Anda di halaman 1dari 21

SMF/lab Neurologi Referrat

Program Studi Kedokteran Umum


Universitas Mulawarman

ISCHIALGIA
NYERI PUNGGUNG BAWAH

Disusun Oleh:
Mey Cahyani
NIM. 1710029065

Pembimbing:
dr. Yetty Octavia Hutahaean, Sp.S

Dibawakan dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik pada


SMF/Laboratorium Neurologi
Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nyeri merupakan sensasi tidak nyaman yang diterima oleh tubuh karena
rangsang yang berasal dari luar (Bull Eleanor and Graham Archad, 2007). Nyeri
punggung bawah (NPB) merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. Nyeri punggung tidak mengenal
umur, jenis kelamin, dan status sosial dan ekonomi. Nyeri punggung sangat banyak
dikeluhkan dimasyarakat, nyeri punggung dapat dicegah dan diobati dengan
mengetahui penyebabnya dengan tes-tes spesifik terutama pada kasus nyeri
punggung akibat neurologi yaitu Ischialgia . (Rahim,2012)
Ischiagia merupakan nyeri yang terasa sepanjang saraf ischiadicus yang
menyebabkan nyeri dari punggung sampai pada tungkai bawah baik salah satu
maupun keduanya (Rahim, 2012). Ischialgia timbul akibat perangsangan serabut-
serabut sensorik yang berasal dari radiks posterior L.4 sampai dengan S.3. Lesi
iritatif dapat mengakibatkan ischialgia pada tingkat tertentu (Mardjono, & Sidharta,
2012).
Data pasti mengenai prevalensi ischialgia masih kurang. Diperkirakan 5%-10%
pasien dengan nyeri pinggang bawah mengalami ischialgia. Prevalensi tahunan
ischialgia diskogenik dengan populasi umum berkisar 2,2% (Koes, Tudler, & Paul,
2007). Wanita memiliki angka prevalensi yang lebih tinggi terkena iskialgia
dibandingkan dengan pria. Onset lebih sering pada usia 30-50 tahun dengan insiden
yang terjadi 16,2% dari semua diagnosa penyakit saraf (Minaryanti, 2009).

1.2 Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca umumnya dan
penulis khususnya mengenai ischilagia nyeri punggung bawah mulai dari definisi,
etiologi, patogenesis, diagnosis yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, serta penatalaksanaan, dan komplikasi yang ditimbulkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Ischiagia merupakan nyeri yang terasa sepanjang saraf ischiadicus yang
menyebabkan nyeri dari punggung sampai pada tungkai bawah baik salah satu
maupun keduanya (Rahim, 2012). Timbul akibat perangsangan serabut-serabut
sensorik yang berasal dari radiks posterior L4 sampai dengan S3 (Bickley, 2009).
Berkas saraf yang menyandang nama n. Ischiadicus ialah seberkas saraf sensorik dan
motorik yang meninggalkan pleksus lumbosakralis dan menuju ke foramen
infrapiriforme dan keluar pada permukaan belakang tungkai di pertengahan lipatan
pantat. Pada apeks spasium poplitea bercabang dua yaitu n. peronius komunis dan n.
tibialis. Ditinjau dari segi anatomik, ischialgia terjadi karena perangsangan terhadap
radiks yang ikut menyusun nervus ischiadicus. Oleh karena itu, ischialgia harus
didefinisikan sebagai nyeri yang terasa sepanjang n. ischiadicus dan lanjutannya
sepanjang tungkai (Madjono & Sidarta, 2012).

2.2. Anatomi dan Fisiologi


Nervus ischiadicus merupakan saraf perifer yang paling besar. Terdiri atas
serabut- serabut saraf spinal L4-S3. Pada bagian proximal fosa poplitea, n.
ischiadikus tampak membelah menjadi dua saraf perifer, yakni n. tibialis dan n.
peroneus. Trayek permulaan n. ischiadicus yaitu melintasi sendi sakroiliaka, lalu
meninggalkan rongga pelvik melewati spina ischiadika dibawah m.piriformis.
didekat sendi panggul berjalan diantara trokanter mayor dan tuberositas iskii. Otot-
otot yang disarafinya ialah m.semitendineus, m.semimembraneus, kaput longus
m.biseps femoris dan m.aduktor magnus (Madjono & Sidarta, 2012).

Makin ke distal n.ischiadicus berada di anterior musculus biceps femoris dan


musculus semimembranosus, kemudian masuk ke pusat poplitea dimana N.
Ischiadicus berakhir dan bercabang menjadi dua yaitu : N. Tibialis dan N. Peroneus
Communis.
a) N. Tibialis
Dibentuk oleh seluruh bagian anterior pleksus sacralis. Serabut saraf ini
menerima serabut-serabut dari dua segmen spinalis lumbal bawah dan tiga
segment sacral bagian atas, perjaanan saraf ini dimulai pada bagian atas fossa
poplitea serta dorsum tungkai menuju sisi dorso media pergelangan kaki. Pada
daerah ini N. Tibialis akan mengeluarkan cabang-cabang terminalisnya, yaitu N.
Plantaris medialis dan lateralis yang terus berjalan ke dalam kaki.

b) N. Peroneus Communis
Merupakan cabang lateral dari N. Ischiadicus yang dibentuk oleh akar
saraf L4-L5 dan S1-L2. Nervus ini berjalan ke arah distal agak lateral pada
dinding lateral fossa poplitea dekat tepi medial M. Biceps femoris dengan caput
lateral M. Gastrocnemius kemudian melindungi collum fibulae pada M. Pereneus
longus. Selanjutnya akan bercabang dua, yaitu N. Peroneus superfisialis dan N.
Peroneusprofundus

Gambat N. Ischiadica dan Percabangannya


2.3. Etiologi

Terjadinya ischialgia disebabkan saraf ischiadikus yang mengalami tekanan


oleh otot piriformis bisa akibat trauma pada otot piriformis, hipertropi otot
piriformis, inflamasi kronik, bursitis tendon piriformis, dll, sehingga perjalanan
impuls pada saraf ischiadikus serta daerah-daerah yang dipersarafinya terganggu.
(Sidarta, 2010).

2.4. Epidemiologi dan Faktor Risiko

Data pasti mengenai prevalensi ischialgia masih kurang. Diperkirakan 5%-


10% pasien dengan nyeri pinggang bawah mengalami ischialgia. Prevalensi tahunan
ischialgia diskogenik dengan populasi umum berkisar 2,2%. (Koes, Tudler, & Paul,
2007). Wanita memiliki angka prevalensi yang lebih tinggi terkena iskialgia
dibandingkan dengan pria. Onset lebih sering pada usia 30-50 tahun dengan insiden
yang terjadi 16,2% dari semua diagnosa penyakit saraf (Minaryanti, 2009).
Risiko iskialgia meningkat lebih pada laki-laki perokok, perempuan berat
badan berlebih atau obesitas, dan aktifitas fisik yang berat ketika remaja yang akan
menimbulkan gejala ketika dewasa. Hal-hal tersebut merupakan factor-faktor yang
dapat diubah (Revinoja, Anni, Marcus, & Paananin, 2011).

2.5. Patogenesis

Nyeri dibagian manapun memerlukan perlepasan dari agen inflamasi yang


menstimulasi reseptor nyeri dan menyebabkan sensasi nyeri pada jaringan, tulang
belakang merupakan struktur yang unik karena memiliki banyak jaringan di
sekitarnya yang dapat memicu nyeri. Inflamasi pada sendi tulang belakang,
intervertebral diskus, ligamen dan otot, meninges dan akar saraf dapat menyebabkan
nyeri pada punggung bawah. Jaringan-jaringan ini memberikan respon terhadap
nyeri dengan melepaskan beberapa agen kimia seperti bradikinin, prostalglandin dan
leukotrin. Agen-agen kimia ini mengaktifkan ujung saraf dan menyebabkan impuls
yang menjalar ke korda spinalis. Saraf-saraf nosiseptif yang teraktivasi akan
melepaskan neuropeptida, dimana yang paling banyak adalah substansi P.
Neuropeptida ini bekerja pada pembuluh darah, menyebabkan ekstravasasi, dan
menstimulasi sel mast untuk melepas histamin dan melebarkan pembuluh darah. Sel
mast juga melepaskan leukotrin dan agen-agen inflamasi lainnya yang menarik
leukosit dan monosit. Proses tersebut menghasilkan gejala-gejala inflamasi seperti
pembengkakan jaringan, kongesti vaskular, dan stimulasi ujung-ujung saraf bebas
(Sidharta, 2010).

Impuls nyeri tersebut dihasilkan oleh jaringan tulang belakang yang


mengalami inflamasi. Korda spinalis dan otak memiliki mekanisme khusus dalam
memodifikasi nyeri yang berasal dari daerah jaringan spinal. Di korda spinalis,
impuls nyeri terkonversi pada neuron yang juga menjadi reseptor sensoris. Hal ini
menyebabkan perubahan derajat sensasi nyeri yang ditransmisikan ke otak melalui
proses yang disebut gate control system. Impuls nyeri selanjutnya akan masuk ke
proses yang kompleks dan berlangsung pada berbagai tingakatan sistem saraf pusat.
Otak akan mengeluarkan substansi kimiawi yang merespon nyeri yang disebut
endorfin. Endorfin merupakan analgesik alami yang dapat menghambat respon
terhadap nyeri melalui serotonorgic pathway (Wheeler, 2013).

Ischialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal


dari radiks posterior L4-S3. Hal ini dapat terjadi pada setiap n. ischiadicus sebelum
muncul pada permukaan belakang tungkai.
Beberapa lokasi lesi iritatif yang dapat membangkitkan ischialgia :
1) Ischialgia akibat HNP
Pada tingkat diskus intervertebral antara L.4 – S.1 dapat terjadi akibat hernia
nukleus pulposus. Radiks posterior L.5, S.1 dan S.2 dapat terangsang. Ischialgia yang
timbul akibat lesi iritatif itu bertolak dari tulang belakang disekitar L.5, S.1 dan S.2
(Madjono & Sidarta, 2012).

Nyeri radikuler HNP disebabkan oleh menonjolnya nucleus pulposus ke


dalam kanalis vetebralis akibat proses degeneratif dari anulus fibrosus atau
ligamentum flavum. Keadaan tersebut disebabkan oleh adanya gaya yang menekan
pada discus intervertebralis yang dapat terjadi sewaktu mengangkat barang berat,
jatuh terpelanting, atau ayunan kepala (whip lash). HNP lebih sering terjadi pada
daerah lumbal bawah daripada cervical. Pada lumbal bawah antara L4-L5 dan S1,
serta korpus lumbalis terbawah (Ropper & Samuel, 2009).

Tempat penonjolan nucleus pulposus bervariasi. Karena itu radiks dorsalis


dapat tertekan dari samping, dari medial atau posterior. Manifestasi klinis HNP
tergantung dari radiks saraf yang terkena. Gejala klinis yang paling sering adalah
iskhialgia (nyeri radikuler sepanjang perjalanan nervus iskhiadikus). Nyeri biasanya
bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut menjalar sampai di bawah lutut. Bila
saraf sensorik yang besar terkena akan timbul gejala kesemutan atau rasa tebal
sesuai dengan dermatomnya. Pada kasus berat dapat terjadi kelemahan otot dan
hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan Achilles (APR). Bila mengenai konus
atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan fungsi seksual (Ropper
& Samuel, 2009).

Gambar Herniasi Nukleus Pulposus

2) Ischialgia akibat “entrapment neuritis” karena sakroilitis, bursitis m. Piriforme,


neuritis primer.
Pada perjalanan melalui permukaan dalam dari pelvis, n. ischiadikus dapat
terlibat didalam artritis sakroiliaka atau bursitis m. Piriformis. Karena entrapment
neuritis itu suatu jenis ischialgia yang dapat bangkit bertolak dari daerah sekitar
garis artikulasio sakroiliaka atau m. Piriformis (Madjono & Sidarta, 2012).
Sacroiliitis adalah suatu inflamasi yang terjadi di sacroiliac joint yang
menimbulkan nyeri punggung bawah. Sakrum berartikulasi dengan ilium, yang
membantu mendistribusikan berat badan ke panggul. Kapsul sendi SI relatif tipis dan
sering mengembangkan cacat yang memungkinkan cairan, seperti efusi sendi atau
nanah, bocor ke struktur sekitarnya. Karena otot-otot dan struktur-struktur di sekitar
dipengaruhi, presentasi nyeri yang berbeda dapat timbul karena akar saraf yang
berbeda menginervasi struktur ini. Distribusi nyeri yang umum adalah dermatom L4-
L5, tetapi distribusi pasti dapat hadir pada dermatom setinggi L2 dan serendah S3.
Gerakan asimetris pada pelvis dapat menyebabkan disfungsi mekanis, menyebabkan
degenerasi dan nyeri yang signifikan (Buchanan & Varacallo, 2019).
Sacroiliitis umumnya muncul sebagai nyeri punggung bawah. Presentasi
nyeri sangat bervariasi, dan pasien dapat menggambarkan nyeri pada satu atau kedua
bokong, nyeri pinggul, nyeri paha, atau bahkan nyeri yang lebih distal. Pasien dapat
melaporkan bahwa rasa sakit mereka lebih buruk setelah duduk dalam waktu lama
atau dengan gerakan rotasi. Karakterisasi nyeri juga sangat bervariasi dan umumnya
digambarkan tajam dan menusuk tetapi juga dapat digambarkan sebagai kusam dan
pegal. Sangat penting untuk memastikan lebih dari sekedar waktu dan deskripsi rasa
sakit. Tanyakan tentang riwayat gangguan peradangan seperti yang dibahas
sebelumnya. Juga, dapatkan tinjauan menyeluruh sistem untuk mengevaluasi gejala
sistemik seperti demam, kedinginan, keringat malam, dan penurunan berat badan.
Gejala-gejala ini menunjukkan proses yang lebih serius yang mengindikasikan
kemungkinan penyakit sistemik (Buchanan & Varacallo, 2019).
Sacroiliitis dapat terjadi akibat rheumatic, infeksi, atau tumor. Beberapa
contoh spesifik dari kondisi non degeneratif yang menyebabkan sacroiliitis adalah
ankylosing spondylitis, proriatic artropati, bechet disease dan lain lain. (Buchanan
& Varacallo, 2019).
Bursitis adalah peradangan bursa, sedikit cairan yang mengisi rongga yang
berbentuk kantong diantara dua jaringan lunak pada persendian Bursa adalah
kantong kecil dari jaringan ikat disuatu tempat dimana digunakan di bagian atas
yang bergerak. Misalnya terjadi antara tulang dan tendon atau di antara otot-otot.
Bursa dibatasi oleh membran sinovial dan mengandung cairan sinovial. Bursa
merupakan bantalan diantara bagian – bagian yang bergerak seperti pada olekranon
bursa, terletak antara prosesus olekranon dan kulit. Bursa berfungsi sebagai jaringan
penghubung antara otot tendon dan tulang serta memudahkan pergerakan sendi.
Bursitis dapat disebabkan akibat sekunder dari trauma terus – menerus (berulang)
dan strain, terkilir dan pergerakan yang melampaui batas, penyakit metabolik misal
penimbunan asam urat dalam bursa akibat adanya neoplasma, infeksi akut dan kronis
sekitar sendi misal luka tembus akibat kondisi artritis, dan Artritis Rematoid.
(Charlene J. Reeves, 2001). Diforamen infrapiriforme n. ischiadikus dapat terjebak
oleh busitis m. Piriformis.
3) Ischialgia akibat “entrapment neuritis”, karena koksitis, bursitis tuberiskii atau
bursitis trokanterika
Di sekitar sendi panggul n. ischiadikus dapat terlibat dalam peradangan
sehingga entrapment neuritis n. ischiadikus terjadi.. ischialgia yang bangkit karena
itu bertolak dari daerah sekitar panggul. (Madjono & Sidarta, 2012).
Coxitis adalah peradangan pada sendi panggul. Ada dua jenis coxitis : TB
dan nontuberculous.
a. Coxitis tuberkulosis
Biasanya berkembang pada anak usia 5-10 ketika mereka berada
dalam kondisi melemah ( karena infeksi , kondisi hidup yang kurang baik )
setelah masuknya agen penyebab TB dari fokus utama (biasanya dari paru-
paru . Cedera sering merupakan faktor predisposisi . Penyakit ini menetapkan
secara bertahap dengan gejala TB sistemik . Kemudian terjadi nyeri pada
lutut terjadi dan secara bertahap menyebar ke sendi panggul . Sebagai proses
dalam sendi berkembang, mobilitas menjadi terbatas dan kontraktur otot-otot
mengikuti. Panggul pada sisi yang terkena menjadi sedikit terangkat dan
miring ke depan . Kapsul sendi menjadi penuh dengan nanah . Nanah turun
melalui celah-celah intermuskuler , membentuk abses menyebar di pinggul
atau di wilayah glutealis. Dislokasi patologis terjadi jika ada kehancuran
kepala femur dan acetabulum . Pengobatan mendukung dan antituberculotic.
Tindakan ortopedi ( gips plester , traksi , memakai belat ) membantu proses
mereda. Langkah-langkah ini juga bertujuan untuk mencegah atau
mengoreksi deformitas anggota badan . Jika pengobatan konservatif tidak
efektif, operasi (arthrodesis, osteotomy, dan dalam beberapa kasus artroplasti
) digunakan untuk melumpuhkan sendi atau meluruskan (Harsono, 2009).
b. Coxitis Nontuberculous
Ketika sendi menjadi terinfeksi dari jaringan sekitarnya bila ada
penyakit purulen, luka terbuka pada sendi , atau penyakit menular sistemik .
Onset akut, penyakit ini berkembang pesat dengan tinggi ( septik ) suhu dan
nyeri tajam . Pengobatan terdiri dari sisanya (gips , traksi ) dan pemberian
antibiotik . Pengobatan selanjutnya terdiri dari pembedahan: sayatan ke
dalam sendi atau eksisi parsial (Harsono, 2009).
Gambar. Lokasi fokus iritatif yang dapat mengakibatkan ischialgia.

2.6. Klasifikasi
Dibawah ini akan diuraikan beberapa jenis ischialgia akibat berbagai lesi
iritatif:
(1) Ischialgia sebagai perwujudan lesi iritatif terhadap serabut radiks.
Lesi iritatif ini dapat berupa nukleus pulposus yang menjebol kedalam
kanalis vertebralis (HNP), osteofit pada spondilitis servikal atau spondilitis
angkilopoetika, herpes zoster ganglion spinale L.4 atau L.5 maupun S.1, adanya
tumor didalam kanalis vertebralis dan sebagainya (Madjono & Sidarta, 2012).
Pola umum ischialgia ini adalah sebagai berikut: nyeri seperti “sakit gigi”
atau nyeri nyut-nyutan seperti bisul mau pecah atau linu nyeri hebat dirasakan
bertolak dari tulang belakang sekitar daerah lumbosakral dan menalar menurut
perjalanan n.ischiadikus dan lanjutannya pada n. peroneus komunis dan n. tibialis.
makin distal nyeri makin tidak begitu hebat, namun parastesia atau hipestesia
dirasakn. Oleh karena radikslah yang terangsang, maka nyeri dan
parestesia/hipestesia sewajarnya dirasakan dikawasan radiks yang bersangkutan.
Segmentasi dermatom pada permukaan belakang tungkai tidak mudah dikenali, akan
tetapi dibagian ventral tungkai dan kaki dermatoma murni radikular L.3 L.4 L.5 dan
S.1 masih dapat dikenali. Daerah dermatomal itu disebut “autonomous sensory
zone’. Adanya parestesia/hipestesia pada daerah sensorik itu merupakan ciri pola
khusus ischialgia akibat iritasi di sekitar radiks posterior (dikenal sebagai ischialgia
diskogenik) (Madjono & Sidarta, 2012; Sidharta, 2010).

(2) Ischialgia sebagai perwujudan “entrapment neuritis”


Dalam perjalanan ketepi n. ischiadikus dapat terlibat dalam proses patologik
diberbagai jaringan dan bangunan yang dilewatinya.
a. Pleksus lumbosakralis dapat diinfiltrasi oleh sel-sel sarkoma retroperitoneal,
karsinoma ovarii atau karsinoma uteri.
b. Digaris persendian sakro-iliaka komponen – komponen pleksus
lumbosakralis yang sedang membentuk n. ischiadikus dapat terlibat dalam
proses radang (sakroilitis)
c. Diforamen infrapiriforme n. ischiadikus dapat terjebak oleh busitis m.
Piriformis
d. Selanjutnya n. ischiadikus dapat terlibat dalam bursitis disekitar trokanter
mayor femoris
e. N. ischiadikus dapat treganggu juga oleh adanya metastasis karsinoma
prostat di tuberiskii (Madjono & Sidarta, 2012).

Oleh karena itu proses patologik tersebut dapat bertindak sebagai lesi iritatif
sehingga ischialgia dapat dirasakan. Sebelum ischialgia bangkit, biasnaya nyeri
primer sudah terasa. Kemudian dari lokasi nyeri primer itu bertolaklah ischialgia
akibat entrapment neuritis itu. Diagnostiknya sebagian besar ditentukan oleh
pengenalan proses patololgik primer yang menjebak n. ischiadikus. Nyeri tekan
dapat dibangkitkan dengan penekanan langsung pada sendi panggul, trokanter
mayor, tuber iskii spina ischiadika, sedangkan nyeri gerak dapat diprovokasi
dengan tindakan dari patrick dan Gaenslen (Sidartha 2010; Madjono & Sidarta,
2012).

(3) Ischialgia sebagai perwujudan neuritis primer


“Primary sciatic neuritis” dianggap sebagai penyakit yang langka. Tetapi
dengan adanya NSAID yang dapat menyembuhkan ischialgia, anggapan ynag
sudah baku itu berubah (Madjono & Sidarta, 2012).
Ischialgia yang mudah disembuhkan dengan NSAID dapat dinamakan
ischialgia beninge. Tetapi tanpa pengobatanpun ischialgia itu dapat sembuh
spontan. Gejala utama neuritis ischiadikus primer adalah nyeri yang dirasakan
bertolak dari daerah antara sakrum dan sendi panggul, tepatnya di foramen
infrapiriforme atau insisura ischiadika dan menjalar sepanjang perjalanan n.
ischiadikus dan lanjutannya. Berbeda dengan ischialgia diskogenik, neuritis
ischialgia primer tidak mempunyai kaitan dengan sakit pinggang bawah kronik.
Nyeri tekan positif pada penekanan terhadap n. ischiadikus dan m. Tibialis
anterior serta m. Peroneus longus (Sidartha, 2010; Madjono & Sidarta, 2012).

Gambar. Tempat ischialgia bertolak menunjuk pada lokasi fokus iritatif yang
bertanggung jawab atas bangkitnya ischialgia yang bersangkutan
2.7. Tanda dan Gejala
Ischialgia biasanya mengenai hanya salah satu sisi. Yang bisa menyebabkan
rasa seperti ditusuk jarum, atau nyeri seperti ditembak. Kekakuan kemungkinan
dirasakan pada kaki. Berjalan, berlari, menaiki tangga, dan meluruskan kaki
memperburuk nyeri tersebut, yang diringankan dengan menekuk punggung atau
duduk (Ngoerah & Nengah, 1995).

Gejala yang sering ditimbulkan akibat Ischialgia adalah:


 Nyeri punggung bawah
 Nyeri daerah bokong
 Rasa kaku/ terik pada punggung bawah
 Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum, yang di rasakan daerah
bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung
bagian saraf mana yang terjepit.
 Rasa nyeri sering di timbulkan setelah melakukan aktifitas yang
berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri
dan berjalan.
 Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat.
 Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan
anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya
otot-otot tungkai bawah tersebut.
 Dapat timbul gejala kesemutan atau rasa baal.
 Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks
tendon patella dan Achilles
 Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi,
miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis
yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan
fungsi permanen.
 Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat
2.8. Diagnosis
Anamnesis
Adapun data anamestik yang didapat ialah sebagai berikut:
a. “Low back pain” (sakit pinggang bawah) selalu mendahului ischialgia
diskogenik.
b. Kegiatan yang menimbulkan peninggian tekanan didalam ruang araknoidal
seperti batuk, bersin mengejan akan memperovokasi terasanya ischialgia
diskogenik.
c. Faktor trauma hampir selamanya dapat ditemukan, kecuali kalau proses
neoplasma atau infeksi yang bertanggung jawab (Madjono & Sidarta, 2012).

Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Perhatikan keadaan tulang belakang, misalnya skoliosis, hiperlordosis atau

lordosis lumbal yang mendatar. Tulang belakang lumbosakral memperlihatkan

pembatasan lingkup gerak (Bickley, 2009)

b. Palpasi
Nyeri tekan dapat dibangkitkan pada penekanan lamina L.4 atau L.5
ataupun S.1 sesuai dengan lokasi lesi iritatif (Madjono & Sidarta, 2012).

c. Refleks
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella,
respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya
lesi pada saraf spinal (Madjono & Sidarta, 2012).

d. Pemeriksaan fisik lain

1. Tes Laseque
Test Lasegue hampir selalu positif pada derajat kurang dari 70 derajat
(Madjono & Sidarta, 2012). Tes laseque untuk meregangkan nervus
ischiadicus dan radiks-radiksnya. Penderita dalam posisi lurus dan fleksi
pada sendi panggul. Pada penderita merasakan nyeri sepanjang nervus
ischiadicus maka tes positif. Dapat dinyatakan dalam derajat misalnya positif
30 derajat artinya waktu tungkai diangkat sampai 30 derajat (sudut antara
tungkai dengan bidang datar) mulai timbul rasa sakit. Apabila agak ragu-
ragu, maka pemeriksaan ini dapat dimodifikasi dengan cara kaki ditahan
dalam posisi dorso fleksi dan kemudian tungkai diangkat keatas. Dengan cara
ini nervus ischiadicus teregang lebih kuat (Harsono, 2009).

Gambar. Test Laseque

2. Tanda bragard, tanda sicard

Dengan lutut ekstensi, ekstremitas bawah di fleksikan pada panggul


sampai pasien merasa nyeri, kemudian kaki didorsofleksikan (tanda bragard),
atau ibu jari didorsofleksikan (tanda sicard). Peningkatan rasa nyeri
menunjukkan penyakit radiks saraf (Harsono, 2009).

3. Tes Laseque silang atau tes O’Conell


Caranya sama dengan percobaan lasege, tetapi dinisi secara otomatis
timbul pula rasa nyeri ditungkai yang tidak diangkat. Hal ini menunjukkan
bahwa radiks yang kontralateral juga turut tersangkut (Harsono, 2009).
Bangkitnya ischialgia diskogenik pada tungkai yang terkena dapat
diprovokasi dengan mengangkat tungkai yang sehat dalam posisi lurus
(Madjono & Sidarta, 2012).

4. Tes Naffziger
Test Naffziger hampir selalu positif pada ischialgia (Madjono & Sidarta,
2012). Test Naffziger merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk
menegakkan diagnosis adanya nyeri radikular, yaitu pada pasien ischialgia
dilakukan penekanan pada kedua vena jugularis selama 1 sampai 2 menit.
Pada akhir penekanan pasien diminta mengejan sejenak. Bila nyeri radikular
timbul menjalar sesuai dengan perjalanan serabut radiks dorsalis L5-S1 yang
dibawakan nervus ischiadikus, maka test Naffziger positif dan dapat
disimpulkan bahwa ischialgia bersifat diskogenik (Sidharta, 1994).

5. Test Patrick
Test patrick dilakukan untuk membangkitkan nyeri disendi panggul yang
terkena penyakit. Dengan menempatkan tumit atau maleolus lateralis tungkai
yang terkena pada lutut yang sehat dapat dibangkitkan nyeri disendi panggul
kalau diadakan penekanan pada lutut yang difleksikan itu (Madjono &
Sidarta, 2012).

Gambar Test Patrick

6. Test Gaenslen
Test ini digunakan untuk menentukan patologi disendi sakroiliaka,
seperti halnya dengan test kebalikan patrisck. Pasien dalam posisi telentang
dengan kedua tungkainya dilipat disendi lutut ditempatkan ditepi tempat
periksa. Untuk mempermudah pasien berbaring, pasien disuruh merangkul
kedua lututnya, kemudian pasien diminta untuk menggantungkan tungkai
yang berada didekat tepi tempat periksa. Nyeri akan terasa disendi sakroiliaka
ipsilateral pada saat tungkai itu dilepaskan untuk bergantung ditepi tempat
periksa, apabila terdapat proses patologik disendi sakroiliaka yang
bersangkutan (Madjono & Sidarta, 2012).
Pemeriksaan Penunjang

1. Foto rontgen lumbosakral


Tujuan utama adalah untuk mendeteksi kelainan struktural.

2. Myelografi
Memberikan gambaran anatomi yang detail. terutama elemen osseus
vertebra.

3. CT scan
Memberikan gambaran struktur anatomi tulang vertebra dengan baik dan
memberikan gambaran yang bagus untuk hernia diskus diskus
intervertebrata.

4. MRI
Untuk mendeteksi kelainan diskus intervertebralis, mengidentifikasi
kompresi medulla spinalis dan radiks saraf, dan mengetahui beratnya
perubahan degeneratif pada diskus intervertebrata (Jarvik, & Deyo, 2002).

2.9. Penatalaksanaan

1. Terapi Non Farmakologi


a. Akut :
- Imobilisasi
- Pengaturan berat badan, posisi tubuh, dan aktivitas
- Modalitas termal (terapi panas dan dingin)
- Pemijatan
- Traksi (tergantung kasus)
- Pemakaian alat bantu (misalnya korset atau tongkat)
b. Kronik
- Terapi psikologis
- Modulasi nyeri (akupunktur atau modalitas termal)
- Latihan kondisi otot
- Rehabilitasi vokasional
- Pengaturan berat badan, posisi tubuh, dan aktivitas
2. Terapi Farmakologi
- NSAIDs
 Contoh : Ibuprofen
 Mekanisme Aksi : Menghambat reaksi inflamasi dan nyeri dengan
cara menurunkan sintesis prostaglandin
 Dosis dan penggunaan :
Dewasa : 300 – 800 mg per oral setiap 6 jam (4x1 hari) atau 400 –
800 mg IV setiap 6 jam jika dibutuhkan
- Tricyclic Antidepressants
 Contoh : Amitriptyline
 Mekanisme Aksi : Menghambat reuptake serotonin dan / atau
norepinefrin oleh membran saraf presynaptic, dapat meningkatkan
konsentrasi sinaptik dalam SSP. Berguna sebagai analgesik untuk
nyeri kronis dan neuropatik tertentu.
 Dosis dan penggunaan :
Dewasa : 100 – 300 mg 1x1 hari pada malam hari
- Muscle Relaxants
 Contoh : Cyclobenzaprine
 Mekanisme Aksi : Relaksan otot rangka yang bekerja secara sentral
dan menurunkan aktivitas motorik pada tempat asal tonik somatic
yang mempengaruhi baik neuron motor alfa maupun gamma.
 Dosis :
Dewasa : 5 mg per oral setiap 8 jam (3x1 hari)
- Analgesik
 Contoh : Tramadol (Ultram)
 Mekanisme Aksi : Menghambat jalur nyeri ascenden, merubah
persepsi serta respon terhadap nyeri, menghambat reuptake
norepinefrin dan serotonin
 Dosis :
 Dewasa : 50 – 100 mg per oral setiap 4 – 6 jam (4x1 hari) jika
diperlukan
3. Terapi operatif

Apabila sering terjadi kekambuhan pada penderita ischialgia yang sudah


dilakukan terapi konservatif, program Rehabilitasi Medik tidak dapat membantu atau
bila kasus ischialgia karena HNP masih baru namun nyerinya tidak tertahan atau
defisit motorik sudah jelas dan menggangu maka pertimbangan untuk operasi atau
tidak sebaiknya dibicarakan ke dokter ahli bedah saraf (Harsono, 2009).
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Ischialgia adalah nyeri pada punggung bawah menjalar sampai pada tungkai
bawah baik satu maupun keduanya, timbul akibat perangsangan serabut-serabut
sensorik yang berasal dari radiks posterior L4-S3. Beberapa lokasi lesi iritatif yang
dapat membangkitkan ischialgia: Ischialgia akibat HNP di tingkat diskus
intervertebral antara L.4 – S., Ischialgia akibat “entrapment neuritis” karena
sakroilitis, bursitis m. Piriforme, neuritis primer pada perjalanan melalui permukaan
dalam dari pelvis, dan Ischialgia akibat “entrapment neuritis”, karena koksitis,
bursitis tuberiskii atau bursitis trokanterika di sekitar sendi panggul.
Beberapa jenis ischialgia akibat berbagai lesi iritatif yaitu Ischialgia sebagai
perwujudan lesi iritatif terhadap serabut radiks, Ischialgia sebagai perwujudan
“entrapment neuritis”, dan Ischialgia sebagai perwujudan neuritis primer.
Tanda dan gejala pada ischiagia biasanya adanya nyeri yang menjalar dari
punggung bawah sampai tungkai bawah, nyeri bagian posterolateral lutut, betis, dan
ibu jari kaki, sering terasa kesemutan dan terasa panas pada kaki yang sakit.
Tes-tes khusus dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan ischialgia
berupa penjepitan pada saraf ischiadicus. Tes laseque hasilnya positif . Test
Naffziger hampir selalu positif. Test patrick dilakukan untuk membangkitkan nyeri
disendi panggul yang terkena penyakit. Test gaenslen yang digunakan untuk
menentukan patologi disendi sakroiliaka
Penatalaksanaan pada kasus ini yaitu dapat secara konservatif dan operatif.
Terapi operatif dilakukan apabila sering terjadi kekambuhan pada penderita
ischialgia yang sudah dilakukan terapi konservatif, program Rehabilitasi Medik tidak
dapat membantu

3.2. Saran
Mahasiswa yang sedang menjalani kepaniteraan klinik perlu melatih
kemampuan diagnosis khususnya anamnesis dan pemeriksaan fisik terutama
neurologis pada kasus ischialgia serta mencari gejala-gejala yang khas untuk
dapat membedakan dengan penyakit lain sehingga dapat mengenali suatu
penyakit dan memberikan terapi yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Buchanan, B.K., Varacallo, M. 2019. Sacroiliitis. Treasure Island : StatPearls


Publishing.

Bull Eleanor and Graham Archad, 2007, Simple Guide Nyeri Punggung, Erlangga,
Jakarta.

Harsono. 2009. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press.

Koes B, Tudler MW, Peul WC.2007. Diagnosis and Treatment of sciatic. British
Medical Journal, 334(7607), pp 1313-17.

Mardjono M, Sidharta P. 2012. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian rakyat.

Ngoerah, I Gusti Nengah. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Surabaya :


Airlangga University Press
Rahim, H. 2012. Vertebra. Jakarta : Sagung Seto.

Ropper AH, Samuels MA. Chapter 11. Pain in the Back, Neck, and Extremities. In:
Ropper AH, Samuels MA, eds. Adams and Victor's Principles of
Neurology. 9th ed. New York: McGraw-Hill; 2009.

Sidharta, Priguna. 2010. Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek Umum.


Jakarta:PT. Dian Rakyat.

Wibowo, D. 2013. Anatomi Fungsional Elementer dan Penyakit yang Menyertainya.


Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, anggota IKAPI

Anda mungkin juga menyukai