Anda di halaman 1dari 11

Laporan Pendahuluan LBP ( Low Back Pain )

Definisi Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Definisi keperawatan tentang nyeri adalah,
apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu/seseorang yang mengalaminya,
yang ada kapanpun orang tersebut mengatakannya . Peraturan utama dalam merawat pasien
dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak
diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien.

Definisi Low Back Pain

Low Back Pain (LBP) atau Nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi nyeri yang
dirasakan pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1.

Etiologi

Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah
muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan
kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang belakang, masalah diskus
intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai).  Penyebab lainnya meliputi obesitas,
gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah
psikosomatik. Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan muskuloskeletal akan diperberat
oleh aktifitas, sedangkan nyeri akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas .
Patofisiologi

Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi
nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai system
nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah
factor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus
yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang
mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain

Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya
pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa
kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut
saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke
pembuluh darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini
mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut
kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan
rantai simpatis paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar.
Sejumlah substansi  yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi
histamin, bradikinin, asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang
dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam
tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin
yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat.

Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana agar
nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan. Aktivasi
terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal.
Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi  nyeri.

Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis
dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae
dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai
ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan
fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikanperlindungan yang maksimal
terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan
vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang
belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban.
Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah
postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat
berakibat nyeri punggung.

Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada
orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada
lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra
merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6,
menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau
kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis
spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.

Manifestasi Klinis

Pasien biasanya mengeluh nyeri punggung akut maupun nyeri punggung kronis dan
kelemahan. Selama wawancara awal kaji lokasi nyeri, sifatnya dan penjalarannya sepanjang
serabut saraf (sciatica), juga dievaluasi cara jalan pasien, mobilitas tulang belakang, refleks,
panjang tungkai, kekuatan motoris dan persepsi sensoris bersama dengan derajat
ketidaknyamanan yang dialaminya. Peninggian tungkai dalam keadaan lurus yang
kmengakibatkan nyeri menunjukkan iritasi serabut saraf.

Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme otot paravertebralis (peningkatan


tonus otot tulang postural belakang yang berlebihan) disertai hilangnya lengkungan lordotik
lumbal yang normal dan mungkin ada deformitas tulang belakang. Bila pasien diperiksa
dalam keadaan telungkup, otot paraspinal akan relaksasi dan deformitas yang diakibatkan
oleh spasme akan menghilang.

Kadang-kadang dasar organik nyeri punggung tak dapat ditemukan. Kecemasan dan
stress dapat membangkitkan spasme otot dan nyeri. Nyeri punggung bawah bisa merupakan
anifestasi depresi atau konflik mental atau reaksi terhadap stressor lingkungan dan kehidupan.
Bila kita memeriksa pasien dengan nyeri punngung bawah, perawat perlu meninjau kembali
hubungan keluarga, variable lingkungan dan situasi kerja.

Evaluasi Diagnostik

Prosedur diagnostik perlu dilakukan pada pasien yang menderita nyeri punggung bawah.
Sinar X- vertebra mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi, infeksi, osteoartritis
atau scoliosis. Computed Tomografi (CT) berguna untuk mengetahui penyakit yang
mendasari, seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan
masalah diskus intervertebralis. USG dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis
spinalis. MRI memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang belakang.

Penatalaksanaan

Kebanyakan nyeri punggung bisa hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6 minggu
dengan tirah baring, pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus tetap ditempat tidur
dengan matras yang padat dan tidak membal selama 2 sampai 3 hari. Posisi pasien dibuat
sedemikian rupa sehingga fleksi lumbal lebih besar yang dapat mengurangi tekanan pada
serabut saraf lumbal. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan pasien sedikit
menekuk lututnya atau berbaring miring dengan lutu dan panggul ditekuk dan tungkai dan
sebuah bantal diletakkan dibawah kepala. Posisi tengkurap dihindari karena akan
memperberat lordosis. Kadang-kadang pasien perlu dirawat untuk penanganan “konservatif
aktif” dan fisioterapi. Traksi pelvic intermiten dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi
memungkinkan penambahan fleksi lumbal dan relaksasi otot tersebut.
Fisioterapi perlu diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Terapi bisa meliputi
pendinginan (missal dengan es), pemanasan sinar infra merah, kompres lembab dan panas,
kolam bergolak dan traksi. Gangguan sirkulasi , gangguan perabaan dan trauma merupakan
kontra indikasi kompres panas. Terapi kolam bergolak dikontraindikasikan bagi pasien
dengan masalah kardiovaskuler karena ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi perifer
massif yang timbul. Gelombang ultra akan menimbulkan panas yang dapat meningkatkan
ketidaknyamanan akibat pembengkakan pada stadium akut.

Obat-obatan mungkin diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgetik narkotik


digunakan untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan otot dan penenang digunakan untuk
membuat relaks pasien dan otot yang mengalami spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri.
Obat antiinflamasi, seperti aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), berguna untuk
mengurangi nyeri. Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan
mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat gangguan iskemia.

Pengkajian Keperawatan

Pasien nyeri pungung dibimbing untuk menjelaskan ketidaknyamanannya (misal lokasi,


berat, durasi, sifat, penjalaran dan kelemahan tungkai yang berhubungan). Penjelasan
mengenai bagaimana nyeri timbul dengan tindakan tertentu atau dengan aktifitas dimana otot
yang lemah digunakan secara berlebihan dan bagaimana pasien mengatasinya. Informasi
mengenai pekerjaan dan aktifitas rekreasi dapat membantu mengidentifikasi area untuk
pendidikan kesehatan.

Selama wawancara ini, perawat dapat melakukan observasi terhadap postur pasien, kelainan
posisi dan cara jalan. Pada pemeriksaan fisik, dikaji lengkungan tulang belakang, Krista
iliakan dan kesimetrisan bahu. Otot paraspinal dipalpasi dan dicatat adanya spasme dan nyeri
tekan. Pasien dikaji adanya obesitas karena dapat menimbulkan nyeri punggung bawah.

Diagnosa Keperawatan

1.  Nyeri b.d masalah muskuloskeletal

2.  Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, dan berkurangnya kelenturan

Intervensi dan Implementasi

1.  Meredakan nyeri

Untuk mengurangi nyeri perawat dapat menganjurkan tirah baring dan pengubahan
posisi yang ditentukan untuk memperbaiki fleksi lumbal. Pasien diajari untuk mengontrol dan
menyesuaikan nyeri yang dilakukan melalui pernafasan diafragma dan relaksasi dapat
membantu mengurangi tegangan otot yang berperan pada nyeri punggung bawah.
Mengalihkan perhatian pasien dari nyeri dengan aktifitas lain misal membaca buku,
menonton TV maupun dengan imajinasi (membayangkan hal-hal yang menyenangkan
dengan memusatkan perhatian pada hal tersebut).

Masase jaringan lunak dengan lembut sangat berguna untuk mengurangi spasme otot,
memperbaiki peredaran darah dan mengurangi pembendungan serta mengurangi nyeri. Bila
diberikan obat perawat harus mengkaji respon pasien pada setiap obat.

2.  Memperbaiki mobilitas fisik

Mobilitas fisik dipantau melalui pengkajian kontinu. Perawat mengkaji bagaimana pasien
bergerak dan berdiri. Begitu nyeri punggung berkurang, aktifitas perawatan diri boleh
dilakukan dengan regangan yang minimal pada struktur yang cedera. Perubahan posisi harus
dilakukan perlahan dan dibatu bila perlu. Gerakan memutar dan melenggok perlu dihindari.
Pasien didorong untuk berganti-ganti aktifiats berbaring, duduk dan berjalan-jalan dalam
waktu lama. Perawat perlu mendorong pasien mematuhi program latihan sesuai yang
ditetapkan, latihan yang salah justru tidak efektif.

Evaluasi

1.  Mengalami peredaan nyeri

-    Istirahat dengan nyaman

-    Mengubah posisi dengan nyaman

-    Menghindari ketergantungan obat

2.  Menunjukkan kembalinya mobilitas fisik

-    Kembali ke aktifitas secara bertahap

-    Menghindari posisi yang menyebabkan yang menyebabkan ketidaknyamanan otot

-    Merencanakan istirahat baring sepanjang hari


Daftar Pustaka :

1.  Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002

2.  Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002

3.  Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia,
2000

4.  Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Cetakan I, EGC, Jakarta, 1997
LAPORAN PENDAHULUAN LBP
DI RUANG POLI SARAF
RSUD POLEWALI MANDAR

NAMA : RAHMAYANI
NIM : B0216345

CI LAHAN CI INSTATUSI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2019/2020
LAPORAN PASIEN KELOLAAN HARIAN ( RESUME) LBP
DI RUANG POLI SARAF
RSUD POLEWALI MANDAR

NAMA : RAHMAYANI
NIM : B0216345

CI LAHAN CI INSTATUSI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2019/2020
LAPORAN RESUME

1. IDENTITAS

 Nama : Ny. N
 Umur :
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Polewali
 No. RM : 019572
 Tanggal MRS : 02 desember 2020
 Diagnosa Medis : LBP

2. PENGKAJIAN

 Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada area punggung
 Data Fokus
 Data Subjektif
1. pasien mengatakan nyeri area punggung
 Data Objektif
1. klien tampak meringis
2. klien tampak lemah
3. skala Nyeri 3
4. TTV : TD : 120/90

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Nyeri b.d masalah muskuloskeletal

4. INTERVENSI

a. Identivikasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri


b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
d. Ajarkan teknik non farmakologi
e. Kolaborasi pemberian obat analgetik
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

a. Mengindetifikasi dan karakteristik nyeri


- Pasien mengatakan nyeri pada punggung
b. Mengidentifikasi skala nyeri
- Skala nyeri 3
c. Mengidentifiksi faktor yang memperberat dan memperringan nyeri
- Nyeri terasa berat saat melakukan aktifitas dan terasa ringan saat istirahat
d. Mengajarakan teknik non farmakologi, yaitu teknik relaksasi nafas dalam
- Pasien merasa lebih nyaman dan rileks

6. EVALUASI

Rabu,03,Desember,2020

Pukul 11.00

S : pasien mengatakan nyeri pada punggung

O : Skala nyeri 3

A : gangguan rasa nyaman nyeri

P : Lanjutkan intervensi

- Kolaborasi pemberian obat analgetik

7. ANALISIS

Setelah dilakukan analisa kasus ini, di dapatkan hasil bahwa diagnosa yang sering
muncul pada kasus LBP adalah nyeri. Adapun salah satu intervensi yang di berikan yakni
teknik relaksasi nafas dalam, dimana analisis ini sesuai dengan literatur yang dilakukan oleh
siti harwanti, dkk (2018) tentang managemen nyeri non farmakolgi pada pasien LBP di
dapatkan hasil pada1 jurnal yang di temukan pada pasien mampu menurunkan skala nyeri
dari 9 ke 2 dengan terapi dzikir.

Anda mungkin juga menyukai