Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jagung (Zea mays) merupakan tanaman serealia yang produktif didunia dan

juga merupakan sumber karbohidrat yang penting. Selain gandum dan padi, jagung

sudah lama dikenal di Indonesia. Selain dimamfaatkan sebagai makanan pokok

disamping padi, jagung juga dimamfaatkan sebagai pakan ternak. Penggunaan daun

jagung untuk sapi dan kerbau juga sudah lama dilakukan orang. Pakar- pakar

kedokteran hewan Belanda sudah mempergunakan jagung dalam berbagai formula

ransum unggas penelitian diawal tahun 1900-an.

Jagung kuning merupakan salah satu bahan yang populer di berbagai negara

termasuk Indonesia, kelebihan dari jagung kuning adalah mengandung karoten

(provitamin A). Adapun kelemahan jagung adalah protein dan asam amino lisinnya

rendah, untuk meningkatkan kualitas nutrisi dari jagung tersebut upaya yang dapat

dilakukan yaitu dengan melakukan teknologi fermentasi. Beberapa hasil penelitian

mengungkapkan bahwa fermentasi onggok selama 6 hari, mampu menurunkan

serat kasar 36 persen dan meningkatkan protein kasar 48 persen (Wizna et al.,

2009). Sebagai perbandingan berdasarkan hasil penelitian bahwa fermentasi

campuran dedak padi dan darah dengan Bacillus amyloliquefaciens yang terbaik

pada dosis 3 persen selama 3 hari dapat menurunkan serat kasar dari 11,27 persen

menjadi 7,93 persen dengan persentase penurunan serat kasar dari 29,63 persen dan

peningkatan energi metabolisme dari 2956 kkal menjadi 3195 kkal (7,48 persen).

Sehingga Jagung sebagai bahan sumber makanan ternak memegang peran utama

dalam penyusunan pakan unggas, baik ayam maupun jenis unggas lainnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jagung

Berdasarkan kandungan zat-zat pakan, bahan pakan digolongkan menjadi

empat yaitu sumber energi, sumber protein, sumber mineral, dan vitamin. Bahan

pakan sumber energi mengandung karbohidrat tinggi sekitar 10 persen, contohnya

jagung. Jagung kuning lebih baik daripada jagung putih karena mengandung pro

vitamin A berupa xantofil. Vitamin A memberikan warna kuning pada kuning telur.

Jagung merupakan sumber energi untuk unggas, bagian endospermanya

banyak mengandung pati terutama amilopektin. Menurut Amrullah (2004) dalam

Mulyantini (2014), kandungan energi metabolis jagung berkisar antara 3014 - 3313

kcal/kg pada bahan kering 85 persen. Selain itu jagung merupakan sumber asam

lemak esensial (asam linoleat) dan mudah dicerna jagung mempunyai kandungan

protein bervariasi antara 8 - 11 persen. Pada kondisi penyimpanan yang lembab dan

panas (>250 C), jagung dapat cepat rusak dan terkontaminasi oleh jamur,

mikotoksin dan yang paling umum ditemukan pada jagung yang rusak adalah

aflatoksin. Toksin ini dapat mengikat vitamin D3, sehingga akan mengganggu

proses pembentukan tulang dan kerabang telur.

Jagung bisa diberikan pada unggas sebanyak 20 - 70 persen dalam pakannya.

Persentase jagung kuning dalam pakan ternak menempati urutan tertinggi. Menurut

Amrullah (2004) dalam Mulyantini (2014), jagung dalam pakan ternak dapat

digunakan sampai taraf 70 persen. Jagung untuk pakan unggas memiliki prospek

pasar yang sangat baik, karena kebutuhan akan jagung akan terus meningkat sejalan

dengan meningkatnya industri perunggasan di Indonesia. Pengembangan


komoditas jagung perlu mendapatkan perhatian, baik oleh pemerintah, swasta

maupun masyarakat petani dengan membangun perkebunan jagung dalam skala

besar pada hamparan lahan kering yang sangat luas di Indonesia. Hal tersebut perlu

dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada jagung impor dan

mengantisipasi persaingan pasar global lintas negara.

B. Probiotik

Menurut Choct (2000) probiotik adalah suatu mikrobial hidup yang

diberikan sebagai suplemen pakan dan memberikan keuntungan bagi induk semang

dengan cara memperbaiki keseimbangan populasi mikroba usus. Probiotik dapat

menjamin ketersediaan dan juga dapat memanipulasi komposisi organisme di

dalam usus, sehingga dapat meningkatkan kesehatan saluran pencernaan. Kultur

mikroorganisme hidup pada probiotik mengandung bakteri spesifik, tahan dalam

situasi kering dan suhu lingkungan tertentu serta menghasilkan respons optimum

dalam jarak dosis tertentu. Penggunaan probiotik dan prebiotik bukan merupakan

hal baru dalam dunia peternakan. Probiotik dapat meningkatkan pertumbuhan

efisiensi pakan ternak tanpa ada proses penyerapan dari komponen probiotik dalam

tubuh ternak, sehingga tidak terdapat residu dan tidak terjadi mutasi pada ternak.

Fuller (1989) mendefinisikan probiotik adalah suatu mikrobial hidup yang

diberikan sebagai suplemen pakan, memberikan keuntungan bagi induk semang

dengan cara memperbaiki keseimbangan populasi mikroba usus. Haddadin et al.

(1996) menyatakan bahwa probiotik adalah organisme beserta substansinya yang

dapat mendukung keseimbangan mikro-flora dalam saluran pencernaan. Fuller

(1992) menyatakan bahwa probiotik efektif bila mampu bertahan dengan baik

dalam beberapa kondisi lingkungan dan tetap hidup dalam beberapa bentuk
kemasan. Karakteristik probiotik yang efektif adalah dapat dikemas bentuk hidup

dalam skala industri, stabil dan hidup pada kurun waktu penyimpanan lama dan

kondisi lapangan, bisa bertahan hidup di dalam usus dan menguntungkan bagi

ternak.

a. Bacillus sp.

Bacillus sp merupakan bakteri berbentuk batang, tergolong bakteri gram

positif, motil, menghasilkan spora yang biasanya resisten pada panas, bersifat aerob

(beberapa spesies bersifat anaerob fakultatif), katalase positif, dan oksidasi

bervariasi. Tiap spesies berbeda dalam penggunaan gula, sebagian melakukan

fermentasi dan sebagian tidak (Barrow, 1992). Ditambahkan Claus & Barkeley

(1986) genus Bacillus mempunyai sifat fisiologis yang menarik karena tiap-tiap

jenis mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, diantaranya : (1) mampu

mengdegradasi senyawa organik seperti protein, pati, selulosa, hidrokarbon dan

agar, (2) mampu menghasilkan antibiotik; (3) berperan dalam nitrifikasi dan

dentrifikasi; (4) pengikat nitrogen; (7) bersifat khemolitotrof, aerob atau fakutatif

anaerob, asidofilik, psikoprifilik, atau thermofilik.

Bacillus spp mempunyai sifat: (1) mampu tumbuh pada suhu lebih dari

50 oC dan suhu kurang dari 5 oC, (2) mampu bertahan terhadap pasteurisasi, (3)

mampu tumbuh pada konsentrasi garam tinggi (>10 persen), (4) mampu

menghasilkan spora dan (5) mempunyai daya proteolitik yang tinggi dibandingkan

mikroba lainnya. Bacillus adalah salah satu genus bakteri yang berbentuk batang

dan merupakan anggota dari divisi Firmicutes. Bacillus merupakan bakteri yang

bersifat aerob obligat atau fakultatif, dan positif terhadap uji enzim katalase.
b. Bacillus amyloliquefaciens

Bacillus amyloliquefaciens merupakan bakteri Gram positif yang berbentuk

batang dan bersifat motil. Bakteri ini dikenal sebagai salah satu bakteri probiotik

yang mampu menghasilkan enzim ekstra seluler seperti amilase, fitase, dan selulase

(1). Bacillus amyloliquefaciens berperan dalam menghasilkan enzim. Enzim

digunakan oleh makhluk hidup untuk mengkatalis dan mempercepat reaksi-reaksi

biokimia dalam tubuh.

Saat ini enzim banyak digunakan untuk kebutuhan industri, diantara enzim-

enzim yang ada biasanya yang dibutuhkan atau bahkan diproduksi industri adalah

enzim hidrolitik seperti amilase dan protease. Enzim yang dapat dihasilkan

oleh Bacillus amyloliquefaciens adalah amilase dan protease. Bacillus

amyloliquefacien merupakan salah satu bakteri yang dapat menghasilkan amilase.

Alpha amilase dapat disolasi dari bakteri Bacillus amyloliquefaciens. Bacillus

amyloliquefaciens merupakan bakteri yang termasuk dalam golongan

spesies Bacillus. B. amyloliquefaciens banyak dikenal karena memiliki sifat

katabolik dan kemampuannya dalam mendegradasi makromolekul yang komplek.

Bakteri ini mempunyai sifat yang termofilik (tahan terhadap suhu yang tinggi (2).

Bacillus amyloliquefaciens dapat memproduksi beberapa jenis enzim protease

alkali serta jenis enzim lain yang memiliki potensi komersial seperti α-amylase, β-

glucanase, hemicellulase dan protease netral. Bacillus amyloliquefaciens juga

menghasilkan endopeptidase (3) (Priest et al., 1987)

Bacillus amyloliquefaciens selain digunakan untuk memproduksi enzim

protease, ternyata bakteri ini berpotensi untuk dijadikan probiotik. Bacillus

amyloliquefaciens yang diisolasi dari tanah ternyata memiliki efek yang baik untuk
penyakit radang usus. Selain itu, bakteri ini dapat dijadikan probiotik tambahan

untuk pakan ayam broiler dan dapat meningkatkan pertumbuhan (Diaz, 2008).
BAB III

METODE

A. Pelaksanaan Praktikum

a. Judul Praktikum : Fermentasi jagung kuning sebagai bahan pakan ternak.

b. Hari / Tanggal Praktikum :

c. Tempat Praktikum : Laboratorium

B. Alat dan Bahan

No Alat dan Bahan Kegunaan

1 Penggiling Untuk menghancurkan jagung menjadi bagian-


bagian kecil agar mudah dalam proses
fermentasi.
2 Kantong plastik panjang Sebagai pembungkus jagung yang telah
dicampurkan dengan probiotik
3 Tali raffia Untuk mengikat kantong plastik yang berisi
campuran jagung dan probiotik
4 Probiotik Bacillus sp bakteri yang bersifat aerob obligat atau
fakultatif, dan positif terhadap uji enzim
katalase.
5 Probiotik Bacillus berperan dalam menghasilkan enzim. Enzim
amyloliquefaciens digunakan oleh makhluk hidup untuk
mengkatalis dan mempercepat reaksi-reaksi
biokimia dalam tubuh.
6 Jagung kuning Sampel

C. Langkah – langkah kerja.

1. Menggiling jagung kuning menjadi bagian – bagian yang lebih kecil.


2. Menyemprotkan 1 persen probiotik Bacillus sp pada jagung tersebut.
3. Menyemprotkan 1 persen probiotik Bacillus amyloliquefaciens pada jagung
tersebut.
4. Memasukkan jagung yang telah dicampurkan dengan probiotik kedalam
kantung plastik.
5. mengikat kantung plastik berisi campuran jagung dan probiotik agar tidak ada
udara yang masuk atau anaerob.
6. simpanlah pada tempat yang terjaga suhu ruangannya dan tidak terkena sinar
matahari langsung selama 4 hari.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tabel Pengamatan
No Perubahan Ada Tidak
1 Warna
2 Aroma
3 Tekstur

B. Analisi Data
𝐴
Perbandingan pakan = 𝐴 ×𝐵 × 100 %

Keterangan :
A : Berat pakan jagung sebelum fermentasi
B : Berat pakan jagung setelah fermentasi

C. Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, I. K. 2003. Manajemen Ternak Ayam Broiler. IPB-Press, Bogor.

Barrow, P. A. 1992. Probiotics For Chickens. P.225 – 257. In R. Fuller (Ed).


Probiotics the scientific basis. Chapman and hall, London.

Clous, D. And R.C.W. Berkeley. 1986. Genus Bacillus, In : Bergeys Manual of


Systematic Bacteriology, vol 2 (SNEATH, P.H.A., ed.), Williams and Wilkins,
Baltimore : 1105 - 1139.

Fuller, R. 1989. History and Development of Probiotics. In: Probiotics The


Scientific Basis.

Wizna, H. Abbas, Y. Rizal, A. Dharma & I. P. Kompiang. 2009. Improving The


Quality of Tapioca By-Products (Onggok) as Poultry Feed Throud
Fermentation By Bacillus Amyloliquefaciens. Pakistan Journal of
Nutrition 8(10): 1636-1640.

Anda mungkin juga menyukai