Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MANAJEMEN TERNAK UNGGAS

“Sejarah Ternak Unggas”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Ternak Unggas dari dosen
pengampu : Mega Royani, S.Pt.,M.S

Disusun Oleh:

Muhamad Irpan H 24032118013

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GARUT

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang mana berkat Rahmat dan
Hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Sejarah Ternak Unggas
”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Garut, 13 September 2020

Penyusun

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang sangat baik karena didukung oleh
karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang
sebagian besar muslim, harga relatif murah dengan akses yang mudah diperoleh karena
sudah merupakan barang publik. Komoditas ini merupakan pendorong utama
penyediaan protein hewani nasional, sehingga prospek yang sudah bagus ini harus
dimanfaatkan untuk memberdayakan peternak di pedesaan melalui pemanfaatan
sumberdaya secara lebih optimal.Industri perunggasan di Indonesia berkembang sesuai
dengan kemajuan perunggasan global yang mengarah kepada sasaran mencapai tingkat
efisiensi usaha yang optimal, sehingga mampu bersaing dengan produk-produk unggas
dari luar negeri.

Tidak semua orang memahami asal-muasal atau seluk-beluk perkembangan


perunggasan, meskipun hampir setiap harinya orang mendengar atau bahkan bisa jadi
mengkonsumsi daging dan telur ayam. Bagi mereka ketidakpahaman tersebut memang
tidak perlu dipersoalkan, tetapi bagi peternak atau calon peternak pengetahuan tentang
asal-muasal atau seluk-beluk perkembangan unggasdari waktu ke waktu penting
dimiliki. Hal itu penting karena pemahaman yang baik tentang karakteristik atau sifat-
sifat unggasdapat membantu dalam melancarkan usahanya dalam beternak unggas, baik
untuk tipe ayam pedaging maupun petelur. Terlebih lagi, pemahaman mengenai jenis-
jenis unggasyang unggul perlu diketahui oleh setiap peternak agar dalam usaha
ternaknya dapat mendatangkan keuntungan.Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dibahas mengenai asal-usul dan sejarah perunggasan yang ada hingga sekarang.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana sejarah unggas

b. Perkembangan agribisnis perunggasan di Indonesia

3. Tujuan

A. Untuk mengetahui sejarah unggas

B. Untuk mengetahui perkembangan agribisnis perungggasan di Indonesia


BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah unggas
Asal muasal Unggas (Ayam, Itik, Puyuh, dll) adalah berasal dari ayam hutan liar yang ditangkap dan
dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. dari tahun ke tahun unggas liar mengalami perubahan
melalui proses domestikasi dan di lakukan nya persilangan persilangan dan seleksi yang menghasilkan
jenis unggas yang dapat kita lihat sampai saat ini. Ada jenis unggas yang cenderung menghasilkan telur,
menghasilkan daging, ataupun penghasil telur dan daging (dwiguna). Lebih dari 10.000 tahun yang
lalu,keberadaan ayam sudah ada dalam kehidupan manusia. Pada saat itu masyarakat india melakukan
kegiatan pemeliharaan ayam . pada saat itu masyarakat mendomestikasikan ayam hutan lokal. .ayam
hutan lokal inilah yang merupakan nenek moyang ayam modern kita.Dari lembah indus India inilah
kegiatan mendomestikasi gallus gallus banyak dilakukan serta dipraktekkan di berbagai daerah di India.
Sekitar 500 tahun SM ayam yang di domestikasikan tersebut telah menyebar dan telah mencapai Korea
timur dan Mediterania barat. Pada tahun 100 M, ayam ayam tersebut telah menyebar di peternakan di
Islandia, Madagaskar, Bali, dan Jepang. 500 tahun kemudian, ayam hutan yang sederhana tersebut telah
menaklukan dunia.

Semua ayam modern merupakan keturunan Gallus gallus dari Inda, tetapi pada tahapan awal beberapa
turunan dan varietas telah berkembang (Semua ayam yang bearasal dari keturunan yang sama memiliki
bentuk yang sama tetapi varietas dalam keturunan berbeda dalam hal warna bulu).

Usaha pemeliharaan dan peternakan ayam mulai berkembang pesat di Amerika dan Eropa pada
abad ke-19. Melalui penyilangan atau perkawinanantar-ayam kemudian diarahkan untuk
mendapatkan kelompok jenis ayam ternak baru yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pada tahun
1935 ditemukan strain ayam dengan kecepatan pertumbuhan badan yang tinggi melalui
penggunaan konversi pakan yang hemat. Kemudian strain ayam tersebut dikenal sebagai ayam
broiler/ayam pedaging. Pada awalnya ayam broiler usia delapan minggu hanya mampu mencapai
berat badan 0,72 kg dengan konversi makanan 4,6. Dengan penelitian dan percobaan genetis
yangterus-menerus, pada tahun 2010 mampu dihasilkan ayam broiler berbobot 1,65 kg pada
umur 32 hari dengan konversi pakan 1,65 dan indeks performa 320. Penelitian genetik dan
pemuliabiakan yang terus-menerus juga dilakukan untuk menghasilkan ayam yang mampu
bertelur 300 butir per tahun. Namun, di sisi lain masih banyak jenis-jenis ayam yang menunggu
adanya perbaikan genetis seperti pada ayam kampung yang belum mengalami peningkatan
performance secara drastis seperti pada ayam ras. Selain produk telur dan daging, penemuan
jenis-jenis ayam baru untuk kesenangan juga terus dilakukan. Sebagai contoh adalah munculnya
ayam bekisaryang merdu suaranya. Ayam tersebut merupakan persilangan antara ayam hutan
dengan ayam kampong.

2. Sejarah perunggasan di Indonesia


Tiga Tahap Perunggasan di Indonesia

Tahap Perintisan (1953–1960)

Pada tahap ini para pecinta ayam impor yang tergabung dalam wadah GAPUSI
(Gabungan Peternak Unggas Indonesia) mengimpor ayam jenis White Leghorn(WL), Whole
IslandRed, New Hampire, dan Australopyang peruntukkan untuk hiburan saja tidak untuk tujuan
komersil. Selain itu GAPUSI juga mengadakan kegiatan penyilangan terhadap breedmurni ayam
impor dengan ayam lokal.

Tahap Perkembangan (1961–1970)

Pada tahap ini di tahun 1967 diadakan pameran ternak unggas nasional dan juga
dibarengi dengan kegiatan bimbingan masyarakatkan untuk memasyarakatkan unggas ke
peternak. Tujuannya adalah guna meningkatkan konsumsi protein sekitar 5 gram/kapita/hari.
Pada saat itu komsumsi protein hewani masih 3,5 gram/kapita/hari.

Tahap Pertumbuhan (1971–1980)

Pada tahap ini ditahun 1971 tepatnya tanggal 2 Maret diadakan pameran ternak ayam di
Istana Presiden. Tahun 1978 diadakan kembali sosialisasi atau bimbingan masyarakat kepada
peternak mengenai peternakan ayam broiler. Pada tahun 1980 industri perunggasan dari hulu ke
hilir produksinya mengalami peningkatan yang cukup pesat sehingga dapat menggantikan
protein hewani yang berasal dari kerbau/sapi. Namun sayangnya masa keemasan tersebut harus
hilang akibat krisis moneter yang menimpa Indonesia tahun 1998 yang memyebabkan para
peternak mengalami kebangkrutan.

3. Sejarah Perkembangan agribisnis perungggasan Nasional

Dalam sejarah dan perkembangannya, agribisnis perunggasan nasional mengalami periode yang penulis
sebut sebagai tahap ujian (1998 – 2005). Sangat disayangkan agribisnis perunggasan ikut terguncang
hebat oleh adanya krisis moneter (Krismon) yang melanda Indonesia pada 1998. Para peternak dan
pelaku usaha perunggasan harus mengalami kerugian-kerugian bahkan kebangkrutan.

Beruntung, sistem dan usaha agribisnis yang telah diaplikasikan dalam agribisnis ayam ras pedaging &
petelur dapat menjadikannya ‘relatif cepat pulih’ (selain dari komoditas – komoditas perkebunan
ekspor, yang produsennya justru menikmati keuntungan akibat kurs rupiah anjlok, sehingga rupiah yang
diterima jauh lebih banyak).

Krismon sangat memberatkan perunggasan karena beban biaya produksi yang melonjak tinggi. Harga
sarana produksi impor (bibit, bahan baku pakan, pakan jadi, obat-obatan) meningkat hingga beberapa
kali lipat, sementara harga jual produk daging dan telur ayam jatuh karena daya beli masyarakat lemah.

Disini teruji, bahwa sistem dan usaha agribisnis ayam ras pedaging dan petelur mampu lebih tahan
menghadapi terpaan ekonomi sehingga mampu mendukung ketahanan, ketersediaan, keamanan,
kemandirian pangan pasca krismon dibanding komoditas-komoditas pertanian (non perkebunan).
Daging dan telur ayam yang produksinya sempat anjlok tinggal sepertiga dari produksi sebelum krismon,
dalam tempo kurang dari dua tahun sudah dapat pulih kembali, tersedia kembali dimana-mana dalam
jumlah yang dapat mencukupi kebutuhan masyarakat dengan harga yang terjangkau.

Lepas dari ujian krismon, perunggasan Indonesia kembali diuji oleh serangan penyakit non-ND pada
pertengahan 2003, yang kemudian dirilis sebagai wabah penyakit High Pathogonic Avian Influenza
(HPAI) pada awal 2014. Banyak unggas mati dan juga manusia meninggal. Kondisi ini menimbulkan
kecemasan pada konsumen/masyarakat luas untuk membeli dan menkonsumsi daging dan telur ayam
sehingga berakibat pada produksi/pasokan bibit, pakan, daging dan telur ayam stagnan selama
beberapa tahun hingga 2005. Situasi ini berhasil diatasi setelah pemangku kepentingan mencurahkan
pikiran, dana, tenaga untuk mengatasi penyakitnya dan kampanye-kampanye bahwa produk ayam yang
dihasilkan aman, sehat, dan halal.

Jika pada dekade 1980 hingga 1998 tercatat lebih dari 20 strain ayam tipe pedaging dan sekitar 20 strain
ayam tipe petelur yang telah diimpor ke Indonesia. Kemudian berlakulah seleksi alami menyesesuaikan
dengan kondisi yang ada di Indonesia, sehingga diu 2000 tinggal 10 strain ayam pedaging dan 10 strain
ayam petelur, bahkan memasuki 2003 tercatat tinggal 7 strain ayam pedaging dan 7 strain ayam petelur
yang masih ‘bertahan’.

Strain-strainayam tipe pedaging & tipe petelur yang pernah diimpor antara lain Super-77, Tegel-70, Kim-
cross, Lohman 202, Hy-line, V-dett, Missouri, Cobb, Hubbard, Arbor Arcres, Shaver Starbro, Pilch, Yabro,
Goto, Tatum, Indian River, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”,
Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, CP-706, Peterson, Bouvan, ISA, dan Enya-chick. Penyusutan
jumlah strain yang masuk Indonesia ini juga mengikuti tren teknologi genetik dari produsen genetik
multinasional di dunia.

Di Amerika Serikat sendiri, broiler (ayam pedaging) juga bertumbuh pesat. Pada era 2000-an produksi
broiler disana mencapai sekitar 15 juta ton, 20 % diantaranya atau sekitar 3 juta ton berupa Chicken Leg
Quarter (CLQ) yang tidak digemari dan harus 'dimusnahkan' atau diekspor keluar negeri antara lain ke
negara-negara importir utama seperti Rusia, Hongkong, Mexico, Canada, China, Kuba. Oleh sebab itu,
Amerika Serikat sangat gigih menawarkan CLQ kepada Indonesia yang dianggap sebagai pasar potensial.
Namun, Menteri Pertanian Indonesia pada era itu mengirim surat kepada Menteri Pertanian Amerika
Serikat dan secara tegas menyampaikan pra-syarat utama ayam yang harus dipenuhi jika akan diekspor
ke Indonesia harus Aman, Sehat, Utuh, Halal (ASUH). Selain dari ketentuan Sanitary & Phyto Sanitary
(SPS) dan 'bukan parting', juga harus memenuhi ketentuan 'Fully Dedicated for Halal Procedur' serta
dilakukan pemeriksaan terhadap seluruh Rumah Potong Ayam yang ada disana (Over All Review).

Selain wabah AI-unggas dan berbagai upaya untuk dapat memasukkan CLQ, kembali perunggasan
Indonesia diuji oleh 'bentuk trick lain'. Pada Desember 2014, terjadi bencana alam nasional yaitu
tsunami di Aceh yang berdampak sampai ke Malaysia, Thailand, Sri Langka, Malvides bahkan sampai ke
Somalia di benua Afrika. Amerika Serikat 'berbaik hati' menawarkan bantuan hibah berupa CLQ yang
menurut mereka rencananya akan dikirim ke Arab Saudi. Pada kenyataannya, packaging CLQ tersebut
menggunakan tulisan dan bahasa Rusia, sehingga patut dicurigai bahwa CLQ-CLQ tersebut diragukan
kehalalannya. Semakin diyakini, bahwa pasangan pra-syarat yaitu 'Fully Dedicated for Halal Procedur'
dan 'Over All Review' yang dipersyaratkan oleh Menteri Pertanian yang saat itu dijabat oleh Prof
Bungaran Saragih tersebut tidak mudah untuk dapat dipenuhi.

Dalam rangka menunjang perkembangan agribisnis perunggasan saat itu diperlukan dukungan premiks,
obat-obatan, sera, dan vaksin. Jika semula sera dan vaksin dirintis pemerintah, kemudian muncul banyak
usaha swasta. Produksinya tidak hanya untuk pasar di dalam negeri, melainkan juga untuk diekspor
keluar negeri. Menteri Pertanian Bungaran Saragih sempat meresmikan ekspor obat hewan perusahaan
swasta, antara lain PT Vaksindo Satwa Nusantara yang melakukan ekspor ke-100 ke Pakistan dengan
nilai total ekspor mencapai 2 juta US dolar. Negara-negara tujuan ekspor obat hewan antara lain
Thailand, Filipina, Malaysia, Vietnam, Srilanka, dan Uni Emirat Arab (UEA).

Selain itu, diperlukan pula dukungan peralatan dan mesin seperti peralatan-peralatan handling, grinding,
mixing, storage, packaging/dosing, thermal treatment, water-treatment, dan cleaning. Sebagian besar
sudah mampu diproduksi didalam negeri; untuk beberapa peralatan mesin yang berteknologi tinggi
memang masih harus diimpor. Peralatan dan Mesin tersebut antara lain seperti hatching machine, silo,
dryer, hammer mill, mixer, extruder, pellet mill, tower, water-pump, container, brooding machine,
chicken box, bak pakan, tempat minum, egg-tray, kandang batere, kandang closed house, plastic sheet,
plastic-suit, aluminium foil, dan plastic platform slat. Agribisnis ayam ras saat itu juga memerlukan
banyak truk-truk pengangkut untuk mengangkut

diperlukan lebih dari 10.000 truk tronton ukuran sedang; untuk mengangkut bibit-bibit DOC broiler dan
DOC layer (ayam petelur) dibutuhkan lebih dari truk ringan; untuk mengangkut peralatan dan mesin
diperlukan lebih dari 500 truk ukuran berat, sedang, maupun ringan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

http://troboslivestock.com/detail-berita/2017/04/01/22/8686/don-p-utoyo--perunggasan-nasional-
pasca-krisis-moneter--

https://www.academia.edu/33375052/Asal_Usul_dan_Sejarah_Perunggasan

Anda mungkin juga menyukai