Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

BUDIDAYA HEWAN

OLEH:
KELOMPOK III

DWI ARYANI ASTUTY


EKA SRI WAHYUNI
WIRNA ARSYAD

PROGRAM STUDI STRATA I (S1)


JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapatkan bantuan dan


dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak
memberikan masukan untuk makalah ini dan semua pihak yang telah mendukung
terselesaikannya makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak luput dari kesalahan
baik dari segi materi, sistematika, maupun bahasanya.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat. Penulis mengharapkan


kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penulisan di masa yang
akan datang.

Makassar, 17 April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
D. Manfaat ..................................................................................................... 2

BAB II ISI ............................................................................................................ 3


A. Ayam ......................................................................................................... 3
B. Itik ............................................................................................................. 12
C. Angsa ......................................................................................................... 17

BAB II PENUTUP............................................................................................... 28
A. Kesimpulan................................................................................................ 28
B. Saran .......................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai berbagai macam
hewan, mulai yang bertubuh kecil hingga besar, yang berkaki dua maupun
bekaki empat, yang berbulu tipis hingga tebal, dan ada pula yang memiliki
racun dan tidak. Contohnya saja ular, ular memili racun yang dapat
membunuh ketika terkena gigitannya. Hewan juga dapat digolongkan ke
dalam beberapa jenis seperti mamalia, pisces, amfibi, reptil, dan aves. Mereka
digolongkan berdasarkan pola hidup masing-masing.
Dalam dunia pendidikan khususnya biologi, dikenal juga istilah
zoologi yang artinya ilmu yang mempelajari tentang hewan. Dengan
pengetahuan untuk mengenali ciri-ciri serta perkermbangbiakan hewan
tersebut. Namun, masih banyak hewan yang tidak dikenali oleh kebanyakan
orang karena telah punah.
Tidak mengertinya manusia akan keanekaragaman fauna yang ada di
alam termasuk salah satu faktor yang membuat hewan-hewan yang ada di
alam menjadi punah. Punahnya hewan juga dapat terjadi karena pemburuan
liar yang dilakukan oleh para pemburu hewan yang tidak mengerti akan
keanekaragaman fauna atau orang-orang yang tidak bertanggung jawab telah
merusak tempat tinggal atau habitat dari hewan-hewan tersebut.
Tidak tahunya manusia akan fauna yang beragam tersebut. Padahal
terdapat banyak cara yang dapat mencegah hal tersebut. Misalnya terdapat
beberapa hewan yang bermanfaat sehingga dapat dilakukan budidaya hewan
tersebut. Selain menguntungkan, juga dapat menimalisir terjadinya
kepunahan pada hewan tersebut. Mengenai hal tersebut, maka dibuatlah
makalah ini, guna untuk mengetahui cara membudiyakan beberapa hewan,
dan juga asal-usul dari hewan tersebut, untuk menambah pengetahuan
mengenai hewan.

1
2

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalh dalam makalah ini, yaitu :
1. Seperti apakah asal-usul dari ayam, itik, dan angsa?
2. Bagaimanakah proses budidaya dari ayam, itik, dan angsa?
3. Seperti apakah karakteristik dari ayam, itik, dan angsa?
4. Apa sajakah manfaat dari ayam, itik, dan angsa?
5. Bagaimananakah proses dosmetikasi dari ayam, itik, dan angsa?

C. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini, yaitu untuk mengetahui asal-
asul, proses budidaya, karakteristik, manfaat, dan proses dosmestikasi dari
beberapa hewan.

D. Manfaat
Adapun manfaat dibuatnya makalah ini, yaitu agar mengetahui asal-
asul, proses budidaya, karakteristik, manfaat, dan proses dosmestikasi dari
beberapa hewan.
BAB II
ISI
A. Ayam
1. Asal-usul
Seringkali kita menemui ayam ataupun produk hasil ayam itu
sendiri, tanpa mengetahui sejarah ayam. Ayam sudah cukup populer di
negeri ini, dari desa sampai kota semuanya sudah mengenal ayam.
Daging ayam yang memiliki tekstur lembut, dan harga yang relatif
terjangkau menjadi alasan berkembangnya ayam di negeri ini. Ayam
yang kita pelihara atau yang disebut Gallus gallus domesticus merupakan
unggas yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan untuk keperluan
hidup pemeliharanya. Ayam peliharaan ini merupakan keturunan
langsung dari salah satu subspesies ayam hutan merah (Gallus gallus)
atau ayam bankiva (Bankiva fowl). Kawin silang antara ayam telah
menghasilkan ratusan galur unggul atau galur murni dengan berbagai
macam fungsi, yang paling umum adalah ayam potong dan ayam petelur.
Lebih dari 4000 tahun yang lalu, orang – orang yang tinggal di
tempat yang sekarang bernama India mendomestikasi ayam hutan lokal
yang merupakan asal muasal ayam modern kita. Dari lembah Indus,
praktek memelihara Gallus gallus disekitar rumah menyebar ke berbagai
daerah. Sekitar 500 tahun SM ayam yang didomestikasi tersebut telah
mencapai Korea di timur dan Mediterania di barat. Pada tahun 1000 M,
ayam – ayam di besarkan di peternakan di Islandia, Madagaskar, Bali,
dan Jepang. 500 tahun kemudian, ketika ayam pertama mencapai
Amerika mendarat dari kapal Columbus, ayam hutan yang sederhana
menaklukkan dunia. Semua ayam modern merupakan keturunan dari
Gallus gallus dari India, tetapi pada tahapan awal beberapa keturunan
dan verietas telah berkembang (semua ayam yang berasal dari keturunan
yang sama memiliki bentuk yang sama; varietas dalam keturunan
berbeda dalam hal warna bulu ayam). Orang orang Cina kuno sudah
kenal dengan beberapa jenis ayam, dan begitu juga dnegan orang Yunani.

3
4

Selama ribuan tahun ayam-ayam diternakkan bukan karena kualitas


mereka sebagai ayam pedaging (broiler) atau ayam petelur, tetapi untuk
semangat berjuang mereka atau nilai mereka sebagai benda yang unik,
seperti kemampuan bertarung, keberadaan jengger di kepala, ataupun
bulu yang menarik. Di Asia, peternakan menjamur selama beberapa
abad, dan beberapa breed superior telah dikembangkan. Sementara di
peternakan ayam Eropa, meskipun tersebar luas, tetap menjadi pekerjaan
sampingan. Usaha peternakan unggas, jika ada, lebih diarahkan menuju
angsa daripada ayam. Setelah perang agama yang merusak dan revolusi
petani pada abad ke -16, ayam berhenti menjadi pemandangan yang
umum di kota-kota Eropa atau halaman peternakan. Kebanyakan orang
menghabiskan seluruh hidup mereka tanpa pernah merasakan ayam. Hal
ini berubah secara dramatis pada abad ke -18 dan ke -19, ketika
pengenalan ternak berkualitas dari Asia secara hebat menstimulasi
kepentingan ekonomis dari ayam.
Ayam broiler breeder sekarang ini dikembangkan dari dua sumber
keturunan utama. Untuk garis paternal digunakan keturunan White
Cornish. Keturunan ini dikembangkan di Inggris abad ke -19 dari ayam
aduan Asia. Keturunan White Plymouth Rock, dikembangkan terutama
di USA selama paruh pertama abad ke -20, digunakan sebagai sumber
garis maternal broiler. Keturunan Cornish pada keadaan aslinya, lebih
terspesialisasi pada pertumbuhan otot (dada), sementara ayam betina
White Plymouth Rock adalah ayam petelur terbaik dari kedua jenis.

2. Proses budidaya
a. Persiapan kandang
1) Buat kandang tertutup yang mengelilingi lokasi agar ayam tidak
berkeliaran dan menganggu tetangga.
2) Anda bisa membuat kamdnag menggunakan bambu yang
dianyam atau dipaku.
5

3) Yang terpenting dinding kandang harus rapat agar tidak bisa


dimasuki hewan aliar seperti anjing atau hewan buas lainnya.
4) Tinggi tingging kandang minimal 3 meter, sebab jika dibawah 3
meter dikhawatirkan ayam masih dapat terbang untuk
melewatinya.
5) Sekat kandang menjadi dua bagian, dimana satu bagian untuk
ayam dewasa dan satu yang untuk ayam yang kelas baru mulai
di tetaskan.
6) Setelah kandang siap, maka anda bisa langsung memulai
tahapan budidaya.
7) Seminggu sebelum di tempati sebaiknnya kandang dibersihkan
dan disemprot menggunakan pestisida agar tentunya parasit-
parasit yang ada mati dan tak menganggu prosea budidaya.

b. Pemilihan indukan ayam kampung


Setelah kandang siap, maka tahapan selanjutnya adalah
memilih indukan seperti pada cara budidaya yuyu sawah. Indukan
inilah yang kemudian akan menghasilkam telur dan anakan ayam
kampung yang kelak akan bisa dibudidayakan dan mulai di jual.
Indukan yang baik, tentunya akan memiliki ketuturan yang baik.
Oleh sebab itu, anda wajib memperhatikan beberapa hal berikut ini :
1) Indukan jantan harus memiliki suara kokokan yang lantang, bulu
yang mengkilap, serta sehat dan tidak mengalami kecacatan,
selain itu pejantan juga harus aktif bergerak dan cukup agresif.
6

2) Untuk indukan betina anda bisa memilih yang memiliki warna


yang menarik, ukuran tubuh sudah besar dan siap wanit, bulu
mengkilap, sehat dan tidak cacat, serta memiliki gerakan yang
aktif.
3) Untuk perbandingan pejantan dan betina yang ideal sebenarnya
tidak ada patokan.
4) Anda bahkan bisa mengisi 10 betina dan 1 pejantan dalam
kandang.
5) Setelah memastikan indukan siap bereproduksi maka tentunya
anda bisa langsung memasukkan semua indukan dalam
kandang.
6) Tahap selanjutnya adalah mengawinkan kedua indukan agar
sang betina dapat bertelur dan proses budidaya dapat terus
berlanjut.

c. Mengawinkan indukan
Setelah indukan dilepas di kandang, maka selama beberapa
hari mereka akan beradaptasi dengan lingkungan seperti juga
pada cara budidaya jangkrik untuk pakan burung . Jangan lupa untuk
memberikan pakan tambahan. Proses perkawinan akan dilakukan
oleh kedua indukan jika keduanya telah siap kawin. Anda tidak bisa
mempercepat proses perkawinan, sebab hal ini berlangsung secara
alamiah. Anda hanya bisa menunggu hingga kedua indukan
melakukan perkawinan.
7

Setelah kedua indukan melakukan perkawinan. Anda tetap


harus memberikan pakan secara teratur sebanyak 3 kali dalam sehari.
Pakan yang diberikan dapat berupa pelet dan dikombinasikan dengan
jagung giling atau jagung pipilan. Keberhasilan perkawinan akan
ditunjukkan dengan cara si betina biasanya akan lebih rewel.
Dalam artian ia akan terus berkokok, ini menandakan bahwa
sudah saatnya ia bertelur. Maka yang perlu anda lakukan adalah
memisahkannya dan memindahkannya ke lokasi kandang sebelah
sebagai tempat sementara untuk sang betina bertelur. Biasanya ayam
akan bertelur paling sedikit 5 butir dan bisa mencapai 14 biji telur
untuk sekali bertelur.

d. Menetaskan telur
Untuk memeprcepat proses budidaya maka sebaiknya
penetasan telur dilakukan secara manual atau buatan seperti
pada cara budidaya lobster di kolam terpal . Jika ditetaska melalui
cara buatan waktu yang dibutuhkan lebih singkat yakni hanya 14-20
hari. Sedangkan jika ditetaskan secara alami membutuhkan waktu
yang lebih lama yakni sekitar 25-35 hari saja. Untuk itu, menetaskan
8

secara manual akan lebih menguntungkan dala budidaya. Adapun


langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1) Buatlah kotak penetasan dengan ukuran yang sudah di tentukan.
2) Beri lampu tambahan dengan daya 10 watt.
3) Anda bisa menggunakan lampu bohlam atau lampu neon.
4) Letakkan telur di bawah lampu, kemudian biarkan hingga telur
menetas.
5) Setelah 14-20 hari maka telur akan mulai menetas,setelah ini
maka perawatan dan pemeliharaan intensif harus mulai di
lakukan.

e. Memelihara anakan ayam kampung


Setelah anakan mulai menetas, maka tentunya anda wajib
melakukan pemeliharaan dengan intensif sebagaimana cara budidaya
lele sistem booster . Pemeliharaan yang dilakukan ialah tentunya
memberi pakan. Pakan yang digunakan juga merupakan pakan
khusus dan minum yakni jagung yang digiling dengan halus. Pakan
ini diberikan hingga anakan berusia 2 bulan. Baru setelah lewat dua
bulan, anakan dapat dipindahkan ke kandang dewasa.
Setelah inipun anda tetap wajib melakukan perawatan dan
pemeliharaan berupa pemberian pakan dan minum. Minimal air
minum harus diganti dengan yang baru setiap makasimal dua hari
9

sekali. Bersihkan kandang secara ruti dari kotoran dan sisa makanan
yang menumpuk serta yang paling penting tentunya pemberian
pakan harus dilakukan dengan rutin setiap 3 kali dalam sehari.

f. Ayam kampung siap dijual


Setelah berumur 1-3 bulan maka anakan ayam kampung
sudah bisa di jual ke pasaran seperti juga cara budidaya lobster hias
di akuarium . Namun, tentunya tidak hanya berpatokan
dengan umur saja, sebab pastinya berat atau bobot tubuh ayam juga
akan menentukan nilai jual.
Biasanya bobot ayam yang sudah idela dijual dan di
konsumsi antara 1-2 kg. Ini tergantung dengan permintaan di
pasaran. Sebab tentu kita harus mengikuti bobot standar yang biasa
ada di pasaran. Selain daging, pastinya komodjtas lain dari budidaya
ayam kampung yang dapat dijual adalah telor ayam.
Minat masyarakat akan telur ayam kampung juga cukup
besar. Meskipun harga telur ayamka.pung sendiri relatif cukup
mahal jika di bandingkan dengan telor ayam negeri. Sehingga saat
anda telah memiliki banyak sekali indukan maka produksi telur anda
juga akan semakin besar. Selain itu, kotoran ayampun bisa anda
manfaatkan sebagai pupuk alami untuk tanaman sayuran. Terutama
10

dalam sistem pertanian organik penggunaan pupuk tai ayam ini


wajib digunakak sebagai pengganti pupuk kimia.

3. Manfaat budidaya
a. Ayam mengandung protein hewani
b. Dapat dijadikan usaha
c. Kotorannya dapat dijadikan pupuk
d. Untuk menjlankan hoby sambil bisnis

4. Karakteristik
a. Tergolong hewan hemnifora
b. Memiliki bulu yang beragam
c. Ovivar (hewan bertelur)
d. Memiliki sepasang kaki yang ramping dan ditumbuhi sisik
e. Memiliki jengger berwarna merah diatas dan dibawah kepala.

5. Proses domestikasi
Selama ini hanya Sungai Kuning di Cina dan lembah Indus di
India yang dianggap sebagai pusat domestikasi ayam di dunia. Bukti
arkeologi menunjukkan domestikasi unggas itu telah dimulai di Cina
pada 6.000 sebelum Masehi (SM) dan di India pada 2.000 SM. Namun,
para peneliti di Laboratorium Genetika Bidang Zoologi di Pusat
Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), berhasil
11

menemukan pusat domestikasi ayam yang ketiga, yaitu Indonesia.


Temuan itu diperoleh dari riset terhadap 45 sampel materi DNA darah
ayam hutan merah (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau (Gallus varius).
Sampel darah ayam hutan hijau diambil dari Flores, Sumbawa, Lombok,
Jawa Timur, dan Jawa Tengah, sedangkan sampel darah ayam hutan
merah diambil dari Jawa dan Sulawesi.
Sri Sulandari dan M. Syamsul Arifin Zein, peneliti genetika
molekuler dari LIPI, juga mengumpulkan 484 sampel darah dari 15
rumpun ayam lokal Indonesia. Galur ayam lokal itu adalah ayam cemani,
kedu, kedu putih, pelung, Sentul, wareng, merawang, kapas, kate, Arab
silver, Arab gold, gaok, Nunukan, Kalosi, dan ayam kampung di daerah
Tolaki, Sulawesi Tenggara. "Sebetulnya ada 31 galur ayam lokal di
Indonesia, tapi belum seluruhnya terpantau karena keterbatasan dana, "
kata Sulandari.
Hasil analisis DNA dari sampel darah ayam itu mengidentifikasi
69 haplotipe ayam lokal Indonesia. Itu berarti ayam lokal Indonesia
memiliki keragaman genetik yang tinggi. Berdasarkan isolasi sampel
darah dari tiap individu ayam, ditemukan variasi genetika di antara 15
galur itu. Hasil analisis ini kemudian dibandingkan dengan hasil
penelitian International Livestock Research Institute (ILRI) di Nairobi,
Kenya, untuk menentukan posisi ayam lokal Indonesia. Berdasarkan
sequence DNA tersebut, lembaga penelitian itu berhasil
mengelompokkan ayam di dunia menjadi tujuh cluster (clad)
menggunakan D-loop DNA mitokondria sebagai marker. "Ayam lokal
Indonesia sebagian besar berada di Clad II, hampir 70 persen, " kata
Zein. "Itu menunjukkan ayam lokal Indonesia memiliki ciri khas yang
sangat berbeda dengan ayam lokal lain di dunia. "
Sulandari mengatakan informasi itu diperoleh dari 434 sequence
DNA dari 484 sampel yang diteliti sejak 2005. "Sebagai negara yang
terbukti sebagai salah satu pusat domestikasi ayam di dunia, kita harus
mempertahankan dan melakukan tindakan konservasi terhadap ayam
12

lokal Indonesia, " kata Sulandari. Penelitian karakterisasi molekuler


ayam lokal di Indonesia itu juga memperlihatkan perbedaan ayam
Indonesia dengan ayam lokal dari negara Asia lainnya. Yang menarik,
ada ayam dengan haplotipe yang hampir serupa dengan ayam lokal
Indonesia di Madagaskar, dengan frekuensi sekitar 75 persen berada di
Clad II.
Informasi penyebaran ayam dari tiga pusat domestikasi itu dapat
terlihat pada peta penyebaran ayam di dunia yang disusun berdasarkan
data dari 23 negara. " Ada kemungkinan hal itu terjadi karena hubungan
perdagangan di zaman dulu, karena orang Bugis banyak yang berlayar
sampai ke Madagaskar, " kata Sulandari.
Riset mereka juga menunjukkan bahwa ayam lokal Indonesia
mengelompok dan lebih dekat hubungan kekerabatannya dengan ayam
hutan merah dibanding ayam hutan hijau. Daerah sebaran ayam hutan
merah dari Jawa sampai Sumatera, sedangkan ayam hutan hijau tersebar
dari Flores sampai Jawa Tengah.
Penelitian yang dilakukan Pangeran Akishino pada 1994 dan
1996 juga mendukung riset tersebut. Riset yang dilakukannya
menunjukkan bahwa ayam domestikasi berasal dari satu moyang, yaitu
spesies ayam hutan merah (Gallus gallus).

B. Itik
1. Asal-usul
Menurut Supriyadi (2009), itik yang di masyarakat lebih dikenal
dengan nama bebek (bahasa Jawa) ini, nenek moyangnya merupakan itik
liar (Anas moscha) yang berasal dari Amerika Utara. Seiring
berkembangnya waktu itik liar kemudian dijinakkan oleh manusia hingga
terbentuklah beragam jenis itik, jenis itik yang dipelihara saat ini dikenal
sebagai ternak itik lokal (Anas domesticus) dan itik manila/entok (Anas
muscovy).
13

Menurut Supriyadi, (2009) itik dapat diklasifikasikan sebagai


berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Anseriformes
Famili : Anatidae
Genus : Anas
Species : Anas plathyrhyncos

2. Proses budidaya
a. Pembuatan kandang
Dalam sistem perkandangan ada hal-hal yang harus
diperhatikan:
1) Letak kandang harus jauh dari pemukiman penduduk agar
baunya tidak mengganggu.
2) Jaga temperatur pada kisaran 39°C.
3) Usahakan tingkat kelembapan kandang berkisar antara 60—
65%.
4) Beri penerangan yang memadai agar mudah melakukan
pengecekan.
5) Berikan tempat makan dan minum.
6) Buatlah kandang yang kuat bisa dari bambu agar lebih hemat.
7) Kandang sebaiknya menghadap ke timur untuk mendapatkan
sinar matahari yang cukup.
8) Tinggi kandang sekitar 2 meter dengan lebar disesuaikan dengan
jumlah hewan ternak.
14

b. Pemeliharaan dan pemberian pakan


Beberapa hal yang harus diperhatikan saat pemeliharaan
sebagai berikut.
1) Sanitasi kandang, jaga agar tetap bersih agar tidak terserang
penyakit.
2) Pemeriksaan rutin oleh dokter hewan/dinas peternakan untuk
memantau kondisi hewan ternak.
3) Pemberian pakan berupa ransum dari bahan baku nabati, yaitu
dedak halus, jagung, bungkil kedelai, ampas tahu, tepung daun
pepaya, tepung daun lamtoro, dan tepung daun turi. Selain itu,
bisa juga dari bahan baku hewani, yaitu keong, bekicot, siput,
dan cacing yang diberikan 2 kali sehari saat pagi dan sore hari.
15

c. Pemanenan
Setelah itik masuk masa bertelur, telur bisa dipanen setiap
dini hari. Kumpulkan telur dengan wadah berbentuk keranjang dari
kawat ataupun wadah telur yang bisa ditumpuk dari plastik agar
dapat digunakan berkali-kali. Segera jual telur hasil panen karena
telur itik cepat membusuk.

3. Manfaat budidaya
a. Untuk usaha ekonomi kerakyatan mandiri.
b. Untuk mendapatkan telur itik konsumsi, daging, dan juga pembibitan
ternak itik.
c. Kotorannya bisa sebagai pupuk tanaman pangan/palawija.
d. Sebagai pengisi kegiatan di masa pensiun.
e. Untuk mencerdaskan bangsa melalui penyediaan gizi masyarakat.

4. Karakteristik
a. Paruh bebek berbentuk sudu. Fungsi ciri khusus paruh bebek
berbentuk sudu adalah memudahkan bebek dalam
mencari makanan di lumpur.
b. Lehernya panjang.
c. Kaki berselaput.
16

d. Bulu berlapis lilin.


e. Warna bulu yang berbeda antara bebek jantan dengan betina. ...
f. Jarang bahkan tidak mengerami telurnya.

5. Proses domestikasi
Berdasarkan sejarahnya, itik pertama kali didomestikasi di China
(Cherry & Morris 2008). Meskipun demikian, ada pendapat yang
menyatakan bahwa sejarah domestikasi itik dilakukan di dua tempat,
yaitu China dan Eropa Barat (Clayton 1984). Selanjutnya disebutkan
bahwa Asia Tenggara merupakan pusat utama domestikasi, seperti pada
berbagai jenis ayam. Berdasarkan data-data arkeologi, lingkungan
pertanian yang disukai oleh itik telah ditemukan di daratan
China Selatan. Oleh karena itu, kemungkinan besar itik didomestikasi di
daerah tersebut sebelum dikembangkan khusus di Eropa Barat.
Pada musim dingin, itik-itik bermigrasi dari wilayah utara ke tempat-
tempat terbuka dengan lingkungan yang tersedia banyak air dan pakan
melimpah terutama air dangkal sebagai area sumber pakannya. Dalam
hal bersarang, itik lebih menyukai tempat yang kering, seperti
rerumputan di dataran tinggi, di rawarawa kering, atau daerah
persawahan yang banyak jerami (Crawford 1993). Salah satu tempat
migrasi itik adalah wilayah Indonesia karena memiliki daerah perairan
lebih besar jika dibandingkan dengan daratannya. Daerah perairan
17

merupakan tempat paling disukai oleh itik yang dikenal sebagai unggas
air (water fowl). Oleh karena itu, keberadaan itik di Indonesia merupakan
ternak pendatang. Itik dikelompokkan sebagai ternak lokal, karena daya
adaptasinya yang tinggi pada lingkungan di Indonesia selama bertahun-
tahun dan mampu berkembang biak (Hardjosworo 1995).
Itik domestik diturunkan dari wild mallard (Anas platyrhynchos)
dengan ciri-ciri, antara lain warna bulu cokelat pada tubuhnya, terutama
itik betina, leher dan kepala berwarna hijau terang mengkilap, paruh dan
kakinya berwarna kuning terang, dan warna bulu sayap adalah biru
terang (Crawford 1993). Warna-warna terang dan mengkilap tersebut
diduga membantu sebagai petunjuk kontak visual
ketika sedang bermigrasi (Ogilvie & Pearson 1994). Selain warna bulu,
karakteristik khusus pada Anas platyrhynchos jantan adalah adanya
empat helai bulu ekor yang mencuat ke atas, dan ini hanya dapat
ditemukan pada itik liar (wild mallard) sebagai Anas platyrhynchos
(Cherry & Morris 2008).

C. Angsa
1. Asal-usul
Angsa adalah salah satu dari jenis hewan yang mula pertama
diternakan orang. Gambaran tentang angsa tertera pada dinding
peninggalan kuno Raja Tut di kawasan Asia Kecil. Bila dilihat kembali
pada kebiasaan yang berlaku di negeri Cina pada tahun 4000 tahun
sebelum Masehi, hadiah kesukaan orang tua bagi anak-anak mereka yang
akan menikah adalah berupa sepasang angsa hidup yang merupakan
perlambang perkawinan yang langgeng dan penuh kesetiaan.
Di alam kehidupan liar, angsa merupakan hewan yang bersifat
monogami yang kawin hanya dengan satu ekor pasangan tetapnya saja.
Dengan terus berjalannya sejarah, angsa menjadi terkenal sebagai 'hewan
untuk perayaan perkawinan', bukan semata sebagai perlambang kesetiaan
tetapi juga keberuntungan. Tidak banyak lagi yang diketahui mengenai
18

cerita tentang angsa. Suatu ketika angsa dijuluki sebagai 'silly bird, too
much for one and too little for two'. Pada saat ini pemasaran daging
angsa telah berkembang, dikemas rapi dan siap untu dimasak, sehingga
sangat memudahkan konsumen. Angsa pada jaman sekarang menjadi 'too
much for two' dan bahkan cukup untuk dinikmati oleh seluruh anggota
keluarga.
Para pendahulu di Amerika Serikat telah lama memanfaatkan
angsa dan produk-produk yang berasal dari angsa. Para pemukim
pertama di kawasan New England berjuang keras untuk bertahan
terhadap dinginnya musim salju yang mencekam. Dengan cepat mereka
berusaha memanfaatkan bulu angsa yang lembut itu, hingga mereka
dapat merasa nyaman berada di atas tempat tidur. Lemak yang berasal
dari angsa juga dimanfaatkan untuk menggosok serta mengkilapkan
sepatu boot hitam milik mereka. Bulu angsa juga dimanfaatkan untuk
menandatangani Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat yang
dilakukan pada tanggal 4 Juli 1776.
Tampak aneh bahwa banyak orang menyamakan angsa dengan
sapi dalam hal kegunaan dan manfaatnya. Seandainya dunia ini tidal lagi
mampu menyediakan bahan pakan bijian bagi ternak, hanya ada 3 spesies
ternak sajalah yang akan mampu bertahan, yaitu ruminansia, kelinci dan
angsa, hal ini dikarenakan ketiganya adalah pemakan hijauan.
Tidak seperti halnya jenis-jenis unggas lainnya, angsa dijuluki
sebagai 'roughage burner'. Kegiatan ini memang berlangsung pada awal-
awal pemukiman di Amerika Serikat, bahwa hampir di semua
perladangan petani yang kecil itu ada sekawanan angsa yang dapat
menghasilkan bulu untuk bantal, menghasilkan telur, serta daging yang
lezat untuk saat-saat perayaan istimewa. Angsa itu demikian praktis dan
bermanfaat pada zaman revolusi Amerika hingga pada waktu itu Presiden
Benyamin Franklin pernah mendesak agar angsa digunakan sebagai
lambang negara Amerika Serikat.
19

Meski tidak banyak lagi yang kita ketahui tentang sejarah angsa,
namun kita tahu bahwa angsa sangat penting dalam perkembangan
negara Amerika Serikat. Suatu catatan tentang pesta Thanksgiving Day
pada zaman dahulu, menunjukkan bahwa telah dimanfaatkan daging
rusa, dua ekor kalkun dan sebangak 70 ekor angsa.
Angsa dapat merawat dirinya sendiri di kawasan yang sangat sulit
sekalipun. Meski angsa itu menyukai air, tidak mutlaklah untuk
menyediakan kolam atau aliran air bagi angsa. Angsa dapat
memanfaatkan rerumputan dan gulma yang tumbuh di mana saja. Dalam
keadaan liar, seekor pejantan hanya akan kawin dengan seekor betina
saja. Tetapi dalam proses domestikasi, seekor pejantan dapat mampu
menangani/mengawini 4 sampai 5 ekor betina.
Salah satu contoh yang bagus peternakan angsa dalam skala
besar, adalah yang sekarang terdapat di negara bagian Minnesota. Suatu
kawasan rendah yang jenis ternak lain seperti sapi, domba dan kambing
tidak terlalu senang, dapat merupakan kawasan yang menarik bagi angsa
yang mempunyai kaki berselaput renang itu. Seorang peternak
mempunyai beberapa ribu ekor angsa dan bertumpu hanya pada jenis
rumput yang bernama Reed's Cannary Granss, Suatu jenis rumput yang
tidak banyak disukai oleh ternak. Anak-anak angsa diterjunkan ke
padang rumput pada umur 4 minggu dan dibiarkan berada di sana selama
14 minggu dan kemudian dipasarkan tanpa pemberian pakan tambahan
apapun. Dalam bentuknya yang lain sebidang kawasan bersemak
dibersihkan lalu dipelihara di situ 5500 angsa. Angsa-angsa digunakan
untuk membersihkan tanaman gulma bernama ‘cattail slough’ di daerah
Minnesota.
Kemampuan angsa sebagai 'weeder geese' yaitu membersihkan
rerumputan yang menggangu tanaman pokok, telah dikenal sejak lama.
Angsa mempunyai kesukaan terhadap berbagai jenis tanaman tertentu
dan tidak mengganggu tanaman-tanaman seperti strawberry, asparagus
atau kapas. Karena meluasnya penggunaan herbisida pada akhir-akhir ini,
20

'weeder geese' tidak lagi banyak digunakan untuk membersihkan


rerumputan pengganggu kecuali untuk perkebunana strawberry dan mint.
Pemanfaatan lain yang juga menarik ialah karena adanya
kebiasaan angsa untuk berteriak kalau ada hewan atau orang asing yang
mendekati wilayahnya. Cerita dari sebuah perusahaan pembuat anggur
dan minuman keras di Skotlandia mengalami kesulitan dalam usaha
mengatasi pencurian anggur yang sedang diproses, yaitu anggur yang
sedang mengalami 'aging' di halaman terbuka. Meskipun halaman itu
dipagar rapat serta dijaga oleh anjing, tetapi para pencuri dapat juga
dengan tenang masuk ke dalam kawasan itu dengan cara menerjunkan
anjing betina yang sedang birahi. Kerugian yang ditimbulkan semakin
besar sampai pada akhirnya anjing-anjing penjaga itu disingkirkan dan
sebagai gantinya ditempatkan kawanan angsa. Kawanan angsa itu dengan
cepat sadar akan tugasnya. Angsa itu mula-mula tenang saja, tetapi
begitu ada pencuri yang kelihatan mulailah angsa itu berteriak keras-
keras mencari perhatian pemiliknya. Setelah itu pencuri-pencuri itu tidal
lagi datang ke perusahaan itu, dan perusahaan itu dapat terus berkembang
tanpa gangguan yang berarti.
Produksi angsa secara komersial mampu menyediakan daging
angsa untuk berbagai kebutuhan di seluruh dunia. Di Eropa khususnya di
Inggris, acara yang paling meriah adalah perayaan St. Michael's Day,
yang jatuh pada tanggal 29 September. Kepercayaan mereka mengatakan
bahwa bila mereka makan daging angsa pada hari Mechael, sepanjang
tahun itu mereka tidak akan membutuhkan uang. Di beberapa bagian
Amerika Serikat, khususnya di Pennsylvania, St. Michael's Day juga
diperingati dengan cara yang hampir sama dengan di Inggris. Di Amerika
Serikat angsa digunakan sebagai pengganti kalkun dalam acara-acara
pesta Thanksgiving dan Natal.
Suatu cara atau bentuk lain dalam memproduksi angsa, dilakukan
orang di Perancis. Selama bertahun-tahun para peternak di Perancis telah
menerapkan cara yang dikenal dengan istilah 'stuffing' angsa. Ini tidak
21

lain adalah memberikan kepada angsa sejumlah pakan secara paksa


dengan menggunakan tangan dan semacam corong. Jumlah pakan yang
dapat dihabiskan jauh lebih banyak dari pakan yang dapat dihabiskan
dengan cara biasa. Cara ini dapat sangat meningkatkan besarnya hati
angsa. Dalam keadaan biasa ukuran hati adalah sebesar kepalan tangan,
tetapi dengan pakan paksa dapat dicapai berat hati 0,6 sampai 1,0 kg
dengan harga sampai 10x harga karkas yang biasa.
Hati yang berukuran besar itu lalu dimasak dengan suatu jenis
jamur yang disebut 'truffles' yang tumbuhnya hanya di bagian Selatan
Perancis untuk kemudian dihidangkan sebagai sajian lezat yang terkenal
dengan nama Gooseliver Pate. Hidangan itu sangat terkenal dan sangat
mahal harganya. Para petani Perancis mempunyai pengalaman dan
praktek yang menarik tentang penemuan jamur truffles itu, yang berada
dalam tanah pada kedalaman seperti ubi kentang. Truffles itu masih
tumbuh sebagai tanaman liar yang harus dicari. Babi ternyata memiliki
daya penciuman yang tajam hingga dapat menemukannya di hutan. Para
peternak kemudian melatih babi seperti halnya kalau mereka melatih
anjing, untuk mencari dan menggali tanah yang mengandung truffles itu.
Setelah ketemu, babi lalu ditarik dan diikat pada sebuah pohon dan
peternaknyalah yang kemudian menggali truffles itu. Harga jamur ini
sangat mahal, yaitu sekitar $ 300 tiap kg. Jamur itu lalu dimasak dengan
hati angsa atau berbagai jenis masakan mahal lainnya.
Sebuah perusahaan angsa yang terkemuka di Amerika Serikat
adalah Pietrus Food, Inc yang beralamat di 112 Pine Street, Sleepy Eye,
Minnesota 56085. Hasil tetasan angsa yang baru berumur beberapa hari
dikirim kepada para peternak untuk beberapa waktu lamanya angsa itu
menyelesaikan tugasnya dalam membersihkan gulma atau tanaman
pengganggu di suatu perkebunan. Sekitar 100.000 anak angsa menetas,
lalu dijual dan dibeli lagi dengan cara itu.
22

2. Proses budidaya
Berikut ini merupakan tahapan dalam membudidayakan angsa:
a. Persiapan kandang
Beternak angsa bisa memanfaatkan lahan kosong di belakang
rumah untuk kandangnya. Namun sebaiknya lokasi kandang angsa
berada di tempat yang jauh dari permukiman penduduk karena angsa
mengeluarkan suara yang sangat keras dan dapat mengganggu
penduduk. Kandang ini nantinya untuk tidur, makan, bertelur, serta
melindungi diri dari hewan buas. Angsa merupakan jenis hewan
yang tidak betah berdiam diri di dalam kandang, maka kita juga
harus melepasnya berkeliaran di luar kandang. Buatlah kandang
dengan bahan yang murah dan ramah lingkungan, misalnya dengan
bambu. Sebaiknya angsa dipisahkan antara angsa anakan dengan
remaja dan dewasa. Untuk angsa anakan diletakkan di tempat khusus
yang mempunyai penghangat dari bohlam listrik agar tetap dalam
kondisi yang hangat.

b. Pemilihan bibit
Induk merupakan salah satu penentu hasil budidaya angsa
dan keturunan nantinya. Oleh karena itu, kita harus selektif dalam
memilih indukan. Pemilihan induk juga ditentukan dari tujuan kita
membudidayakan angsa. Apabila kita memlihara untuk sekedar
23

hobby maka harus memilih bibit angsa yang memiliki jenis sesuai
dengan selera kita. Jika hendak menjadikan angsa pedaging, harus
mencari angsa dari keturunan bibit yang gemuk. Dan untuk petelur,
pilihlah yang keturunannya banyak dalam setiap kali bertelur. Dan
tentunya kita juga harus memilih bibit angsa yang sehat
berkualitas. Jenis angsa yang baik dan berkualitas antara lain
Toulouse, Ambden, African, Pilgrim, dan Chinese. Apabila kesulitan
menemukan bibit impor, bisa menggunakan bibit lokal yang
tentunya juga berkualitas.
Kita sering mendengar angsa biasanya bersifat monogami
yang artinya seekor angsa jantan hanya kawin dengan satu ekor
betina saja. Tapi hal ini tidak berlaku pada budidaya tradisional,
karena ternyata seekor angsa jantan dapat mengawini sampai 3 ekor
betina dalam satu kandang.

c. Pemberian pakan yang bermutu


Makanan angsa tidak jauh berbeda dengan unggas lain yaitu
dedak beras, tumbuhan, hewan kecil. Namun, agar pertumbuhannya
maksimal sebaiknya diberi makanan unggas minimal 2 kali sehari
(pagi dan sore). Untuk siang hari kita lepas agar mencari makanan
sendiri. Hal yang harus diperhatikan adalah keseimbangan nutrisi
agar pertumbuhannya baik. Untuk pakan bisa kita berikan jagung,
24

gandum, daging bekicot cacah, ampas tahu, nasi aking (nasi sisa
makanan yang dikeringkan di bawah terik sinar matahari) dan pakan
pakan tambahan seperti dedak yang dicampur sayuran ataupun sisa-
sisa makanan. Untuk anakan angsa bisa juga diberikan pakan jenis
voer dengan kandungan proteinnya yang tinggi yang dapat
membantu pertumbuhan bagi anakan angsa.
Dalam masa perkembangbiakan dan pemeliharaan, sebaiknya
pemberian pakan yaitu 15% protein ditambahkan vitamin dengan
kadar yang sama. Dengan begitu pertumbuhan dan perkembangan
angsa akan cepat meningkat, sehingga produksi telur dan daging
juga akan meningkat.

d. Masa bertelur dan mengerami


Ketika masa bertelur dan mengerami, angsa membutuhkan
sarang khusus agar telurnya terjaga. Dan pada saat itu angsa menjadi
sangat agresif, sehingga kita harus menghindari mengganggunya.
Permasalahan yang sering terjadi adalah angsa kurang pandai dalam
mengerami telur dan bulunya tidak mampu menghangatkan telur
secara maksimal, akibatnya banyak telur yang tidak menetas. Hal ini
bisa ditanggulangi dengan cara menyisipkan telur yang sedang
dierami ke sarang ayam yang sedang mengerami, karena ayam
memiliki suhu tubuh yang lebih hangat. Apabila telur angsa sudah
25

menetas, bisa dipindahkan ke induknya kembali. Namun lebih baik


melakukan penetasan telur dengan inkubator.

e. Pemanenan
Tidak ada ketentuan khusus untuk waktu panen. Kita bisa
menyeleksi angsa mana yang sudah siap dipanen dan belum. Namun
perlu dipertimbangkan bahwa angsa terlalu tua dagingnya lebih
alot. Pada umumnya angsa dapat dipanen saat berumur 4 hingga 6
bulan. Sedangkan apabila ingin memanen telur, biasanya saat angsa
berumur 1 tahun. Untuk angsa petelur, masa produktivitas angsa
mencapai usia 10 tahun. Dalam sekali bertelur, angsa dapat
menghasilkan hingga lebih dari 10 butir. Apabila ingin
mengembangbiakkan angsa, sebaiknya mengawinkan angsa jantan
dengan angsa betina. Lalu indukan tersebut akan bertelur dan
mengeraminya.
26

3. Manfaat budidaya
Berikut merupakan beberapa manfaat daging angsa bangsa bagi
tubuh :
a. Sumber protein, zat besi dan kalsium
Protein sangat penting bagi tubuh. Apabila kekurangan
protein, tubuh akan terasa lemas. Kandungan protein yang
terkandung dalam daging angsa cukup tinggi, sehingga bagus untuk
pertumbuhan anak. Selain kandungan proteinnya, daging angsa juga
mengandung zat besi dan kalsium yang bagus untuk tulang.

b. Penambah stamina
Apabila tubuh terasa kurang bergairah, tentu saja
menyebabkan tubuh menjadi malas dan kurang bersemangat,
sehingga pekerjaan menjadi terhambat. Anda bisa mencoba daging
angsa agar tubuh menjadi sehat dan kuat.

c. Sumber energi
Apabila tubuh terasa kurang bergairah, tentu saja
menyebabkan tubuh menjadi malas dan kurang bersemangat,
sehingga pekerjaan menjadi terhambat. Anda bisa mencoba daging
angsa agar tubuh menjadi sehat dan kuat.

d. Sumber nutrisi
Nutrisi berfungsi untuk mengganti sel yang rusak atau mati
dalam tubuh dengan yang baru. Nutrisi juga sangat diperlukan tubuh
untuk melawan virus dan bakteri jahat, sehingga tubuh tidak mudah
terserang penyakit.
27

e. Menguatkan sistem imun


Sistem imun atau yang biasa disebut sistem kekebalan tubuh
berfungsi sebagai perlindungan tubuh. Apabila sistem imun kuat,
maka tubuh akan terhindar dari serangan virus dan bakteri bahkan
dapat mencegah serangan kanker. Dan sebaliknya, ketika sistem
imun lemah, tubuh akan mudah terserang penyakit dan yang paling
ditakutkan masuknya penyakit kanker. Ada beberapa fungsi sistem
imun, antara lain sistem pertahanan tubuh dan perbaikan sel jaringan

4. Karakteristik
a. Angsa memiliki ukuran tubuh yang lebih besar bila dibandingkan
dengan bebek lainnya.
b. Memiliki leher yang panjang
c. Memiliki sepasang telinga.
d. Tidak memiliki daun telinga.
e. Berkembang biak dengan cara bertelur.
f. Memiliki warna bulu coklat, hitam dan campuran.
g. Tubuhnya ditutupi oleh bulu
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, dapat diarik kesimpulan bahwa beberapa


hewan tersebut berasal dari berbagai daerah atau negara. Hewan tersebut juga
mengalami domestifikasi, kemudian saling melakukan persilangan sehingga
terlahir individu yang baru. Terdapat pula beberapa manfaat dari hewan
tersebut, sehingga dilakukan pembudidayaan.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat penulis harapkan untuk perbaikan ke depannya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono dan Bambang, 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging
(broiler). Yogyakarta : Penerbit Pustaka Nusatama
Fadillah. R, 2007. Sukses Berternak Ayam Broiler. Ciganjur : PT.Agromedia
Pustaka
Hendro, Sunarjono. 1989. Kiat Sukses Beternak Itik . Jakarta : Balai
Penyluhan Peternakan
https://iwanfbx.blogspot.com/2014/06/makalah-budidaya-ternak-bebek.html
(diakses 17 April 2019, 15:43)
Rasyaf. M, 1994. Beternak Ayam Petelur. Jakarta : Penebar Swadaya
Setiawan, Wawan. 1998. Beternak Itik Manila (Entok). Jakarta : Balai Pustaka

29

Anda mungkin juga menyukai