Anda di halaman 1dari 19

Judul : Occupational Skin Diseases

Penulis : Chern A, Chern CM, Lushniak B


Diambil dari :
Penerjemah :

PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA


- iritasi kulit akibat paparan langsung agen eksogen
- dermatitis kontak iritan (DKI)
o reaksi non imunologis
o dapat dialami oleh siapapun
o risiko lebih tinggi pada gangguan sawar kulit
- dermatitis kontak alergi (DKA). 
o Reaksi imun
o Riwayat sensitisasi
Sebaliknya, DKA adalah reaksi terhadap suatu zat oleh reaksi
hipersensitivitas tipe tertunda, yaitu tipe IV. Reaksi imun yang dimediasi sel ini
membutuhkan riwayat sensitisasi terhadap suatu alergen, yang biasanya berupa
bahan kimia berat molekul rendah yang bertindak sebagai hapten. Hanya sebagian
kecil orang yang akan mengembangkan DKA setelah kontak dari
berbagai hapten. Hingga saat ini, diketahui lebih dari 57.000 bahan kimia dapat
menyebabkan iritasi kulit (DKI), sementara hanya sekitar 3700 bahan kimia yang
telah diidentifikasi sebagai alergen kulit yang nyata. Tabel 27.3 mencantum
perbedaan karakteristik antara DKI dan DKA, dengan sebagian besar dermatitis
kontak akibat kerja terjadi di tangan (80%).
Tabel 27.3. Perbandingan DKI dan DKA
Iritan Alergi
Onset Dalam beberapa menit untuk iritasi Dalam 24-96 jam pada individu
kuat, hingga berhari-hari / minggu yang sensitif
dengan iritasi lemah
Kesembuhan Meningkat 3-6 minggu setelah paparan Dapat membaik dalam beberapa
hari setelah paparan; beberapa
kasus dapat bertahan
Histologi Dermatitis spongiotik Dermatitis spongiotik
Mekanisme Nonimun, sensitisasi tidak diperlukan; Dimediasi imun, butuh sensitisasi
gangguan sawar epidermis, kerusakan Sel T prima diaktifkan antigen; fase
seluler epidermis, mediator sensitisasi biasanya membutuhkan
proinflamasi dilepaskan dari keratinosit 10-14 hari
Agen Tergantung konsentrasi Tidak tergantung konsentrasi
Atopi Predisposisi Beragam
Diagnosis Klinis Uji patch

Dermatitis Kontak Iritan


Latar Belakang
- gangguan sawar epidermis normal oleh iritan
- paling umum terjadi pada pekerjaan basah
- paling sering: tangan
Dermatitis kontak iritan, tidak seperti DKA, bukan merupakan entitas
klinis yang berbeda. Gambaran klinis DKI tergantung pada efek-waktu dan
hubungan dengan dosis. Misalnya, respons akut yang parah terhadap iritan
berbahaya yang kuat dapat muncul dengan nekrosis atau ulserasi, sedangkan lesi
kronis sering disertai likenifikasi, skuama, hiperpigmentasi, atau fisura.
Presentasi klinis DKI:
- Akut
- Reaksi iritan
- Kumulatif
- Traumatik
- Dermatitis asteatotik
- Pustular dan acneiform 
- Subjektif
Meski telah terdapat kategori ini, penting untuk mengetahui bahwa baik DKI
maupun DKA dapat memilki manifestasi klinis yang sama seperti akut, subakut,
dan kondisi kulit kronis.

Dermatitis Kontak Iritan Akut


- Reaksi cepat mencapai puncak, kemudian menyembuh  fenomena
fenomena decrescendo. 
- Jeda waktu singkat
- hubungan antara pajanan dan gejala kulit jelas
- lesi terbatas pada area paparan
- prognosis baik

Reaksi Dermatitis Kontak Iritan


- Melibatkan kulit tipis pada pekerja basah: lingkar jari  dorsum
manus
- Ertiema dan skuama hingga vesikulasi yang mirip pomfoliks.
- Dapat menyembuh atau menjadi kumulatif.

- Pada DKA akut: fenomena crescendo yaitu peningkatan sementara


Tabel 27.4. Luka bakar akibat bahan kimia yang membutuhkan terapi khusus
Bahan Kimia Dasar Terapi (kemudian segera dibawa ke IGD RS untuk evaluasi
dan pengobatan lebih lanjut)
Fragmen logam Memadamkan dengan pemadam api Kelas D (mengandung natrium
terbakar dari klorida, natrium karbonat atau basis grafit) atau dengan pasir; tutup
natrium, kalium, dengan minyak mineral; ekstrak partikel logam secara mekanis *
dan litium
Asam hidroflorat Siram dengan air mengalir; kemudian berikan gel kalsium glukonat
(2,5%) diikuti dengan injeksi intralesi, jika perlu
Fosfor putih Ambil partikel secara mekanis; cuci dengan sabun dan air; kemudian
oleskan tembaga (CuSO4) sulfat dalam air selama beberapa menit,
lepaskan tembaga fosfida hitam, dan cuci dengan air. Irigasi air yang
kuat dan penghilangan partikel fosfor secara mekanis; penggunaan
lampu Wood (sinar ultraviolet) menghasilkan fluoresensi fosfor putih
dan dapat memudahkan pemindahannya. Bilas singkat dengan larutan
tembaga sulfat 1% bisa membantu. Tembaga sulfat bergabung dengan
fosfor untuk membentuk lapisan tembaga-fosfida gelap pada partikel
yang membuatnya lebih mudah dilihat dan dihilangkan, dan juga
menghambat oksidasi lebih lanjut. Namun, tembaga sulfat dapat
menyebabkan hemolisis dan hemoglobinuria, dan harus digunakan
dengan hati-hati. Baru-baru ini Kaushik dan Bird merekomendasikan
pencucian air yang kuat daripada menggunakan tembaga sulfat
Senyawa fenolat Dekontaminasi dengan polietilen glikol (PEG) dengan berat molekul 200
hingga 400-Da, dapat ditemukan di bagian kimia apotek rumah sakit,
diikuti dengan irigasi air dalam jumlah banyak. Isopropanol atau gliserol
dapat diganti jika PEG tidak tersedia. Pemberian sabun dan dicuci lebih
awal dengan air diikuti dengan perlakuan dengan polietilen glikol 300
atau 400 atau etanol (10%) dalam air.
Bromin atau iodin Cuci dengan sabun dan air diikuti dengan perawatan dengan natrium
tiosulfat 5%.
* Penggunaan air untuk memadamkan pecahan logam yang terbakar dikontraindikasikan karena
pembentukan hidroksida yang sangat basa.

Dermatitis Kontak Iritan Kumulatif


- Berbagai gangguan kulit yang tidak sempat mengalami pemulihan
lengkap
- Akibat gangguan berulang atau berbagai rangsangan
- Berhubungan dengan iritan lemah
- diagnosis mungkin sangat tertunda. 
- Pruritus, kulit hiperkeratotik dengan likenifikasi, tidak berbatas tegas

Dermatitis Kontak Iritan Traumatis


- Setelah laserasi, luka bakar, atau DKI akut. 
- lesi eksimatosa dan penyembuhan yang tertunda. 

Dermatitis Asteatotik
- pada lansia dengan penggunaan sabun berlebih
- skuama iktiosiformis, pruritus intens.
- Umum pada musim dingin dan kelembaban rendah.

Dermatitis Kontak Iritan Pustular dan Akneiformis 


- Paparan iritan spesifik
- Pertimbangkan pada pasien pasca persalinan tanpa riwayat akne
- Pustula steril dan sementara.

Dermatitis Kontak Iritan Subjektif:


- Kurang tanda klinis obyektif
- Akibat bahan kimia seperti asam laktat, yang dapat ditemukan dalam
produk kosmetik.

Dermatitis Kontak Alergi


Latar Belakang
- Manifestasi sama dengan DKI
- Berkaitan dengan alergen tertentu
Gambar 27.5. Dermatitis tangan akibat merkapto-
benzotiazol dalam penghambat korosi di tempat kerja
dilanjutkan dengan penggunaan sarung tangan nitril yang
mengandung merkaptobenzotiazol.

Alergen kulit terkait pekerjaan yang paling sering dilaporkan


Kobalt
Kromat
Kosmetik dan wewangian
Eposi
Nikel
Tumbuhan
Pengawet
Resin
Akrilik
Reaksi Kontak Urtikaria dan Reaksi Kontak Segera
- Kontak non imunologis
- Kontak imunologis
- Kontak urticaria (CU) adalah reaksi ‘wheal dan flare’ sementara akibat
kontak langsung dengan agen kimia atau protein. Lesi muncul dalam
beberapa menit hingga satu jam dan hilang dalam beberapa jam setelah
paparan. Urtikaria kontak dikategorikan sebagai reaksi non-dimediasi-
imun atau dimediasi imun. Selain itu, dikenal pula CU dengan
mekanisme yang tidak pasti dengan non-mediasi imun maupun yang
dimediasi-imun.

Urtikaria Kontak Non-Imunologis


Latar Belakang dan Fitur Klinis
- Tanpa sensitisasi
- Terapi: OAINS oral/topikal
Tabel 27.6. Klasifikasi paparan urtikaria kontak non-imunologis
Kategori Contoh
Hewan Ulat bulu, arthropoda, terumbu karang
Maknaan Lada, mustar, thyme
Wewangian dan penabah rasa Aldehida sinamat, balsam peru, asam sinamat
Medikamentosa Witch hazel, benzokain, kamfor
Logam Kobalt
Tumbuhan Urtica dioica, rumput laut
Pengawet dan disinfektan Asam benzoat, formaldehida, asam sorbat
Lain-lain Asam butirat, minyak pinus, terpentin
Imunologis
- reaksi hipersensitivitas tipe I
- atopik: sangat berisiko
- umum: sarung tangan lateks
Tabel 27.7. Sistem penentuan stadium urtikaria kontak imunologis
Sistem Penentuan Stadium
Stadium 1 Urtikaria, dermatitis lokal, gejala non spesifik (gatal, perih, sensasi terbakar, dll)
Stadium 2 Urtikaria generalisata
Stadium 3 Urtikaria dan rhinoconjunctivitis, asma, atau gejala GI
Stadium 4 Anafilaksis
Urtikaria Kontak dengan Mekanisme Tak Tentu
Latar Belakang dan Fitur Klinis
Jenis reaksi ini dapat terjadi dengan zat yang menghasilkan CU dan
merupakan reaksi tipe histamin umum tapi tidak memiliki dasar imunologis atau
penyebab langsung untuk timbulnya reaksi. Hal ini paling sering disebabkan oleh
amonium persulfat dalam pemutih rambut dan biasanya memiliki onset tiba-tiba
yang ditandai oleh eritema, edema, pruritus berat, urtikaria, dan kadang-kadang
sinkop dengan mengi dan dispnea.

Penyakit Kulit Akibat Kerja Lainnya Berdasarkan Kategori Paparan


Kimiawi
Teknisi dengan kulit terkena minyak industri atau minyak pemotongan dapat
mengembangkan jerawat minyak tidak hanya pada daerah yang terkena minyak
tapi juga di daerah lain akibat potensi uap minyak yang terbawa melalui udara
(airborne). Selain itu, pekerja pengolahan batubara tar, tukang atap, serta pekerja
jalanan dan konstruksi yang terpapar minyak tar batubara dan kreosot dapat
mengembangkan akne komedonal, terutama di daerah wajah dan pipi. Senyawa-
senyawa ini juga mengandung hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH), yang
bersifat karsinogenik.
Pajanan terhadap dioksin, naftalena, bifenil, dibenzofuran, azobenzen, dan
azoksibenzen tertentu juga dikaitkan dengan salah satu bentuk jerawat yang paling
khas yaitu klorakne. Klorakne akibat paparan bahan kimia ditandai dengan
beberapa komedo dan kista berwarna kuning pucat terutama di lekukan pipi dan
lipatan retroaurikular, yang juga dapat melibatkan leher, ekstremitas, batang
tubuh, bokong, skrotum, dan penis. Secara khusus, penginduksi kuat klorakne
termasuk 2,3,7,8-tetraklorodibenzo-p-dioksin (TCDD), yang merupakan
kontaminan dalam beberapa kelompok Agen Oranye yang digunakan selama
Perang Vietnam serta produk sampingan di industri pemrosesan lainnya.

Paparan Mekanis
Kulit terkena berbagai bentuk gangguan mekanik setiap hari, dan berbagai
pekerjaan yang melibatkan tugas berulang dapat menyebabkan trauma mekanis
pada kulit. Gesekan, tekanan, hentakan, dan getaran kulit dapat membuat
perubahan mulai dari kapalan dan lepuh hingga myositis, tenosynovitis, cedera
tulang, kerusakan saraf, laserasi, pergeseran jaringan, atau lecet. Laserasi, lecet,
gangguan jaringan, dan lepuh juga mengakibatkan infeksi sekunder oleh bakteri,
atau yang lebih jarang, jamur, parasit, dan virus. Meskipun kulit dapat beradaptasi
dengan baik untuk mengatasi gangguan tersebut, waktu yang dibutuhkan untuk
adaptasi menentukan reaksi kulit. Efek pada manifestasi kulit yang disebabkan
oleh trauma dimodifikasi oleh usia, jenis kelamin, kelembaban, berkeringat, status
gizi, infeksi, riwayat penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya , serta faktor
genetik dan ras.
Pekerjaan tertentu cenderung rentan terhadap beberapa dermatosis kulit
yang diinduksi secara mekanis. Misalnya, musisi dapat mengembangkan lesi di
daerah akibat pergesekan kronis yang berhubungan dengan alat musik yang
mereka mainkan (jari pemain harpa, leher pemain biola, ‘guitar nipple’, dada
seorang pemain cello, dagu pemain flute). Atlet yang mengalami trauma berulang
saat berlari atau mencukur kekuatan dari perubahan cepat dalam gerakan terarah
juga dapat mengembangkan tumit hitam atau talon noir serta lecet dan jari kaki
pelari (jogger’s toe). Kelompok gangguan kulit yang relatif baru telah dijelaskan
dengan penggunaan komputer yang lama dengan trauma berulang
(mousing callus) atau tekanan yang berkepanjangan (computer palms). Bahan dari
kaca fiber dapat menyebabkan iritasi mekanis dengan penetrasi ke dalam kulit
pada mereka yang bekerja dengan bahan fiber buatan, sering menyebabkan erupsi
pruritus yang mungkin menyerupai skabies. Tumbuhan juga dapat
menyebabkan dermatitis iritan mekanis dari rambut halus (trikrom) atau rambut
dengan duri (glochid). Iritasi ini disebabkan oleh aksi mekanis kristal oksalat serta
penetrasi toksin tanaman atau enzim ke dalam kulit. Onikolisis telah dilaporkan
dari tekanan berulang yang menyebabkan anoksia total atau sebagian dari ujung
jari distal pada ibu rumah tangga dan pekerja rumah potong yang menguliti sapi.
Penggunaan alat yang menghasilkan getaran juga dapat menginduksi
spasme pada jari dan tangan, yang disebut juga sebagai vibration-induced white
finger (VWF), yang merupakan jenis sekunder fenomena Raynaud. Selain
neurovaskular, jaringan lunak, jaringan fibrosa, dan cedera tulang untuk tangan
dan lengan bawah, pekerja yang pneumatic riveter, chipper, gergaji, bor, dan palu
lebih berisiko mengalami VWF, terutama di iklim dingin. Frekuensi getaran
antara 30 dan 300 Hz paling kuat terkait dengan VWF dan merokok diketahui
merupakan salah satu faktor risiko. Perbaikan terus menerus dalam desain
peralatan modern telah membantu mengurangi getaran dan mengurangi prevalensi
gejala tersebut.
Dalam masyarakat saat ini dengan peningkatan otomatisasi, pengoperasian
alat manual yang lebih jarang, dan alat pelindung yang lebih baik, prevalensi lesi
kulit akibat kerja secara mekanis telah sangat menurun.

Paparan Fisik
Penyakit kulit akibat kerja diantaranya diakibatkan oleh zat fisik seperti
suhu ekstrem, radiasi pengion dan non-pengion

Stres Termal
Latar Belakang dan Fitur Klinis: 
Suhu panas dapat menyebabkan luka bakar, hiperhidrosis, eritema, dan
telangiektasis. Pekera di lingkungan panas seperti pertanian dan pekerja
konstruksi dapat mengembangkan miliaria di daerah yang mengalami gesekan
kronis dengan pakaian, yang mengarah ke gejala pruritus, pembentukan papula,
dan bahkan risiko kecil kelelahan panas karena ketidakmampuan untuk
mempertahankan homeostasis yang normal melalui keringat. Gejala dapat mereda
dengan mengenakan pakaian longgar dan mendinginkan kulit. Eritema abigna
juga telah diamati pada paparan panas berulang dan berkepanjangan dan pada
individu yang memangku laptop untuk periode waktu yang lama. Selain
itu, kondisi dan penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya dapat diperburuk oleh
paparan panas, seperti rosasea, herpes simpleks, dan akne vulgaris.
Luka bakar yang berhubungan dengan pekerjaan sering mengakibatkan
kebutuhan rawat inap dengan pengobatan yang luas. Luka bakar minyak panas
dapat terlihat pada pekerja dapur, tukang atap mungkin mengalami luka bakar tar
panas, dan cairan yang mudah terbakar dan mudah meledak diketahui
menyebabkan sebagian besar luka bakar yang terkait dengan industri. Pekerjaan
spesifik yang berhubungan dengan angka luka bakar yang lebih tinggi yaitu
tukang las dengan insidensi luka bakar tertinggi. Juru masak, buruh, pekerja
layanan makanan, mekanik, dan asisten perawat juga merupakan pekerjaan
dengan risiko lebih tinggi. Satu laporan dalam literatur mencatat bahwa hampir
sepertiga dari semua cedera bakar dirawat di rumah sakit berkaitan dengan
pekerjaan, sehingga menyoroti bahayanya terkait pekerjaan.
Paparan dingin juga dapat menyebabkan fenomena Raynaud. Frostbite
adalah suatu cedera akibat suhu dingin umum yang mungkin terlihat
mempengaruhi area permukaan tubuh akral seperti hidung, telinga, jari tangan dan
kaki petugas pemadam kebakaran, pekerja konstruksi, pekerja pos, dan personel
militer. Individu yang terlibat dalam olahraga musim dingin, pekerja pendingin,
pembuat es, pembuat gas cair, petugas patroli ski, dan pekerja penyelamat gunung
juga berisiko terhadap kondisi ini.

Radiasi Pengion dan Non Pengion


Latar Belakang dan Fitur Klinis
Kanker kulit akibat kerja lebih umum daripada yang diakui oleh
masyarakat, namun sulit untuk memperkirakan tingkat prevalensi mereka. Radiasi
ultraviolet (UV), baik alami maupun buatan, adalah penyebab paling penting
untuk semua jenis kanker kulit termasuk melanoma, karsinoma sel skuamosa, dan
karsinoma sel basal. Diperkirakan bahwa menghindari faktor risiko ini saja dapat
mencegah lebih dari 3 juta kasus kanker kulit setiap tahunnya.
Kanker kulit akibat kerja ditandai oleh periode induksi yang lama,
seringkali hingga beberapa dekade, dengan manifestasi awal yang tidak terlihat
hingga beberapa tahun setelah paparan akibat pekerjaan. Pekerja di luar ruangan,
secara longgar didefinisikan sebagai individu yang bekerja di luar ruangan selama
3 jam atau lebih pada hari kerja biasa, berisiko tinggi terkena sinar UV yang
berbahaya dan berisiko terhadap perkembangan kanker kulit. Pekerjaan ini
mungkin termasuk pekerja di industri seperti pertanian, bangunan dan konstruksi,
perikanan, transportasi, serta guru pendidikan olahraga dan polisi.
Profesi lain yang berisiko termasuk pilot dan pembantu kabin. Sebuah
meta-analisis mengidentifikasi tingkat melanoma hingga dua kali lipat pada pilot
dan awak kabin dibandingkan dengan populasi umum Radiasi
UV diakui meningkat 10% hingga 12% untuk setiap 1000 m di ketinggian,
sehingga kru maskapai berpotensi untuk terpapar UV sebanyak 2 hingga 3 kali di
ketinggian penerbangan. Satu studi mengidentifikasi bahwa pilot dan awak kabin
yang terbang selama sekitar 56 menit di ketinggian penerbangan menerima jumlah
UV-A yang sama dengan sesi tanning bed selama 20 menit.
Hingga 90% dari karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel basal dan
dua-pertiga dari melanoma mungkin disebabkan berlebihan paparan radiasi UV,
sehingga tujuan pencegahan kanker kulit utama adalah untuk batas UV paparan
radiasi. Tiga langkah yang terbukti berhasil dalam pencegahan kanker kulit pada
pekerja di luar ruangan meliputi penggunaan tabir surya secara teratur,
perlindungan dari radiasi UV langsung dengan pakaian yang sesuai, dan
perubahan perilaku dengan kesadaran akan kesehatan dan penyakit akibat paparan
radiasi UV. Bahkan dengan strategi yang direkomendasikan untuk menggunakan
tindakan perlindungan seperti topi berpinggiran lebar, kemeja dan celana lengan
panjang, tabir surya, dan menghindari waktu UV puncak (10 pagi sampai 3 sore),
banyak penelitian telah menunjukkan penggunaan tindakan perlindungan matahari
yang tidak memadai pada pekerja luar ruangan. Sebuah studi di Australia terhadap
pekerja konstruksi menemukan bahwa hanya 10% dari pekerja menggunakan
upaya perlindungan matahari yang memadai. Temuan ini menyoroti kebutuhan
berkelanjutan untuk peningkatan kesadaran terhadap kanker kulit dan praktik
perlindungan terhadap matahari pada individu dengan paparan radiasi UV tingkat
tinggi terkait dengan pekerjaan.
Untuk menentukan peran pekerjaan dalam perkembangan kanker kulit dan
kerusakan sel aktinik, perlu mempertimbangkan tidak hanya riwayat pekerjaan
dengan deskripsi pekerjaannya sejak pertama bekerja, namun juga
memperhitungkan kegiatan selain bekerja, serta hobi, dan kegiatan rekreasi di luar
ruangan.
Radiasi pengion, seperti sinar-X, juga dapat menyebabkan kanker kulit,
terutama karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel basal yang lebih
jarang. Tingginya kadar paparan akut dapat menyebabkan radiasi akut dermatitis
diamati sebagai eritema, gatal, dan peradangan kulit. Dosis yang lebih tinggi dapat
bermanifestasi sebagai lepuh kulit, perdarahan, bahkan nekrosis (Gambar 27.6). 

Gambar 27.6. Cedera pada jari akibat paparan berlebih ke


sumber radiasi gamma industri.
Gejala sisa yang tertunda akibat paparan dapat menyebabkan dermatitis
radiasi kronis dengan atrofi kulit, pigmentasi abnormal, gangguan keratinisasi,
peningkatan sklerosis, telangiektasia, rambut rontok, dan xerosis karena hilangnya
kelenjar sebasea. Sumber radiasi pengion dapat ditemukan dalam berbagai
pengaturan kerja, dengan contoh-contoh mencakup fasilitas perawatan kesehatan,
fasilitas produksi senjata nuklir, reaktor nuklir dan fasilitas pendukungannya, serta
berbagai lingkungan manufaktur.

Paparan Biologis
Latar Belakang
Sejumlah agen infeksi bertanggung jawab untuk penyakit kulit akibat kerja
terutama pada pekerjaan yang melibatkan kontak dengan hewan. Dengan
kesadaran yang meningkat dan pelaksanaan langkah-langkah kesehatan
masyarakat, banyak indeksi telah teratasi pada populasi numum, Namun, pada
kelompok yang berisiko, terdapat beberapa pekerja. seperti tenaga kesehatan,
personil militer, petani, dan pekerja kehutanan. Infeksi ini, kemudian, dapat
mempengaruhi produktivitas pekerja dan akhirnya mempengaruhi inang ketika
kondisi mendukung penularan penyakit.

Infeksi Bakteri
Staphylococcus dan Streptococcus: 
Stafilokokus dan streptokokus adalah bakteri gram positif yang dapat
mencemari luka ringan, luka bakar, bekas tusukan luka, atau lecet, sehingga
menyebabkan impetigo, selulitis, furunkel, dan abses. Meskipun semua pekerjaan
mungkin beresiko, mereka lazim di pengepakan daging, pekerja konstruksi,
pekerja pertanian, dan mereka yang bekerja dalam kontak dekat dengan orang
yang terinfeksi lainnya, misalnya, perawat, atlet, penata rambut, dan ahli
manicure. Epidemi infeksi Staphylococcus aureus resisten methicillin  (MRSA)
sulit dikendalikan telah didokumentasikan pada pemain sepakbola profesional di
Amerika Serikat.

Antraks 
Antraks, meskipun endemik di beberapa bagian Afrika dan Asia, jarang
terjadi di Amerika Serikat dan terutama berupa infeksi kulit (penyakit Woolsorter)
yang ditemukan dalam pekerjaan di mana pekerja menangani bulu kambing, wol,
dan kulit impor yang terkontaminasi dengan spora dari bakteri Bacillus anthracis.
Hanya 49 anthrax terkait penyelidikan epidemiologi yang dilakukan oleh CDC
Gov Amerika di tahun 1950 dan 2001, dengan sebagian besar melibatkan sektor
agrikultural dan pabrik tekstil. Spora bersifat sangat menular dan peristiwa dunia
baru-baru ini termasuk serangan antraks bioterorisme 2001 di Amerika
Serikat, Bacillus anthracis juga dianggap sebagai patogen prioritas tinggi oleh
beberapa lembaga pemerintah AS karena potensinya sebagai agen bioteroris.

Granuloma Fish Tank


Mycobacterium marinum merupakan mikobakteri tahan asam non
tuberkulosa yang pertama kali diisolasi pada tahun 1926 dari bangkai ikan air asin
di akuarium Philadelphia. Mikrobakteri ini bertanggung jawab untuk granuloma
fish tank (disebut juga sebagai granuloma kolam renang), infeksi ini tampak khas
dengan nodul berkutil atau plakat yang terjadi pada titik trauma, seringkali 6
minggu setelah paparan. Individu dengan pekerjaan dan hobi yang melibatkan
ikan atau air adalah yang paling berisiko. Vektor infeksi termasuk ikan air tawar
atau air asin, kerang, siput, kutu air, atau lumba-lumba.

Erisipeloid (Penyakit Fish-Handler): 
Bakteri gram positif Erysipelothrix rhusiopathiae mengakibatkan infeksi
akut erisipeloid, yang hampir selalu merupakan penyakit akibat kerja. Infeksi pada
manusia terkait dengan penanganan produk hewani seperti ikan, kerang, mamalia,
dan unggas. Infeksi terjadi ketika seorang pekerja memiliki cedera terhadap kulit,
seperti abrasi atau luka yang memungkinkan masuknya bakteri. Kemudian,
muncul sebuah lesi infeksi berbatas tegas warna merah terang hingga keunguan
yang sering melibatkan tangan. Pekerjaan yang berisiko termasuk nelayan, tukang
daging, petani, dokter hewan, dan penampung unggas.

Keratolisis Pitted
Keratolisis pitted adalah kondisi dermatologis yang agak umum
disebabkan oleh bakteri gram positif (biasanya spesies Corynebacterium) yang
menginfeksi stratum korneum kulit plantar, yang menyebabkan bau yang tidak
sedap, hiperhidrosis, dan kulit yang becek. Penyakit ini didokumentasikan dengan
baik di antara para pekerja bertelanjang kaki, seperti petani padi di daerah tropis,
namun juga diamati pada tentara, pekerja tambang, dan pekerja yang lama
memakai sepatu pelindung yang bersifat oklusif, menciptakan lingkungan yang
hangat dan lembab bagi bakteri. Kondisi ini menimbulkan nyeri saat berdiri dan
berjaan sehingga mempengaruhi penerapan operasionaldalam personel militer.
Sebuah studi dari 144 Marinir AS dalam pertempuran di Vietnam selama musim
hujan, dan menemukan bahwa 49% dari tentara terpengaruh dengan kondisi ini.

Brucellosis
Brucellosis adalah zoonosis yang umum ditemukan di seluruh dunia
yang disebabkan oleh bakteri gram negatif dari genus Brucella yang terutama
merupakan penyakit hewan di mana manusia merupakan inang yang tidak
disengaja. Penyakit ini diperoleh melalui inhalasi aeorosol yang terkontaminasi,
kontak dengan mukosa konjungtiva, atau masuknya bakteri melalui luka di kulit
akibat kontak dengan hewan yang terinfeksi atau produk mereka. Pekerjaan
dengan risiko tertinggi termasuk pekerja rumah jagal, petani, dokter hewan,
pengepakan daging, peternak budidaya, dan pekerja laboratorium. Sumber
paparan non tradisional diantaranya konsumsi susu atau produk susu yang
terinfeksi. Brucellosis adalah penyakit multisistem yang muncul dengan gejala
seperti demam, keringat malam, mialgia, penurunan berat badan, dan artralgia
tetapi memiliki kecenderungan untuk kronisitas yang lebih serius. Manifestasi
kulit  umumnya jarang terjadi dan telah dilaporkan mempengaruhi mana saja dan
mempengaruhi 1% hingga 14% bagian tubuh. Temuan kulit brucellosis sering
tidak spesifik, termasuk erupsi papula dan nodul diseminata, eritema mirip-
nodosa, purpura ekstensif, makula difus, ruam papula, ulserasi kronis, dan abses.

Tularemia
Tularemia adalah zoonosis berat akibat Francisella tularensis, bakteri
gram negatif yang ditularkan oleh kutu, tungau, pinjal, maupun akibat konsumsi,
inhalasi, atau kontak langsung dengan jaringan yang terinfeksi. Gambaran
tularemia yang pailing umum adalah bentuk ulceroglandular, dengan ulkus yang
muncul di lokasi inokulasi dengan limfadenopati regional. Bentuk pneumonia
yang lebih parah, meskipun kurang umum, dapat berkembang setelah menghirup
bakteri. Secara historis, tularemia telah dilaporkan di antara para pekerja
laboratorium, petani, dokter hewan, pekerja domba, pemburu, koki, dan penangan
daging; Namun, literatur terbaru mendukung adanya peningkatan risiko dalam
penata taman, terutama untuk bentuk penyakit pneumonia. Petugas kesehatan
di daerah endemis tularemia perlu mempertimbangkan
diagnosis tularemia pada penatalaksana yang mengalami demam atau pneumonia.

Infeksi Jamur
Berbagai macam mikosis mungkin mengakibatkan dermatosis akibat kerja
diantaranya sebagian besar dermatofit, kandidiasis, dan bahkan mikosis dalam.
Tinea pedis merupakan infeksi umum pada populasi tetapi pekerja tertentu
berisiko lebih besar terhadap infeksi sebagai akibat dari lingkungan yang lembab
dan alas kaki oklusif seperti penambang, personil militer, atlet, dan buruh.
Dermatofit zoofilik seperti Trichophyton verrucosum dikaitkan dengan sapi,
bangunan pertanian, dan jerami. Trichophyton mentagrophytes dapat ditularkan
oleh sapi dan hewan peliharaan; Microsporum canis diidentifikasi pada hewan
domestik, terutama kucing; dan, Microsporum nanum dapat ditemukan pada babi.
Oleh karena itu, pekerjaan yang berisiko untuk dermatofit zoofilik ini termasuk
pekerja rumah jagal, dokter hewan, petani, dan toko hewan peliharaan.
Bartender, pelayan, dan pengolah makanan rentan untuk mengalami
infeksi kulit kandida akibat pekerjaan basahnya, yang merupakan lingkungan
yang mendukung pertumbuhan jamur di kulit yang mengalami maserasi di dekat
kuku dan antara jari. Pencegahan merupakan usaha utama yaitu dengan
mengeringkan kulit secara tepat dan memakai sarung tangan pelindung.
Inokulasi Sporothrix schenckii melalui luka tusukan dari duri, serpihan,
tongkat, dan lumut sphagnum dapat menyebabkan sporotrikosis. Mereka yang
berisiko termasuk tukang kebun, pekerja kehutanan, penambang, dan
petani. Sejak akhir 1990-an, telah terjadi epidemi sporotrichosis terkait transmisi
oleh kucing di Rio de Janeiro, Brasil, sehingga menambah dokter hewan sebagai
pekerja yang berisiko.
Mikosis subkutan dan mikosis dalam lainnya yang diketahui
mengakibatkan penyakit kulit akibat kerja termasuk histoplasmosis, dengan
pekerjaan yang berisiko adalah pekerja konstruksi dan petani yang berpartisipasi
dalam pembongkaran, kegiatan yang melibatkan tanah, dan penggalian di daerah
endemis. Kromoblastomikosis, feohipomikosis, dan eumisetoma (kaki Madura)
merupakan mikosis subkutan yang semuanya merupakan mikosis didapat dari
trauma tembus ke kulit. Petani dan pekerja di luar ruangan merupakan pekerja
yang paling berisiko terhadap mikosis yang kronis dan menantang ini.
Infeksi Viral

Herpes Simpleks Virus


Virus herpes simpleks dengan prevalensinya yang tinggi dan bersifat
infeksius membuatnya menjadi bahaya pekerjaan di kalangan petugas kesehatan,
terutama untuk praktik gigi, di mana HSV dapat dengan mudah menyebar melalui
kontak langsung (bibir) atau tidak langsung (jari), terutama ketika pasien memiliki
lesi

Orf (Ektima kontagiosum) 
Orf, atau ektima kontagiosum, adalah infeksi zoonosis yang disebabkan
oleh virus parapox yang umumnya menginfeksi domba dan kambing, dan
ditularkan ke manusia melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi atau
fomites. Dokter hewan, penggembala domba, dan petani merupakan pekerja yang
paling berisiko, meskipun telah dilaporkan pada anak-anak setelah mengunjungi
kebun binatang dan pameran ternak.

Pseudocowpox (nodul pemerah / ‘milker nodule’)


Nodul pemerah atau milker nodule, yang juga dikenal
sebagai pseudocowpox, adalah infeksi virus akibat kerja yang ditularkan melalui
kontak langsung dari sapi yang terinfeksi kepada petani, dokter hewan, dan juga
penangan daging segar. Nodul yang nyeri mirip dengan orf berkembang di tempat
yang terbuka, menjadi krusta, kemudian menghilang secara spontan. Pencegahan
terdiri dari mengobati mastitis pada sapi serta menggunakan tindakan preventif 
seperti mengenakan sarung tangan, sabun, air, dan desinfektan sebelum dan
setelah memegang hewan-hewan ini.
Human Papilloma Virus
Kutil atau veruka viral disebabkan oleh human papilloma virus (HPV)
telah didokumentasikan dengan baik di tukang jagal dan pengolah daging dan
ikan. Meski kutil ini mungkin disebabkan oleh berbagai serotipe HPV, kelompok
pekerja hampir eksklusif terkena tipe HPV-7 (Butcher wart virus) hampir
eksklusif untuk kelompok pekerja. Inovasi terbaru dalam dermatologi serta
spesialisasi medis lainnya dalam pengobatan penyakit yang disebabkan oleh HPV
telah memunculkan pertanyaan mengenai sifat kontroversial risiko HPV
nasofaring pada personel perawatan kesehatan. Namun, penelitian terbaru
mendukung risiko penularan HPV rendah pada HPV oral dan nasal diantara
karyawan yang melakukan evaporasi laser CO pada kulit kelamin atau prosedur
eksisi elektroda loop (loop electrode excision procedure – LEEP) pada displasia
serviks oleh dokter ahli kebidanan, meski studi lebih lanjut kemungkinan
diperlukan untuk lebih menilai risiko pekerjaan yang relatif baru ini.
Patogen Yang Ditularkan melalui Darah
Tiga 3 virus yang ditularkan melalui darah yang diketahui menimbulkan
ancaman pekerjaan yang serius bagi petugas kesehatan termasuk virus hepatitis B
(HBV), virus hepatitis C (HCV), dan HIV. Walaupun infeksi oleh patogen yang
ditularkan melalui darah ini umumnya tidak menunjukkan temuan kulit akut, viral
load yang tidak diobati dan berkepanjangan mungkin memiliki manifestasi kulit
serta disfungsi sistemik lainnya. Akuisisi infeksi dari cairan tubuh dan luka
tusukan yang tidak disengaja merupakan rute-rute yang berisiko untuk para tenaga
kesehatan. Meskipun telah digunakan perangkat jarum yang lebih aman jarum
untuk melakukan prosedur serta sudah diterapkan pencegahan dan pengendalian
infeksi universal, mereka tidak akan sepenuhnya menghilangkan risiko, dan
pengobatan profilaksis akan tetap menjadi komponen penting dari upaya
pencegahan.

Diagnosa Penyakit Kulit Akibat Kerja


Uji Patch Dan Dermatitis Kontak Allergi
Uji patch adalah standar emas dalam mendiagnosis DKA dan sangat
penting dalam membantu menentukan etiologi penyakit kulit akibat kerja ketika
menilai dermatitis kontak. Evaluasi dan diagnosis awal dari DKA telah dikaitkan
dengan biaya perawatan kesehatan yang lebih rendah dan peningkatan perjalanan
penyakit dan kualitas hidup pasien. Menentukan riwayat paparan dan pekerjaan
yang cermat untuk pemilihan alergen yang tepat untuk diuji sangat penting untuk
memandu tatalaksana. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alergen yang
disiapkan secara komersial, yang dicampur dalam petrolatum atau air dan dijual
bebas dalam bentuk vial atau syringe. Alergen dikelompokkan dalam serial,
seperti seri karet, logam, lem dan perekat, atau berdasarkan profesi, seperti serial

profesional gigi, penata rambut, atau tukang roti. TRUE Test ® adalah kit siap


pakai yang telah dikemas, yang kini terdiri dari 3 panel perekat 35 alergen dan
campuran alergen yang dilaporkan mengakibatkan sebagian besar kasus
DKA. Nampan skrining standar yang dikeluarkan oleh North American Contact
Dermatitis Group (NACDG) mencakup serangkaian alergen yang lebih besar dan
juga banyak digunakan di antara serial lainnya yang tersedia secara komersial.

Rencana dibacakan tanggal 2020


Moderator
Dr., SpKK

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Anda mungkin juga menyukai