Anda di halaman 1dari 6

p-ISSN 1410-5659 e-ISSN 2621-5144 Jurnal Ilmu Ternak Universitas Padjadjaran, Desember 2021, 21(2): 137-142

Published by Fakultas Peternakan UNPAD DOI: 10.24198/jit.v21i2.35991


Unpad Press Available online at http://jurnal.unpad.ac.id/jurnalilmuternak

Implementasi Azzola pinnata dalam Ransum terhadap Nilai Kecernaan dan


Performa Itik Peking Jantan

Emy Saelan1,a , Sulasmi1


1
Fakutas Pertanian Prodi Peternakan Universitas Khairun, Ternate Selatan
a
email : emysaelan@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian Implementasi Azzola pinnata Dalam Ransum Terhadap Nilai Kecernaan dan Performa Itik Peking
Jantan dilakukan di Kandang Ternak Unggas Kelurahan Sasa Puncak Kecamatan Ternate Selatan. Penelitian
menggunakan itik Peking jantan umur 1 minggu sebanyak 80 ekor, terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan yaitu:
P0 ransum kontrol 100%; P1 ransum kontrol 90% + Azzola pinnata 20%; P2 ransum kontrol 80% + Azzola pinnata
20%; dan P3 ransum kontrol 70% + Azzola pinnata 30%. Peubah yang diamati yaitu nilai kecernaan bahan kering,
bahan organik dan protein, serta performa yaitu konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum.
Analisis penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan apabila ada perbedaan dilakukan uji lanjut
Duncen. Hasil penelitian terhadap kecernaan yaitu Kecernaan bahan kering, bahan organik dan protein
menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05), sedangkan pada performa yaitu konsumsi ransum, pertambahan bobot
badan, dan konversi ransum terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05). Kesimpulan pemberian Azzola pinnata
dalam ransum itik Peking sampai 20% memberikan hasil terbaik untuk kecernaan dan performa.
Kata kunci: Azzola pinnata, kecernaan, pertumbuhan, itik peking, pakan

Implementation of Azzola pinnata in The Ration on The Digestability Value


and Performance of Male Peking Ducks

ABSTRACT
Research on the implementation of Azzola pinnata in the ration on the digestibility and Performance Value of
Male Peking Ducks was carried out in the Poultry Cage Sasa Puncak Village, South Ternate District. Research
used 80 male Peking ducks aged 1 weeks, consisting of 4 treatments namely: (1) P0 100% control ration; (2) P1
90% control ration + 10% Azzola pinnata; P2 80% control ration + 20% Azzola pinnata; (3) P3 70% control
ration + 30% Azzola pinnata and 5 replicates. The variables observed in the research were dry matter
digestibility, organic matter, protein and performance, namely ration consumption, body weight gain and ration
conversion. Research was analyzed using a Completely Rendomized Design (CRD) and if there were differences,
it was continued with Duncen’s Multiple Distance Test. The results showed (1) dry matter digestibility value; (2)
Digestibility of organic matter; (3) Digestibility of protein was significantly different (P<0,05) with Azzola
pinnata R2 (20%) and R3 (30%). The performances of male Peking ducks are (1) Consumption of rations; (2)
Body weight gain; (3) Ration conversion showed a significant difference (P<0,05). The conclusion of giving
Azzola pinnata in rations up to 20% resulted in optimal digestibility and performance of Peking ducks.
Keywords: Azzola pinnata, digestibility, growth, peking duck, feed

Pendahuluan relatif lama. Tingginya harga pakan dan lama


Potensi pengembangan unggas air pemeliharaan tidak sebanding dengan produksi
khususnya itik di Maluku Utara mengalami daging dan telur yang diperoleh peternak.
peningkatan, seiring dengan peningkatan Itik dengan bentuk paruh yang spesifik
permintaan masyarakat akan telur dan daging menyebabkan pola dan cara mengkonsumsi
itik. Konsumsi daging itik di Maluku Utara pakan melalui aktivitas menyudu yaitu dengan
terutama di Kota Ternate semakin tinggi, cara menyedot. Sistem pencernaan pada itik
karena masyarakat sangat menyukai olahan terutama pada crop tidak mempunyai adanya
daging itik. Namun hal ini tidak didukung kleb, sehingga makanan yang masuk ke dalam
dengan ketersediaan pasokan daging itik. Hal saluran pencernaan akan mendesak pakan yang
ini disebabkan harga pakan sangat mahal dan sebelumnya untuk dikeluarkan bersama feses.
pemeliharaan itik membutuhkan waktu yang Pola makan itik yang disertai minum saat

137
Saelan / Jurnal Ilmu Ternak Universitas Padjadjaran Desember 2021, 21(2):137-142

mengkonsumsi ransum menyebabkan ransum sehingga dapat diketahui besaran persentase


banyak yang terbuang dan tercecer, sehingga Azzola pinnata dalam ransum guna
konversi ransum itik sangat tinggi. Dampaknya menghasilkan nilai kecernaan dan performa
biaya pakan semakin tinggi dan produksi yang yang optimal.
dihasilkan tidak mencapai keuntungan yang
optimal. Penggunaan bahan pakan alternatif
dengan harga yang murah, kandungan nutrien Materi dan Metode
tinggi, mudah dipelihara dan kembangkan serta Materi
tidak bersaing dengan kebutuhan manusia Tempat penelitian dilaksanakan di
sangat dibutuhkan. Salah satu bahan pakan kandang unggas Kelurahan Sasa Puncak Kota
yang mudah dikembangkan untuk pakan itik Ternate Selatan menggunakan itik Peking
adalah Azzola pinnata. jantan sebanyak 80 ekor. Pengelompokan itik
Azzola pinnata menjadi salah satu dibagi menjadi empat perlakuan, setiap
alternatif yang saat ini banyak dikembangkan perlakuan diulang lima kali serta setiap
untuk pakan ternak terutama itik, ayam dan ulangan diisi oleh empat ekor itik. Itik
ikan lele. Tanaman Azzola pinata tumbuh dipelihara dari umur 1-12 minggu. Jenis pakan
dengan baik dilahan sawah atau lahan kering yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan laju pertumbuhan 30% perhari. jagung kuning, dedak halus, ampas tahu, tepung
Kandungan nutrisi Azzola pinnata sangat tinggi ikan, bungkil kedele, minyak kelapa dan Azzola
terutama kandungan protein yaitu sekitar 28- pinnata. Komposisi kandungan nutrien ransum
32% dan mempunyai kandungan lisin 0,4% yaitu energi metabolisme 3000 kcal/kg dan
lebih tinggi dari kandungan lisin jagung. Sistim protein 20% (SNI, 2006). Pola pemberian
budidaya tanaman Azzola pinnata relatif ransum diberikan secara ad libitum. Kandang
singkat, sehingga dapat dijadikan alternatif yang digunakan adalah kandang sistem liiter
dalam penyusunan formulasi pakan untuk itik dan pemeliharaan dilakukan secara intensif.
pedaging ataupun untuk itik petelur. Namun Peralatan yang digunakan dalam penelitian
dalam penggunaannya perlu diperhatikan yaitu tempat makan dan minum, timbangan
faktor pembatas, dimana Azzola pinnata dengan kapitas 5 kg. Analsis kecernaan
mengandung Serat Kasar yang tinggi yaitu dilakukan di Laborotarium Kimia Nutrisi dan
13,29%. Kandungan nutrien Azzola pinnata Makanan Ternak Fakultas Peternakan
berbeda-beda tergantung tempat pemeliharaan Universitas Padjadjaran, sedangkan analisis
dan budidaya yang dilakukan. Azzola pinnata proksimat dilakukan di Laboratorium Sentral
yang ada di Maluku Utara mempunya Universitas Padjadjaran Jatinangor.
kandungan nutrien yaitu Protein 20,21%,
Lemak 4,34%, Serat kasar 13,35% dan Energi Metode
Metabolisme 3968 Kkal/kg (Saelan, 2021). Metode penelitian yaitu eksperimental
Pertumbuhan Azzola pinnata sangat cepat, terhadap itik Peking jantan dengan pemberian
mudah dibudidayakan serta kandungan nutrien tambahan Azzola pinnata dalam ransum.
memenuhi kebutuhan itik dan sangat Penelitian menggunakan Rancangan Acak
membantu peternak itik di Maluku Utara dalam Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan
penyediaan pakan yang berkualitas. yaitu P0 (ransum kontrol 100%); P1 (ransum
Itik Peking berpotensi dikembangkan control 90% + 10% Azzolla pinnata); P2
sebagai itik pedaging guna memenuhi (ransum kontrol 80 + 20% Azzola pinnata);
kebutuhan masyarakat di Maluku Utara akan dan P3 (ransum control 70 + 30% Azzolla
permintaan daging itik. Pemanfaatan dan pinnata) dan masing-masing perlakuan diulang
pengolahan Azzola pinnta sebagai bahan pakan 5 kali. Jumlah perlakuan didapatkan 20 unit
itik atas dasar kandungan nutrisi yang relatif (Gaspersz, 1995). Apabila terdapat perbedaan
tinggi dan pola pertumbuhan yang cepat, dilakukan uji lanjut yaitu uji Duncen.
sehingga dapat menekan biaya pakan khusunya
di Maluku Utara. Guna mengetahui Parameter yang diukur
pemanfaatan Azzola pinnata sebagai bahan Data kecernaan diukur menggunaka
pakan alternatif maka perlu dilakukan uji metode Sklan dan Hurtwiz dalam Abun (2007)
biologis melalui uji nilai Kecernaan Bahan yaitu sampel feses diperoleh dengan teknik
Kering, Bahan Organik dan Kecernaan Protein memotong atau mematikan itik.
serta aplikasinya secara Feeding Trial,

138
Saelan / Jurnal Ilmu Ternak Universitas Padjadjaran Desember 2021, 21(2):137-142

1. KCBK (Kecernaan Bahan Kering) 5. Konsumsi ransum


% %
KCBK = 100% - 100 % %
6. Konversi ransum
2. KCBO (Kecernaan Bahan Organik)
% %
KCBO = 100% - 100 % %
Hasil dan Pembahasan
3. KCP (Kecernaan Protein) KCBK (Kecernaan Bahan Kering)
% %
KCP = 100% - 100 % % Rata-rata kecernaan bahan kering Azzola
4. Pertambahan bobot badan pinnata dalam ransum dengan persentase yang
berbeda tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata KCBK (Kecernaan Bahan Kering) Azzola pinnata


Perlakuan
P0 (%) P1 (%) P2 (%) P3 (%)
Rata-rata 77.01±0.56 77.36±0.86 78.10±0.77 74.58±0.63

Kecernaan bahan kering di ukur guna juga dipengaruhi oleh kandungan mineral
mengetahui kandungan nutrien yang dapat di (abu), semakin tinggi kandungan kadar abu
serap oleh tubuh ternak. Berdasarkan Tabel 1. bahan pakan mengakibatkan bahan kering
Rata-rata kecernaan bahan kering Azzola pakan tidak dapat tercerna, sehingga dapat
pinnata dalam ransum itik adalah P0 (77.01%); menurunkan kecernaan bahan kering.
P1 (77.36%); P2 (78,10%); dan P3 (74.58%). Kecernaan bahan kering dari semua perlakuan
Kecernaan bahan kering tertinggi pada dikatakan fermentable karena nilai kecernaan
perlakuan R2 (pemberian Azzola pinnata bahan kering diatas 60% (Suprawi, 2000).
20%). Berdasarkan uji keragaman
menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) pada KCBO (Kecernaan Bahan Organik)
semua perlakuan P1, P2 dan P3, namun tidak Penentuan kecernaan zat-zat pada
berbeda nyata (P>0.01) pada perlakuan P1 dan makanan yang terkandung dalam bahan pakan
P2. Hal ini disebabkan semakin tinggi adalah dengan menghitung banyaknya zat-zat
persentase penambahan Azzola pinnata dalam makanan yang dikonsumsi dikurangi dengan
ransum, maka kandungan abu dan serat kasar zat makanan yang dikeluarkan lewat feses.
dalam ransum semakin tinggi. Kandungan abu Kecernaan bahan organik bahan pakan
pada perlakuan P3 yaitu 7,24%, sehingga merupakan persentase bahan organik yang
kecernaan bahan kering lebih rendah masuk dalam saluran pencernaan. Rata-rata
dibandingkan perlakuan lainnya. Sejalan nilai kecernaan bahan organik Azzola pinnata
dengan pendapat Saelan (2017) menyatakan dalam ransum dapat dilihat pada Tabel 2
bahwa meningkatnya kecernaan bahan kering dibawah ini.

Tabel 2. Rata-rata KCBO (Kecernaan Bahan Organik) Azzola pinnata


Perlakuan
P0 (%) P1 (%) P2 (%) P3 (%)
Rata-rata 80.57±0.47 81.25±1.15 82.27±0.51 78.78±0.52

Tabel 2 menunjukkan nilai Ratan kecernaan menurun (P>0.05) pada perlakuan P0 dan P3.
bahan organik Azzola pinnata dalam ransum Hal ini disebabkan Azzola pinnata merupakan
adalah P0 (80.57%); P1 (81.25); P2 (87.27); jenis bahan pakan dengan kandungan serat
dan P3 (78.78). Rataan kecernaan bahan kasar tinggi yaitu 13,35% (Saelan, 2021),
organik tertinggi pada perlakuan P2 sehingga semakin tinggi persentase pemberian
(penambahan Azzola pinata 20%) Azzola pinnata dalam ransum kandungan serat
menunjukkan hasil yang terbaik dengan nilai kasar semakin tinggi, mengakibatkan ransum
kecernaan bahan organik 82.27%. Semakin lebih sukar untuk dicerna serta diserap oleh
tinggi persentase penambahan Azzola pinnata ternak. Kecernaan bahan pakan dapat diartikan
dalam ransum nilai kecernaan bahan kering berapa banyak kandungan zat-zat makanan
semakin rendah. Analisis keragaman yang terkandung dalam bahan pakan dapat
menunjukkan perbedaan nyata meningkat dicerna oleh saluran pencernaan (D’Mello,
(P<0.05), namun tidak berbeda nyata pada 2004). Kecernaan bahan organik merupakan

139
Saelan / Jurnal Ilmu Ternak Universitas Padjadjaran Desember 2021, 21(2):137-142

kecernaan zat-zat makanan yang terdiri dari tersebut, karena pengukuran daya cerna protein
karbohidrat, protein, lemak dan vitamin dapat menentukan protein yang dikonsumsi
(Tillman et al., 2005). dapat tersedia (available) serta diserap oleh
ternak untuk pertumbuhan dan produksi. Rata-
KCP (Kecernaan Protein) rata kecernaan protein dengan penambahan
Nilai kecernaan protein dapat dijadikan Azzola pinnata dalam ransum tertera pada
pedoman baik atau tidaknya bahan pakan Tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3. Rata-rata KCP (Kecernaan Protein) Azzola pinnata


Perlakuan
P0 (%) P1 (%) P2 (%) P3 (%)
Rata-rata 71.81±0.51 75.00±1.07 75.25±1.25 70.80±1.13

Nilai rataan kecernaan protein ransum masing- protein semakin tinggi, sehingga kecernaan
masing perlakuan adalah P0 (71.60%); P1 protein semakin meningkat, tetapi pada
(75.00%); P2 (75.25%); dan P3 (69.88%). perlakuan P3, kandungan lignin dalam ransum
Nilai kecernaan protein tertinggi ditunjunkkan semakin tinggi sehingga mengakibatkan
perlakuan P2 (penambahan Azzola pinnata kecernaan protein mengalami penurunan
dalam ransum 20%). Hasil uji sidik ragam dibandingkan dengan semua perlakuan.
menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05 untuk Kandungan lignin semakin meningkat dalam
semua perlakuan. Tingginya kecernaan ransum mengakibatkan laju perjalanan ransum
protein pada perlakuan P2 menunjukkan dalam saluran pencernaan semakin cepat,
semakin meningkatnya kecernaan nutrien sehingga menyebabkan protein tidak tercerna
seperti protein dan karbohidrat. Azzola pinnata dengan sempurna dan dikeluarkan Bersama
dengan kandungan protein yang tinggi yaitu feses.
20,09% dapat dicerna dan diserap dengan baik
oleh ternak, sehingga menghasilkan nilai Pertambahan Bobot Badan
kecernaan protein yang tinggi. Unsur gizi dan Pertambahan bobot badan merupakn
nutrien yang terkandung dalam ransum akan selisih antara bobot badan akhir dengan bobot
menentukkan persentase kecernaan ransum badan awal pada periode tertentu. Rataan
yang dapat digunakan oleh ternak untuk pertambahan bobot badan itik Peking jantan
pertumbuhan dan produksi (Ginting dan selama periode pemeliharaan dapat dilihat
Elisabet, 2002). Semakin tinggi penggunaan pada Tabel 4.
Azzola pinnata dalam ransum, kandungan

Tabel 4. Pertambahan Bobot Badan Itik Peking Jantan Umur 1-12 Minggu
Perlakuan
Variabel P0 (gram) P1 (gram) P2 (gram) P3 (gram)
Pertambahan 1588.90±5.71 1682.94±2.70 1705.38±9.88 1575.53±0.17
bobot badan

Pertambahan bobot badan itik Peking jantan bobot badan itik mengalami penurunan, tetapi
selama periode pemeliharaan yaitu P0 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P0
(1588.90 gram); P1 (1682.94 gram); P2 (kontrol). Hal ini disebabkan karena semakin
(1705.38 gran); P3 (1500.53 gram). Hasil uji tinggi persentase penambahan Azzola pinnata
sidik ragam P0, P1, dan P2 menunjukkan dalam ransum maka akan meningkatkan
perbedaan nyata (P<0,06), tetapi perlakuan R0 kandungan serat kasar, sehingga kecernaan
dan R3 tidak berbeda nyata (P>0.05). Hal ini dari ransum tersebut akan menurun. Penurunan
menunjukkan dengan penambahan Azzola daya cerna akan menyebabkan penurunan
pinnata dalam ransum sampai 20% dapat pertambahan bobot badan. Selain itu
meningkatkan palatabilitas serta daya cerna kandungan serat kasar yang tinggi dalam
dari bahan pakan tersebut. Namun pada ransum akan memberikan pengaruh terhadap
pemberian Azzola pinnata dalam ransum absorpsi zat-zat makanan yang disebabkan
sebanya 30% pada perlakuan P3 pertambahan adanya peningkatan viskositas digesta yang

140
Saelan / Jurnal Ilmu Ternak Universitas Padjadjaran Desember 2021, 21(2):137-142

mempengaruhi kondisi fisiologis saluran Konsumsi Ransum


pencernaan (Iskandar, 2002). Pengaruh Konsumsi ransum unggas dipengaruhi
tersebut dapat mempercepat waktu transit beberapa faktor yaitu jenis unggas, temperatur,
digesta, sehingga menyebabkan laju digesta berat badan ternak, jenis kelamin, aktivitas
cepat dan proses pencernaan berjalan dalam ternak, tingkat produksi telur, kandungan
waktu yang relatif singkat. energi ransum, konsumsi air minum dan
tingkat cekaman (Conn, 2002). Rataan
konsumsi ransum itik Peking jantan selama
penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah
ini.

Tabel 5. Konsumsi Ransum Itik Peking Jantan Umur 1-12 Minggu


Perlakuan
Variabel P0 (gram) P1 (gram) P2 (gram) P3 (gram)
Konsumsi ransum 5505.64±10.11 5740.41±8.13 5747.95±11.78 5494.10±7.35

Konsumsi ransum itik Peking jantan selama mempunyai enzim untuk mencerna serat kasar
penelitian yaitu P0 (5505.64 gram); P1 yang tinggi. Kandungan serat kasar dan energi
(5740.41 gram); P2 (5747.95 gram); P3 dalam ransum akan menentukan banyaknya
(5494.10 gram). Hasil analisis keragaman pakan yang dapat dikonsumsi ternak
menunjukkan perbedaan nyata konsumsi (Amrullah, 2003). Penambahan Azzola pinnata
ransum meningkat (P<0.05) pada perlakuan 20% dalam ransum meningkatkan nilai
P0, P1 dan P3, namun tidak berbeda nyata kecernaan protein, sehingga konsumsi ransum
konsumsi ransum menurun (P>0.05) pada juga meningkat diikuti dengan peningkatan
perlakuan P1 dan P2. Konsumsi ransum pertambahan bobot badan. Wahju (2004)
tertinggi pada perlakuan P2 yaitu 5747.95 mengemukakan jumlah ransum yang
gram dan konsumsi ransum terendah pada dikonsumsi seekor ternak dipengaruhi
perlakuan P3 5494.10 gram. Meningkatnya beberapa faktor yaitu daya cerna, kandungan
konsumsi pakan dengan penambahan A. nutrien dalam ransum serta tingkat kesukaan
pinnata 20% seiring dengan peningkatan atau palatabilitas.
kenaikan berat badan serta umur pemeliharaan
itik. Semakin tinggi persentase penambahan A. Konversi Ransum
pinnata dalam ransum menyebabkan konsumsi Efisiensi penggunaan ransum pada itik, baik
ransum menurun, karena Azzola pinnta tinggi itik petelur maupun itik pedaging dapat dilihat
kandungan serat kasar dan lignin. Serat kasar dari Feed Conversion Rasio (FRC) atau
terdiri dari lignin, selulosa dan hemiselulosa. konversi ransum Rata-rata konversi ransum
Kandungan serat kasar yang semakin itik Peking jantan selama penelitian dapat
meningkat dalam ransum mengakibatkan dilihat pada Tabel 6.
ransum sulit untuk dicerna karena ungga tidak

Tabel 6. Konversi Ransum Itik Peking Jantan Umur 1-12 Minggu


Perlakuan
Variabel P0 P1 P2 P3
Konversi ransum 3.47±0.01 3.42±0.02 3.37±0.02 3.64±0.03

Konversi ransum itik Peking jantan dengan perlakuan P2 menunjukkan kecukupan asupan
penambahan Azzola pinnata dalam ransum nutrien yang seimbang seperti protein dan
yaitu P0 (3.47); P1 (3.42); P2 (3.37); dan karbohidrat. Azzola pinnata dengan
(3.64). Uji analisis keragaman menunjukkan kendungan protein 20,19% dapat memberikan
perbedaan nyata ‘semua perlakuan (P<0.05) pertumbuhan yang terbaik pada penambahan
P0, P1, P2, dan P3. Konversi ransum terbaik 20% dalam ransum, namun semakin tinggi
pada perlakuan P2 dengan penambahan Azzola penambahan Azzola pinnata dalam ransum
pinnata dalam ransum 20%. Kecenderungan konversi ransum semakin tinggi atau
semakin efisien penggunaan ransum pada meningkat. Meningkatnya konversi ransum

141
Saelan / Jurnal Ilmu Ternak Universitas Padjadjaran Desember 2021, 21(2):137-142

tersebut disebabkan karena semakin tinggi Ginting, S.P., dan J. Elisabeth. (2002).
persentase pemberian Azzola pinnata dalam Teknologi Pakan Berbahan Dasar Hasil
ransum maka kandungan serat kasar juga Perkebunan Kelapa Sawit. Prossiding
semakin meningkat, sehingga zat-zat makanan Lokakarya Nasional. Bengkulu.
yang terkandung dalam pakan tidak dapat Nurhayati. (2013). Penampilan Ayam
dicerna dengan baik untuk pertumbuhan dan Pedaging yang Mengkonsumsi Pakan
produksi, tetapi zat-zat makanan tersebut Mengandung Kulit Nanas di
dikeluarkan bersama feses. Sejalan dengan Suplementasi dengan Yoghart. Jur.
pendapat Nurhayati (2013) bahawa semakin Agripet. Vol. 13 (02) 15-20.
tinggi nilai konversi ransum maka semakin Suprawi. (2000). Pengaruh Minyak Kelapa dan
rendah efisiensi penggunaan ransum. Kembang Sepatu (Hibricus
rosasinensis) terhadap Kecernaan
Ransum dan Jumlah Protozoa. Jurnal
Kesimpulan Animal Production. Vol. 2. No. 2. Hal
Pemberian Azzola pinnata dalam ransum 20% 53-59
memberikan kercernaan dan performa terbaik. Standar Nasional Indonesia (SNI). (2006).
Penggunaan Azzola pinnata sebagai pakan Pakan Itik Bertelur (Duck Layer).
alternatif unggas khususnya itik dapat Badan Standar Nasional. Jakarta.
menekan harga pakan. Saelan. (2017). Aplikasi Teknologi
Pengukusan Ransum Bentuk Mash
sebagai Upaya Memperbaiki
Daftar Pustaka Lingkungan Kandang dan Performa
Amrullah. I.K. (2003). Ilmu Nutrisi Unggas. Produksi Itik Petelur. Universitas
Satu Gunung Budi. Padjadjaran. Jatinangor. Disertasi.
Abun. (2007). Pengukuran Nilai Kecernaan Saelan. (2021). Uji Proksimat Azzola pinnata
Ransum Yang Mengandung Limbah dalam Ransum Itik. Laboratorium
Udang Windu Produk Fermentasi Pada Kimia Makanan Ternak Fakultas
Ayam Broiler. Makalah Ilmiah Jurnal Peternakan Universitas Padjadjaran.
Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Jatinangor.
Peternakan Universitas Padjadjaran. Tillman, A., H. Hari, S. Reksohardiprojo, P.
Jatinangor. Soeharto, dan L. Soekanto. Ilmu
D’Mello, J.P.F. (2004). Farm Animal Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
Metabolism and Nutrition. W.H. University Press. Yogyakarta.
Freeman and Company. San Fransisco. Wahju, J. (2004). Ilmu Nutrisi Unggas. Cet ke-
Gaspersz. V. (1995). Tehnis Analisis dalam 5. Gadjah Mada University Press.
Penelitian Percobaan. Jilid I. Penerbit Yogyakarta.
Tarsito Hal. 62-126. Bandung

142

Anda mungkin juga menyukai