PLEKSOPATI BRAKHIALIS
Oleh :
Wiratmono Rahmadi
Pembimbing :
dr. Handojo Pudjowidyanto, SpS
TINJAUAN PUSTAKA
PLEKSOPATI BRAKHIALIS
Gambar 2.
Hubungan Pleksus Brakhialis (Bagian Proksimal) dengan Kolumna Spinalis
Pleksopati adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan gejala dan tanda
neurologis abnormal yang asal anatomisnya dari jaringan saraf yang disebut pleksus saraf.
Manifestasi klinis pleksopati adalah nyeri (bahu dan lengan atau punggung dan tungkai)
dengan karakteristik neuropatik, disestesia, serta sensasi terbakar atau tersengat listrik,
muncul di lebih dari satu distribusi saraf perifer. Jika nyeri bersifat menyebar dalam
distribusi dermatomal dengan atau tanpa disertai hilangnya sensorik atau motorik sesuai
distribusi radiks saraf spinal, maka disebut sebagai radikulopati.
Pleksopati brakhialis, atau neuropati pleksus brakhialis, atau neuritis brakhial, adalah
inflamasi saraf (neuritis) di daerah bahu. Saraf yang terlibat bervariasi, namun kompleks
saraf lower motor neuron di leher dan ketiak (disebut pleksus brakhialis) yang utamanya
terkena. Gangguan yang timbul biasanya unilateral.
Etiologi pleksopati brakhialis dapat akibat infiltrasi tumor, kompresi, infeksi
(kemungkinan virus), serta efek lanjutan dari radioterapi. Penyebab lain yang paling nyata
adalah trauma, yaitu jika lengan dalam posisi hiperabduksi, atau jika bahu tertarik paksa
menjauhi leher. Proses kelahiran yang sulit juga merupakan etiologi penting untuk cedera
akibat traksi pleksus. Penyebab lain yang jarang juga adalah trauma elektrik. Di masa
lampau, tindakan injeksi subkutan atau intramuskuler kadang-kadang diikuti dengan
timbulnya pleksopati brakhialis, biasanya parsial. Penyakit granulomatosa seperti
sarkoidosis dan proses inflamasi sekunder akibat limfoma juga mungkin mempengaruhi
pleksus. Pleksopati brakhialis yang diturunkan dikaitkan dengan mutasi gen spesifik
(SEPT9 pada kromosom 17q). Gen ini berperan dalam pembentukan tulang rangka, namun
kontribusi mutasi gen ini terhadap kejadian pleksopati brakhialis masih belum diketahui.
Etiologi toksik akibat obat juga mungkin, misalnya akibat antibiotik, toksin tetanus atau
difteri, kloramfenikol, cisplatin atau piridoksin, atau obat lain. Namun, neuropati akibat
intoksikasi obat biasanya sulit dikonfirmasi dan baru timbul beberapa hari/minggu setelah
intoksikasi. Meskipun jarang, pleksopati brakhialis juga dapat timbul mendadak pada
individu sehat tanpa alasan jelas.
Epidemiologi
Meskipun pleksopati brakhialis dilaporkan terjadi di seluruh dunia, namun tidak
semua negara melaporkan angka insidensinya. Di Amerika Serikat, tiap tahun terdapat ratarata 1-2 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Sedangkan di Inggris, angka insidensinya
dilaporkan 3 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Laki-laki dewasa muda lebih sering
terkena, yaitu di usia 15-25 tahun, yang juga merupakan karakter untuk insidensi berbagai
trauma.
Diagnosis
1. Anamnesis
Pasien dengan pleksopati brakhialis non traumatik mengeluhkan nyeri berat
yang mendadak di otot bahu, terkadang di lengan dan leher. Kebas dan kelemahan
juga mungkin dikeluhkan. Perlu ditanyakan adakah riwayat infeksi, pembedahan,
latihan fisik yang berlebihan, cedera, atau riwayat injeksi/vaksinasi.
2. Pemeriksaan Fisik
Nyeri otot akan ditemukan dengan palpasi. Lengan yang terkena dapat
menggantung lemah atau ditopang oleh lengan lain. Otot-otot bahu dan lengan atas
(deltoid, biseps, triseps, dan serratus anterior) mungkin lemah sebagian atau
seluruhnya. Refleks otot lengan dapat menurun, dan sensibilitasnya juga dapat
berkurang. Jika nervus frenikus terkena, dapat terjadi kesulitan bernafas.
Pemeriksaan motorik amat berguna. Beberapa fungsi motorik kasar yang
dipersarafi pleksus brakhialis dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Penting untuk
diingat bahwa banyak otot individual yang dipersarafi oleh beberapa saraf servikal.
dan inflamasi), atau Naproksen yang menghambat reaksi inflamasi dan nyeri
dengan cara mengurangi aktifitas siklooksigenase.
2. Antikonvulsan, memiliki efek antikolinergik sentral dan perifer, efek sedatif,
serta memblok reuptake aktif norepinefrin dan serotonin. Mekanisme analgesik
obat ini juga termasuk memperbaiki kualitas tidur, mengubah persepsi nyeri,
dan meningkatkan ambang batas nyeri. Obat antikonvulsan misalnya
Gabapentin, yang dapat diberikan 300-1500 mg/hari dalam dosis terbagi 2-4
kali/hari.
3. Antidepresan Trisiklik, memiliki efek antikolinergik sentral dan perifer, serta
efek sedatif. Antidepresan trisiklin memblok reuptake aktif norepinefrin dan
serotonin.
4. Analgesik Narkotik, digunakan dalam fase akut atau periode post operatif
pembedahan rekonstruktif. Jenis obat yang digunakan misalnya metadon atau
tramadol.
Terapi rehabilitasi medis pada kasus pleksopati brakhialis dilakukan 2-3 kali
seminggu selama 4-8 minggu. Indikasi terapi ini bergantung pada derajat nyeri dan
kelemahan bahu serta lengan atas. Tujuan utama terapi rehabilitasi medis adalah untuk
mengontrol nyeri. Caranya dengan menggunakan sling di awal terapi, untuk menyangga
bahu. Namun begitu, perlu dilakukan latihan menggerakkan bahu dan lengan secara
bertahap untuk mencegah kontraktur. Latihan range of motion pasif dilakukan sesegera
mungkin. Jika nyeri sulit hilang, dapat dilakukan terapi Transcutaneous Electrical Nerve
Stimulation (TENS) untuk memblok persepsi nyeri di otak. Tujuan kedua adalah untuk
menjaga range of motion leher, bahu, dan siku. Latihan range of motion aktif harus
dilakukan dengan lembut dan bebas-nyeri. Tujuan ketiga adalah mengembalikan kekuatan
bahu dan siku. Latihan penguatan mulai dilakukan jika dokter telah yakin bahwa cedera
saraf tidak akan berlanjut lagi.
Pilihan terapi pembedahan yaitu rekonstruksi saraf (primer) dan jaringan lunak
(sekunder). Nerve grafting mungkin bermanfaat untuk kasus neuroma atau ruptur
postganglionik. Tindakan graft yang dilakukan mungkin di C5 untuk abduksi bahu, C6
untuk fleksi siku, serta C7 untuk ekstensi siku dan pergelangan tangan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ropper AH, Samuels MA. Diseases of Spinal Cord, Peripheral Nerve, and
Muscle.Dalam: Adams and Victors Principles of Neurology, 9th Edition. New York: The
McGraw-Hill Companies; 2009. 1163-1164
2. Ferrante MA. Brachial Plexopathies: Classification, Causes, and Consequences. Invited
Review. Dalam: Muscle Nerve Journal, November 2004. 30:547-568.
3. Wippold FJ II, Miller-Thomas MM, Cornelius RS, Angevine PD, Broderick DF, Brown
DC,
et
Criteria
Plexopathy
[online
http://guidelines.gov/content.aspx?id=15747&search=plexopathy.
publication].
[diakses
28
November 2014]
4. American
Society
for
Surgery
of
The
Hand
(ASSH).
Brachial
http://www.assh.org/Public/HandConditions/Pages/BrachialPlexus.aspx.
Plexus.
[diakses
28
November 2014]
5. MD
Guidelines.
Brachial
Neuropathy.
http://www.mdguidelines.com/brachial-
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. S
Umur
: 44 tahun
Alamat
: Tugurejo RT 1 RW 5 Semarang
Agama
: Islam
Pendidikan
: lulus SD
Pekerjaan
: Kuli
No CM
: C484652
II.
Kualitas
: lengan kiri tidak bisa diangkat tinggi dan tidak bisa menggenggam
Kuantitas
Kronologis
Sekitar bulan Desember 2013, saat sedang bekerja sebagai kuli, pasien kejatuhan
lemari yang akan diangkat dari atas truk. Lengan atas kiri patah, kemudian oleh pasien
dibawa ke sangkal putung. Oleh sangkal putung lengan pasien dibebat. Saat itu pasien
mulai merasa ada rasa tebal dari ujung-ujung jari sampai pangkal siku kiri. Setelah
sekitar 1 bulan, pasien merasa tidak ada perbaikan, oleh keluarga pasien dibawa ke RSI
Sultan Agung, kemudian dilakukan reposisi tertutup dan pemasangan gips. Gips
dipasang selama 4 bulan. Setelah gips dilepas, pasien menjalani fisioterapi.
Selama menjalani rawat jalan dan fisioterapi, keluhan sedikit berkurang, lengan
atas dan lengan bawah mulai bisa diangkat sampai lurus sejajar bahu, nyeri juga sudah
berkurang. Rasa kesemutan juga mulai berkurang. Saat ini penderita mengeluhkan
lemah dan rasa tebal pada lengan kiri, dan telapak tangan kiri tidak bisa menggenggam,
sehingga mengganggu aktivitasnya. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Penderita sudah
tidak kontrol teratur, kadang-kadang masih menjalani fisioterapi.
Kepala
: Mesosefal
Kulit
Hidung
Mulut
Telinga
Wajah
: Simetris
Leher
Thoraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Cor
Pulmo
Abdomen :
Inspeksi
: Datar
Palpasi
: Supel, hepar/ lien tidak teraba, nyeri tekan (-), massa (-)
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Extremitas Superior
Dextra
Sinistra
Deformitas
(-)
(-)
Tanda radang
(-)
(-)
Gerak
(+)
(+)
ROM aktif
full
terbatas
Tonus
normotonus
hipotonus
Trofi
eutrofi
atrofi
Reflek fisiologis
+2
+1
Reflek patologis
(-)
(-)
Kekuatan
C5
C6
C7
C8
Th1
Dextra
sinistra
Musculus rhomboid
Musculus supraspinatus
Musculus infraspinatus
Musculus subscapular
Musculus supinator
Musculus :
Musculus pronator
Ekstremitas Inferior
Dekstra
Sinistra
Deformitas
(-)
(-)
Tanda radang
(-)
(-)
Gerak
+N
+N
ROM
full
full
Tonus
normotonus
normotonus
Trofi
eutrofi
eutrofi
Kekuatan
5.5.5.5.5
5.5.5.5.5
Reflek fisiologis
Patella
+2
+2
Achilles
+2
+2
Reflek patologis
(-)
(-)
Klonus
(-)
(-)
Palpasi
: nyeri tekan
(-)
PROM
(-)
S
: 30 0 50
: 60 0 30
Ro
: 20 0 20
: 50 0 180
: 180 0 40
Ro
: 50 0 40
Winging scapula
: (-)
Sensibilitas
Vegetatif
Indeks Barthel
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Item
BAB
BAK
Perawatan diri
Penggunaan kamar kecil
Makan
Pindah dari tempat duduk ke tempat tidur dan sebaliknya
Berjalan
Berpakaian
Naik-turun tangga
Mandi
Jumlah
Kesan : Mandiri
Skor
10
10
5
10
10
15
15
10
10
5
100
IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG
X-foto Humerus sinistra
V.ASSESMENT
1. DK
DT
DE
.
VI.PROGRAM REHABILITASI MEDIK
1. Fisioterapi
Asessment :
-
Program
a. Elektrostimulasi kelompok otot shoulder fleksor/ekstensor, abduktor/adduktor
sinistra
b. Elektrostimulasi kelompok otot elbow fleksor/ekstensor
c. Latihan penguatan ekstremitas superior sinistra
d. Latihan peningkatan lingkup gerak sendi dengan overhead pulley, finger ladder
dan shoulder wheel
2. Terapi Okupasi
Asessment:
-
Program
-
3. Psikologi :
Assessment :
-
Program :
-
4. Social Worker :
Assessment :
-
Program :
-
GOAL SETTING
Kelemahan
Psikologis
Pekerjaan
+2
Kekuatan motorik
anggota gerak kiri atas
5-5-5-5-5
+1
Kekuatan motorik
anggota gerak kiri atas
4-4-4-5-5
Kekuatan motorik
anggota gerak kiri atas
3-3-3-5-5
Kekuatan motorik
anggota gerak kiri atas
2-2-2-5-5
-1
-2
Kekuatan motorik
anggota gerak kiri atas
bertambah buruk