Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TERNAK UNGGAS PETELUR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Remedial Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan
yang Dibimbing oleh Ibu Hasyilatus Syarifah S.Pd

Disusun Oleh:
Orieza Muhammad Rakha Syaputra

MADRASAH ALIYAH NEGRI BINTAN


TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas Makalah Budidaya
Ternak Unggas petelur

Makalah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan
tugas kuliah. Makalah ini telah diupayakan agar dapat sesuai apa yang diharapkan dan
dengan terselesainya Makalah ini sekiranya bermanfaat bagi setiap pembacanya. Makalah ini
penulis sajikan sebagai bagian dari proses pembelajaran agar kiranya kami sebagai
mahasiswa(i) dapat memahami betul tentang perlunya sebuah tugas agar menjadi bahan
pembelajaran.

Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak.
Oleh karena itu, saya mengucapkan rasa syukur yang tulus dan ikhlas kepada Tuhan Yang
Maha Esa, sehingga Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Saya menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kesempurnaan dan dengan segala
kerendahan hati kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga apa yang
kita harapkan dapat tercapai. Dan merupakan bahan kesempurnaan untuk makalah ini
selanjutnya. Besar harapan penulis, semoga makalah yang penulis buat ini mendapat ridho
dari Tuhan Yang Maha Esa

Rabu, 6 Desember 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................2


BAB I .................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..............................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan ........................................................................................................................................5
1.3. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 5
BAB II ....................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .....................................................................................................................................6
2.1 Bebek Ternak .............................................................................................................................6
2.2 Sejarah Ternak Bebek ................................................................................................................7
2.2. Perkandangan ...........................................................................................................................7
2.3. Pakan ...................................................................................................................................... 10
2.4. Manajemen Pemeliharaan ..................................................................................................... 10
BAB III ................................................................................................................................................ 14
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................................... 14
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................................. 14
3.2. Saran .......................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun berdampak pada
peningkatan konsumsi produk peternakan (daging, telur, susu). Meningkatnya kesejahteraan
dan tingkat kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani juga turut
meningkatkan angka perminataan produk peternakan. Daging banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat karena mempunyai rasayang enak dan kandungan zat gizi yang tinggi.Salah satu
sumber daging yang paling banyak dimanfaatkan olehmasyarakat Indonesia adalah bebek.
Daging bebek yang sering dikonsumsi oleh masyarakat diperoleh dari pemotongan bebek.

Bebek merupakan salah satu penyumbang terbesar protein hewani asal ternak dan
merupakan komoditas unggulan.Industri bebek berkembang pesat karena daging bebek
menjadi sumber menu konsumen.Daging bebek mudah didapatkan baik di pasar modern
maupun tradisional.Produksi daging bebek lebih besar dilakukan oleh rumah potong bebek
modern dan tradisional.Proses penanganan di RPB merupakan kunci yang menentukan
kelayakan daging untuk dikonsumsi. Perusahaan rumah potong bebek (RPB) atau tempat
pendistribusian umumnya sudah memiliki sarana penyimpanan yang memadai, namun tidak
dapat dihindari adanyakontaminasi dan kerusakan selama prosesing dan distribusi.

Mengingat tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap keamanan pangan, menuntut


produsen bahan pangan termasuk pengusaha peternakan untuk meningkatkan kualitas
produknya.Walaupun kualitas karkas tergantung pada preferensi konsumen namun ada
standar khusus yang dijadikan acuan.Karkas yang layak konsumsi harus sesuai dengan
standar SNI mulai dari cara penanganan, cara pemotongan karkas, ukuran dan mutu,
persyaratan yang meliputi bahan asal, penyiapan karkas, penglolahan pascapanen, bahan
pembantu, bahan tambahan, mutu produk akhir hingga pengemasan.Untuk itu perlu ada
penerapan manajemen yang baik sejak masih di sektor hulu sampai ke sektor hilir.

4
1.2 Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui permasalahan-permasalahan


yang terjadi di peternakan bebek niaga pedaging, rumah potong bebek dan pasar yang
berkaitan dengan rendahnya kualitas karkas ayam niaga pedaging serta mencari solusi
pemecahannya.

1.3. Rumusan Masalah

1. Mengapa Budidaya harus ternak bebek/itik petelur lokal ?


2. Apa sajakah keperluan yang disiapkan untuk membudidayakanternak bebek/itik petelur
lokal?
3. Bagaimana cara melakukan budidaya ternak bebek ?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bebek Ternak


Bebek lokal, bebek domestik, bebek ternak, atau bebek peliharaan adalah beberapa
jenis itik atau bebek (Anatidae) yang biasa dipelihara atau diternak untuk mendapatkan
daging dan telur bebek. Jenis bebek yang diternak biasanya berasal dari genus Anas dan
Cairina, seperti bebek pelari dan entog. Beberapa bebek lokal yang memiliki bulu dengan
corak yang indah dipelihara sebagai binatang hias dan pertunjukan.
Bebek lokal juga memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan jenis bebek
lainnya, seperti itik serati atau entog dan juga itik melewar. Di Indonesia, bebek sangatlah
populer. Jenis bebek yang dipelihara di Indonesia ialah bebek pelari (Anas platyrhynchos
domesticus), dan serati (Cairina Moschata). Bebek biasanya dipelihara di rumah-rumah
penduduk, di pekarangan, lingkungan pemukiman, ladang dan sawah, dibiarkan bebas
berkeliaran, atau Ditampung di tempan penangkaran khusus bebek. Beberapa kadang
dipelihara bersama-sama dengan ayam dan itik serati atau entog sehingga dapat
menghasilkan keturunan persilangan (hibrida) secara alami, yang biasa disebut dengan bebek
tongki atau brati. Dapat pula dilakukan persilangan secara buatan yang dilakukan oleh
manusia yang bertujuan untuk menghasilkan keturunan yang lebih baik, memiliki banyak
daging antara bebek betina dan mentok jantan, persilangan jenis ini disebut juga dengan
tiktok.
Memelihara bebek dalam penangkaran khusus juga banyak ditemukan di Indonesia.
Pemeliharaan dalam penangkaran biasanya ditemukan di daerah pedesaan di sekitar waduk,
danau atau pinggiran sungai. Pemeliharaan dalam penangkaran ini biasanya dilakukan untuk
mempermudah pengawasan, mencegah bebek bertelur di sembarang tempat, menjaga asupan
makanan bebek, dan mencegah agar bebek tidak terlalu banyak berkeliaran. Produk yang
berasal dari bebek di Indonesia lebih dikenal dalam bentuk telur asin, [5] sedangkan daging
bebek sendiri tidak sepopuler daging ayam. Walau begitu, masakan yang berasal dari daging
bebek mudah dijumpai di sepanjang jalan yang ada di perkotaan. Di beberapa daerah di
Indonesia juga terdapat tradisi menyembelih entog, terutama pada saat hari raya Idul Fitri
dan Idul Adha.

6
2.2 Sejarah Ternak Bebek

Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek ( bahasa jawa ), golongan
terdahulunya merupakan itik liar atau anas moscha yangberasal dari amerika utara. Dengan
berkembangnya waktu, itik terus didibudidayakan oleh manusia sampai akhirnya terbentuk
beranekan ragam jenis itik yang sampai sekarang dipelihara dan diternakan. Dan akhirnya
itikdikenal sebagai itik ternak (anas domesticus ) dan itik manila tau entog(anas muscovy ).
Itik merupakan jenis unggas yang penyebarannya terbilang sangatluar ini karena itik dapat
hidup normal baik didaerah suntropis ataupundaerah tropis. Maka tidak heran jika itik liar
dapat berimigrasi sampai kenegara afrika dan asia seperti Indonesia, malaysia, fhilipina dan
vietnam.
Di Indonesia sendiri itik diperkenalkan pada abad VII oleh orang india. Sebenarnya
orang-orang india ini merupakan tukang bangunan yangsengaja didatangkan oleh Raja
Syailendra untuk membangun candi-candihindu dan budha di indonesia. Ada beberapa mitos
bahwa yang mendorongitik untuk dibudidayakan adalah ritual keagamaan seperti yang
dilakukanmasyarakat bali yang menggunakan itik sebagai salah satu sajian pelengkap upacara
keagaman. Sejarah perkembangan itik sangat pesat terutama pada jamankeemas kerajaan
majapahit. Nah itulah yang menjadi awal penyebaran itikmulai dikenal luas diindonesia
seperti dikalimantan, sumatra, sulawesi danbali. Bahkan pemerintah belanda pun ikut andil
dalam penyebaran itik-itikdi indonesia, melalui kuli-kuli kontrak yang mereka mukimkan di
sumatrapada tahun 1920 khususnya di daerah lampung dan deli.Saat ini itik banyak
dibudidayakan didaerah sumatra ( NAD ),sumatra utara, sumtra utara, pulau jawa yang
meliputi (cirebon, jawa barat,brebes, tegal jawa timur dan mojosari – jawa timur ),
kalimantan, sulawseiselatan dan bali.

2.2. Perkandangan

Kandang yang baik adalah kandang yang dapat memberikan kenyamanan bagi bebek,
mudah dalam tata laksana, dapat memberikan produksi yang optimal, memenuhi persyaratan
kesehatan dan bahan kandang mudah didapat serta murah harganya. Bangunan kandang yang
baik adalah bangunan yang memenuhi persyaratan teknis, sehingga kandang tersebut biasa
berfungsi untuk melindungi ternak terhadap lingkungan yang merugikan, mempermudah tata
laksana, menghemat tempat, menghindarkan gangguan binatang buas, dan menghindarkan

7
bebek kontak langsung dengan ternak unggas lain (Anonimus, 1994).
Kandang serta peralatan yang ada di dalamnya merupakan sarana pokok untuk
terselenggarakannya pemeliharaan bebek secara intensive, berdaya guna dan berhasil guna.
Bebek akan terus menerus berada di dalam kandang, oleh karena itu kandang harus dirancang
dan ditata agar menyenangkan dan memberikan kebutuhan hidup yang sesuai bagi bebek-
bebek yang berada di dalamnya. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini
adalah pemilihan tempat atau lokasi untuk mendirikan kandang serta konstruksi atau bntuk
kandang itu sendiri. Kandang merupakan modal tetap (investasi) yang cukup besar nilainya,
maka sedapat mungkin semenjak awal dihindarkan kesalahan-kesalahan dalam
pembangunannya, apabila keliru akibatnya akan menimbulkan problema-problema terus
menerus sedangkan perbaikan tambal sulam tidak banyak membantu (Williamsons dan Payne,
1993)
Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak bebek meliputi: persyaratan
temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60-70%,
penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar
mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang
disesuaikan dengan umur bebek, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai
kandang box, untuk bebek remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box
yang dibesarkan dan untuk bebek dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang bateray.
Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih
dan tahan lama(Bambang,1995). Persiapan dalam perkandangan adalah :
a. Lokasi kandang
Kandang ideal terletak di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk, mudah
dicapai sarana transportasi, terdapat sumber air, arahnya membujur dari timur ke barat.
b. Pergantian udara dalam kandang.
Bebek bernapas membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Supaya
kebutuhan oksigen selalu terpenuhi, ventilasi kandang harus baik.
c. Kemudahan mendapatkan sarana produksi
Lokasi kandang sebaiknya dekat dengan poultry shop atau toko sarana peternakan.
d. Kepadatan Kandang
Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan,
sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk
produksi panas tubuh. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia
adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang
8
hari pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, bebek cenderung
banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit

Pengaturan kepadatan kandang dilakukan sedemikian rupa untuk mengatasi


kanibalisme akibat terlalu padatnya kandang. Hal ini juga bermanfaat untuk kenyamanan
bebek. Kepadatan kandang juga berpengaruh terhadap produksi, performen dan tingkat
kenyamanan bebek.
Kepadatan tinggi menurunkan berat badan pullet umur 18 minggu (Anderson dan
Adams, 1997), meningkatkan kerusakan dada pada broiler, menimbulkan kanibalisme pada
bebek, yakni bebek saling patuk mematuk sehingga menimbulkan luka pada tubuh ternak
sehingga memudahkan masuknya parasit dan menimbulkan penyakit dan akhirnya
meningkatkan angka kematian, pencapaian berat badan yang rendah dan mengurangi
konsumsi pakan pada broiler, sedangkan konsumsi pakan broiler umur 7 minggu menurun
sebesar 3,7% pada jantan dan 3,9% pada betina ketika kepadatan kandang ditingkatkan dari
10 ekor/m2 menjadi 15 ekor/m2. Kepadatan tinggi yang diasumsikan dengan bobot badan
perluasan lantai mengurangi aktivitas broiler menjadi lebih sedikit berjalan, sebaliknya lebih
banyak mengantuk dan tidur (Cravener et al., 1992).
f. Tipe Kandang
1. Kandang postal.
Kandang ini tidak terdapat halaman umbaran sehingga dalam pemeliharaan sistem ini
bebek-bebek selalu terkurung sepanjang hari di dalam kandang. Litter yang baik harus dapat
memenuhi beberapa kriteria yakni: memiliki daya serap yang tinggi, lembut sehingga tidak
menyebabkan kerusakan dada, mempertahankan kehangatan, menyerap panas, dan
menyeragamkan temperatur dalam kandang (Prayitno dan Yuwono, 1997). Litter merupakan
sistem kandang pemeliharaan unggas denganlantai kandang ditutup oleh bahan penutup lantai
seperti, sekam padi, serutan gergaji, dan jerami padi (Rasyaf, 1994). Keuntungan sistem ini
adalah biaya relatif rendah, menghilangkan bau kotoran, jika litter kering maka pembuangan
kotoran lebih mudah dan dapat menahan panas didalam kandang. Kekurangannya adalah
penyebaran penyakit lebih mudah, Pengawasan kesehatan lewat kotoran sulit diamati
(Campa, 1994).

9
2.3. Pakan
kebutuhan nutrisinya dapat dipenuhi. Protein, asam amino, energi, vitamin, mineral
harus dipenuhi agar pertumbuhan yang cepat itu dapat terwujud tanpa menunggu fungsi-
fungsi tubuhnya secara normal. Dari semua unsur nutrisi itu kebutuhan energi bagi bebek
broiler sangat besar (Rasyaf, 1994). Suprijatna et al. (2005) pakan adalah campuran dari
berbagai macam bahan organik maupun anorganik untuk ternak yang berfungsi sebagai
pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan dalam proses pertumbuhan. Ransum dapat diartikan
sebagai pakan tunggal atau campuran dari berbagai bahan pakan yang diberikan pada ternak
untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi ternak selama 24 jam baik diberikan sekaligus maupun
sebagian (Lubis, 1992). Rasyaf (1994) menyatakan ransum adalah kumpulan dari beberapa
bahan pakan ternak yang telah disusun dan diatur sedemikian rupa untuk 24 jam.

Ransum memiliki peran penting dalam kaitannya dengan aspek ekonomi yaitu sebesar 65-
70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan (Fadilah, 2004). Pemberian ransum bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, pemeliharaan panas tubuh dan
produksi (Suprijatna et al. 2005). Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi)
yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga
pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi. Pemberian pakan
dengan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak dibatasi). Apabila menggunakan pakan dari
pabrik, maka jenis pakan disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan bebek, yang dibedakan
menjadi 2 (dua) tahap. Tahap pertama disebut tahap pembesaran (umur 1 sampai 20 hari),
yang harus mengandung kadar protein minimal 23%. Tahap kedua disebut penggemukan
(umur diatas 20 hari), yang memakai pakan berkadar protein 20 %. Jenis pakan biasanya
tertulis pada kemasannya. Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed
Convertion Ratio). Cara menghitungnya adalah, jumlah pakan selama pemeliharaan dibagi
total bobot ayam yang dipanen.

2.4. Manajemen Pemeliharaan

Pemeliharaan bebek daging ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yaitu tingkat
kematian serendah mungkin, kesehatan ternak baik, berat timbangan setiap ekor setinggi
mungkin dan daya alih makanan baik (hemat). Untuk mencapai hal-hal tersebut ada beberapa
hal pokok yang perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya dalam pemeliharaan bebek pedaging
yaitu perkandangan dan peralatan serta persiapannya, pemeliharaan masa awal dan akhir,

10
pemberian pakan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan pengelolaan (Suyoto, 1983).
Bebek dipelihara selama kurang lebih 6 sampai 7 minggu. Bebek ini tidak
dimaksudkan untuk produksi telur, tetapi diharapkan dagingnya. Sampai umur 5 minggu
beratnya kira-kira sama dengan Bebek dewasa yaitu kurang lebih 1,5 kg. Pemeliharaan
dilakukan dengan pembersihan secara tuntas terhadap kandang dan peralatan yang akan
dipakai didalamnya, baik tempat makanan, tempat minuman,brooder, alat pelingkan dan lain-
lain. Terutama pada kandang lama yang sudah dipakai, sisa-sisa dari ternak yang lama, baik
kotoran, bahan-bahan yang tercecer harus dibersihkan secara tuntas sehingga tidak ada yang
tertinggal, sebab setiap butir sisa dari kawanan bebek yang lama akan ada kemungkinan akan
menularkan sesuatu penyakit kepada kawanan berikutnya. Pembersih dilakukan dengan air
dan bahan pencuci (sabun atau detergen) (Suyoto, 1983)
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha
pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja.
Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai
catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara
efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu
dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki
kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan
kandang bagi ternak yang dipelihara

Teknis pemeliharaan bebek yang baik menurut (Anonimus, 2009), yaitu minggu
pertama (hari ke-1 sampai ke-7). DOC dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera diberi
air minum hangat yang ditambah gula untuk mengganti energi yang hilang selama
transportasi. Pakan dapat diberikan dengan kebutuhan per ekor 13 gram atau 1,3 kg untuk
100 ekor bebek. Jumlah tersebut adalah kebutuhan minimal, pada prakteknya pemberian
tidak dibatasi. Pakan yang diberikan pada awal pemeliharaan berbentuk butiran-butiran kecil
(crumbles). Mulai hari ke-2 hingga ayam dipanen sudah diberi air munum. Vaksinasi yang
pertama dilaksanakan pada hari ke-4. Minggu Kedua (hari ke-8 sampai ke-14). Pemeliharaan
minggu kedua masih memerlukan pengawasan seperti minggu pertama, meskipun lebih
ringan. Pemanas sudah bisa dikurangi suhunya. Kebutuhan pakan untuk minggu kedua adalah
33 gram per ekor atau 3,3 kg untuk 100 ekor ayam.

Minggu Ketiga (hari ke-15 sampai ke-21). Pemanas sudah dapat dimatikan terutama
pada siang hari yang terik. Kebutuhan pakan adalah 48 gram per ekor atau 4,8 kg untuk 100
ekor. Pada akhir minggu (umur 21 hari) dilakukan vaksinasi yang kedua menggunakan
11
vaksin ND strain Lasotta melalui suntikan atau air minum. Jika menggunakan air minum,
sebaiknya ayam tidak diberi air minum untuk beberapa saat lebih dahulu, agar bebek benar-
benar merasa haus sehingga akan meminum air mengandung vaksin sebanyak-banyaknya.
Minggu Keempat (hari ke-22 sampai ke-28). Pemanas sudah tidak diperlukan lagi pada siang
hari karena bulu bebek sudah lebat. Pada umur 28 hari, dilakukan sampling berat badan untuk
mengontrol tingkat pertumbuhan ayam. Pertumbuhan yang normal mempunyai berat badan
minimal 1,25 kg. Kebutuhan pakan adalah 65 gram per ekor atau 6,5 kg untuk 100 ekor
bebek. Kontrol terhadap ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini bebek mulai
rentan terhadap penyakit.

Minggu Kelima (hari ke-29 sampai ke-35). Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan
adalah tatalaksana lantai kandang. Karena jumlah kotoran yang dikeluarkan sudah tinggi,
perlu dilakukan pengadukan dan penambahan alas lantai untuk menjaga lantai tetap kering.
Kebutuhan pakan adalah 88 gram per ekor atau 8,8 kg untuk 100 ekor bebek. Pada umur 35
hari juga dilakukan sampling penimbangan ayam. Bobot badan dengan pertumbuhan baik
mencapai 1,8 sampai 2 kg. Dengan bobot tersebut, bebek sudah dapat dipanen. Maka dapat
disimpulkan bahwa kebutuhan pakan hingga berumur 5 minggu adalah 24,7 kg untuk 100
ekor bebek. Minggu Keenam (hari ke-36 sampai ke-42). Jika ingin diperpanjang untuk
mendapatkan bobot yang lebih tinggi, maka kontrol terhadap bebek dan lantai kandang tetap
harus dilakukan. Pada umur ini dengan pertumbuhan yang baik, bebek sudah mencapai bobot

2,25 kg.

Menurut Ibu Eva untuk pemberian pakan bebek ada 2 (dua) fase yaitu fase starter
(umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu):
 Kuantitas pakan fase starter adalah terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu
minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43
gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur
22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada
umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.
 Kuantitas pakan fase finisher adalah terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur
yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut 37-43 hari)
129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8
(umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57
hari adalah 3.829 gram.

12
Sedangkan Pemberian minum disesuaikan dangan umur bebek yang dikelompokkan
dalam 2 (dua) fase yaitu:
 Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing
minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari)
3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu
ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai
umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari
pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya.
Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
 Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu
minggu ke- 5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9
liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8
(51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4
liter/hari/ekor

Cara Pemberian Pakan:


 Untuk anak bebek umur 1 - 6 hari (kutuk), pakan ditabur atau sediakan pada wadah
yang mudah terjangkau, jenis pakan yang dipakai adalah ransum ayam ras starter
(pakan komersial).
 Bebek umur 7 hari s/d 1 bulan dapat diberikan pakan campuran yaitu pakan bebek ras
starter dicampur dengan katul dan dedak halus, dengan perbandingan 1: 1 atau jagung
giling dan katul dengan perbandingan 2 : 1 dan dapat di tambah protein hewani.
 Bebek umur 2-4 bulan dan seterusnya, diberikan pakan campuran, dedak halus,
jagung giling, dan pakan komersil dengan perbandingan 3:1:1 dan dapat di tambahan
gabah, gaplek dan tepung ikan

13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Budidaya bebek petelur memiliki beberapa keuntungan. Pertama, dari
Segi pemeliharaan, beternak bebek memang lebih mudah dibandingkan dengan beternak
ayam,selain itu juga bebek memiliki pertahanan tubuh yang kuat jika dibandingkan
dengan ayam. Di samping kegiatan yang dilakukan lebihsedikit, beternak bebek juga
tidak dipusingkan dengan jadwal vaksin yangharus dilakukan terhadap unggas.
3.2. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi panduan yang berguna bagi para peternak bebek
baik bagi pemula maupun yang professional.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyowaati, Endah. 2016. “Buku Siswa Biologi untuk SMA/MA Kelas XII”. Intan Pariwara.
Klaten.
Surya, Muhammad. 2017. “Buku Siswa Biologi untuk SMA/MA Kelas XII”. Intan Pariwara.
Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai