Anda di halaman 1dari 9

HAKIKAT DAN PERBEDAAN JENIS PENELITIAN

KUALITATIF DAN KUANTITATIF


A Latar Belakang

Begitu banyak alasan yang melatarbelakangi mengapa seseorang melakukan penelitian. Satu
diantara adalah disebabkan oleh rasa ingin tahu yang menjadi sifat dasar manusia. Manusia
selalu bertanya pada hal-hal yang mereka anggap baru dan tidak dapat mereka pahami. Agar
dapat memenuhi rasa ingin tahunya maka manusia berusaha agar dapat memenuhi rasa ingin
tahu mereka dengan lebih rinci, mendalam dan komprehensif. Oleh sebab itu rasa ingin tahu
tersebut disalurkan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman melalui
suatu penelitian.

Secara umum, penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang
dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pengumpulan dan
analisis data menggunakan metode-metode ilmiah, baik yang bersifat kuantatif maupun
kualitatif, eksperimental atau noneksperimental, interaktif atau noninteraktif. Metode-metode
tersebut telah dikembangkan secara intensif, melalui berbagai uji coba sehingga memiliki
prosedur yang baku.

Penelitian merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan, mengembangkan dan menguji


teori. Mc Millan dan Schumacer mengutip pendapat Walberg (1986), ada lima langkah
pengembangan pengetahuan melalui penelitian, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah penelitian,
(2) melakukan studi empiris, (3) melakukan replika atau pengulangan, (4) menyatukan (sintesis)
dan mereview, (5) menggunakan dan mengevaluasi oleh pelaksana.

Penelitian pendidikan merupakan bagian dari kegiatan ilmiah yang mana penelitian pendidikan
juga menggunakan prinsip-prinsip ilmiah untuk menganalisis persoalan-persoalan pendidikan
walaupun pendidikan bukan merupakan merupakan ilmu sain. Penelitian memerlukan tahap-
tahapan atau prosedur standar yang berlaku agar penelitian tersebut dianggap baik dan dapat
diandalkan.

B. Hakikat dan Ciri-Ciri Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Penelitian Kuantitaif

Pada hakikatnya setiap penelitian kuantitatif dalam ilmu-ilmu sosial menerapkan filosofi yang
disebut deducto hipothetico verifikatif artinya, masalah penelitian dipecahkan dengan bantuan
cara berpikir deduktif melalui pengajuan hipotesis yang dideduksi dari teori-teori yang bersifat
universal dan umum, sehingga kesimpulan dalam bentuk hipotesis inilah yang akan diverifikasi
secara empiris melalui cara berpikir induktif dengan bantuan statistika inferensial.

Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemukan
sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu. Untuk
itu pengamat pengamat mulai mencatat atau menghitung dari satu, dua, tiga dan seterusnya.
Berdasarkan pertimbangan dangkal demikian, kemudian peneliti menyatakan bahwa penelitian
kuantitatif mencakup setiap penelitian yang didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata dan
perhitungan statistik lainnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada
perhitungan atau angka atau kuantitas. hasil analisis kuantitatif cenderung membuktikan maupun
memperkuat teori-teori yang sudah ada.

Ciri-ciri penelitian kuantitatif:

1. Asumsi

Penelitian kuantitatif memiliki ciri khas berhubungan dengan data numerik dan bersifat obyektif.
Fakta atau fenomena yang diamati memiliki realitas obyektif yang bisa diukur. Variabel-variabel
penelitian dapat diidentifikasi dan interkorelasi variabel dapat diukur. Peneliti kuantitatif
menggunakan sisi pandangannya untuk mempelajari subyek yang ia teliti (etik). Keunggulan
penelitian kuantitatif terletak pada metodologi yang digunakan.

2. Tujuan penelitian

Penelitian kuantitatif memiliki tujuan menjeneralisasi temuan penelitian sehingga dapat


digunakan untuk memprediksi situasi yang sama pada populasi lain. Penelitian kuantitatif juga
digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat antar variabel yang diteliti

3. Pendekatan

Penelitian kuantitatif dimulai dengan teori dan hipotesis. Peneliti menggunakan teknik
manipulasi dan mengkontrol variabel melalui instrumen formal untuk melihat interaksi
kausalitas. Peneliti mencoba mereduksi data menjadi susunan numerik selanjutnya ia melakukan
analisis terhadap komponen penelitian (variabel). Penarikan kesimpulan secara deduksi dan
menetapkan norma secara konsensus. Bahasa penelitian dikemas dalam bentuk laporan.

4. Peran peneliti

Dalam penelitian kuantitatif, peneliti secara ideal berlaku sebagai observer subyek penelitian
yang tidak terpengaruh dan memihak (obyektif).

5. Pendekatan kuantitatif lebih menitikberatkan pada frekwensi tinggi

6. Kebenaran dari hasil analisis penelitian kuantitatif bersifat nomothetik dan dapat
digenrealisasi.

7. Penelitian kuantitatif menggunakan paradgma positivistik-ilmiah. Segala sesuatu


dikatakan ilmiah bila dapat diukur dan diamati secara obyektif yang mengarah kepada kepastian
dan kecermatan (Sunarto, 1993: 3). Karena itu, paradigma ilmiah-positivisme melahirkan
berbagai bentuk percobaan, perlakuan, pengukuran dan uji-uji statistik.

8. Penelitian kuantitatif sering bertolak dari teori, sehingga bersifat reduksionis dan
verifikatif, yakni hanya membuktikan teori (menerima atau menolak teori).

9. Penelitian kuantitatif khususnya eksperimen, dapat menggambarkan sebab-akibat.


Peneliti seringkali tertarik untuk mengetahui: apakah X mengakibatkan Y? atau, sejauh mana X
mengakibatkanY? Jika peneliti hanya tertarik untuk mengetahui pengaruh X terhadap Y,
penelitian eksperimen akan mengendalikan atau mengontrol berbagai variabel (X1, X2, X3 dan
seterusnya) yang diduga akan berpengaruh terhadap Y. Kontrol dilakukan sedemikian rupa
bukan hanya melalui teknik-teknik penelitian melainkan juga melalui analisis
statistik.http://tumoutou.net/702_05123/maman_kh.htm – _ftn22

10. Mengenai waktu pengumpulan dan analisis data sudah dapat dipastikan. Peneliti dapat
menentukan berbagai aturan yang terkait dengan pengumpulan data; jumlah tenaga yang
diperlukan; berapa lama pengumpulan data akan dilakukan; dan jenis data yang akan
dikumpulkan sesuai hipotesis yang dirumuskan. Hal ini sejalan dengan instrumen yang sudah
baku dan sudah dipersiapkan. Demikian halnya model analisis data, uji-uji statistik, dan
penyajian data — termasuk tabel-tabel yang akan dipergunakan — sudah dapat ditentukan.

Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif atau naturalistic inquiry adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati,
demikianlah pendapat Bogdan dan Guba, sementara itu Kirk dam Miller mendefinisikan
penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Fraenkel
dan Wallen menyatakan bahwa penelitian yang mengkaji kualitas hubungan, kegiatan, situasi,
atau material disebut penelitian kualitatif, dengan penekanan kuat pada deskripsi menyeluruh
dalam menggambarkan rincian segala sesuatu yang terjadi pada suatu kegiatan atau situasi
tertentu.

Bila diperhatikan, definisi di atas nampaknya hanya menggambarkan sebagian kecil dari suatu
konsep penelitian kualitatif yang kompleks dan berdimensi banyak, oleh karena itu untuk
pemahaman yang lebih utuh mengenai penelitian kulitatif, maka pengetahuan tentang apa
ciri-ciri (karakteristik) penelitian kualitatif akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
padu tentang penelitian kualitatif. Untuk itu berikut ini akan dikemukakan berbagai ciri
penelitian kualitatif.

Guba (1985: 39 – 44) mengetengahkan empat belas karakteristik penelitian naturalistik, yaitu :

a. Konteks natural (alami), yaitu suatu konteks keutuhan (entity) yang tak akan dipahami
dengan membuat isolasi atau eliminasi sehingga terlepas dari konteksnya.

b. Manusia sebagai instrumen. Hal ini dilakukan karena hanya manusia yang mampu
menyesuaikan diri dengan berbagai ragam realitas dan menangkap makna, sedangkan instrumen
lain seperti tes dan angket tidak akan mampu melakukannya.

c. Pemanfaatan pengetahuan tak terkatakan. Sifat naturalistik memungkinkan mengungkap hal-


hal yang tak terkatakan yang dapat memperkaya hal-hal yang diekspresikan oleh responden.

d. Metoda kualitatif. Sifat naturalistik lebih memilih metode kualitatif dari pada kuantitatif
karena lebih mampu mengungkap realistas ganda, lebih sensitif dan adaptif terhadap pola-pola
nilai yang dihadapi.

e. Pengambilan sample secara purposive.

f. Analisis data secara induktif, karena dengan cara tersebut konteksnya akan lebih mudah
dideskripsikan. Yang dimaksud dengan analisis data induktif menurut paradigma kualitatif
adalah analisis data spesifik dari lapangan menjadi unit-unit dan dilanjutkan dengan kategorisasi.

g. Grounded theory. Sifat naturalistik lebih mengarahkan penyusunan teori diangkat dari
empiri, bukan dibangun secara apriori. Generalisasi apriorik nampak bagus sebagai ilmu
nomothetik, tetapi lemah untuk dapat sesuai dengan konteks idiographik.

h. Desain bersifat sementara. Penelitian kualitatif naturalistik menyusun desain secara terus
menerus disesuaikan dengan realita di lapangan tidak menggunakan desain yang telah disusun
secara ketat. Hal ini terjadi karena realita di lapangan tidak dapat diramalkan sepenuhnya.

i. Hasil dirundingkan dan disepakati bersama antara peneliti dengan responden. Hal ini
dilakukan untuk menghindari salah tafsir atas data yang diperoleh karena responden lebih
memahami konteksnya daripada peneliti.

j. Lebih menyukai modus laporan studi kasus, karena dengan demikian deskripsi realitas
ganda yang tampil dari interaksi peneliti dengan responden dapat terhindar dari bias. Laporan
semacam itu dapat menjadi landasan transferabilitas pada kasus lain.

k. Penafsiran bersifat idiographik (dalam arti keberlakuan khusus), bukan ke nomothetik


(dalam arti mencari hukum keberlakuan umum), karena penafsiran yang berbeda nampaknya
lebih memberi makna untuk realitas yang berbeda konteksnya.

l. Aplikasi tentatif, karena realitas itu ganda dan berbeda.

m. Ikatan konteks terfokus. Dengan pengambilan fokus, ikatan keseluruhan tidak dihilangkan,
tetap terjaga keberadaannya dalam konteks, tidak dilepaskan dari nilai lokalnya.
n. Kriteria keterpercayaan. Dalam penelitian kuantitatif keterpercayaan ditandai dengan
adanya validitas dan reliabilitas,

Menurut Kirk dam Miller cirri-ciri Penelitian Kualitatif adalah sbb:

Ciri- ciri pokok Penelitian Kualitatif

1 Naturalistic inquiry Mempelajari situasi dunia nyata secara alamiah,


tidak melakukan manipulasi,; terbuka pada
apapun yang timbul.
2 Inductive analysis Mendalami rincian dan kekhasan data guna
menemukan kategori, dimensi, dan kesaling
hubungan.
3 Holistic perspective Seluruh gejala yang dipelajari dipahami sebagai
sistem yang kompleks lebih dari sekedar
penjumlahan bagian-bagiannya.
4 Qualitative data Deskripsi terinci, kajian/inkuiri dilakukan secara
mendalam.
5 Personal contact and Peneliti punya hubungan langsung dan bergaul
insight erat dengan orang-orang, situasi dan gejala yang
sedang dipelajari.
6 Dynamic systems Memperhatikan proses; menganggap perubahan
bersifat konstan dan terus berlangsung baik secara
individu maupun budaya secara keseluruhan
7 Unique case orientation Menganggap setiap kasus bersifat khusus dan
khas
8 Context Sensitivity Menempatkan temuan dalam konteks sosial,
historis dan waktu
9 Emphatic Netrality Penelitian dilakukan secara netral agar obyektif
tapi bersifat empati
10 design flexibility Desain penelitiannya bersifat fleksibel, terbuka
beradaptasi sesuai perubahan yang terjadi (tidak
bersifat kaku)

(Sumber : Patton : 1990 :40-41)

Setelah mensintesiskan pendapat Bogdan & Biklen dengan pendapat Lincoln & Guba, Moleong
mengemukakan sebelas karakteristik penelitian kualitatif yaitu :

1. Latar alamiah (penelitian dilakukan pada situasi alamiah dalam suatu keutuhan)

2. Manusia sebagai alat (Manusia/peneliti merupakan alat pengumpulan data yang utama)

3. Metode kualitatif (metode yang digunakan adalah metode kualitatif)

4. Anslisa data secara induktif (mengacu pada temuan lapangan)

5. Teori dari dasar/grounded theory (menuju pada arah penyusunan teori berdasarkan data)

6. Deskriptif (data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka)

7. Lebih mementingkan proses daripada hasil

8. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus (perlunya batas penelitian atas dasar fokus
yang timbul sebagai masalajh dalam penelitian)

9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data (punya versi lain tentang validitas,
reliabilitas dan obyektivitas)
10. Desain yang bersifat sementara (desain penelitian terus berkembang sesuai dengan
kenyataan lapangan)

11. Hasil penelitiaan dirundingkan dan disepakati bersama (hassil penelitian dirundingkan
dan disepakati bersama antar peneliti dengan sumber data)

sementara itu menurut Nasution ciri-ciri metode kualitatif adalah :

1. Sumber data adalah situasi yang wajar atau natural settting Peneliti sebagai instrumen
penelitian

2. Sangat deskriptif

3. Mementingkan proses maupun produk

4. Mencari makna

5. Mengutamakan data langsung

6. Triangulasi (pengecekan data/informasi dari sumber lain)

7. Menonjolkan rincian kontekstual

8. Subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti

9. Mengutamakan perspektif emik (menurut pandangan responden)

10. Verifikasi (menggunakan kasus yang bertentangan untuk memperoleh hasil yang lebih
dipercaya)

11. Sampling yang purposive

12. Menggunakan audit trial (melacak laporan/informasi sesuai dengan data yang
terkumpul)

13. Partisipsi tanpa mengganggu

14. Mengadakan analisis sejak awal penelitian

15. Data dikumpulkan dalam bentuk kata-kata atau gambar ketimbang

16. Desain penelitian tampil dalam proses penelitian

Dengan memperhatikan karakteristik penelitian kualitatif yang dikemukakan para ahli


sebagaimana dikemukakan di atas, nampaknya lebih bersifat saling melengkapi dan menambah,
karakteristik yang dikemukakan oleh Patton lebih bersipat umum yang merupakan ciri-ciri dasar,
rumusan Moleong sudah menambahkan hal-hal yang bersipat operasional penelitian, terlebih lagi
karakteristik yang dikemukakan oleh Nasution. Dengan variasi semacam ini maka akan lebih
mempermudah/memperjelas pemahaman tentang penelitian kualitatif

a. Inkuiri naturalistik

Desain penelitian kualitatif bersifat alamiah dimana peneliti tidak berusaha memanipulasi
setting penelitian, kondisi/situasi obyek yang diteliti benar-benar merupakan kejadian,
komunitas, interaksi yang terjadi secara alamiah, hal ini dikarenakan metode kualitatif berusaha
memahami fenomena-fenomena dalam kejadian alami yang wajar. Menurut Guba inkuiri
naturalistik merupakan pendekatan yang berorientasi pada penemuan yang meminimalisir
manipulasi peneliti atas obyek penelitian/studi
b. Analisis induktif

Metode kualitatif terutama berorientasi pada upaya eksplorasi, penemuan dengan menggunakan
logika induktif . analisis induktif bermakna analisis yang dimulai dengan melakukan observasi
spesifik menuju terbentuknya pola umum. Peneliti kualitatif berusaha memahami berbagai
hubungan antar dimensi/variabel yang muncul dari data-data yang ditemukan tanpa terlebih
dahulu membuat hipotesis sebagaimana umum dilakukan dalam penelitian kuantitatif.

c. Perspektif menyeluruh

Metode kualitatif berusaha memahami fenomena sebagai suatu keseluruhan yang padu dan total.
Peneliti kualitatif memandang bahwa keseluruhan itu merupakan suatu sistem yang kompleks
tidak sekedar penjumlahan bagian-bagiannya. Pendeskripsian serta pemahaman atas lingkungan
sosial (atau lingkungan dalam konteks lainnya) seseorang (informan) merupakan hal yaang
sangat penting bagi pemahaman yang menyeluruh atas apa yang diteliti.

d. Data kualitatif

Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan lebih bersifat kualitatif yang
mendeskripsikan setting penelitian baik situasi maupun informan/responden yang umumnya
berbentuk narasi baik melalui perantaran lisan seperti ucapan/penjelasan responden, dokumen
pribadi, catatan lapangan. Berbeda dengan penelitian kuantitatif dimana data yang dikumpulkan
merupakan hasil pengukuran atas variabel-variabel yang telah dioperasionalkan (umumnya
brbrntuk angka-angka)

e. Kontak personal

Metode kualitatif mensyaratkan perlunya kontak personal secara langsung antara peneliti dengan
orang-orang dan lingkungan yang sedang diteliti. Perlunya kontak langsung secara personal
adalah guna memahami secara personal realitas yang terjadi dalam kehidupan wajar sehari-hari,
sehingga peneliti dapat mengerti dan memahami bagaimana orang-orang mengalami,
memahami dan menghayati realitas yang terjadi.

f. Sistem yang dinamis

Setting penelitian merupakan sesuatu yang dinamis, dan selalu berubah baik secara individual
maupun budaya secara keseluruhan. Perhatian utama peneliti kualitatif adalah menggambarkan
dan memahami proses dinamika yang terjadi, karena fenomena-fenomena yang terjadi saling
berkaitan dan saling mempengaruhi secara dinamis dalam suatu sistem yang menyeluruh.

g. Berorientasi pada kasus yang khas

Kedalaman metode kualitatif secara tipikal bermula dari kasus-kasus kecil yang menarik sesuai
dengan tujuan penelitian. Pentingnya studi kasus ini terutama bila seseorang memerlukan
pemahaman atas orang-orang yang istimewa, masalah-masalah khas atau situasi-situasi yang
unik secara lebih mendalam.

h. Sensitif pada konteks

Temuan-temuan dalam penelitian kualitatif selalu ditempatkan sesuai dengan konteksnya, baik
konteks sosial, konteks historis, maupun konteks waktu, ini berarti bahwa suatu temuan akan
banyak bermakna atau akan memberikan makna yang lebih mendalam bila dilihat dalam
konteksnya sendiri-sendiri, oleh karena itu peneliti harus peka dalam memahami konteks suatu
temuan penelitian.

i. Netralitas yang empati

Obyektivitas yang sempurna adalah tidak mungkin, subyektivitas murni akan merusak
keterpercayaan, untuk itu dalam penelitian kualitatif seorang penelity diharapkan bersifat netral
tapi empati, kenetralan merupakan upaya untuk menjaga obyektivitas, sedangkan sikap empati
perlu ada mengingat peneliti kualitatif melakukan kontak personal secara langsung dengan
sumber-sumber data (informan)

j. Desain yang lentur

Desain penelitian dalam metode kualitatif tdak bersifat kaku, dia biasa mengadaptasi perubahan
sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam kegiatan penelitian, oleh Karena itu dalam
penelitian kualitatif desain secara parsial bisa muncul pada saat penelitian sedang berlangsung.

Meminjam istilah Moleong (1989), penelitian kualitatif bertolak dari paradigma alamiah.
Artinya, penelitian ini mengasumsikan bahwa realitas empiris terjadi dalam suatu konteks sosio-
kultural, saling terkait satu sama lain. Karena itu, setiap fenomena sosial harus diungkap secara
holistik.
Penelitian kualitatif, karena menekankan pada keaslian, tidak bertolak dari teori secara deduktif
(a priori) melainkan berangkat dari fakta sebagaimana adanya. Rangkaian fakta yang
dikumpulkan, dikelompokkan, ditafsirkan, dan disajikan dapat menghasilkan teori. Karena itu,
penelitian kualitatif tidak bertolak dari teori, tetapi menghasilkan teori, yang disebut grounded
theory (teori dari dasar).

Penelitian kualitatif, menurut Moleong (1989), juga dapat dan seringkali tertarik untuk melihat
hubungan sebab akibat. Hanya saja, penelitian kuantitatif berusaha mengetahui sebab-akibat
dalam latar yang bersifat laboratorium-ilmiah, sehingga pengaruh X terhadap Y diusahakan
terjadi. Sebaliknya, penelitian kualitatif melihat hubungan sebab-akibat dalam suatu latar yang
bersifat alamiah. Peneliti mengamati keaslian suatu gejala sosial. Kemudian dengan cermat ia
menelusuri apakah fenomena tersebut mengakibatkan fenomena lain atau tidak; dan sejauh mana
suatu fenomena sosial mengakibatkan terjadinya fenomena yang lain. Misalnya: peneliti
mengamati keragaman perilaku yang menggambarkan ketaatan beragama. Ia mengamati dengan
cermat adanya perbedaan perilaku antara mereka yang taat dengan mereka yang kurang taat
beragama. Dalam pengamatan tersebut peneliti menemukan hubungan kausalitas ketaatan
beragama dengan produktivitas.

Ciri-ciri penelitian kualitatif yang lain:

1. asumsi

Penelitian kualitatif cenderung menggunakan data teks yang bersifat subyektif. Realitas yang
dipelajari dikonstruksikan sesuai dengan nilai sosial partisipan (subyek penelitian), oleh
karenanya pemaknaan realitas sesuai dengan pemahaman partisipan (emik). Penelitian kualitatif
memiliki jalinan variabel yang kompleks dan sulit untuk diukur.

2. tujuan

penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan realitas secara kontekstual, interpretasi


terhadap fenomena yang menjadi perhatian peneliti dan memahami perspektif partisipan
terhadap masalah kesehatan.

3. Penelitian kualitatif tidak memerlukan hipotesis, justru kadang-kadang diakhiri dengan


hipotesis. Perumusan teori berdasarkan data yang telah tersaturasi (grounded theory). Peneliti
menggunakan teknik penggambaran (portrayal) secara alamiah terhadap fenomena yang muncul
sekaligus dirinya merupakan instrumen penelitian itu sendiri. Penarikan kesimpulan secara
induksi dengan menemukan salah satu pola yang berlaku dari pluralitas dan kompleksitas norma.
Bahasa penelitian dikemas secara deskriptif.

4. penelitian kualitatif memerlukan keberpihakan dan keterlibatan peneliti agar ia dapat


memahami (empati) situasi partisipan penelitian secara holistik.

Noeng Muhadjir (1994 : 12) mengemukakan beberapa nama yang dipergunakan para ahli
tentang metodologi penelitian kualitatif yaitu: grounded research, ethnometodologi, paradigma
naturalistik, interaksi simbolik, semiotik, heuristik, hermeneutik, atau holistik . perbedaan
tersebut dimungkinkan karena perbedaan titik tekan dalam melihat permasalahan serta latar
brlakang disiplin ilmunya, istilah grounded research lebih berkembang dilingkungan sosiologi
dengan tokohnya Strauss dan Glaser (untuk di Indonesia istilah ini diperkenalkan/dipopulerkan
oleh Stuart A. Schleigel dari Universitas California yang pernah menjadi tenaga ahli pada Pusat
Latihan Penelitian Ilmu-ilmu soaial Banda Aceh pada tahun 1970-an), ethnometodologi lebih
berkembang di lingkungan antropologi dan ditunjang antara lain oleh Bogdan , interaksi
simbolik lebih berpengaruh di pantai barat Amerika Serikat dikembangkan oleh Blumer,
Paradigma naturalistik dikembangkan antara lain oleh Guba yang pada awalnya memperoleh
pendidikan dalam fisika, matematika dan penelitian kuantitatif.

Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai
penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Pemahaman yang demikian tidak selamanya
benar, karena dalam perkembangannya ada juga penelitian kualitatif yang memerlukan bantuan
angka-angka seperti untuk mendeskripsikan suatu fenomena maupun gejala yang diteliti.

Dalam perkembangan lebih lanjut ada sejumlah nama yang digunakan para ahli tentang
metodologi penelitian kualitatif (Noeng Muhadjir. 2000: 17) seperti : interpretif grounded
research, ethnometodologi, paradigma naturalistik, interaksi simbolik, semiotik, heuristik,
hermeneutik, atau holistik, yang kesemuanya itu tercakup dalam klasifikasi metodologi
penelitian postpositivisme phenomenologik interpretif.

C. Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

PERBEDAAN PENELITIAN KUALITATIF DAN PENELITIAN KUANTITATIF

No. Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif


1. Kejelasan Unsur :

Tujuan, pendekatan, subjek, Subjek sampel, sumber data tidak


sampel, mantap

Sumber data sudah mantap, Dan rinci, masih fleksibel, timbul dan
rinci sejak awal berkembangnya sambil jalan
2. Langkah penelitian :

Segala sesuatu direncanakan Baru diketahui denagn mantap dan


sampai jelas setelah penelitian selesai

Matang ketika persiapan


disusun
3. Hipotesis (Jika memang perlu)

a. Mengajukan hipotesis Tidak menegmukakan hipotesis


yang akan diuji dalam sebelumnya, tetapi dapat lahir selama
penelitian; penelitian berlangsung— tentatif

b. Hipotesis menentukan Hasil penelitian terbuka


hasil yang diramalkan— a
priori

4. Disain :

Dalam disain jelas langkah- Disain penelitiannya fleksibel dengan


langkah penelitian dan hasil langkah dan hasil yang tidak dapat
yang diharapkan dipastikan sebelumnya;
5. Pengumpulan data :
Kegiatan dalam pengumpulan Kegiatan pengumpulan data selalu
data memungkinkan untuk harus dilakukan sendiri oleh peneliti.
diwakilkan
6. Analisis data :

Dilakukan sesudah semua data Dilakukan bersamaan dengan


terkumpul. pengumpulan data

D. Simpulan

Penelitian merupakan suatu pencarian yang bersifat ilmiah,karena menggunakan metode dan
kaidah-kaidah ilmu. Secara garis besar dibedakan dua macam pendekatan penelitian, yaitu
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif dibedakan antara yang
bersifat eksperimental dan metode kuantitatif noneksprimental. Metode kuantitatif yang bersifat
eksperimental dan noneksperimental adalah penelitian pengembangan. Penelitian kualitatif
dibedakan antara kualitatif interaktif dan non interaktif. Perbedaan mendasar antara penelitian
kuantitatif eksperiemntal dan kualitatif adalah dalam sifat dan fungsi mendeskripsikan,
menjelaskan dan memvalidasi temuan-temuan. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan
eksplanatif, tetapi tidak validatif, sedang eksperimen sebaliknya.

Bagi para peneliti khusus di bidang pendidikan, mereka dituntut untuk dapat memahami kedua
metode tersebut. Sehingga mereka kan dapat melakukan penelitian dengan baik sesuai dengan
tujuan dan kebermanfaatan penelitian tersebut di dalam proses belajar mengajar dan dunia
pendidikan pada umumnya.

E. Daftar Pustaka

Moleong, Lexy J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosdakarya.

McMillan, James H. 1992. Educational Research : Fundamental for teh Consumer. New York,
NY. Harper Collin Publisher.

Muhadjir, Noeng, 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Sugiono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan : Pedekatan kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung. Alfa Beta

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007 Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. PT. Remaja
RosdaKarya

Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai