun, secara
berkesinambungan.
 Penelitian Cross-sectional (cross-sectionalresearch) merupakan penelitian yang
dilakukan dengan metode cross- sectional (cross-sectional method), yaitu metode
penelitian yang dilakukan dengan mengambil waktu tertentu yang relative pendek
dan tempat tertentu (Zakariah,2020).

Sumber :
Zakariah,M.A., Afriani,F. 2020. METODOLOGI PENELITIAN. Kolaka:
Yayasan Ponpes Al-Mawaddah Warahmah

2. Jelaskan desain penelitian sebab akibat ?


Jawab :
Penelitian kausal komparatif (causal comparative research) yang disebut juga
sebagai penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis dimana
ilmuan mengendalikan variabel bebas secara langsung karena eksistensi dari variabel-
variabel tersebut telah terjadi, atau karena variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat di
manipulasi. Secara sederhana penelitian kausal komparatif juga merupakan penelitian ex
post facto. Peneliti hanya mengambil data yang sudah ada di lapangan tanpa melakukan
manipulasi atauperlakuan tertentu.
Penelitian kausal komparatif merupakan penelitian yang diarahkan untuk
menyelidiki hubungan sebab-akibat berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi
dan mencari faktor yang menjadi penyebab melalui data yang dikumpulkan. Dalam
penelitian ini pendekatan dasarnya adalah dimulai dengan adanya perbedaan dua
kelompok dan kemudian mencari faktor yang mungkin menjadi penyebab atau akibat dari
perbedaan tersebut. Dalam hal ini ada unsur yang membandingkan antara dua atau lebih
variabel (Ibrahim,2018).

Sumber :
Ibrahim,A.dkk. 2018. METODOLOGI PENELITIAN. Makassar: Gunadarma Ilmu

3. Jelaskan konsep hubungan sebab akibat ?


Jawab :
Penelitian eksplanatoris yang meneliti hubungan sebab-akibat (kausalitas) sering
dianggap memiliki makna yang lebih berarti dibandingkan riset eksploratoris ataupun
riset deskriptifNamun demikian riset eksplanatoris juga rentan terhadap kekeliruan
identifikasi mengenai kausalitas dan ini bisa fatal. Misalnya, kita menduga bahwa X
berpengaruh terhadap Y dan data empiris mendukung hubungan tersebut. Dalam
penelitian crossectional bisa saja kita terkecoh terhadap temuan ini, karena bukan tidak
mungkin hubungan yang benar adalah Y berpengaruh terhadap X dan kita tidak tahu
mengenai kekeliruan tersebut karena kita tidak melakukan pengujian lebih lanjutMasalah
tersebut di atas bisa terjadi karena secara filosofis pembuktian bahwa sesuatu adalah
penyebab sesuatu yang lainnya cukuprumit. Dalam setiap pengujian hipotesis kausalitas
ada beberapa tipe kesalahan berkaitan dengan arah kausalitas.
 Kesalahan tipe I terjadi bilamana peneliti tidak menemukan bukti yang kuat
terhadap model kausalitas dengan arah yang sudah benar(misalnya X→Y).
Kesalahan tipe II terjadi bilamana peneliti “berhasil menemukan” adanya
hubungan kausalitas sebuah model kausalitas yang arahnya salah (misalnya,
seharusnya Y→X, bukan X→Y).
 Kesalahan tipe II bisa saja terjadi selama X berkorelasi bivariat dengan Y.
Kesalahan tipe III terjadi bilamana peneliti menemukan ada bukti yang kuat
terhadap model kausalitas dengan arah yang sudah benar (misalnya X→Y) dari
subsampel yang ekstrim dan mengira hubungan tersebut juga demikian adanya
pada kelompok sampel lain, padahal tidak demikian. Kesalahan tipe III bisa
dikurangi denganreplikasi penelitian dalam rangka menguji kegeneralan (masalah
validitas eksternal) suatu temuan ilmiah (Ibrahim,2018).

Sumber :
Ibrahim,A.dkk. 2018. METODOLOGI PENELITIAN. Makassar: Gunadarma Ilmu
.
4. Cara menentukan jumlah minimal sampel dalam penelitian ?
Jawab :
Salah satu di antara pertanyaan yang sering dikemukakan para peneliti adalah
berapa besar jumlah subjek yang perlu ditentukan sebagai sampel. Secara teknis,
besarnya sampel tergantung pada ketepatan yang diinginkan peneliti dalam menduga
parameter populasi pada taraf kepercayaan tertentu. Tidak ada satu kaidah pun yang
dapat digunakan untuk menetapkan besarnya sampel. Akan tetapi secara empirik
perkiraan besarnya sampel yang dibutuhkan dapat ditentukan. Berapa ketentuan sampel
yang dibutuhkan secara empirik banyak dibahas oleh para peneliti. Kesepakatan para
peneliti dalam menentukan besarnya sampel sebagai kriteria empirik dalam menguji
hipotesisstatistika akan sangat bermanfaat bagi peneliti saat ini sebagai pedoman dalam
menentukan ukuran sampel dalam penelitian.

Syarat-syarat pengambilan sampel agar diperoleh sampel yang baik/representative adalah


sebagai berikut :
a. Jumlah sampel, semakin besar jumlah sampel yang diteliti, maka semakin tinggi
tingkat kebenarannya/representative. Besar kecilnya jumlah sampel, ditentukan oleh
beberapa hal sebagai berikut :
1. Besarnya biaya
2. Waktu dan tenaga
b. Teknik pengambilan sampel, semakin tinggi tingkat random pengambilan sampel,
maka semakin tinggi pula tingkat representative.
c. Ciri-ciri sampel harus dipertimbangkan pada saat pengambilan sampel dan harus
sesuai dengan tujuan penelitian. Semakin lengkap ciri-ciri sampel, maka sampel
semakin representative.

Ada beberapa rumus yang lazim digunakan untuk menentukan ukuran sampel,
namun demikian dalam penggunaannnya tidak ada yang bersifat mutlak ( paling
benar ). Beberapa rumus tersebut di antaranya :
 Rumus n = Z2 S 2 / C2

n : jumlah sample
Z : Angka normal standart yang besarnya tergantung dari level conviden
S : sebenarnya adalah  ( standart deviasi populasi ) , namun karena  tidak
diketahui dan tidak dapat dihitung maka didekati dengan S ( standart deviasi dari
sample ) yang sebenarnya juga belum bisa dihitung sebelum ada sample.
C : selisih antara nilai rata-rata sample dengan nilai rata – rata populasi yang
besarnya juga diperkirakan
Rumus ini sesuai untuk digunakan bila parameter yang diukur adalah nilai rata –
rata, dan perhitungannya akan dapat dilakukan dengan ketentuan :
1. nilai  bisa didekati dengan S,
2. Nilai S besarnya merupakan perkiraan saja, karena memang S baru bisa
dihitung setelah ada data terkumpul. Nilai C juga merupaka perkiraan yang
besarnya sesuai kehendak si peneliti
3. N populasi tidak diketahui ( misalnya: tak terhingga )

Contoh : Seorang peneliti ingin mengetahui berapa rata – rata pengeluaran


rumah tangga untuk keperluan minum soft drink per bulan. Peneliti tsb
menginginkan selisih rata – rata sampel dengan rata – rata populasi ( yang
ditaksir ) sebesar 10 satuan uang dengan tingkat keyakinan menaksir 99 %.
Standart deviasi diperkirakan sebesar 100 satuan uang. Maka jumlah rumah
tangga yang akan diambil sebagai sampel dalam penelitian ini adalah :

n = ( 2,575 )2 ( 100 )2 / 102 = 663 rumah tangga

Dalam praktik, ukuran sample lebih banyak ditentukan dengan intuisi, bukan
dengan rumus, karena deviasi standar populasi sulit diperkirakan atau tidak
tersedia.

Sumber :
Susanti,A.dkk. 2018. Pencarian Rumus Perhitungan Jumlah Sampel Minimal
yang Digunakan Pada Penelitian Perilaku Perjalanan Terdahulu. Volume 2
No.2. viewed on 15 Desemeber 2021. From : https://iptek.its.ac.id.

5. Desain penelitian yang tepat pada scenario (case control atau cross sectional).?
Jawab:
Berbicara mengenai desain penelitian terlebih dahulu kita harus mengerti
pengertian dari desain penelitian itu sendiri. Jadi, desain penelitian adalah rangkaian
prosedur dan metode yang dipakai untuk menganalisis dan menghimpun data untuk
menentukan variabel yang akan menjadi topik penelitian (Rahmadi,2011). 
Seperti yang kita bahas sebelumnya untuk desain penelitian terbagi menjadi beberapa
jenis tergantung dari kebutuhan penelitian yang akan kita lakukan. Dan untuk membahas
Desain penelitian yang tepat pada scenario (case control atau cross sectional) sebenarnya
tergantung dari peneliti itu sendiri namun dengan mempertimbangkan kekuatan dan
kelemahan dari kedua desain tersebut contoh :
a. Cross sectional:
Kelebihan
 Relatif mudah, murah, hasilnya cepat dapat diperoleh
 Memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum
 Dapat dipakai untuk meneliti beberapa variable sekaligus
 Jarang terancam loss of follow-up (drop out)
 Memberi gambaran tentang prevalensi atau faktor resiko
 Dapat dimasukkan dalam penelitian cohort atau perlakuan

Kelemahan

 Sulit menetapkan hubungan kausal


 Kurang praktis untuk penelitian terhadap kasus yang jarang
 Dibutuhkan jumlah subyek banyak terutama bila variable yang dipelajari banyak
 Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, prognosis
 Mungkin bias terjadi bias prevalens atau bias insidens

b. Case Control
Kelebihan
 Adanya kesamaan ukuran waktu antara kelompok kasus dengan kelompok control
 Adanya pembatasan atau pengendalian factor risiko sehingga hasil penelitian
lebih tajam
 Dapat mengidentifikasi berbagai factor risiko sekaligus dalam satu penelitian
 Kadang satu-satunya cara untuk meneliti kasus yang jarang atau masa latennya
panjang
 Tidak menghadapi kendala etik
 Tidak memerlukan waktu lama, biaya relative murah

Kelemahan
 Pengukuran variable yang retrospektif, objektivitas dan reliabilitasnya kurang
karena subjek penelitian harus mengingat kembali factor-factor risikonya
 Tidak dapat diketahui efek variable luar karena secara teknis tidak dapat
dikendalikan
 Kadang-kadang sulit memilih control yang benar-benar sesuai dengan kelompok
kasus karena banyaknya factor risiko yang harus dikendalikan

Kesimpulan dari scenario untuk desain penelitian yang cocok menurut saya
adalah Cross sectional karena pada desain studi ini seluruh variabel diukur dan
diamati pada saat yang sama (one point in time) sehingga lebih memudahkan
peneliti dalam melakukan penelitian.

Sumber :
Rahmadi. 2011. PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN. Kalsel: Antasari
Press

Anda mungkin juga menyukai