PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Iskhialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
Nervus ischiadikus merupakan serabut saraf yang tersebar didalam tubuh
manusia yang berasal dari fleksus sacralis. Fleksus sacralis dibentuk oleh remi
anterior L5 S1, yang kadang- kadang mendapat tambahan dari L4- S4. Fleksus
sacralis berada disebelah ventral dari musculus, N. Gluteus superior N. Gluteus
inferior, N. Cutaneus femoris posterior N. Clunialis medialis inferior dan N.
Musculare.
Nervus ischiadicus meninggalkan pelvic lewat foramen ischiadica major,
di bawah musculus periformis dan berjalan ke distal N. Ischiadicus berada di
anterior musculus bisep femoris dan musculus semimembranosus, kemudian
masuk kepusat poplitea dimana N ischiaducus berakhir dan bercabang menjadi
dua yaitu : N tibialis dan N peroneus communis
1. N. Tibialis
Dibentuk oleh seluruh bagian anterior pleksus sacralis. Serabut saraf ini
menerima serabut-serabut dari dua sekmen spinalis lumbal bawah dan tiga
segmen sacral bagian atas perjalanan saraf ini dimulai pada bagian atas
fossa poplitea serta dorsum tungkai menuju sisi dorso media pergelangan
kaki. Pada daerah ini N tibialis akan mengeluarkan cabang-cabang
terminalisnya yaitu nervus plantaris medialis dan lateralis yang terus
berjalan kedalam kaki.
2. N. Peroneus communis
Merupakan cabang lateral dari N. Ischiadicus yang dibentuk oleh akar
saraf L4-L5 dan S1S2. Nervus ini berjalan ke arah distal agak lateral
pada dinding lateral fossa poblitea dekat tepi medial M. Bicep femoris
dengan caput lateral M. Gastrocnemius kemudian melindungi collum
fibulae pada M. Pereneus longus selanjutnya akan bercabang dua, yaitu N
peroneus superfisialis dan nervus peroneusprofundus
nyeri menjadi ; (1) nyeri nosiseptif, (2) nyeri neuropatik, (3) nyeri idiopatik, (4)
nyeri psikogenik, (5) sindroma nyeri kronik.
Menurut Kuntono (2006) teori mekenisme nyeri ada 3 yaitu: (1) teori
spesifikasi, (2) Teori pola (pattern), (3) teori gerbang kontrol (gate control).
Teori spesifikasi ini mengemukakan bahwa reseptor dikhususkan untuk
menerima suatu stimulus yang spesifik, yang selanjutnya dihantarkan melalui
serabut A delta dan serabut tipe C di perifer dan traktus spinothalamikus di
medulla spinalis menuju ke pusat nyeri di thalamus. Teori ini tidak
mengemukakan komponen psikologis.
Teori pola ( pattern ) ini menyatakan bahwa elemen utama pada nyeri
adalah pola informasi sensoris. Pola aksi potensial yang timbul oleh adanya suatu
stimulus pada tingkat saraf perifer dan stimulus tertentu menimbulkan pola aksi
potensial tertentu. Pola aksi potensial untuk nyeri berbeda dengan pola untuk rasa
sentuhan.
Melzack dan Wall (1965) yang dikutip oleh Kuntono (2006)
mengemukakan bahwa teori gerbang kontrol (gate control) merupakan teori yang
dikembangkan dari segi neuro fisiologi tentang penggolongan nyeri dari perifer
maupun sentral. Konsep dasarnya menggabungkan teori spesifik dan teori pola
ditambah dengan interaksi antra afferen perifer dan sistem modulasi yang berbeda
di medulla spinalis (substansia gelatinosa). Selain itu juga mengemukakan sistem
modulasi descenden (dari pusat ke perifer).
Ada beberapa tingkat dalam afferent dimana nyeri dapat dimodulasi yaitu:
(1) tingkat reseptor, (2) tingkat spinal, (3) tingkat supraspinal, dan (4) tingkat
sentral (Kuntono, 2000).
Pada tingkat reseptor ini sasaran modulasi pada reseptor di perifer.
Modulasi diperoleh dengan cara menurunkan ekstabilitas reseptor, menghilangkan
faktor perangsang reseptor misal dengan memperlancar proses pembuangan
melalui peredaran darah, serta menurunkan aktifitas gamma motor neuron misal
dengan pemanasan.
Pada tingkat spinal ini sasaran modulasi pada substantia gelatinosa (SG)
dengan tujuan memberikan inhibisi terhadap transmisi stimulus nyeri.
Berdasarkan teori gerbang control noleh Melzak dan Wall maka untuk dapat
serabut saraf tersebut. Nyeri bertambah bila ada peregangan serabut saraf,
misalnya karena pergerakan, penguluran dan sebagainya.
10
lumbalis keluar dari lumbal 1-4 yang terdiri dari nervus iliohipogastrika, nervus
ilioinguinalis, nervus femoralis, nervus genitofemoralis, dan nervus obturatorius.
Selanjutnya pleksus sakralis keluar dari lumbal4-sakral4 yang terdiri dari nervus
gluteus superior, nervus gluteus inferior, nervus ischiadicus, nervus kutaneus
femoris superior, nervus pudendus, dan ramus muskularis. Nervus ischiadicus
adalah berkas saraf yang meninggalkan pleksus lumbosakralis dan menuju
foramen infrapiriformis dan keluar pada permukaan tungkai di pertengahan
lipatan pantat. Pada apeks spasium poplitea nervus ischiadicus bercabang menjadi
dua yaitu nervus perineus komunis dan nervus tibialis. Ischialgia timbul akibat
perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal dari radiks posterior lumbal 4
sampai sakral 3, dan ini dapat terjadi pada setiap bagian nervus ischiadicus
sebelum sampai pada permukaan belakang tungkai.
Kesalahan postur dan sikap dapat menyebabkan cedera pada tulang belakang
yang lama-kelamaan akan menyebabkan proses penulangan, oleh karena adanya
proses degenerasi yang terus menerus maka nucleus pulposus akan terhimpit,
sehingga anolus fibrosus mengalami penekanan dan sering menonjol ke bagian
lateral. Penonjolan ini mengakibatkan penekana pada medulla spinalis. Jika
keadaan
seperti
ini
tidak
segera
diobati
maka
lama
kelamaan
11
Pathway
12
2.5.
Etiologi
Ischialgia mekanik terbagi atas :
Ischialgia timbul karena terangsangnya serabut-serabut sensorik dimana
nervus ischiadicus berasal yaitu radiks posterior L4, L5, S1, S2, S3. Penyebab
ischialgia dapat dibagi dalam:
1. Ischialgia diskogenik, biasanya terjadi pada penderita hernia nukleus pulposus
(HNP).
2. pondiloarthrosis defermans.
- Spondilolistetik.
- Tumor caud.
- Metastasis carsinoma di corpus vertebrae lumbosakral.
- Fraktur corpus lumbosakral.
- Fraktur pelvis, radang atau neoplasma pada alat- alat dalam rongga panggul
sehingga menimbulkan tekanan pada pleksus lumbosakralis.
3. Ischailgia non mekanik (medik) terbagi atas:
- Radikulitis tuberkulosa
- Radikulitas luetika
- Adhesi dalam ruang subarachnoidal
- Penyuntikan obat-obatan dalam nervus ischiadicus
- Neuropati rematik, diabetik dan neuropati lainnya.
Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain: kontraksi/
radang otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang atau adanya
keadaan yang disebut dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP). Untuk
mengetahui penyebab pasti perlu dilakukan pemeriksaan fisik secara seksama oleh
dokter, jika perlu dilakukan pemeriksaan tambahan radiologi/ Rontgen pada
tulang belakang.
Umumnya penyakit neuromuskular berupa kelemahan ataupun kesemutan atau
bisa juga keduanya bersamaan. Gejala penyakit ini bersifat lower motor neuron
(LMN). Oleh karena itu bila kita mencurigai pasien dengan penyakit
13
Lower
Motor
Neuron
(LMN)
Bentuk
Hemiparesis,
Kelumpuhan
paraparesis
kuadriparesis, Kelemahan
pada
otot
Atrofi
Disuse
Atrophy
atau
lebih jelas)
-
fibrilasi
Refleks Fisiologis
Meningkat
Klonus
Tonus
Reflek Patologis
Hipertonus
Hipotonus
14
Pada NPB harus dicari adanya Red Flags ( Bendera Merah), yaitu kondisi
yang mengindikasikan adanya suatu keadaan serius. Red Flags ini bisa dideteksi
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.
15
Demam
Faktor Psikologis
16
Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum, yang di rasakan daerah
bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung
berat.
Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan
anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan
2.7.
Pemeriksaan Penunjang
1.
2.
Elektromielografi
3.
Myelografi
4.
CT scan
5.
MRI
2.9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit ischialgia yaitu sebagai berikut :
1. Obat obatan : analgetik, NSAID, muscle relaxan, dsb.
2. Program Rehabilitasi Medik.
3. Operasi : di lakukan pada kasus yang berat/ sangat mengganggu aktifitas
dimana dengan
membantu.
17
Exercise, dsb.
2. Terapi Okupasi: Mengajarkan proper body mechanic, dsb.
3. Ortotik Prostetik: Pemberian korset lumbal, alat bantu jalan, dsb.
4. Advis:
- Hindari banyak membungkukkan badan.
- Hindari sering mengangkat barang-barang berat.
- Segera istirahat jika telah merasakan nyeri saat berdiri atau berjalan.
- Saat duduk lama diusahakan kaki disila bergantian kanan dan kiri atau
menggunakan kursi kecil untuk menumpu kedua kaki.
- Saat menyapu atau mengepel lantai pergunakan gagang sapu atau pel yang
panjang, sehingga saat menyapu atau mengepel punggung tidak membungkuk.
- Jika hendak mengambil barang dilantai, usahakan punggung tetap lurus, tapi
tekuk kedua lutut untuk menggapai barang tersebut.
- Lakukan Back Exercise secara rutin, untuk memperkuat otot-otot punggung
sehingga mampu menyanggah tulang belakang secara baik dan maksimal.
BAB III
LAPORAN KASUS
: Ny. S
18
Umur
: 45 tahun
Agama
: Islam
Alamat
: Simp.Rumbio
3.2. Anamnesa
1. Keluhan Utama
Nyeri pinggang menjalar sampai kedua kaki sejak 15 hari yang lalu.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri pinggang menjalar sampai kedua kaki sejak 15 hari yang lalu, nyeri
dirasakan mulai dari pinggang lalu menjalar pada kedua lutut, sampai ke
pergelangan kaki., keluhan timbul terutama pada saat beraktivitas dan berkurang
saat istirahat, Nyeri ini menyebabkan pasien kesulitan dalam beraktivitas. kedua
tungkai kaki terasa sakit seperti tersetrum, dan juga terasa kesemutan pada kedua
tungkai kaki. Kedua tangan pasien sering mengalami gemetaran, yang berkurang
saat bekerja, dan meningkat saat beraktifitas. mata pasien sering berair kedua
sisinya dan berkunang-kunang.
riwayat Vertigo sejak 2 tahun yang lalu, terkontrol, berobat ke poli saraf RSUD
SOLOK.
19
4.
5.
anak yang pertama mengalami epilepsi mengalami putus obat, anak yang kedua
sekolah di man solok kelas 3 dan membiayai anaknya sekolah sendiri tanpa biaya
dari suami, pasien tinggal di solok dengan mengontrak rumah )
3.3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum
: sedang
Kesadaran
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
Nafas
: 20x/i
Suhu
: 36,5oC
Berat Badan
: 45 kg (ditanyakan)
Tinggi Badan
: 148 cm
Status Lokalisata
Mata
20
Aksila
Inguinal
Torak
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: nyeri tekan dan nyeri lepas ( - ), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
c. Pemeriksaan Neurologikus
1. Glassgow Coma Scale ( GCS ) : E4M6V5 = 15
2. Tanda Ransangan Meningeal
21
a. KakuKuduk
b. Brudzinki I
c. Brudzinki II
d. TandaKernig
3. Tanda peningkatan TIK
a. Pupil
b. Refleks cahaya
c. Muntah proyektil
4. Pemeriksaan Nervus Cranialis
a. N I
: Olfaktorius
Penciuman
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Isokor, diameter 3 mm / 3 mm
: +/+
: tidak ada
Kanan
Kiri
Subjektif
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
b. N II
: Optikus
Penglihatan
Kanan
Kiri
Tajam penglihatan
Normal
Normal
Lapang pandang
Normal
Normal
Melihat warna
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Funduskopi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
c. N III
: Okulomotorius
Kanan
Kiri
Bola mata
Normal
Normal
Ptosis
Tidak ada
Tidak ada
Gerakan bulbus
Bebas
kesegala
arah
Strabismus
Tidak ada
Tidak ada
Nistagmus
Ada
Ada
Ekso-endotalmus
Tidak ada
Tidak ada
Isokor
Isokor
Pupil
Bentuk
22
Reflek cahaya
Reflex akomodasi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Reflex Konvergen
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
d. N IV
: troklearis
Kanan
Kiri
Normal
Normal
Sikap bulbus
Diplopia
Tidak ada
Tidak ada
e. N V
: Trigeminus
Kanan
Kiri
Membuka mulut
Normal
Normal
Menggerakan rahang
Normal
Normal
Menggigit
Normal
Normal
Mengunyah
Normal
Normal
Reflekkornea
Sensibilitas
Baik
Baik
Reflek masseter
Baik
Baik
Sensibilitas
Baik
Baik
Baik
Baik
Motoric
Sensorik
Divisioptalmika
Divisimaksila
Divisi mandibular
Sensibilitas
23
f.
N. VI :
Abdusen
Kanan
Kiri
Normal
Normal
Sikap bulbus
Diplopia
Tidak ada
Tidak ada
g. N.VII:
Fasialis
Kanan
Kiri
Raut wajah
Simetris
Simetris
Normal
Normal
Fissura palpebral
Simetris
Simetris
Menggerakkan dahi
Simetris
Simetris
Menutup mata
Normal
Normal
Mencibir/bersiul
Normal
Normal
Memperlihatkan gigi
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Hiperakustik
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
h. N.VIII:
Vestibularis
Kanan
Kiri
Suara berbisik
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Detik arloji
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Rinne test
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Weber test
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
24
Swabach test
Memanjang
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Memendek
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Pendular
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Vertical
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Siklikal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Nistagmus
i.
N.IX:
Glossopharingeus
Kanan
Sensasi
Kiri
lidah
Tidak dilakukan
muntah/
Tidak dilakukan
belakang
Reflek
reflek
j.
N.X:
Vagus
Kanan
Kiri
Arkus faring
Simetris
Simetris
Uvula
Ditengah
Ditengah
Menelan
Normal
Normal
Artikulasi
Normal
Normal
Suara
Normal
Normal
Nadi
Teratur
Teratur
k. N. XI:
Asssesorius
Menoleh ke kanan
Kanan
Kiri
Normal
Normal
25
Menoleh ke kiri
Mengangkat
bahu
Normal
Normal
ke Normal
Normal
kanan
Mengangkat bahu ke kiri
l.
N. XII:
Normal
Normal
Kanan
Kiri
Simetris
Simetris
lidah Simetris
Simetris
Hipoglosus
Fasikulasi
Atrofi
Simetris
Simetris
5. Pemeriksaan koordinasi
Cara berjalan
Tidak lakukan
Disatria
Tidak lakukan
Romberg test
Ada
Disfagia
Tidak lakukan
Ataksia
Tidak lakukan
Supinasi-pronasi
Tidak lakukan
Rebound
Tidak lakukan
Tidak lakukan
Tidak lakukan
Tidak lakukan
phenomen
Tes tumit lutut
b. Berdiri
berjalan
Respirasi
Normal
Normal
Duduk
Normal
Normal
& Gerakan
spontan
26
Tremor
Atetosis
Mioklonik
Khorea
Tidak lakukan
Tidak
lakukan
c. Ekstre
Superior
Inferior
mitas
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Gerakan
Aktif
Aktif
aktif
Aktif
Kekuatan
555
555
555
555
Trofi
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Tonus
Eutonus
Eutonus
Eutonus
Eutonus
7. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil
Tidak dilakukan
Sensibilitas nyeri
Aktif
Sensibilitas termis
Tidak dilakukan
Sensibilitas
Tidak dilakukan
Sensibilitas kortikal
Tidak dilakukan
Streognosis
Tidak dilakukan
Pengenalan 2 titik
Aktif
Pengenalan rabaan
Aktif
8. System reflex
1.Fisiologi
Kanan
Kiri
Kornea
Berbamgkis
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
Kanan
Kiri
Biseps
++
++
Triceps
++
++
27
Laring
Maseter
Dindingperut
Atas
Tengah
Bawah
Tidak
Tidak
APR
++
++
dilakukan
dilakukan
Tidak
Tidak
KPR
++
++
dilakukan
dilakukan
Tidak
Tidak
Bulboca
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
vernosus
dilakukan
dilakukan
Tidak
Tidak
Cremater
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
dilakukan
dilakukan
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
dilakukan
dilakukan
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
Babinski
Chaddoks
Oppenhei
Gordon
Schaeffer
Klonus
Tidak
Tidak
paha
dilakukan
dilakukan
Klonus
Tidak
Tidak
kaki
dilakukan
dilakukan
Sfingter
2. Patologis
Lengan
Tungkai
Hoffman-
Tidak
Tromner
dilakukan
3. Fungsi Otonom
Miksi
Defekasi
Sekresi keringat
: Normal
: Normal
: Normal
28
Fungsi luhur
Kesadaran
Tanda dementia
Reaksi bicara
Normal
Fungsi
Normal
Refleks
Tidak
Glabela
dilakukan
Refleks Snout
Tidak
Intelektual
dilakukan
Reaksi Emosi
Normal
Refleks
Tidak
memegang
dilakukan
Refleks
Tidak
Palmomental
dilakukan
:+
Patrikc
:+
Kontra petrikc : +
: Iscialgia Bilateral
Diagnosis Topik
Diagnosis Etiologi
: Trauma mekanik
Terapi Umum:
- Tirah baring 2-4 hari
- Tidur dengan alas keras
- Mengurangi berat badan (BB ideal)
- Hindari membungkuk
- Menghindari mengangkat beban yang berat
- Berenang
- Fisioterapi diatermi
Terapi Khusus
- NSAID
: meloxicam tablet 2x7,5 mg
- Muscle Relaxan
: diazepam tablet 3x2 mg
- Neutropik
: Mikobalamin kapsul 3x500 mg
- Antikolergik
: Trihexylphenidyl 3x2 mg
- Anti depresan
: Amitriptyline 2x25 mg
3.7.Prognosis
a. Quo at vitam
b. Quo at fungtionam
c. Quo at sanationam
: Dubia ad Bonam
: Dubia ad Bonam
: Dubia ad Bonam
BAB IV
30
DISKUSI
BAB V
31
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Iskhialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang
32
DAFTAR PUSTAKA
Dewanto, George. 2009. Diagnosis dan tatalaksana penyakit syaraf. EGC :
Jakarta.
Arsono. 2009. Neurologi klinis. EGC : Jakarta.
Ngoerah, I Gusti Nengah Gde. 1995. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Syaraf.
Surabaya: Airlangga University Press
Rifki, Nurul Minaryanti. 2009. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Ischialgia
dengan Short Wave Diathermy dan Terapi Latihan Di RSUD Sragen.
Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wagiu, Samuel A. 2005. Pendekatan Diagnostik Low Back Pain. Avaible at
http://neurology.multiply.com/journal/item/24
33