Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Iskhialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang

merupakan manifestasi rangsangan saraf sensoris perifer dari nervus


iskhiadikus. Ahli lain berpendapat bahwa iskialgia merupakan salah satu
manifestasi dari nyeri punggung bawah yang dikarenakan adanya penjepitan
nervus iskiadikus. Iskialgia atau sciatika adalah nyeri yang menjalar
(hipoestesia, parestesia atau disastesia) ke bawah sepanjang perjalanan akar
saraf iskidikus. Insidensi Ischialgia di beberapa Negara berkembang lebih
kurang 15 20 % dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri
pinggang akut maupun kronik, termasuk tipe benigna.
Puncak insidensi nyeri punggung bawah atau Ischialgia adalah pada usia
45 - 60 tahun. Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah dapat
mengganggu aktivitas sehari hari pada 40% penderita, dan gangguan tidur
pada 20% penderita . Sebagian besar (75%) penderita akan mencari
pertolongan medis dan 25% diantaranya perlu dirawat inap untuk evaluasi lebih
lanjut ( Cohen , 2001). Usia merupakan faktor yang mendukung terjadi LBP,
sehingga biasanya di derita oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi
fungsi tubuhnya terutama tulangnya sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu
muda . selain itu faktor risiko terhadap pekerjaan dipengaruhi aktivitas terlalu
banyak duduk atau berdiri juga merupakan faktor yang mendukung LBP. Ini
dinamakan posisi tubuh kerja statis , pekerjaan yang membuat tubuh terpapar
dengan getaran seperti yang dilakukan para masinis , pengemudi truk,
mengoperasikan alat bergetar sering mengangkat dan menarik benda berat
banyak membungkuk dan berputar .
Manusia dalam menjalankan pekerjaannya dipengaruhi oleh berbagai
faktor, ada yang bersifat menguntungkan maupun yang merugikan yang dapat

menyebabkan penyakit akibat kerja seperti nyeri punggung bawah. Faktor


tersebut antara lain adalah faktor fisiologis, Faktor fisiologis yang disebabkan
oleh sikap badan yang kurang baik dan posisi alat kerja yang tidak ergonomis
dapat menimbulkan kelelahan fisik bahkan lambat laun dapat menimbulkan
perubahan fisik dari tubuh pekerja . Dan dapat juga dipengaruhi oleh faktor
usia. Semakin tua usia seseorang semakin tinggi angka kejadian nyeri
punggung bawah .
Biasanya ischialgia membutuhkan waktu 6 7 minggu untuk
penyembuhan baik terhadap jaringan lunak maupun sendi, namun 10%
diantaranya tidak mengalami perbaikan dalam kurun waktu tersebut . nyeri
punggung bawah merupakan gejala bukan suatu diagnosis. ischialgia
merupakan kelainan dengan berbagai etiologi dan membutuhkan penanganan
simtomatis serta rehabilitasi .
1.2. Tujuan Penulisan
Melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik Senior ( KKS ) di Rumah Sakit
Umum Daerah ( RSUD ) Solok.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi
Nervus ischiadikus merupakan serabut saraf yang tersebar didalam tubuh
manusia yang berasal dari fleksus sacralis. Fleksus sacralis dibentuk oleh remi
anterior L5 S1, yang kadang- kadang mendapat tambahan dari L4- S4. Fleksus
sacralis berada disebelah ventral dari musculus, N. Gluteus superior N. Gluteus
inferior, N. Cutaneus femoris posterior N. Clunialis medialis inferior dan N.
Musculare.
Nervus ischiadicus meninggalkan pelvic lewat foramen ischiadica major,
di bawah musculus periformis dan berjalan ke distal N. Ischiadicus berada di
anterior musculus bisep femoris dan musculus semimembranosus, kemudian
masuk kepusat poplitea dimana N ischiaducus berakhir dan bercabang menjadi
dua yaitu : N tibialis dan N peroneus communis
1. N. Tibialis
Dibentuk oleh seluruh bagian anterior pleksus sacralis. Serabut saraf ini
menerima serabut-serabut dari dua sekmen spinalis lumbal bawah dan tiga
segmen sacral bagian atas perjalanan saraf ini dimulai pada bagian atas
fossa poplitea serta dorsum tungkai menuju sisi dorso media pergelangan
kaki. Pada daerah ini N tibialis akan mengeluarkan cabang-cabang
terminalisnya yaitu nervus plantaris medialis dan lateralis yang terus
berjalan kedalam kaki.
2. N. Peroneus communis
Merupakan cabang lateral dari N. Ischiadicus yang dibentuk oleh akar
saraf L4-L5 dan S1S2. Nervus ini berjalan ke arah distal agak lateral
pada dinding lateral fossa poblitea dekat tepi medial M. Bicep femoris
dengan caput lateral M. Gastrocnemius kemudian melindungi collum
fibulae pada M. Pereneus longus selanjutnya akan bercabang dua, yaitu N
peroneus superfisialis dan nervus peroneusprofundus

Gambar 1. nervus ischiadica dan percabangannya

2.2. Mekanisme Nyeri


Nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan yang menyadarkan
seseorang untuk membuat tanggap rangsang yang memadai guna mencegah
kerusakan lebih lanjut dari jaringan yang bersangkutan. Menurut Taxonomi
Committee International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah suatu
pengalaman sensoris subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan baik yang aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Nyeri timbul karena adanya stimulus yang mengaktifkan nosiseptor yang
ada dikulit, jaringan di bawah kulit dan organ visera. Stimulus yang dapat
mengaktifkan nosiseptor adalah stimulus mekanik, kimiawi maupun termal.
Jaringan yang mengalami inflamasi akan melepaskan substansi-substansi kalium,
histamin, asetilkolin, serotonin, prostalglandin, bradikinin dan substansi P dari
ujung saraf setempat. Zat-zat tersebut akan mengaktifkan nosiseptor dan
nosiseptor akan berhubungan dengan serabut saraf A- bermielin yang
menghantarkan nyeri yang tajam, menusuk dan jelas terlokalisir. Serabut saraf tipe
C tidak bermielin sehingga menghantarkan rasa terbakar , tidak mengenakkan,
dan tidak terlokalisir. Nyeri bisa terjadi bila ada stimulus yang memenuhi syarat
yang dimediasi atau difasilitasi oleh bahan kimia tertentu seperti leukotrin,
prostalglandin, interleukin dan tromboksan sehingga menimbulkan impuls nyeri
atau impuls nosiseptif di nosiseptor yang dikenal dengan proses tranduksi yang
kemudian medulla spinalis, batang otak, mesensefalon, korteks serebri dan
korteks asosiasinya untuk kemudian disadari baik mengenai sifat, lokasi, maupun
berat ringannya.
Berdasarkan klasifikasinya nyeri dapat dikelompokan menjadi 4 tipe yaitu
(1) nyeri fisiologis, (2) nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, (3) nyeri neuropatik,
(4) nyeri disfungsional ( Kuntono, 2007 ).Widiastuti (1996) mengelompokkan

nyeri menjadi ; (1) nyeri nosiseptif, (2) nyeri neuropatik, (3) nyeri idiopatik, (4)
nyeri psikogenik, (5) sindroma nyeri kronik.
Menurut Kuntono (2006) teori mekenisme nyeri ada 3 yaitu: (1) teori
spesifikasi, (2) Teori pola (pattern), (3) teori gerbang kontrol (gate control).
Teori spesifikasi ini mengemukakan bahwa reseptor dikhususkan untuk
menerima suatu stimulus yang spesifik, yang selanjutnya dihantarkan melalui
serabut A delta dan serabut tipe C di perifer dan traktus spinothalamikus di
medulla spinalis menuju ke pusat nyeri di thalamus. Teori ini tidak
mengemukakan komponen psikologis.
Teori pola ( pattern ) ini menyatakan bahwa elemen utama pada nyeri
adalah pola informasi sensoris. Pola aksi potensial yang timbul oleh adanya suatu
stimulus pada tingkat saraf perifer dan stimulus tertentu menimbulkan pola aksi
potensial tertentu. Pola aksi potensial untuk nyeri berbeda dengan pola untuk rasa
sentuhan.
Melzack dan Wall (1965) yang dikutip oleh Kuntono (2006)
mengemukakan bahwa teori gerbang kontrol (gate control) merupakan teori yang
dikembangkan dari segi neuro fisiologi tentang penggolongan nyeri dari perifer
maupun sentral. Konsep dasarnya menggabungkan teori spesifik dan teori pola
ditambah dengan interaksi antra afferen perifer dan sistem modulasi yang berbeda
di medulla spinalis (substansia gelatinosa). Selain itu juga mengemukakan sistem
modulasi descenden (dari pusat ke perifer).
Ada beberapa tingkat dalam afferent dimana nyeri dapat dimodulasi yaitu:
(1) tingkat reseptor, (2) tingkat spinal, (3) tingkat supraspinal, dan (4) tingkat
sentral (Kuntono, 2000).
Pada tingkat reseptor ini sasaran modulasi pada reseptor di perifer.
Modulasi diperoleh dengan cara menurunkan ekstabilitas reseptor, menghilangkan
faktor perangsang reseptor misal dengan memperlancar proses pembuangan
melalui peredaran darah, serta menurunkan aktifitas gamma motor neuron misal
dengan pemanasan.
Pada tingkat spinal ini sasaran modulasi pada substantia gelatinosa (SG)
dengan tujuan memberikan inhibisi terhadap transmisi stimulus nyeri.
Berdasarkan teori gerbang control noleh Melzak dan Wall maka untuk dapat

menghilangkan atau mengurangi nyeri, SG harus diaktifkan sehingga gerbang


menutup.
Pada tingkat supraspinal, kontrol nyeri dilakukan oleh peri aquaductal
gray matter (PAG) di mid brain. PAG mengirim stimulus ke nucleus raphe
magnus (NRM) hyang selanjutnya ke tanduk belakang medulla spinalis (PHC).
NRM akan menghambat afferent A delta. Selain itu NRM juga memacu timbulnya
serotonin PAG juga memodulasi nyeri melalui produksi endorphin di PHC dengan
perantaraan NRM. Melalui locus cerulus (LC) dan medial lateral para branchial
nukleus PAG juga memodulasi nyeri enchepalin di PHC.
Pada tingkat sentral ini komponen kognitif dan psikologis berperan
didalam memodulasi nyeri. Hal ini ditentukan oleh sikap seorang terhadap nyeri
dan emosi yang mengendalikan. Misal seorang tentara yang sedang perang tidak
merasa nyeri yang hebat meskipun menderita luka berat. Hal ini menunjukkan
bahwa nyeri meliputi dua aspek yaiti aspek sensoris dan aspek psikologis. Dengan
demikian susunan saraf pusat juga berperan dalam memodulasi nyeri.
Pada penderita iskialgia nyeri umumnya disebabkan oleh iritasi atau
kompresi radiks dorsalis di daerah lumbal. Kompresi atau iritasi juga
menyebabkan nyeri inflamasi yang kemudian diikuti oleh penekanan akson dan
berakibat munculnya nyeri neuropatik (Meliala, 2005). Menurut Kuntono (2009)
patofisiologis nyeri neuropatik terhadap sistem saraf tepi adalah serabut saraf akan
terjadi injuri/cedera, lalu terjadi oedema dan gumpalan darah terjadi pada interface
topis lesi dan selanjutnya letak cedera pada intraneural atau ekstraneural. Fungsi
dari serabut saraf akan terganggu oleh karena kerusakan sistem vaskuler (hipoksia
pada akson, oedema dan deterioration pada kapiler endothelium, dan fibrotik atau
retreksi serabut saraf).
Nyeri neuropatik adalah nyeri yang berhubungan dengan lesi yang terjadi
pada serabut saraf, yang letak kerusakan atau gangguannya bisa terjadi baik pada
selaput pembungkus saraf maupun pada serabut sarafnya.
1. Pada selaput pembungkus saraf
Selaput pembungkus saraf yang kaya akan nosiseptor bila mengalami iritasi
akan menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri bisa dirasakan di sepanjang distribusi

serabut saraf tersebut. Nyeri bertambah bila ada peregangan serabut saraf,
misalnya karena pergerakan, penguluran dan sebagainya.

2. Penekanan pada serabut saraf


Penekanan pada serabut saraf bisa mengakibatkan terjadinya keseimbangan
neuron sensorik melalui perubahan molekuler. Perubahan molekuler dapat
menyebabkan aktifitas serabut saraf aferen (SSA) menjadi tidak normal dengan
timbulnya ektopik (aktifitas yang terjadi di luar nosiseptor), akumulasi saluran ion
natrium dan saluran ion-ion lainnya di daerah lesi. Penumpukan ion-ion tersebut
menyebabkan timbulnya mechano hot spot yang sangat peka terhadap rangsang
mekanis maupun temperatur. Aktifitas ektopik juga menyebabkan timbulnya
gangguan neuropatik spontan seperti paraestesia, disestesia dan nyeri seperti
kesetrum. Hiperalgesia yang terjadi pada nyeri neuropatik juga disebabkan oleh
fenomena wind-up, LTP, dan perubahan fenotip A-. Nyeri neuropatik juga
mengakibatkan penurunan reseptor opioid di neuron kornu dorsalis dan
peningkatan cholecystokinin (CCK) yang menghambat kerja reseptor opioid.

2.3. Definisi Iskhialgia


Iskhialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang
merupakan manifestasi rangsangan saraf sensoris perifer dari nervus iskhiadikus.
Ahli lain berpendapat bahwa iskialgia merupakan salah satu manifestasi dari nyeri
punggung bawah yang dikarenakan adanya penjepitan nervus iskiadikus. Iskialgia
atau sciatika adalah nyeri yang menjalar (hipoestesia, parestesia atau disastesia) ke
bawah sepanjang perjalanan akar saraf iskidikus

Gambar 3 penjalaran ischialgia


2.4. Patofisiologi nyeri iskhialgia
Vertebrae manusia terdiri dari cervikal, thorakal, lumbal, sakral, dan koksigis.
Bagian vertebrae yang membentuk punggung bagian bawah adalah lumbal 1-5
denagn discus intervertebralis dan pleksus lumbalis serta pleksus sakralis. Pleksus

10

lumbalis keluar dari lumbal 1-4 yang terdiri dari nervus iliohipogastrika, nervus
ilioinguinalis, nervus femoralis, nervus genitofemoralis, dan nervus obturatorius.
Selanjutnya pleksus sakralis keluar dari lumbal4-sakral4 yang terdiri dari nervus
gluteus superior, nervus gluteus inferior, nervus ischiadicus, nervus kutaneus
femoris superior, nervus pudendus, dan ramus muskularis. Nervus ischiadicus
adalah berkas saraf yang meninggalkan pleksus lumbosakralis dan menuju
foramen infrapiriformis dan keluar pada permukaan tungkai di pertengahan
lipatan pantat. Pada apeks spasium poplitea nervus ischiadicus bercabang menjadi
dua yaitu nervus perineus komunis dan nervus tibialis. Ischialgia timbul akibat
perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal dari radiks posterior lumbal 4
sampai sakral 3, dan ini dapat terjadi pada setiap bagian nervus ischiadicus
sebelum sampai pada permukaan belakang tungkai.
Kesalahan postur dan sikap dapat menyebabkan cedera pada tulang belakang
yang lama-kelamaan akan menyebabkan proses penulangan, oleh karena adanya
proses degenerasi yang terus menerus maka nucleus pulposus akan terhimpit,
sehingga anolus fibrosus mengalami penekanan dan sering menonjol ke bagian
lateral. Penonjolan ini mengakibatkan penekana pada medulla spinalis. Jika
keadaan

seperti

ini

tidak

segera

diobati

maka

lama

kelamaan

akanmengakibatkan adanya nyeri menjalar pada sepanjang tungkai oleh karena


adanya penekanan pada nervus ischiadicus (Ischialgia). Ischialgia yang disebakan
oleh beberapa factor etiologi dan sindroma yang biasanya dikenal sebagai
sindroma stenois lumbal dan entropmentneuritis , nyeri yang bertolak dari
vertebra lumbosakralis sesisi dan menjalar sepanjang tungkai sampai ujung kaki
harus dicurigai sebagai nyeri saraf akibat perangsangan di dalam Vertebra
Lumbosakralis.

11

Pathway

12

2.5.

Etiologi
Ischialgia mekanik terbagi atas :
Ischialgia timbul karena terangsangnya serabut-serabut sensorik dimana

nervus ischiadicus berasal yaitu radiks posterior L4, L5, S1, S2, S3. Penyebab
ischialgia dapat dibagi dalam:
1. Ischialgia diskogenik, biasanya terjadi pada penderita hernia nukleus pulposus
(HNP).
2. pondiloarthrosis defermans.
- Spondilolistetik.
- Tumor caud.
- Metastasis carsinoma di corpus vertebrae lumbosakral.
- Fraktur corpus lumbosakral.
- Fraktur pelvis, radang atau neoplasma pada alat- alat dalam rongga panggul
sehingga menimbulkan tekanan pada pleksus lumbosakralis.
3. Ischailgia non mekanik (medik) terbagi atas:
- Radikulitis tuberkulosa
- Radikulitas luetika
- Adhesi dalam ruang subarachnoidal
- Penyuntikan obat-obatan dalam nervus ischiadicus
- Neuropati rematik, diabetik dan neuropati lainnya.
Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain: kontraksi/
radang otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang atau adanya
keadaan yang disebut dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP). Untuk
mengetahui penyebab pasti perlu dilakukan pemeriksaan fisik secara seksama oleh
dokter, jika perlu dilakukan pemeriksaan tambahan radiologi/ Rontgen pada
tulang belakang.
Umumnya penyakit neuromuskular berupa kelemahan ataupun kesemutan atau
bisa juga keduanya bersamaan. Gejala penyakit ini bersifat lower motor neuron
(LMN). Oleh karena itu bila kita mencurigai pasien dengan penyakit

13

neuromuscular langkah pertama tentunya memastikan bahwa kelainan pada pasien


tersebut bukan merupakan upper motor neuron (UMN).
Tabel.1 Beda Kelainan UMN dan LMN
Upper Motor Neuron (UMN)

Lower

Motor

Neuron

(LMN)
Bentuk

Hemiparesis,

Kelumpuhan

paraparesis

kuadriparesis, Kelemahan

pada

otot

tertentu sesuai distribusi


radiks atau plexus

Atrofi

Disuse

Atrophy

(muncul Atrofi akibat denervasi

belakangan atau tidak terlalu (muncul lebih cepat dan


jelas)
Fasikulasi

atau

lebih jelas)
-

fibrilasi
Refleks Fisiologis

Meningkat

Klonus
Tonus
Reflek Patologis

Menurun atau hilang


+

Hipertonus

Hipotonus

14

Gambar 4. Dermatom Sensorik

Pada NPB harus dicari adanya Red Flags ( Bendera Merah), yaitu kondisi
yang mengindikasikan adanya suatu keadaan serius. Red Flags ini bisa dideteksi
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.

15

RED FLAGS (BENDERA MERAH)

Kanker dan penurunan berat badan

Imunosupresi, termasuk penggunaan steroid jangka panjang

Pemakaian obat-obat intravena

Riwayat infeksi urogenital

Demam

Nyeri bertambah saat istirahat

Adanya riwayat trauma, seperti terjatuh dari tangga

Retensi urin, gangguan miksi dan defekasi

YELLOW FLAGS ( BENDERA KUNING )

Faktor Psikologis

Bila durasi nyeri telah berlangsung lebih dari 3 bulan

2.6. Gejala klinis


Sciatica atau ischialgia biasanya mengenai hanya salah satu sisi. Yang bisa
menyebabkan rasa seperti ditusuk jarum, sakit nagging, atau nyeri seperti
ditembak. Kekakuan kemungkinan dirasakan pada kaki. Berjalan, berlari, menaiki
tangga, dan meluruskan kaki memperburuk nyeri tersebut, yang diringankan
dengan menekuk punggung atau duduk.
Gejala yang sering ditimbulkan akibat Ischialgia adalah:

Nyeri punggung bawah


Nyeri daerah bokong
Rasa kaku/ terik pada punggung bawah

16

Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum, yang di rasakan daerah
bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung

bagian saraf mana yang terjepit.


Rasa nyeri sering di timbulkan setelah melakukan aktifitas yang
berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak

berdiri dan berjalan.


Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang

berat.
Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan
anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan

mengecilnya otot-otot tungkai bawah tersebut.


Dapat timbul gejala kesemutan atau rasa baal.
Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks

tendon patella (KPR) dan Achilles (APR).


Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan
defekasi, miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan
neurologis yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah

2.7.

kerusakan fungsi permanen.


Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat.

Pemeriksaan Penunjang
1.

Foto rontgen lumbosakral

2.

Elektromielografi

3.

Myelografi

4.

CT scan

5.

MRI

2.9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit ischialgia yaitu sebagai berikut :
1. Obat obatan : analgetik, NSAID, muscle relaxan, dsb.
2. Program Rehabilitasi Medik.
3. Operasi : di lakukan pada kasus yang berat/ sangat mengganggu aktifitas
dimana dengan

obat obatan dan Program Rehabilitasi Medik tidak

membantu.

17

Program Rehabilitasi Medik bagi penderita adalah:


1.

Terapi Fisik: Diatermi, Elektroterapi, Traksi lumbal, Terapi manipulasi,

Exercise, dsb.
2. Terapi Okupasi: Mengajarkan proper body mechanic, dsb.
3. Ortotik Prostetik: Pemberian korset lumbal, alat bantu jalan, dsb.
4. Advis:
- Hindari banyak membungkukkan badan.
- Hindari sering mengangkat barang-barang berat.
- Segera istirahat jika telah merasakan nyeri saat berdiri atau berjalan.
- Saat duduk lama diusahakan kaki disila bergantian kanan dan kiri atau
menggunakan kursi kecil untuk menumpu kedua kaki.
- Saat menyapu atau mengepel lantai pergunakan gagang sapu atau pel yang
panjang, sehingga saat menyapu atau mengepel punggung tidak membungkuk.
- Jika hendak mengambil barang dilantai, usahakan punggung tetap lurus, tapi
tekuk kedua lutut untuk menggapai barang tersebut.
- Lakukan Back Exercise secara rutin, untuk memperkuat otot-otot punggung
sehingga mampu menyanggah tulang belakang secara baik dan maksimal.

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas pasien


Nama

: Ny. S

18

Umur

: 45 tahun

Jenis kelamin : Perempuan


Pekerjaan

: Pembantu Rumah Tangga

Agama

: Islam

Alamat

: Simp.Rumbio

3.2. Anamnesa
1. Keluhan Utama
Nyeri pinggang menjalar sampai kedua kaki sejak 15 hari yang lalu.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri pinggang menjalar sampai kedua kaki sejak 15 hari yang lalu, nyeri
dirasakan mulai dari pinggang lalu menjalar pada kedua lutut, sampai ke
pergelangan kaki., keluhan timbul terutama pada saat beraktivitas dan berkurang
saat istirahat, Nyeri ini menyebabkan pasien kesulitan dalam beraktivitas. kedua
tungkai kaki terasa sakit seperti tersetrum, dan juga terasa kesemutan pada kedua
tungkai kaki. Kedua tangan pasien sering mengalami gemetaran, yang berkurang
saat bekerja, dan meningkat saat beraktifitas. mata pasien sering berair kedua
sisinya dan berkunang-kunang.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


-

Riwayat Trauma kecelakaan motor 4 tahun yang lalu, terjatuh terduduk

riwayat Vertigo sejak 2 tahun yang lalu, terkontrol, berobat ke poli saraf RSUD
SOLOK.

Riwayat hipertensi Disangkal

Riwayat Diabetes Mellitus Disangkal

Riwayat Stroke Disangkal

Riwayat infeksi saluran kencing Disangkal

19

Riwayat keputihan Disangkal

Riwayat penyakit ginjal disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat Stroke Disangkal
Riwayat Diabetes melitus Disangkal
Riwayat Batu ginjal disangkal

4.

5.

Riwayat Pribadi dan sosial


Pasien seorang ibu rumah tangga yang bercerai dan mempunyai 2 orang

anak yang pertama mengalami epilepsi mengalami putus obat, anak yang kedua
sekolah di man solok kelas 3 dan membiayai anaknya sekolah sendiri tanpa biaya
dari suami, pasien tinggal di solok dengan mengontrak rumah )
3.3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum

: sedang

Kesadaran

: Compos Mentis Cooperative, GCS 15 (E4M6V5)

Tekanan Darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 60x/i kuat dan teratur

Nafas

: 20x/i

Suhu

: 36,5oC

Berat Badan

: 45 kg (ditanyakan)

Tinggi Badan

: 148 cm

Status Lokalisata
Mata

: konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

20

Kelenjar Getah Bening :


Leher

: Tidak teraba pembesaran KGB

Aksila

: Tidak teraba pembesaran KGB

Inguinal

: Tidak teraba pembesaran KGB

Torak
Paru
Inspeksi

: Simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis

Palpasi

: fremitus sama kiri dan kanan

Perkusi

: Sonor dikedua lapangan paru

Auskultasi

: Suara nafas normal vesicular, ronki( - / - ), Wheezing ( -/- )

Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

: Dalam Batas Normal

Auskultasi

: irama teratur, bising( - )

Jantung

Abdomen
Inspeksi

: tidak ada sikatrik, venektasi

Palpasi

: nyeri tekan dan nyeri lepas ( - ), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi

: Timpani

Auskultasi

: Bising usus( + ) normal

c. Pemeriksaan Neurologikus
1. Glassgow Coma Scale ( GCS ) : E4M6V5 = 15
2. Tanda Ransangan Meningeal

21

a. KakuKuduk
b. Brudzinki I
c. Brudzinki II
d. TandaKernig
3. Tanda peningkatan TIK
a. Pupil
b. Refleks cahaya
c. Muntah proyektil
4. Pemeriksaan Nervus Cranialis
a. N I
: Olfaktorius
Penciuman

: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Isokor, diameter 3 mm / 3 mm
: +/+
: tidak ada

Kanan

Kiri

Subjektif

Normal

Normal

Objektif dengan bahan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

b. N II

: Optikus

Penglihatan

Kanan

Kiri

Tajam penglihatan

Normal

Normal

Lapang pandang

Normal

Normal

Melihat warna

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Funduskopi

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

c. N III

: Okulomotorius
Kanan

Kiri

Bola mata

Normal

Normal

Ptosis

Tidak ada

Tidak ada

Gerakan bulbus

Bebas kesegala arah

Bebas

kesegala

arah
Strabismus

Tidak ada

Tidak ada

Nistagmus

Ada

Ada

Ekso-endotalmus

Tidak ada

Tidak ada

Isokor

Isokor

Pupil
Bentuk

22

Reflek cahaya

Reflex akomodasi

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Reflex Konvergen

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

d. N IV

: troklearis
Kanan

Kiri

Gerakan mata ke bawah

Normal

Normal

Sikap bulbus

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Diplopia

Tidak ada

Tidak ada

e. N V

: Trigeminus
Kanan

Kiri

Membuka mulut

Normal

Normal

Menggerakan rahang

Normal

Normal

Menggigit

Normal

Normal

Mengunyah

Normal

Normal

Reflekkornea

Sensibilitas

Baik

Baik

Reflek masseter

Baik

Baik

Sensibilitas

Baik

Baik

Baik

Baik

Motoric

Sensorik
Divisioptalmika

Divisimaksila

Divisi mandibular
Sensibilitas

23

f.

N. VI :

Abdusen
Kanan

Kiri

Gerakan mata lateral

Normal

Normal

Sikap bulbus

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Diplopia

Tidak ada

Tidak ada

g. N.VII:

Fasialis
Kanan

Kiri

Raut wajah

Simetris

Simetris

Sekresi air mata

Normal

Normal

Fissura palpebral

Simetris

Simetris

Menggerakkan dahi

Simetris

Simetris

Menutup mata

Normal

Normal

Mencibir/bersiul

Normal

Normal

Memperlihatkan gigi

Normal

Normal

Sensasi 2/3 depan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Hiperakustik

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

h. N.VIII:

Vestibularis
Kanan

Kiri

Suara berbisik

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Detik arloji

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Rinne test

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Weber test

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

24

Swabach test
Memanjang

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Memendek

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Pendular

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Vertical

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Siklikal

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Pengaruh posisi kepala

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Nistagmus

i.

N.IX:

Glossopharingeus
Kanan

Sensasi

Kiri

lidah

1/3 Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

muntah/

Gag Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

belakang
Reflek
reflek

j.

N.X:

Vagus
Kanan

Kiri

Arkus faring

Simetris

Simetris

Uvula

Ditengah

Ditengah

Menelan

Normal

Normal

Artikulasi

Normal

Normal

Suara

Normal

Normal

Nadi

Teratur

Teratur

k. N. XI:

Asssesorius

Menoleh ke kanan

Kanan

Kiri

Normal

Normal

25

Menoleh ke kiri
Mengangkat

bahu

Normal

Normal

ke Normal

Normal

kanan
Mengangkat bahu ke kiri

l.

N. XII:

Normal

Normal

Kanan

Kiri

Simetris

Simetris

lidah Simetris

Simetris

Hipoglosus

Kedudukan lidah dalam


Kedudukan
dijulurkan
Tremor

Fasikulasi

Atrofi

Simetris

Simetris

5. Pemeriksaan koordinasi
Cara berjalan

Tidak lakukan

Disatria

Tidak lakukan

Romberg test

Ada

Disfagia

Tidak lakukan

Ataksia

Tidak lakukan

Supinasi-pronasi

Tidak lakukan

Rebound

Tidak lakukan

Tes jari hidung

Tidak lakukan

Tidak lakukan

Tes hidung jari

Tidak lakukan

phenomen
Tes tumit lutut

6. Pemeriksaan fungsi Motorik


a. Badan

b. Berdiri
berjalan

Respirasi

Normal

Normal

Duduk

Normal

Normal

& Gerakan
spontan

26

Tremor

Atetosis

Mioklonik

Khorea

Tidak lakukan

Tidak
lakukan

c. Ekstre

Superior

Inferior

mitas
Kanan

Kiri

Kanan

Kiri

Gerakan

Aktif

Aktif

aktif

Aktif

Kekuatan

555

555

555

555

Trofi

Eutrofi

Eutrofi

Eutrofi

Eutrofi

Tonus

Eutonus

Eutonus

Eutonus

Eutonus

7. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil

Tidak dilakukan

Sensibilitas nyeri

Aktif

Sensibilitas termis

Tidak dilakukan

Sensibilitas

Tidak dilakukan

Sensibilitas kortikal

Tidak dilakukan

Streognosis

Tidak dilakukan

Pengenalan 2 titik

Aktif

Pengenalan rabaan

Aktif

8. System reflex
1.Fisiologi

Kanan

Kiri

Kornea

Berbamgkis

Tidak

Tidak

dilakukan

dilakukan

Kanan

Kiri

Biseps

++

++

Triceps

++

++

27

Laring

Maseter

Dindingperut

Atas

Tengah

Bawah

Tidak

Tidak

APR

++

++

dilakukan

dilakukan

Tidak

Tidak

KPR

++

++

dilakukan

dilakukan

Tidak

Tidak

Bulboca

Tidak

Tidak

dilakukan

dilakukan

vernosus

dilakukan

dilakukan

Tidak

Tidak

Cremater

Tidak

Tidak

dilakukan

dilakukan

dilakukan

dilakukan

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

dilakukan

dilakukan

dilakukan

dilakukan

Tidak

Tidak

dilakukan

dilakukan

Babinski

Chaddoks

Oppenhei

Gordon

Schaeffer

Klonus

Tidak

Tidak

paha

dilakukan

dilakukan

Klonus

Tidak

Tidak

kaki

dilakukan

dilakukan

Sfingter

2. Patologis
Lengan

Tungkai

Hoffman-

Tidak

Tromner

dilakukan

3. Fungsi Otonom
Miksi
Defekasi
Sekresi keringat

: Normal
: Normal
: Normal
28

Fungsi luhur
Kesadaran

Tanda dementia

Reaksi bicara

Normal

Fungsi

Normal

Refleks

Tidak

Glabela

dilakukan

Refleks Snout

Tidak

Intelektual

dilakukan

Reaksi Emosi

Normal

Refleks

Tidak

memegang

dilakukan

Refleks

Tidak

Palmomental

dilakukan

d. Pemeriksaan lasseque dan patrick


Lasseque

:+

Patrikc

:+

Kontra petrikc : +

3.4. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Darah rutin : Hb, Ht, leukosit, trombosit
Pemeriksaan Kimia Klinik : ( faal ginjal, faal hati, elektrolit )
Foto rontgen lumbosakral AP dan Lateral
Emg ( Electromyoraphy)
MRI vertebrae Lumbal
3.5. Diagnosis
Diagnosis klinik

: Iscialgia Bilateral

Diagnosis Topik

: Radix Dorsalis setinggi dermatom vertebrae L4-L5

Diagnosis Etiologi

: Trauma mekanik

Diagnosis Sekunder : Psikosomatik


3.6. Penatalaksanaan
29

Terapi Umum:
- Tirah baring 2-4 hari
- Tidur dengan alas keras
- Mengurangi berat badan (BB ideal)
- Hindari membungkuk
- Menghindari mengangkat beban yang berat
- Berenang
- Fisioterapi diatermi
Terapi Khusus
- NSAID
: meloxicam tablet 2x7,5 mg
- Muscle Relaxan
: diazepam tablet 3x2 mg
- Neutropik
: Mikobalamin kapsul 3x500 mg
- Antikolergik
: Trihexylphenidyl 3x2 mg
- Anti depresan
: Amitriptyline 2x25 mg

3.7.Prognosis
a. Quo at vitam
b. Quo at fungtionam
c. Quo at sanationam

: Dubia ad Bonam
: Dubia ad Bonam
: Dubia ad Bonam

BAB IV

30

DISKUSI

Seorang pasien perempuan berumur 45 tahun yang datang ke poli


neurologi rsud solok dengan diagnosis klinis Ischialgia Bilateral ec. Trauma
mekanik. Dari anamnesis didapatkan bahwa nyeri pinggang kedua sisi sejak 15
hari yang lalu. Nyeri menjalar dari pinggang ke kaki terasa kesentrum dan
kesemutan. Nyeri bertambah berat jika berdiri lama dan beraktivitas Nyeri
berkurang bila tidur dan istirahat. Nyeri ini menyebabkan pasien kesulitan dalam
beraktivitas. Keluhan disertai adanya baal mulai dari pinggang bawah, menjalar
sampai paha samping dan kaki.
Pemeriksaan fisik menunjukkan pasien merasakan nyeri dipinggang
kanan. Hasil positif ditemukan pada tes lasseque, tes patrick dan kontra patrick.
KPR dan APR mengalami penurunan. ROM fleksi, ekstensi, rotasi, terbatas.
Berdasarkan gejala dan tanda klinis tersebut pasien ini cenderung didiagnosa
sebagai Ischialgia Dextra yang terjadi pada nervus Ischiadicus. Untuk memastikan
diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah rutin
dan foto polos lumbosacral serta MRI sebagai standar pasti untuk penegakkan
diagnosis.
Nyeri pinggang dapat diatasi dengan istirahat dan pemberian obat-obatan.
Istirahat secara umum atau lokal banyak memberikan manfaat. Tirah baring pada
alas keras dimaksudkan untuk mencegah melengkungnya tulang punggung. Pada
terapi medikamentosa : NSAID : meloxicam tablet 2x7,5 mg, Muscle Relaxa :
diazepam tablet 3x2 mg, Neutropik : Mikobalamin kapsul 3x500 mg, Antikolergik
: Trihexylphenidyl 3x2 mg

BAB V

31

PENUTUP

5.1

Kesimpulan
Iskhialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang

merupakan manifestasi rangsangan saraf sensoris perifer dari nervus


iskhiadikus. Ahli lain berpendapat bahwa iskialgia merupakan salah satu
manifestasi dari nyeri punggung bawah yang dikarenakan adanya penjepitan
nervus iskiadikus. Iskialgia atau sciatika adalah nyeri yang menjalar
(hipoestesia, parestesia atau disastesia) ke bawah sepanjang perjalanan akar
saraf iskidikus. Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara
lain: kontraksi/ radang otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang
belakang atau adanya keadaan yang disebut dengan Herniasi Nukleus Pulposus
(HNP). Sciatica atau ischialgia biasanya mengenai hanya salah satu sisi. Yang
bisa menyebabkan rasa seperti ditusuk jarum, sakit nagging, atau nyeri seperti
ditembak. Ischialgia membutuhkan penanganan simtomatis, rehabilitasi serta
edukasi olahraga yang baik.

32

DAFTAR PUSTAKA
Dewanto, George. 2009. Diagnosis dan tatalaksana penyakit syaraf. EGC :
Jakarta.
Arsono. 2009. Neurologi klinis. EGC : Jakarta.
Ngoerah, I Gusti Nengah Gde. 1995. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Syaraf.
Surabaya: Airlangga University Press
Rifki, Nurul Minaryanti. 2009. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Ischialgia
dengan Short Wave Diathermy dan Terapi Latihan Di RSUD Sragen.
Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wagiu, Samuel A. 2005. Pendekatan Diagnostik Low Back Pain. Avaible at
http://neurology.multiply.com/journal/item/24

33

Anda mungkin juga menyukai