Anda di halaman 1dari 18

KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGIS PRODAK

PELLET INDIGOFERA SP SEBAGAI PAKAN KELINCI

(Karya Ilmiah)

DISUSUN OLEH :
YUDHANTO SAPUTRA
NPM.17743030

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada allah SWT yang mana telah memberikan
rahmat dan karunia-NYA pada saya sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah
ini, dengan judul Karakteristik Fisik, Kimia, dan Biologis Prodak Pellet
Indigofera sp sebagai Pakan Kelinci.

Dengan ini dapat memberikan informasi tentang seberapa pengaruhnya pellet


Indigofera sp sebagai pakan kelinci dalam daya cerna nya, selain itu dengan
adanya prodak pellet Indigofera sp ini menambah keberagaman pakan kelinci
yang ada di Indonesia.

Harapan saya karya ilmiah ini dapat memberikan informasi kepada pembaca
mengenai manfaat Pellet Indigofera sp dan dapat di aplikasikan dalam berternak
kelinci sebagai sumber protein.

Saya menyadari karya ilmiah ini belum sempurna, karena itu saya butuh kritik dan
saran yang membangun agar saya dapat memperbaiki karya ilmiah yang lebih
baik lagi.

Akhir kata, saya ucapkan terimakasih kepada Kepala Program Studi Teknologi
Produksi ternak, dosen peternakan, dan kepada semua pihak yang telah berperan
dalam penyusunan karya ilmiah ini. Semoga Allah SWT selalu senantiasa
meridhai usaha kita semua. Aamiin

Bandar Lampung, 19 Maret 2020

Penyusun
2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................. 1


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................2


1.2 Tujuan Karya Ilmiah ............................................................ 3
1.3 Kerangka Pemikiran ............................................................. 3

II. METODOLOGI DAN HASIL PEMIKIRAN

2.1 Kelinci ................................................................................ 5


2.2 Indigofera SP ...................................................................... 7
2.3 Pellet .................................................................................. 11
2.4 Pembuatan Pellet ................................................................ 12
2.5 Uji Fisik .............................................................................13
2.6 Uji Kimia ...........................................................................13
2.7 Uji Biologis ........................................................................14

III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................15
3.2 Saran .................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 16


2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kelinci merupakan ternak yang dapat menghasilkan daging karena

mempunyai potensi biologis yang besar antara lain dewasa kelamin yang

cepat, selang beranak pendek, litter size tinggi, laju pertumbuhan tinggi,

pemeliharaan mudah, serta dapat dikembangkan pada skala kecil dan besar

untuk dijadikan usaha yang prospektif, karena dapat menghasilkan keuntungan

yang besar untuk menutupi biaya produksinya, selain itu kelinci dapat

mengubah dan memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah menjadi daging

dengan kualitas tinggi.

Saat ini pakan yang dijual di pasaran memiliki kualitas yang minim, karena

pakan yang dijual dipasaran saat ini dijual dengan berbagai varian harga dan

kualitas yang berbeda-beda. Untuk mencapai kualitas pakan yang baik dan

harga yang terjangkau oleh peternak perlu dicari bahan pakan alternative

untuk memenuhi kebutuhan kelinci. Salah satunya adalah hijauan Indigofera

sp.

Indigofera sp merupakan tanamanan leguminosa yang mempunyai potensi

sebagai bahan pakan sumber protein dengan kandungan nutrisi bahan kering

89,47 %, energi 3788 kkal/Kg, serat kasar 15,13 % , protein kasar 22,30-31,10

%, walau memiliki anti nutrisi (tannin) tetapi dengan jumlah yang rendah
4

sehingga aman untuk diberikan sebagai sumber hijauan. Tanaman ini juga

sangat toleran terhadap musim kering dan genangan air sehingga dapat

ditanam di wilayah Indonesia. Pemberian Pellet daun Indigofera sp dalam

ransum diharapkan dapat berpengaruh baik pada efisiensi ransum serta

pertambahan bobot badan, dikarenakan kandungan gizi yang terkandung

dalam Indogofera sp dapat memenuhi kebutuhan hidup pada kelinci sehingga

dengan dijadikannya bahan pakan alternatif dapat menambah keragaman

bahan pakan ternak juga berfungsi sebagai sumber protein pada ransum

kelinci.

Dengan demikian, karya ilmiah ini dimaksudkan untuk memberikan alternatif

pada peternak dalam membuat ransum dengan menggantikan bahan pakan

dengan pellet indigofera sp agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein

terhadap produktivitas kelinci.

1.2 Tujuan Karya Ilmiah

Tujuan Karya Ilmiah Karakteristik Fisik, Kimia, dan Biologis Prodak Pellet

Indigofera sp sebagai Pakan Kelinci


4

1.3 Kerangka Pemikiran

Kelinci adalah hewan mamalia dari famili Leporidae, yang dapat ditemukan

di banyak bagian bumi. Kelinci berkembangbiak dengan cara beranak yang

disebut vivipar. Dulunya, hewan ini adalah hewan liar yang hidup

di Afrika hingga ke daratan Eropa. Daging kelinci memiliki kandungan gizi

yang tidak kalah baik dibanding daging sapi atau ayam, dalam 100 gram

daging kelinci mengandung kalori sekitar 175 kkal, 33 gram protein, 123 mg

kolesterol, dan total lemak 3,5 gram (dengan kandungan lemak jenuh hanya 1

gram). Dengan dasar itu menjadikan kelinci menjadi pilihan sumber energi

yang baik. Diluar itu kelinci yang baik dan sehat tidak terlepas dengan

pemberian pakan yang sesuai nutrisi yang dibutukan oleh kelinci. Salah satu

bahan pakan yang berkualitas dengan sumber protein yang tinggi adalah

Indigofera sp. Indigofera sp sangat baik sebagai bahan dasar maupun sebagai

pakan suplemen sumber protein dan energi. Dengan pemberian Indigofe`ra

sp dalam bentuk bahan pakan yang berbeda diharapkan menghasilkan

perbandingan peningkatan produktivitas kelinci lokal dan dapat berpengaruh

baik pada efisiensi ransum serta pertambahan bobot badan, dikarenakan

kandungan gizi yang terkandung dalam Indigofera sp dapat memenuhi

kebutuhan hidup pada kelinci sehingga dapat dijadikan bahan pakan alternatif

dan menambah keragaman bahan pakan.


11

BAB II

METODOLOGI DAN HASIL KAJIAN

Pada bagian metodologi dan hasil kajian akan dibahas beberapa studi literatur

yang terdiri dari pencarian data, bahan atau kajian pustaka mengenai hal yang

berhubungan dengan Karakteristik Fisik, Kimia, dan Biologis Prodak Pellet

Indigofera sp sebagai Pakan Kelinci.

2.1 Kelinci

Kelinci (Lepus nigricollis ) merupakan kelompok hewan yang sangat populer

dan digemari masyarakat. Budidaya kelinci ini sangat mudah, bahkan juga

pembuatan pakan pun sangat mudah. Kelinci termasuk dalam hewan mamalia

(menyusui) di karenakan mempunyai kelenjar susu (Anonim, 2007).

Selain itu, jenis kelinci sangat beragam mulai dari kelinci potong (konsumsi),

kelinci hias dan kelinci penghasil bulu. Namun, setiap kelinci memiliki bobot

yang hampir sama mencapai 1 – 7 kg tergantung dengan jenisnya. Kelinci

memiliki struktur badan yang sangat sempurna mulai dari anatomi dan juga

histologinya(Anonim, 2007).
11

Menurut Damron (2003), kelinci dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom/Kerajaan: Animalia

Filum : Chordata (mempunyai penyokong tubuh dalam)

Subfilum : Vertebrata (hewan bertulang balakang)

Kelas : Mammalia (mempunyai kelenjar susu)

Ordo : Lagomorpha (kaki depan pendek)

Famili : Leporidae (telinga panjang)

Genus : Oryctolagus

Spesies : Oryctolagus cuniculus

Kelinci sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia, terutama di daerah

pegunungan, sebagai penghasil pupuk kandang, pemenuhan gizi atau daging

bagi keluarga dan di kota-kota sebagai ternak hias atau hewan kesayangan

(Whendrato dan Madyana, 1986 yang disitasi Hascaryo 2010).

Kelinci adalah hewan herbivora termasuk binatang malam, oleh karena itu

aktivitas hidup seperti makan, minum, kawin dan lain sebagainya dilakukan

pada malam hari, maka bila hari menjelang malam, pakan atau minum harus

disediakan (Ciptadi et al., 1998).


11

Berdasarkan bobotnya, ternak kelinci dewasa dibedakan atas tiga tipe, yaitu

tipe kecil, sedang dan berat. Kelinci tipe kecil berbobot badan antara 0,9 –

2,0 kg, tipe sedang 2,0 – 4,0 kg dan tipe berat 5,0 – 8,0 kg. Ras kelinci

memiliki ukuran, warna dan panjang bulu, pertumbuhan dan pemanfaatan

berbeda-beda antara satu dan lainnya (Sarwono, 2003).

Hewan in dapat mencerna serat kasar, terutama selulosa, dengan bantuan

bakteri yang hidup di dalam sekumnya (Farrel dan Raharjo, 1984 yang

disitasi Brahmantiyo et al., 2014).

Kelinci banyak digunakan sebagai hewan peliharaan, penghasil kulit bulu

(fur) dan penghasil daging (fryer). Kelinci mampu mengubah hijauan

berprotein rendah, yang berasal dari bahan makanan yang tidak dimanfaatkan

oleh manusia sebagai bahan makanan menjadi protein hewani yang benilai

tinggi. Hewan ini mampu mengembalikan 20% protein yang dikonsumsinya

menjadi daging (Lebas et al., 1986 yang disitasi Brahmantiyo et al., 2014).

2.2 Indigofera SP

Indigofera zollingeriana adalah legume yang dapat digunakan sebagai pakan

ternak dan relatif baru dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini memiliki

kandungan protein kasar yang tinggi setara dengan alfafa (25-23), kandungan

mineral yang tinggi ideal bagi ternak perah, struktur serat yang baik dan nilai

kecernaan yang tinggi bagi ternak ruminansia. Meskipun Indigofera tergolong

tanaman yang baik sebagai sumber bahan baku pakan berkualitas, namun

peternak belum banyak memanfaatkan hijauan tanaman ini karena masih


11

terbatas ketersediaanya akibat belum banyak diproduksi (Abdullah et al.,

2010).

Salah satu spesies Indigofera sp. yang direkomendasikan untuk dimanfaatkan

sebagai hijauan pakan ternak adalah Indigofera zollingeriana, yang sejak

tahun 1900 sudah tersebar luas di wilayah pesisir sampai dataran tinggi

Sumatera Indigofera zollingeriana dapat digunakan sebagai hijauan pakan

ternak dan suplemen kualitas tinggi untuk ternak karena kandungan nutrisinya

yang tinggi (Akbarillah et al., 2010).

Tanaman Indigofera zollingeriana adalah jenis leguminosa pohon yang

selama ini belum dieksplorasi potensinya sebagai hijauan pakan ternak.

Berdasarkan penelitian Hassen et al. (2006) menggunakan beberapa spesies

Indigofera antara lain I. amorphoides, I. arrecta, I. brevicalyc, I. coerulea, I.

costata, I. cryptantha, I. spicata, I. trita, I. vicioides diketahui bahwa tanaman

ini berpotensi digunakan sebagai tanaman pakan sekaligus sebagai tanaman

pelindung karena mampu memperbaiki kondisi tanah penggembalaan yang

mengalami over grazing dan erosi.

Beberapa spesies sepertin I. arrecata Hochst. Ex A Rich., I. suffruticosa

Mill., dan I. tinctoria L., dimanfaatkan sebagai pewarna, pakan ternak,

pelindung tanaman pangan, pelindung tanah dari erosi dan sebagai tanaman

hias (Schrire, 2005).


11

Menurut Hassen et al. (2008) produksi tanaman Indigofera zollingeriana

adalah sebesar 2.728 kg/ha. Indigofera zollingeriana memiliki kandungan

protein yang tinggi, toleran terhadap musim kering, genangan air, dan tahan

terhadap salinitas.

Masih dalam Hassen et al. (2008) kandungan protein kasar Indigofera

zollingeriana adalah sebesar 24,3%.

Klasifikasi tanaman Indigofera zollingeriana (Hassen et al., 2006)

sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Family : Rosales

Subfamily : Leguminosainosae

Genus : Indigofera

Spesies :Indigofera zollingeriana

Ciri-ciri legume Indigofera zollingeriana adalah tinggi kandungan protein dan

toleran terhadap kekeringan dan salinitas menyebabkan sifat agronominya

sangat diinginkan (Skerman, 1982).

Saat akar terdalamnya dapat tumbuh kemampuannya untuk merespon curah

hujan yang kurang dan ketahanan terhadap herbivora merupakan potensi yang

baik sebagai cover crop (tanaman penutup tanah) untuk daerah semi- kering

dan daerah kering (Hassen et al., 2004, 2006).


11

Interval defoliasi tanaman ini yaitu 60 hari dengan intensitas defoliasi 100 cm

dari permukaan tanah pada batang utama dan 10 cm dari pangkal percabangan

pada cabang tanaman. Produksi bahan kering (BK) total Indigofera

zollingeriana adalah 21 ton/ha/tahun dan produksi bahan kering daun total 5

ton/ha/tahun (Hassen et al., 2008).

Indigofera sp. berpotensi sebagai sumber bahan pakan unggas karena pada

bagian daunnya memiliki 27.68% protein kasar, 1.16% kalsium, 0.26% fosfor,

3.70% lemak kasar serta serat kasar 15.25%, 0.08% tannin, 0.41% saponin

(Abdullah 2010; Akbarillah 2008).

Menurut Kumar et al. (2005) toleransi tannin dalam pakan unggas sebanyak

2.6 g kg-1, sementara untuk saponin 3.79 g kg-1 (FAO, 2005).

Abdullah dan Suharlina (2010) melaporkan bahwa pertumbuhan indigofera

sangat cepat, adaptif terhadap tingkat kesuburan rendah, mudah dan murah

pemeliharaannya.

Legum Indigofera zollingeriana memiliki kandungan protein yang tinggi,

toleran terhadap musim kering, genangan air dan tahan terhadap salinitas

(Hassen et al., 2007).

Akbarillah et al. (2002) melaporkan nilai nutrisi tepung daun Indigofera

adalah sebagai berikut: protein kasar 27,97%; serat kasar 15,25%, Ca 0,22%

dan P 0,18%. Tepung daun indigofera merupakan sumber protein dan

mengandung pigmen yang cukup tinggi seperti xantofil dan carotenoid.


11

Hasil penelitian Abdullah dan Suharlina (2010), umur panen yang tepat untuk

menghasilkan Indigofera sp. dengan kualitas terbaik adalah pada defoliasi

umur 60 hari.

Indigofera sp. memiliki kandungan PK 20,47%-27,60%, SK 10,97%-21,40%,

NDF 49,40%-59,97%, ADF 26,23%-37,82%, KCBK in vitro 67,39%-

81,80%, dan KCBO in vitro 65,77%-80,47%.

2.3 Pellet

Pellet merupakan ransum berbentuk silinder atau tabung dengan diameter

tertentu, atau berbentuk bulat mengandung nutrien lengkap yang

diformulasikan sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan ternak pada

umumnya diperuntukkan untuk unggas. Menurut Rizal (2005).

Pellet adalah bentuk ransum yang berasal dari berbagai bahan pakan dengan

perbandingan komposisi yang telah dihitung dan ditentukan. Kemudian bahan-

bahan tersebut diolah menggunakan mesin pellet (pelletizer). Tujuan ransum

dibuat menjadi pellet untuk mengurangi loss nutrisi dan dalam bentuk yang

lebih utuh. Pengolahan limbah padat industri menjadi bentuk pellet untuk

meningkatkan kecernaan, meningkatkan efisiensi, memudahkan penanganan

dan transportasi. Selain itu pengolahan pakan menjadi pellet dapat mengurangi

sifat voluminus, sehingga dapat meningkatkan konsumsi bahan kering,

mengurangi pakan tercecer tersisa (Slinger, 1973).


12

2.4 Pembuatan Pellet

Proses pembuatan pellet meliputi pemisahan bahan pencemar, penggilingan,

penguapan “kondisioning”, pencetakan, penekanan serta pendinginan. Proses

kondisioning merupakan proses gelatinisasi melalui pemanasan agar terjadi

perekatan antar partikel sehingga penampakan pellet menjadi lebih baik dan

kompak (Haris dan Karmas, 1986).

Menurut Rizal (2005) menjelaskan lebih lanjut bahwa pemeletan dilakukan

dengan mesin pelletizer akan mengefisiensikan proses pengolahan karena

pellet akan langsung mengering sehingga tidak perlu lagi proses pengeringan.

Pelletizer merupakan alat vital dalam feed mill yang berfungsi untuk

membentuk pakan menjadi pellet. Pelletizer ini mempunyai kecepatan

pengolahan tinggi (kapasitas produksi antara 200-300 kg/jam). Untuk

memproduksi pellet yang diinginkan maka ukuran pellet disesuaikan dengan

lubang cetakan (die).

Menurut Rizal (2005) menyatakan bahwa mesin pellet yang mutakir sudah

dilengkapi dengan unit pemberi uap panas serta laju penggumpalan bahan

input sudah dilakukan secara otomatis. Kemampuan mesin pellet skala besar

bisa mencapai 500 kg/jam. Prinsip kerja mesin pellet yaitu bahan pakan dalam

die akan mengalami proses pengepresan, heating, dan drying akibat tekanan

yang ditimbulkan oleh roll yang berinteraksi dengan dyes tempat bahan

dimampatkan, dan pengaturan die.


13

2.5 Uji Fisik

Uji Fisik adalah uji dimana kualitas produk diukur secara objektif berdasarkan

hal-hal fisik yang nampak dari suatu produk. Prinsip uji fisik yaitu Pengujian

dilakukan dengan cara kasat mata, penciuman, perabaan dan pengecapan dan

alat-alat tertentu yang sudah di akui secara akademis. Ada dua cara yang bisa

dilakukan untuk menguji sifat fisik bahan pangan. Pertama, menggunakan

indera manusia, dengan cara menyentuh, memijit, menggigit, mengunyah, dan

sebagainya, selanjutnya kita sampaikan apa yang kita rasakan. Ini yang

disebut dengan analisa sensori. Karena reaksi kita sebagai manusia yang

menguji berbeda-beda, maka diperlukan analisa statistik untuk menyimpulkan

skala perbedaan ataupun tingkat kesukaan penguji terhadap produk tersebut.

Cara uji kedua dengan pendekatan fisik, menggunakan instrument atau

peralatan tertentu, hasilnya dinyatakan dengan unit satuan meter (m), kilogram

(kg) dan detik (dt). Pendekatan fisik untuk mempelajari sifat mekanis bahan

disebut rheology.

2.6 Uji Kimia

Uji Kimia adalah uji dimana kualitas produk diukur secara objektif

berdasarkan kandungan kimia yang terdapat dalam suatu produk.


14

2.7 Uji Biologis

2.7.1 Uji Daya Cerna

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestilis. Hal tersebut menyangkut

proses pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan

dalam suatu bentuk tertentu sehingga dapat diserap usus. Daya cerna dapat

ditentukan dengan mengukur secara teliti bahan pakan yang dikomsumsi

dan feses yang dikeluarkan. Dari pengukuran yang didukung dengan

analisis kimiawi zat makanan, maka dapat dihitung daya cernanya

(Muchhtadi, 2000).

Pengukuran kecernaan atau nilai cerna suatu bahan pakan adalah usaha

menentukan jumlah nutrien dari suatu bahan pakan yang didegradasi dan

diserap dalam saluran pencernaan. Daya cerna juga merupakan presentasi

nutrisi yang diserap dalam saluran pencernaan yang hasilnya akan

diketahui dengan melihat selisih antara jumlah nutrisi yang dimakan dan

jumlah nutrien yang dikeluarkan dalam feses. Nutrisi yang tidak terdapat

dalam feses inilah yang diasumsikan sebagai nilai yang dicerna dan

diserap (Suhardjo dan Kusharto, 2001).


15

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pellet Indigofera sp dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternative yang

mempunyai potensi sebagai bahan pakan sumber protein dengan kandungan

nutrisi bahan kering 89,47 %, energi 3788 kkal/Kg, serat kasar 15,13 % ,

protein kasar 22,30-31,10 %. Tanaman ini juga sangat toleran terhadap

musim kering dan genangan air sehingga dapat ditanam di wilayah Indonesia.

Pemberian Pellet daun Indigofera sp dalam ransum diharapkan dapat

berpengaruh baik dikarenakan kandungan gizi yang terkandung dalam

Indogofera sp dapat memenuhi kebutuhan hidup pada kelinci

3.2 Saran

Masih minimnya tumbuhan indigofera sp Indonesia, karena ketidaktahuan

akan manfaat dari tumbuhan indigofera sp sebagai pakan sumber protein bagi

ternak khususnya kelinci. Perlu adanya edukasi mengenai pemanfaatan daun

indigofera sp kepada masyarakat luas.


DAFTAR PUSTAKA

Haris, R.S. dan E. Karmas. 1986. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan.

Penerbit Institut Teknologi Bandung, Bandung. Rasyaf, M. 2001. Seputar Makanan Ayam

Kampung. Cetakan IX, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Rizal, A. 2005. Pengolahan Pakan

Ayam dan Ikan Secara Modern. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta. Slinger, S.J. 1973.

Effect of Pelleting and Crumbling Method on the Nutritional Value of Feeds Prodedding

of Symphosium Effect of Processing on the Nutritional of Feeds. natioNal Academi of

Science Washington.

Hubeis, Musa. 2008. Pengetahuan Karakteristik dan Pengukuran Mutu Pangan

Issanchou S. 1996. Consumer expectations and perceptions of meat and meat product

quality

Ali, Usman dan Badriyah. 2010. Intensifikasi Pemeliharaan Kelinci Penghasil Daging

Menggunakan Limbah Industry Tempe dan Onggok Terfermentasi Dalam Pakan

Komplit.DosenFakultasPeternakan.UniversitasIslam Malang.

Anda mungkin juga menyukai