Anda di halaman 1dari 21

1

Retinopati diabetika:

Retinopati diabetik adalah suatu mikroangiopati progresif yang


ditandai oleh kerusakan dan sumbatan pembuluh-pembuluh darah halus retina.
Kelainan patologik yang paling dini adalah penebalan membran basal endotel

kapiler dan penurunan jumlah perisit.2,8 Retinopati diabetes non proliferatif


adalah cerminan klinis dari hiperpermeabilitas dan inkompetens pembuluh darah
yang terkena. Kapiler membentuk kantung-kantung kecil menonjol seperti titik-titik
yang disebut mikroaneurisma, sedangkan vena retina mengalami dilatasi dan

2,8
berkelok-kelok

Secara umum klasifikasi retinopati diabetik dibagi menjadi: 1,10

1. Retinopati diabetik non proliferatif

Gambar Retinopati diabetik non proliferatif 7,11


2. Retinopati diabetik preproliferatif

Gambar Retinopati diabetik preproliferatif 12


3. Retinopati diabetik proliferative

Gambar Retinopati diabetik proliferatif 13


2

Patofisiologi

Merupakan bentuk yang paling umum yang dijumpai dan merupakan cerminan
klinis dari hiperpermeabilitas dan inkompetens pembuluh darah yang terkena. Disebabkan
oleh penyumbatan dan kebocoran kapiler, mekanisme perubahannya tidak diketahui tetapi
telah diteliti adanya perubahan endotel vaskuler (penebalan membran basalis dan hilangnya
perisit) dan gangguan hemodinamik (pada sel darah merah dan agregasi platelet). Di sini
perubahan mikrovaskuler pada retina terbatas pada lapisan retina (intra retina). Karakteristik
pada jenis ini adalah dijumpainya mikroaneurisma multipel yang dibentuk kapiler-kapiler
yang membentuk kantong-kantong kecil yang menonjol seperti titik-titik, vena retina
mengalami dilatasi dan berkelok-kelok, bercak perdarahan intra retina. Perdarahan dapat
terjadi pada semua lapisan retina dan berbentuk nyala api karena lokasinya di dalam lapisan
serat saraf yang berorientasi horizontal. Sedangkan perdarahan bentuk titik-titik atau bercak
terletak di lapisan retina yang lebih dalam tempat sel-sel akson berorientasi vertikal.1,2,8
Edema makula merupakan stadium yang paling berat dari retinopati diabetik non
proliferatif. Pada keadaan ini terdapat penyumbatan kapiler mikrovaskuler dan kebocoran
plasma yang lanjut disertai iskemik pada dinding retina (cotton wall spot), infark
pada lapisan serabut saraf. Hal ini menimbulkan area non perfusi yang luas dan kebocoran
darah atau plasma melalui endotel yang rusak. Ciri khas dari edema makula adalah cotton
wall spot, intra retina mikrovaskuler abnormal (IRMA), dan rangkaian vena yang seperti
manik- manik. Bila satu dari keempatnya dijumpai maka ada kecenderungan progresif. 1,2,8
Retinopati diabetik non proliferatif dapat mempengaruhi fungsi penglihatan melalui dua
mekanisme yaitu: 14

1. Perubahan sedikit demi sedikit daripada pembentukan kapiler dari intra retina yang
menyebabkan iskemik makular.

2. Peningkatan permeabilitas pembuluh retina yang menyebabkan edema makular.


Gambaran Klinis
Pada retinopati diabetes nonproliferatif dapat terjadi perdarahan pada semua lapisan retina.2
Adapun gejala subjektif dari retinopati diabetes non proliferatif adalah: 8
- Penglihatan kabur
- Kesulitan membaca
- Penglihatan tiba-tiba kabur pada satu mata
- Melihat lingkaran-lingkaran cahaya
- Melihat bintik gelap dan cahaya kelap-kelip
Sedangkan gejala objektif dari retinopati diabetes non proliferative diantaranya
adalah:6,8,15
1. Mikroaneurisma
Mikroaneurisma merupakan penonjolan dinding kapiler terutama daerah vena, dengan
bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak di dekat pembuluh darah terutama polus
posterior. Kadang pembuluh darah ini demikian kecilnya sehingga tidak terlihat.
Mikroaneurisma merupakan kelainan diabetes mellitus dini
pada mata. 6,8,15

Gambar Mikroaneurisma dan Perdarahan Intraretina7

Gambar Blot hemorrhages dan microaneurysms 13

2. Dilatasi pembuluh darah balik


Dilatasi pembuluh darah balik dengan lumennya yang ireguler dan berkelok- kelok. Hal ini
terjadi akibat kelainan sirkulasi, dan kadang-kadang disertai kelainan endotel dan eksudasi
plasma 6,8,15

Gambar Dilatasi pembuluh darah balik 16

3. Perdarahan (haemorrhages)

Perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang biasanya terletak dekat
mikroaneurisma di polus posterior. Bentuk perdarahan dapat memberikan prognosis
penyakit dimana perdarahan yang luas memberikan prognosis yang lebih buruk
dibandingkan dengan perdarahan yang kecil. Perdarahan terjadi akibat gangguan

6,8,15
permeabilitas pada mikroaneurisma atau pecahnya.

Gambar Perdarahan pada retinopati diabetik nonproliferatif 16

4. Hard eksudat
Hard eksudat merupakan infiltrasi lipid ke dalam retina. Gambarannya
khusus yaitu ireguler dan berwarna kekuning-kuningan. Pada permulaan eksudat
berupa pungtata,kemudian membesar dan bergabung.6,8,15
G 16
ambar 12. Edema makula dan hard eksudat di fovea
5. Edema retina
E
dema retina ditandai dengan hilangnya gambaran retina terutama di
daerah makula. Edema dapat bersifat fokal atau difus dan secara
klinis tampak sebagai retina yang menebal dan keruh disertai
mikroaneurisma dan eksudat intra retina. Dapat berbentuk zona-
zona eksudat kuning kaya lemak, berbentuk bundar disekitar
kumpulan mikroaneurisma dan eksudat intra retina (lihat gambar 14).
6,8,15

Edema makular signifikan secara klinis (Clinically significant


macular oedema (CSME)) jika terdapat satu atau lebih dari keadaan
dibawah ini:
1. Edema retina 500 m (1/3 diameter diskus) pada fovea sentralis.
2. Hard eksudat jaraknya 500 mdari fovea sentralis, yang
berhubungan dengan retina yang menebal.
3. Edema retina yang berukuran 1 disk (1500 m) atau lebih,
dengan jarak dari fovea sentralis 1 disk.17

1
Gambar Funduskopi makula normal
9
Gambar 14. Funduskopi edema makula

G
ambar Retinopati diabetik perdarahan intra retina yang banyak,
13
mikroaneurisma, hard eksudat, cotton wool spot

Pemeriksaan Penunjang

Untuk dapat membantu mendeteksi secara awal adanya


edema makula pada retinopati diabetik nonproliferatif dapat
digunakan stereoscopic biomicroskopic menggunakan lensa + 90
dioptri. Di samping itu, angiografi fouresens juga sangat bermanfaat
dalam mendeteksi kelainan mikrovaskuler retinopati diabetik non
proliferative (lihat gambar 16). Dijumpai kelainan pada
elektroretinografik juga memiliki hubungan dengan keparahan retinopati
dan dapat membantu memperkirakan perkembangan retinopati. Tes
angiografi menggunakan kontras untuk melihat aliran darah dan
kebocoran. Kontras yang digunakan berbeda dengan yang digunakan di
2,7
CT-scan atau IVP, karena kontras ini tidak memakai yodium.
1
01

.
7
Gambar Angiografi flouresens

Pembuluh darah yang terisi kontras flouresens, terlihat perdarahan


seperti bercak gelap pada angiografi, sedangkan pada sisi kanan
terdapatnya kerusakan pembuluh darah retina yang disebut dengan
9
daerah non perfusi atau iskemik retina (lihat gambar 17).

G 9
ambar Angiografi flouresens pada retinopati diabetik nonproliferatif

Penatalaksa
naan

Pasien dengan retinopati nonproliferatif harus dipantau secara ketat,


karena kemungkinan untuk berkembang menuju retinopati
proliferatif sangat besar. Fokus pengobatan bagi pasien retinopati
diabetes non proliferatif tanpa edema makula adalah pengobatan
2,10
terhadap hiperglikemia dan penyakit sistemik yang menyertai.

Suatu percobaan klinis terkontrol memperlihatkan bahwa terapi


inhibitor aldosa

reduktase tidak mencegah perkembangan retinopati diabetik.


Sedangkan percobaan klinis yang baru-baru ini dilakukan memberi
bukti meyakinkan bahwa terapi laser argon fokal terhadap titik-titik
kebocoran retina pada pasien yang secara klinis memperlihatkan edema
bermakna dalam memperkecil risiko penurunan penglihatan dan
1
meningkatkan kemungkinan perbaikan fungsi penglihatan 11
(lihat
gambar 18 dan 19). Sedangkan mata
dengan edema makula diabetik yang secara klinis tidak bermakna
biasanya hanya dipantau
2,9,10
secara ketat tanpa terapi laser.

9
Gambar Teknik laser argon fokal Gambar Tanda laser daerah
11
makula

Terapi injeksi steroid dapat dilakukan apabila terapi laser tidak


memberikan respon terhadap retinopati diabetik non proliferatif dengan
edema makular. Terapi ini merupakan terapi pilihan utama sebagai
penganti laser fotokoagulasi fokal (lihat gambar 20).

Gambar 9
Injeksi steroid intra okular
DAFTAR
PUSTAKA

nd
1. Langston DB, Manual of Ocular Diagnosis and Therapy. 2 edition.
Boston:Little

Brown Company.1988. 145-7.

2. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR . Oftalmologi Umum. Edisi ke-14.


Jakarta: Widya

Medika. 2000.211-4.

3. Ilyas S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta:


Balai Penerbit

FKUI.2005.168-9.

4. James B, Chew C and Bron A. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi


ke -9. Jakarta: Erlangga.2005.131

5. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Ilmu Penyakit Mata


Untuk Dokter

Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke-2. Jakarta:Sagung


Seto.2002.8-9.

6. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit


FKUI.2005.9,218-

20.

7. Frequently Asked Question About Diabetic Retinopathy


Nonproliferative. http://www. Seebetterflorida.com [diakses 29 April
2008]

8. Rahmawati RL. Diabetik retinopati. Medan: Departemen Ilmu


Penyakit Mata FK USU RSUP H. Adam Malik.2007.4-7.

9. Nonproliferative Diabetic Retinopathy And Macular Edema.


http://www.vrmny.com

[diakses 29 April 2008]


th
10. Kanski JJ. Clinical Opthalmology, 3 Edition. London:
Butterworth Heinemann.
1994.344-57

11. Diabetic Retinopathy or Diabetic Eye Disease. http://www.eyeway.org


[diakses 29

April 2008]

12. Vitreoretinal Disease Features. http://www.cehjournal.org [diakses


29 April 2008]

13. Dunbar TM. What's Causing Vision Loss?


http://www.revoptom.com [diakses 29

April 2008]

14. Basic of Clinical Science Course. Retina and Vitreus, Section


12. United State: American Academi of Ophtalmologi.1997.71-86

15. Ilyas S, Tanzil M dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta:


Balai Penerbit

FKUI.2003.121-3

16. Diabetic Retinopathy. http://www.neec.com [diakses 29 April 2008]

17. Benson WE, Tasman T. Retina. In: Rhee DJ, Pyfer MF. The Wills
Eye Manual Ofce and Emergency Room Diagnosis and Treatment of
th
Eye Disease. 3 Edition. Philladelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
1999.452-7
Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi
vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi.1, 3

Klasifikasi
A. Konjungtivitis Karena agen infeksi

B. Konjungtivitis Imunologik (Alergik)

C. Konjungtivitis Akibat Penyakit Autoimun

D. Konjungtivitis Kimia atau Iritatif

E. Konjungtivitis yang Penyebabnya tidak Diketahui

F. Konjungtivitis yang Berhubungan dengan Penyakit Sistemik

G. Konjungtivitis pada Dakriosistitis atau Kanalikulitis

Konjungtivitis Karena agen infeksi


Konjungtivitis Bakterial
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan menahun.
Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah
Staphylococcus, Pneumococcus, dan Haemophilus. Konjungtivitis bacterial akut
dapat sembuh sendiri bila disebabkan mikroorganisme seperti Haemophilus
influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2 minggu jika tidak diobati dengan
memadai.

Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu dari
sekian antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam
beberapa hari. Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria
gonorroeae atau Neisseria meningitidesdapat menimbulkan komplikasi berat
bila tidak diobati secara dini

A. Tanda dan Gejala


- Iritasi mata,
- Mata merah,
- Sekret mata,
- Palpebra terasa lengket saat bangun tidur
- Kadang-kadang edema palpebra
Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh tangan.
Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat menyebarkan
kuman seperti seprei, kain, dll.1,5
B. Pemeriksaan Laboratorium
Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial, organism dapat diketahui
dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas
dengan pulasan Gram atau Giemsa; pemeriksaan ini mengungkapkan banyak
neutrofil polimorfonuklear.1,2,3 Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan
mikroskopik dan biakan disarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika
penyakit itu purulen, bermembran atau berpseudomembran. Studi sensitivitas
antibiotika juga baik, namun sebaiknya harus dimulai terapi antibiotika empiric.
Bila hasil sensitifitas antibiotika telah ada, tetapi antibiotika spesifik dapat
diteruskan.
C. Komplikasi dan Sekuel
Blefaritis marginal menahun sering menyertai konjungtiva stafilokokus
kecuali pada pasien sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut
konjungtiva dapat terjadi pada konjungtivitis pseudomembranosa dan pada
kasus tertentu yang diikuti ulserasi kornea dan perforasi. Ulserasi kornea
marginal dapat terjadi pada infeksi N gonorroeae, N konchii, N meningitides, H
aegyptus, S gonorrhoeae berdifusi melalui kornea masuk camera anterior, dapat
timbul iritis toksik.1,3
D. Terapi
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen
mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai
dengan terapi topical antimikroba. Pada setiap konjungtivitis purulen, harus
dipilih antibiotika yang cocok untuk mengobati infeksi N gonorroeae,dan N
meningitides. Terapi topical dan sistemik harus segera dilkasanakan setelah
materi untuk pemeriksaan laboratorium telah diperoleh.Pada konjungtivitis
purulen dan mukopurulen akut, saccus konjungtiva harus dibilas dengan larutan
garam agar dapat menghilangkan secret konjungtiva. Untuk mencegah
penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan secara
khusus hygiene perorangan.
E. Perjalanan dan Prognosis
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi dapat
berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali
konjungtivitis stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis
dan memasuki tahap mnehun) dan konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak
diobati dapat berakibat perforasi kornea dan endoftalmitis). Karena konjungtiva
dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke dalam darah dan
meninges, hasil akhir konjungtivitis meningokokus adalah septicemia dan
meningitis.1,4
Konjungtivitis bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan
menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan.

Konjungtivitis Virus

Konjungtivitis Folikuler Virus Akut


Demam Faringokonjungtival
Tanda dan gejala
Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 C, sakit
tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler
sering sangat mencolok pada kedua konjungtiva dan pada mukosa faring. Mata
merah dan berair mata sering terjadi, dan kadang-kadang sedikit kekeruhan
daerah subepitel. Yang khas adalah limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri
tekan).1
Laboratorium
Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3
dan kadang kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam sel HeLa
dan ditetapkan oleh tes netralisasi. Dengan berkembangnya penyakit, virus ini
dapat juga didiagnosis secara serologic dengan meningkatnya titer antibody
penetral virus. Diagnosis klinis adalah hal mudah dan jelas lebih praktis. 1,3,6
Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak ada
bakteri yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-anak
1,3,6
daripada orang dewasa dan sukar menular di kolam renang berchlor.
Terapi
Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri,
1
umumnya dalam sekitar 10 hari.
Keratokonjungtivitis Epidemika
Tanda dan gejala
Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada
satu mata saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya pasien
merasa ada infeksi dengan nyeri sedang dan berair mata, kemudian diikuti
dalam 5-14 hari oleh fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel bulat.
Sensai kornea normal. Nodus preaurikuler yang nyeri tekan adalah khas. Edema
palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva menandai fase akut. Folikel dan
perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam. Dapat membentuk
pseudomembran dan mungkin diikuti parut datar atau pembentukan
symblepharon. 1,3,4
Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan subepitel
terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan-bulan
namun menyembuh tanpa meninggalkan parut. 1 Keratokonjungtiva epidemika
pada orang dewasa terbatas pada bagian luar mata. Namun, pada anak-anak
mungkin terdapat gejala sistemik infeksi virus seperti demam, sakit
tenggorokan, otitis media, dan diare.
Laboratorium
Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29, dan 37
(subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat diisolasi dalam
biakan sel dan diidentifikasi dengan tes netralisasi. Kerokan konjungtiva
menampakkan reaksi radang mononuclear primer; bila terbentuk
1
pseudomembran, juga terdapat banyak neutrofil.
Penyebaran
Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi melalui
jari-jari tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril, atau
pemakaian larutan yang terkontaminasi. Larutan mata, terutama anestetika
topical, mungkin terkontaminasi saat ujung penetes obat menyedot materi
terinfeksi dari konjungtiva atau silia. Virus itu dapat bertahan dalam larutan itu,
yang menjadi sumber penyebaran. 1,3
Pencegahan
Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan memakai
penetes steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan unit-dose. Cuci
tangan secara teratur di antara pemeriksaan dan pembersihan serta sterilisasi
alat-alat yang menyentuh mata khususnya tonometer juga suatu keharusan.
Tonometer aplanasi harus dibersihkan dengan alcohol atau hipoklorit, kemudian
dibilas dengan air steril dan dikeringkan dengan hati-hati. 4,6
Terapi
Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan mengurangi
beberapa gejala. kortikosteroidselama konjungtivitis akut dapat memperpanjang
keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri harus diberikan
jika terjadi superinfeksi bacterial.1

Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks


Tanda dan gejala
Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit anak kecil,
adalah keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah
unilateral, iritasi, bertahi mata mukoid, sakit, dan fotofobia ringan. Pada kornea
tampak lesi-lesi epithelial tersendiri yang umumnya menyatu membentuk satu
ulkus atau ulkus-ulkus epithelial yang bercabang banyak (dendritik).
Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di palpebra dan
tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah
nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan. 1,3

Laboratorium
Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika
konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika
pseudomembran, reaksinya terutama polimorfonuklear akibat kemotaksis dari
tempat nekrosis. Inklusi intranuklear tampak dalam sel konjungtiva dan kornea,
jika dipakai fiksasi Bouin dan pulasan Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan
pulasan Giemsa. Ditemukannya sel sel epithelial raksasa multinuclear
mempunyai nilai diagnostic.3 Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah
aplikator berujung kain kering di atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel
terinfeksi ke jaringan biakan.3

Terapi
Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa,
umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus local
maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk
ulkus kornea mungkin diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati yakni
dengan mengusap ulkus dengan kain kering, meneteskan obat antivirus, dan
menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 10
hari: trifuridine setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vida rabine lima kali
sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes
setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep
acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg
lima kali sehari selama 7 hari. 3 Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat
dilakukan. Lebih jarang adalah pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus
topical harus dipakai 7-10 hari. Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan,
karena makin memperburuk infeksi herpes simplex dan mengkonversi penyakit
dari proses sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi yang sangat panjang
dan berat. 1,3

Konjungtivitis Hemoragika Akut


Epidemiologi
Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami epidemic besar
konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama kali diketahui di Ghana
dalam tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan oleh coxackie virus A24. Masa
inkubasi virus ini pendek (8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari). 5

Tanda dan Gejala


Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air
mata, merah, edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival. Kadang-kadang
terjadi kemosis. Hemoragi subkonjungtiva umumnya difus, namun dapat berupa
bintik-bintik pada awalnya, dimulai di konjungtiva bulbi superior dan menyebar
ke bawah. Kebanyaka pasien mengalami limfadenopati preaurikuler, folikel
konjungtiva, dan keratitis epithelial. Uveitis anterior pernah dilaporkan, demam,
malaise, mialgia, umum pada 25% kasus. 1,5

Penyebaran
Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh fomite
seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air. Penyembuhan terjadi
dalam 5-7 hari

Terapi
Tidak ada pengobatan yang pasti.

Konjungtivitis Virus Menahun


Blefarokonjungtivitis

Molluscum Contagiosum
Sebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata dapat
menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral, keratitis superior, dan
pannus superior, dan mungkin menyerupai trachoma. Reaksi radang yang
mononuclear (berbeda dengan reaksi pada trachoma), dengan lesi bulat,
berombak, putih mutiara, non-radang dengan bagian pusat, adalah khas
molluscum kontagiosum. Biopsy menampakkan inklusi sitoplasma eosinofilik,
yang memenuhi seluruh sitoplasma sel yang membesar, mendesak inti ke satu
sisi.3 Eksisi, insisi sederhana nodul yang memungkinkan darah tepi
memasukinya, atau krioterapi akan menyembuhkan konjungtivitisnya.

Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster
Tanda dan gejala
Hyperemia dan konjungtivitis infiltrate disertai dengan erupsi vesikuler khas
sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang oftalmika adalah
khas herpes zoster. Konjungtivitisnya biasanya papiler, namun pernah ditemukan
folikel, pseudomembran, dan vesikel temporer, yang kemudian berulserasi.
Limfonodus preaurikuler yang nyeri tekan terdapat pada awal penyakit. parut
pada palpebra, entropion, dan bulu mata salah arah adalah sekuele. 1

Laboratorium
Pada zoster maupun varicella, kerokan dari vesikel palpebra mengandung sel
raksasa dan banyak leukosit polimorfonuklear; kerokan konjungtiva pada
varicella dan zoster mengandung sel raksasa dan monosit. Virus dapat diperoleh
dari biakan jaringan sel sel embrio manusia. 1

Terapi
Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima kali sehari selama 10 hari), jika
diberi pada awal perjalanan penyakit, agaknya akan mengurangi dan
menghambat penyakit. 1

c). Keratokonjungtivitis Morbilli

Tanda dan gejala


Pada awal penyakit, konjungtiva tampak mirip kaca yang aneh, yang dalam
beberapa hari diikuti pembengkakan lipatan semiluner. Beberapa hari sebelum
erupsi kulit, timbul konjungtivitis eksudatif dengan secret mukopurulen, dan saat
muncul erupsi kulit, timbul bercak-bercak Koplik pada konjungtiva dan kadang-
kadang pada carunculus. 1,3 Pada pasien imunokompeten, keratokonjungtivitis
campak hanya meninggalkan sedikit atau sama sekali tanpa sekuel, namun pada
pasien kurang gizi atau imunokompeten, penyakit mata ini seringkali disertai
infeksi HSV atau infeksi bacterial sekunder oleh S pneumonia, H influenza, dan
organism lain. Agen ini dapat menimbulkan konjungtivitis purulen yang disertai
ulserasi kornea dan penurunan penglihatan yang berat. Infeksi herpes dapat
menimbulkan ulserasi kornea berat dengan perforasi dan kehilangan penglihatan
pada anak-anak kurang gizi di Negara berkembang. 1,3

Kerokan konjungtivitis menunjukkan reaksi sel mononuclear, kecuali jika ada


pseudomembran atau infeksi sekunder. Sedian terpulas giemsa mengandung sel-
sel raksasa. Karena tidak ada terapi spesifik, hanya tindakan penunjang saja
yang dilakukan, kecuali jika ada infeksi sekunder. 1

Konjungtivitis Imunologik (Alergik)


Reaksi Hipersensitivitas Humoral Langsung

Konjungtivitis Demam Jerami (Hay Fever)

Tanda dan gejala


Radang konjungtivitis non-spesifik ringan umumnya menyertai demam jerami
(rhinitis alergika). Bianya ada riwayat alergi terhadap tepung sari, rumput, bulu
hewan, dan lainnya. Pasien mengeluh tentang gatal-gatal, berair mata, mata
merah, dan sering mengatakan bahwa matanya seakan-akan tenggelam dalam
jaringan sekitarnya. Terdapat sedikit penambahan pembuluh pada palpebra dan
konjungtiva bulbi, dan selama serangan akut sering terdapat kemosis berat
(yang menjadi sebab tenggelamnya tadi). Mungkin terdapat sedikit tahi mata,
khususnya jika pasien telah mengucek matanya.

Laboratorium
Sulit ditemukan eosinofil dalam kerokan konjungtiva

Terapi
Meneteskan vasokonstriktor local pada tahap akut (epineprin, larutan 1:1000
yang diberikan secara topical, akan menghilangkan kemosis dan gejalanya
dalam 30 menit). Kompres dingin membantu mengatasi gatal-gatal dan
antihistamin hanya sedikit manfaatnya. Respon langsung terhadap pengobatan
cukup baik, namun sering kambuh kecuali anti-gennya dapat dihilangkan.

Konjungtivitis Vernalis

Definisi
Penyakit ini, juga dikenal sebagai catarrh musim semi dan konjungtivitis
musiman atau konjungtivitis musim kemarau, adalah penyakit alergi bilateral
yang jarang.1,3 Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada di
daerah dingin. Penyakit ini hamper selalu lebih parah selama musim semi,
musim panas dan musim gugur daripada musim gugur.

Insiden
Biasanya mulai dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5 10 tahun.
Penyakit ini lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan. 5

Tanda dan gejala


Pasien mengeluh gatal-gatal yang sangat dan bertahi mata berserat-serat.
Biasanya terdapat riwayat keluarga alergi (demam jerami, eczema, dan lainnya).
Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan terdapat banyak papilla halus di
konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebra superior sering memiliki papilla
raksasa mirip batu kali. Setiap papilla raksasa berbentuk polygonal, dengan atap
rata, dan mengandung berkas kapiler. 1,2,3

Laboratorium
Pada eksudat konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa terdapat banyak eosinofil
dan granula eosinofilik bebas. 1

Terapi
Penyakit ini sembuh sendiri tetapi medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya
member hasil jangka pendek, berbahaya jika dipakai untuk jangka panjang.
steroid sisremik, yang mengurangi rasa gatal, hanya sedikit mempengharuhi
penyakit kornea ini, dan efek sampingnya (glaucoma, katarak, dan komplikasi
lain) dapat sangat merugikan. Crmolyn topical adalah agen profilaktik yang baik
untuk kasus sedang sampai berat. Vasokonstriktor, kompres dingin dan kompres
es ada manfaatnya, dan tidur di tempat ber AC sangat menyamankan pasien.
Agaknya yang paling baik adalah pindah ke tempat beriklim sejuk dan lembab.
Pasien yang melakukan ini sangat tertolong bahkan dapat sembuh total. 1,3

Konjungtivitis Atopik

Tanda dan gejala


Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian palpebra
eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat papilla halus,
namun papilla raksasa tidak berkembang seperti pada keratokonjungtivitis
vernal, dan lebih sering terdapat di tarsus inferior. Berbeda dengan papilla
raksasa pada keratokonjungtivitis vernal, yang terdapat di tarsus superior. Tanda-
tanda kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut penyakit setelah
eksaserbasi konjungtivitis terjadi berulangkali. Timbul keratitis perifer superficial
yang diikuti dengan vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak
kabur dan bervaskularisasi, dan ketajaman penglihatan. 1,3

Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien
atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak
bayi. Parut pada lipatan-lipatan feksura lipat siku dan pergelangan tangan dan
lutut sering ditemukan. Seperti dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic
berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti
keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif bila pasien telah
berusia 50 tahun.

Laboratorium
Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang terlihat
sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal.1
Terapi
Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole (10 mg
empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan sampai 200
mg) ternyata bermanfaat. Obat-obat antiradang non-steroid yang lebih baru,
seperti ketorolac dan iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala pada pasien-
pasien ini. Pada kasus berat, plasmaferesis merupakan terapi tambahan. Pada
kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat, mungkin diperlukan transplantasi
kornea untuk mengembalikan ketajaman penglihatannya. 1,3

Reaksi Hipersensitivitas Tipe Lambat

Konjungtivitis Akibat Penyakit Autoim


Keratokonjungtivitis Sicca
Berkaitan dgn. Sindrom Sjorgen (trias: keratokonj. sika, xerostomia, artritis).

Gejala:
- khas: hiperemia konjungtivitis bulbi dan gejala iritasi yang tidak sebanding
dengan tanda-tanda radang.

- Dimulai dengan konjungtivitis kataralis

- Pada pagi hari tidak ada atau hampir tidak ada rasa sakit, tetapi
menjelang siang atau malam hari rasa sakit semakin hebat.

- Lapisan air mata berkurang (uji Schirmer: abnormal)

- Pewarnaan Rose bengal uji diagnostik.

Pengobatan:
- air mata buatan vitamin A topikal

- obliterasi pungta lakrimal.


Konjungtivitis Kimia atau Iritatif
Konjungtivitis Iatrogenik Pemberian Obat Topikal
Konjungtivitis folikular toksik atau konjungtivitis non-spesifik infiltrate, yang
diikuti pembentukan parut, sering kali terjadi akibat pemberian lama dipivefrin,
miotika, idoxuridine, neomycin, dan obat-obat lain yang disiapkan dalam
bahanpengawet atau vehikel toksik atau yang menimbulakan iritasi. Perak nitrat
yang diteteskan ke dalam saccus conjingtiva saat lahir sering menjadi penyebab
konjungtivitis kimia ringan. Jika produksi air mata berkurang akibat iritasi yang
kontinyu, konjungtiva kemudian akan cedera karena tidak ada pengenceran
terhadap agen yang merusak saat diteteskan kedalam saccus conjungtivae.

Kerokan konjungtiva sering mengandung sel-sel epitel berkeratin, beberapa


neutrofil polimorfonuklear, dan sesekali ada sel berbentuk aneh. Pengobatan
terdiri atas menghentikan agen penyebab dan memakai tetesan yang lembut
atau lunak, atau sama sekali tanpa tetesan. Sering reaksi konjungtiva menetap
sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan lamanya setelah penyebabnya
dihilangkan.

Konjungtivitis Pekerjaan oleh Bahan Kimia dan Iritans


Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yang masuk
ke saccus conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum
adalah pupuk, sabun, deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-
up, dan berbagai asam dan alkali. Di daerah tertentu,asbut (campuran asap dan
kabut) menjadi penyebab utama konjungtivitis kimia ringan. Iritan spesifik dalam
asbut belum dapat ditetapkan secara positif, dan pengobatannya non-spesifik.
Tidak ada efek pada mata yang permanen, namun mata yang terkena seringkali
merah dan terasa mengganggu secara menahun. 1

Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan efek
langsung. Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup
kedalam jaringan dan menetapdi dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka terus
menerus merusak selama berjam-jam atau berhari-hari lamanya, tergantung
konsentrasi molar alkali tersebut dan jumlah yang masuk. Perlekatan antara
konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea lebih besar kemungkinan
terjadi jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian manapun, gejala
utama luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia, dan
blefarospasme. Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat diungkapkan.

Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air atau


larutan garam sangat penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan
secara mekanik. Jangan memakai antidotum kimiawi. Tindakan simtomatik
umum adalah kompres dingin selama 20 menit setiap jam, teteskan atropine
1% dua kali sehari, dan beri analgetika sistemik bila perlu. Konjungtivitis
bacterial dapat diobati dengan agen antibakteri yang cocok. Parut kornea
mungkin memerlukan transplantasi kornea, dan symblepharon mungkin
memerlukan bedah plastic terhadap konjungtiva. Luka bakar berat pada
kojungtiva dan kornea prognosisnya buruk meskipun dibedah. Namun jika
pengobatan memadai dimulai segera, parut yang terbentuk akan minim dan
prognosisnya lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000
2. James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005
3. Ilyas DSM, Sidarta,. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 1998

Anda mungkin juga menyukai