PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI
Fundus okuli dapat dilihat secara langsung melalui pupil dengan bantuan
sebuah oftalmoskop. Pemeriksaan fundus tidak hanya penting dalam kasus hilangnya
penglihatan, namun juga berguna dalam mendeteksi sejumlah gangguan sistemik dan
neurologi.
Apa yang terlihat dengan Sebuah Oftalmoskop
Gambar 2.1 menunjukkan diagram apa yang terlihat pada pemeriksaan fundus
dengan oftalmoskop direk, sedangkan Gambar 2.2 menunjukkan seorang pasien
diperiksa dengan oftalmoskop panoptik direk, yang menggambarkan lapangan yang
lebih besar namun dengan perbesaran yang lebih kecil dibanding dengan
oftalmoskop klasik direk.
Untuk membuat oftalmoskopi lebih mudah:
1. Mendekatlah pada pasien
2. Gunakan mata kanan untuk melihat ke dalam mata kanan pasien, dan gunakan
mata kiri untuk melihat ke dalam mata kiri pasien
3. Temukan reflek merah dan mendekatlah sampai melihat retina
4. Setelah fokus pada retina, ikuti aliran darah ke arah nasal pasien untuk
menemukan nervus optikus
5. Untuk mempermudah menemukan macula, minta pasien untuk melihat pada
cahaya
6. Dilatasi pupil memungkinkan pemeriksaan lebih mudah (Gambar 2.3)
26
Gambar 2.1
(A) Diagram mengilustrasikan apa yang
terlihat pada pemeriksaan menggunakan
oftalmoskop direk.
(B) Oftalmoskop direk memungkinkan
visualisasi fundus (kutub posterior).
Gambar 2.2
(A) Diagram mengilustrasikan apa yang
terlihat pada pemeriksaan menggunakan
oftalmoskop panoptik direk.
(B)
Oftalmoskop
panoptik
direk
27
Gambar 2.3 Hanya nervus opticus yang dapat terlihat melalui pupil yang tidak
berdilatasi (atas), sedangkan kutub posterior sepenuhnya dapat diperiksa melalui
pupil yang dilatasi (bawah).
Gambar 2.4 (A) Fundus normal. (B) Nervus optic normal. Catatan bahwa vena
lebih besar dan lebih gelap dibanding arteri (rasio arteriovena normal 2:3).
Rasio cup-to-disk (ukuran cup dalam hubungan dengan ukuran diskus)
seharusnya diukur secara horizontal dan secara vertikal (Gambar 2.5).
28
Gambar 2.5 Evaluasi rasio disk-to-cup pada tiga pasien yang berbeda. Ukuran cup
diukur dalam hubungan dengan ukuran dari diskus. Rasio cup-to-disk yang lebih
kecil atau sedang (kiri dan tengah) umum ada pada subjek normal, sedangkan rasio
cup-to-disk yang besar (kanan) adalah sugestif glaukoma.
Untuk melihat fundus okuli untuk keuntungan terbaik, pupil sebaiknya
didilatasikan. Untuk mendilatasikan pupil menggunakan kombinasi dari agen shortacting yang menghambat transmisi parasimpatis (tropicamide) dan meningkatkan
aksi simpatis (phenylephrine). Ini juga mungkin untuk menggunakan hanya satu
tetes mata, Dilatasi terjadi dalam 30 menit dan biasanya bertahan sampai dengan 6
jam. Tetes mata pendilatasi long-acting (digunakan sebagai sikloplegik), seperti
cyclopentane, homatropine, dan atropine, sebaiknya tidak digunakan untuk melihat
fundus (dilatasi dan sikloplegik dapat berakhir dari 12 jam sampai dengan 14 hari).
Yakin untuk memberitahukan pada pasien bahwa menyetir mungkin sulit
setelah dilatasi, khususnya pada sinar matahari yang terang. Pasien muda akan
mengalami kesulitan membaca setelah dilatasi farmakologik karena penghambatan
akomodasi.
Selalu lebih baik untuk mendilatasikan kedua mata dibandingkan satu mata
(midriasis unilateral seringkali mengkhawatirkan, sedangkan sebagian besar orang
tidak memperhatikan tentang midriasis bilateral jika pasien terjaga dan waspada).
Selalu catat waktu dilatasi dan tetes mata yang digunakan. Jangan dilatasikan pasien
bedah saraf atau pasien yang tidak stabil, karena monitoring pupil mungkin penting.
29
30
Gambar 2.7 (A,B) Refleks merah yang normal memberikan kesan transparansi
media, memungkinkan visualisasi fundus. Reflek merah adalah yang pertama terlihat
pada jarak sekitar 2 kaki dari mata pasien (A); kemudian, fundus divisualisasikan
segera setelah anda mendekat pada pasien (B).
31
Saat terdapat gangguan retina berat yang melibatkan polus posterior, atau perdarahan
vitreus (Gambar 2.9), reflek merah juga dapat menjadi abnormal. Hal ini terutama
terjadi dengan retinal detachment yang luas (Gambar 2.10), massa okuler
(retinoblastoma, melanoma), dan jaringan parut retina yang luas.
Gambar 2.9 (A) Reflek merah yang buruk pada pasien dengan perdarahan vitreus
dari perdarahan subarachnoid sebagai akibat ruptur aneurisma (sindroma Terson).
(B) Perdarahan vitreus tebal (pasien yang sama) menggelapkan pandangan fundus.
B
Gambar 2.10 (A) Tidak ada reflek pada mata kiri dari anak dengan retinal
detachment kiri total. (B) Retinal detachment total dengan cairan retina.
Jika Anda Memiliki Pandangan Jernih dari Fundus
Sebagian besar penyebab hilangnya penglihatan sentral monokuler yang tidak
berkaitan dengan abnormalitas media merupakan akibat dari gangguan salah satu
dari nervus optikus atau macula. Meskipun lebih banyak temuan retina perifer dapat
memberikan petunjuk diagnosis penting, terdapat penyakit utama dari nervus optikus
atau paling banyak retina sentral yang berakibat pada hilangnya fungsi penglihatan
sentral, dan beberapa gangguan ini dapat terlihat dengan oftalmoskop direk.
32
Abnormalitas yang berhubungan yang terlihat meliputi (Gambar 2.11, 2.12, 2.13,
2.14, 2.15, 2.16, 2.17, 2.18, 2.19, dan 2.20):
- Edema diskus optikus
- Kepucatan diskus
-Pemutihan dari lapisan retina dalam sekunder terhadap infarksi, seperti pada
oklusi arteri sentralis dan cabang arteri retina
-Perdarahan dan dilatasi vena pada oklusi vena sentralis retina
-Terlepasnya retina (detachment) atau akumulasi dari cairan retina, seperti pada
retinopati serous sentral
-Degenerasi retina, seperti pada degenerasi macula
-Abnormalitas vaskularisasi retina, termasuk thrombosis dan emboli
-Vaskulitis dengan pelapisan arteri atau vena atau deposisi eksudat, seperti dapat
berakibat dari infeksi seperti sifilis atau gangguan inflamasi sistemik seperti
sarkoidosis
-
Gambar
2.11
(A,B)
Diabetes
mellitus.
Retinopati
diabetic
33
Gambar 2.12 (A,B) Retinopati hipertensi. Retinopati hipertensi berat (derajat IV)
terlihat pada kedua mata. Terlihat edema nervus optikus ringan bilateral, perdarahan
intraretinal kecil, eksudat kuning luas, dan perlemahan (atenuasi) arteri.
34
Gambar 2.15 (A,B) Perdarahan makuler pada mata kanan. Mata kiri normal.
Perdarahan intraretinal dan subhialoid terlihat pada macula kanan dengan hilangnya
penglihatan akut pada mata kanan. Tidak terdapat defek aferen pupil relatif. Nervus
optikus normal. Pandangan berkabut pada mata kanan karena perdarahan vitreus
ringan.
Gambar 2.16 (A,B) Emboli lemak setelah
fraktur femur. Terlihat cotton wool spot.
35
sekunder
terhadap
edema
retina.
Gambar 2.20 Degenerasi makuler terkait usia dengan membran neovaskuler koroid.
(A) Pada fotografi fundus berwarna, terdapat perubahan pigmentasi dan drusen yang
melibatkan macula. (B) Area sentral, terelevasi, yang lebih putih sesuai dengan
kebocoran awal pada angiogram fluoresensi, memberi kesan membran neovaskuler
koroid klasik.
36
Hipertensi sistemik
Diabetes mellitus
Penyakit sel sabit
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan jumlah CD4 yang
rendah
Massa intracranial
Trombositopenia berat
Hipertensi sistemik maligna (krisis hipertensi)
Beberapa penyebab peningkatan tekanan intracranial
Nyeri kepala
Beberapa penyebab proses meningeal
Perdarahan subarachnoid
Stroke
Endokarditis, septicemia
Vaskulitis sistemik, penyakit autoimun
37