0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
561 tayangan31 halaman
Tinjauan dokumen ini membahas industri pakan ternak unggas di Indonesia dengan fokus pada penggunaan protein pakan. Industri ini sangat penting untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat. Namun konsumsi daging dan telur ayam masih rendah dibanding negara ASEAN lainnya, memberi peluang besar untuk pengembangan industri ini. Tantangan ke depan adalah memenuhi gizi masyarakat serta mengekspor produknya.
Tinjauan dokumen ini membahas industri pakan ternak unggas di Indonesia dengan fokus pada penggunaan protein pakan. Industri ini sangat penting untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat. Namun konsumsi daging dan telur ayam masih rendah dibanding negara ASEAN lainnya, memberi peluang besar untuk pengembangan industri ini. Tantangan ke depan adalah memenuhi gizi masyarakat serta mengekspor produknya.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Tinjauan dokumen ini membahas industri pakan ternak unggas di Indonesia dengan fokus pada penggunaan protein pakan. Industri ini sangat penting untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat. Namun konsumsi daging dan telur ayam masih rendah dibanding negara ASEAN lainnya, memberi peluang besar untuk pengembangan industri ini. Tantangan ke depan adalah memenuhi gizi masyarakat serta mengekspor produknya.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
INDUSTRI PAKAN TERNAK UNGGAS
DIINDONESIA:
TINJAUAN DARI PENGGUNAAN MAKRONUTRIEN
PROTEIN PAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
pada Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada
Diucapkan di depan Rapat Terbuka Majelis Guru Besar
Universitas Gadjah Mada °
Pada tanggal 9 Juli 2008
di Yogyakarta
Oleh
Prof. Dr. Ir. Zuprizal, DEA.Bismillahirrochmanirrochim
Yang saya hormati,
Keiua, Sekretaris, dan para Anggota Majelis Wali Amanat Universitas
Gadjah Mada
Ketua, Sekretaris, dan para Anggota Majelis Guru Besar Universitas
Gadjah Mada
Ketua, Sekretaris, dan para Anggota Senat Akademik Universitas
Gadjah Mada
Rektor, dan para Wakil Rektor Senior, Wakil Rektor, Dekan, para Wakil
Dekan, Serta segenap Pejabat Struktural dilingkungan Universitas
Gadjah Mada
Para Dosen, Karyawan, Mahasiswa, sanak saudara, handai taulan, dan
Hadirin para tamu undangan yang berbahagia
Assalamu’alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-N ya pada kita sernua, sehingga pada pagi yang berbahagia ini kita
dapat berkumpul bersama di tempat yang terhormat ini untuk mengikutt Rapat
‘Terbuka Majelis Guru Besar Universitas Gadjah Mada dengan acara pidato
pengukuhan saya sebagai Guru Besar pada Fakultas Petermakan UGM.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi besar, Nabi
Muhammad SAW, bescrta keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman,
amien ya robbal’allamin. Pada kesempatan ini, saya ucapkan terima kasih
kepada Majelis Guru Besar yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besar saya yang berjudul:
Industri Pakan Ternak Unggas di Indonesia:
Tinjauan dari Penggunaan Makronutrien Protein Pakan
Hadirin yang saya hormati
Industyi temak unggas di tanah air saat ini merupakan industri peternakan
yang terbesar dalam menyumbangkan kebutuhan akan protein hewani asal2
temak yang berupa produk telur dan daging ayam bagi bangsa kita. Hampir
dapat dipastikan, bahwa sampai saat ini tidak seorangpun dari bangsa
Indonesia, baik yang ada di desa-desa, ataupun di perkotaan, di pegunungan-
pegunungan ataupun yang hidup di pesisir pantat, yang belum pernah
mengkonsumsi produk peternakan yang berasal dari ternak unggas baik yang
berupa telur ataupun daging ayam. Kalau ibu-ibu dan bapak- bapak beserta
keluarga sedang menyantap hidangan di atas meja makan yang berupa daging
ataupun telur ayam, maka apakah bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian pemah
merenungkan sejenak dari mana asalnya produk-produk tersebut?, inilah dunia
peternakan, dunia kami dan dunia kita semua.
Hadirin yang saya hormati
Diperkirakan pada tahun 2008, tidak kurang dari 10 juta rakyat
Indonesia bertumpu hidupnya dari bisnis perunggasan dengan sirkulasi
keuangan triliunan rupiah pertahunnya. Walaupun pada beberapa tahun
terakhir, industri perunggasan di tanah air tak henti-hentinya diguncang masalah
dan dirundung malang, kita masih ingat di saat-saat terjadinya krisis moneter
pada tahun 1998 yang melanda bangsa kita saat itu, dunia perunggasan juga
terkena imbasnya. Di bisnis perunggasan, krisis moneter saat itu menyebabkan
tingginya biaya produksi peternakan unggas, khususnya harga pakan yang
melambung tinggi (karena bahan baku pakan temak unggas masih sebagian
besar berasal dari import)dan diikuti dengan rendahnya daya beli masyarakat,
hal ini menyebabkan ratusan ribu peternak unggas di tanah air gulung tikar
dengan kerugian mencapai triliunan rupiah. Banu saja dunia bisnis perunggasan
akan bangkit setelah melewati masa-masa krisis moneter, pada akhir tahun
2003 kembali dunia perunggasan Indonesia diguncang dengan “isu”
menyebamya wabah flu burung (Avian influenza/AD di tanah air, ‘Tsu’ wabah
ini tidak saja menghancurkan bisnis perunggasan di Indonesia untuk yang
kesekian kalinya, tetapi juga menjadikan ketakutan yang berlebihan bagi selunuh
masyarakat kita di tanah air, Dunia perunggasan di tanah air sekali lagi
diguncang “gempa”, walaupun demikian kita selalu berharap bisnis perunggasan.
di tanah air di tahun ini dan tahun-tahun yang akan datang akan tetap jaya dan
berkembang dengan pesat. Belajar dari pengalaman-pengalaman yang sangat3 .
berharga yang pernah dihadapi bersama di masa-masa yang lalu, menjadikan
dunia perunggasan di Indonesia lebih dewasa dan lebih tangguh untuk
menghadapi tantangan yang lebih berat dan lebih komplek di masa-masa yang
akan datang.
Hadirin yang saya hormati
Data statistik (FAO, 2006) menunjukkan bahwa Indonesia pada tahun
2005 merupakan negara penghasil telur dan daging ayam terbesar urutan
kesembilan di dunia dalam produksi daging ayam (broiler). USA (18,5 juta
ton), China (14,7 juta ton), Brazil (8,9 juta ton), Mexico (2,3 jutaton), France
(1,97 juta ton), India ( 1,96 juta ton), UK (1,57 juta ton), Spain (1,34 juta
ton), Indonesia (1,27 juta ton), dan Japan (1,24 juta ton), sedangkan untuk
telur yang berasal dari ayam petelur (layer) adalah sebagai berikut: China
(24,3 juta ton), USA (5,33 juta ton), India (2,49 juta ton), Japan (2,46 juta
ton), Rusia (2,05 juta ton), Mexico (1,91 juta ton), Brazil (1,56 juta ton),
France (1,05), Indonesia (0,88 juta ton), dan Turkey (0,83 juta ton)
(Windhorst, 2006). .
Dari data tersebut di atas, maka terlihat bahwa pesatnya perkembangan
industri perunggasan di tanah air saat ini tidak terlepas dari sejarah
perkembangan dunia peternakan di Indonesia yang dimulainya pada akhir
tahun 1960-an di mana era tersebut adalah awal dari mulai masuknya ayam
pedaging (broiler) dan ayam petelur (/ayer) di Indonesia untuk memenuhi
kebutuhan protein hewani asal ternak bagi bangsa kita saat itu. Saat ini, setelah
kita melewati lebih kurang 40 tahun dari awal mulai masuknyaayam broiler
dan ayam layer ke Indonesia, kita sudah dapat dikatakan tidak tergantung
dari import untuk pemenuhan sebagian besar akan kebutuhan daging dan
telur ayam bagi bangsa kita, walaupun dalam kenyataann yakitabelum mampu
untuk memenuhi secara keseluruhan akan kebutuhan standar gizi yang baik
dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat kita. Data statistik pada tahun
2005 menunjukkan bahwa konsumsi daging (termasuk daging yang berasal
dart unggas dan ternak ruminansia) masyarakat kita adalah sebesar 7,11 kg
daging perkapita/tahun (19,5 g/kapita/hari), dan untuk konsumsi telur adalah
4,71 kg telur atau setara dengan 75 butir telur perkapita/tahun (0,2 butir/4
kapita/hari), sampai dengan tahun 2008 ini perubahan konsumsi daging dan
telur ayam untuk masyarakat kita diperkirakan belum bergeser banyak bila
dibandingkan dengan tahun 2005. Konsumsi daging dan telur ayam untuk
negara kita ini, bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, masih
tertinggal cukup jauh. Sebagai contoh: pada tahun 2002 saja, penduduk
Malaysia sudah mengkonsumsi 33 kg daging/kapita/tahun hanya yang berasal
dari daging unggas saja, dan mengkonsumsi 293 butir telur ayam perkapita/
tahunnya, sedangkan masyarakat Thailand sudah mengkonsumsi 12,5 kg daging
unggas/kapita/tahun dan mengkonsumnsi telur sebanyak 142 butir/kapita/
tahunnya (FAO, 2006). Proyeksi rata-rata konsumsi telur penduduk dunia
pada tahun 2015 diperkirakan mencapai sebesar 9,8 kg telur/kapita/tahunnya
(Anonim, 2008a). Jadi, dengan masih rendahnya konsumsi telur ataupun daging
unggas bagi bangsa kita saat ini, ke depan, membuka peluang yang sangat
besar dalam pengembangan industri perunggasan pada khususnya ataupun
industri peternakan pada umumnya.
Tantangan yang harus dihadapi dunia perunggasan di Indonesia di masa-
masa yang akan datang adalah tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan gizi
masyarakat yang berupa daging dan telur ayam saja, tetapi juga harus
direncanakan bagaimana agar dapat mengekspor produk-produk perunggasan
{telur dan daging) secara massif untuk mendatangkan devisa bagi negara.
Tentu hal ini tidak mudah, walaupun demikian usaha-usaha ke arah tersebut
terus dikembangkan oleh beberapa perusahaan perunggasan yang terkemuka
di tanah air untuk menembus pasar global. Ke depan, hal lain yang juga dapat
kita harapkan dari dampak pengembangan usaha bidang perunggasan di tanah
air ini adalah diharapkan dapat menyerap tenaga kerja di subsektor peternakan
_pada khususnya dan sektor pertanian pada umumnya.
Hadirin yang saya hormati
Perkembangan yang pesat dari industri perunggasan di tanah air saat
ini tidak terlepas dari industri penunjang utama lainnya yaitu industri pakan
ternak, khususnya untuk pakan ternak unggas. Diperkirakan, khusus untuk
memenuhi kebutuhan pakan ayam pedaging saja (broiler), produksi pakan
tcrus meningkat. Hal ini terlihat dari produksi DOC (Day Old Chick) (kutuk)5
hanya untuk ayam pedaging saja diperkirakan pada tahun 2008 sebesar
1,250 milyar ekor, dengan rata-rata produksi DOC perminggunya tidak kurang
dari 23 jutaekor, belum lagi ditambah kebutuhan pakan untuk ayam petelur
(ayer) dan unggas-unggas yang lainnya (pakan untuk burung puyubh, itik, dan
Jain-tain), sehingga industri pakan ternak unggas akan menjadi hal yang sangat
penting untuk mencukupi kebutuhan akan pakan ternak-ternak tersebut.
Pakan menjadi komponen yang sangat vital dalam usaha ternak unggas,
hal ini disebabkan karena biaya pakan (makanan ternak) yang merupakan
Komponen terbesar dalam usaha peternakan unggas dapat mencapai 60-75%
dan biaya tidak tetap (variable cost) yang dikeluarkan dalam usaha peternakan
unggas (Richard dan Church, 1998). Untuk itu salah satu kunci utama
keberhasilan usaha petermakan unggas adalah bagaimana kita dapat menguasai
dengan baik pembuatan pakan yang serasi yang memenuhi persyaratan
kebutuhan nutrien (zat gizi) bagi ternak dan tentu saja dengan nilai ekonomis
yang sangat baik atau yang dapat bersaing di pasaran.
Hadirin yang saya hormati
Di Indonesia penelitian-penelitian di bidang nutrisi dan pakan ternak
unggas terus berkermbang dengan pesat, tetapi kita masih ketinggatan bila
dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya. Sebagai salah satucontoh
yaitu: sampai akhir milenium kedua, kita belum memiliki standar kebutuhan
nutrien untuk terak unggas yang benar-benar sesuai dengan kondisi
peternakan yang ada di negara kita yang beriklim tropis yang sangat berbeda
dengan negara-negara dimana standar kebutuhan nutrien untuk temak unggas
tersebut dibuat, seperti halnya: standar kebutuhan nutrien untuk temak unggas
(Nutrient requirements of poultry) yang dikeluarkan oleh NRC-USA
(National Research Council, USA). Standar kebutuhan nutrien untuk unggas
ini di Amerika telah diperkenalkan sejak tahun 1944. Demikian pula di Eropa,
kita mengenal standar kebutuhan nutrien temak unggas yang dikeluarkan oleh
Prancis (AEC) dan juga ARC yang dibuat di Ingegris.
Standar-standar kebutuhan nutrien untuk ternak unggas ini sangat
dibutuhkan dalam membuat atau memformulasikan pakan yang serasi bagi
temak unggas, karena sampai saat ini estimasi kebutuhan akan nutrien untuk6
ternak unggas yang digunakan oleh industri pakan ternak unggas di Indonesia
masih menggunakan standar kebutuhan yang di buat oleh negara-negara
Amerika (NRC) dan Eropa (AEC & ARC). Beberapa hasil penelitian tentang
berapa standar kebutuhan nutrien yang tepat di negara kita telah cukup banyak
dilaporkan, tetapi dari beberapa hasil penelitian tersebut belum memberikan
angka yang seragam antara peneliti satu dengan peneliti yang lainnya, Hal
penting lainnya yang menjadikan catatan tersendiri yaitu belum adanya
kesempatan bersama di antara para peneliti dan pihak industri pakan ternak
unggas yang ada di tanah air ini untuk duduk bersama dan membuat satu
buku standar (seperti halnya NRC ataupun AEC) tentang berapa standar
kebutuhan nutrien yang tepat bagi temak unggas di negeri kita yang beriklim
tropis ini.
Hadirin yang saya hormati
Sejalan dengan perkembangan penelitian-penelitian tentang nutrisi dan
pakan ternak unggas yang cukup mendasar seperti halnya penelitian-penelitian
yang telah kami sebut di atas, maka secara praktis di lapangan industri pakan
ternak unggas juga berkembang dengan sangat pesat. Kalau pada era tahun
1960-an pembuatan pakan ternak di Indonesia masih mencampur sendiri
dengan menggunakan sekop, maka pada era tahun 1970-an pembuatan pakan
sudah merupakan aktivitas industri, walaupun masih berskala kecil (pabrik
pakan sudah menggunakan vertical mixer). Gelombang perubahan industri
pakan ternak unggas di Indonesia dimulai sekitar tahun 1980-an dengan
berdirinya industri pabrik pakan yang berskala besar dengan menggunakan
teknik-teknik perhitungan yang lebih akurat dan manajemen yang lebihefisien,
serta dalam pencampuran pakan telah menggunakan mixer horizontal. Pada
dasawarsa tahun 1990-an dan sampai dengan sekarang, industri pakan unggas
telah menggunakan teknologi tinggi dengan perhitungan-perhitungan yang jauh
lebih akurat dan lebih ekonomis. Untuk menghadapi atau memasuki era
milenium ketiga maka industri pakan temak unggas di tanah air tidak saja
dituntut untuk lebih efisien lagi, tetapi juga harus memperhitungkan satu bentuk
industri yang produk-produknya juga ramah lingkungan dan juga sesuei dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, karena ke depan suka atau
tidak suka, maka industri pakan ternak unggas di Indonesia akan menghadapi7
persaingan yang cukup berat baik secara nasionai ataupun secara global. Untuk
itu pada kesempatan yang baik ini, kami menghimbau perlu adanya peningkatan
kerjasama dalam bidang penelitian-penelitian nutrisi dan pakan unggas baik
antara pusat-pusat riset seperti halnya universitas dengan pihak industri,
sehingga kedepan, perkembangan industri pakan ternak unggas yang ada di
tanah air tidak berjalan sendiri-sendiri, melainkan dapat bergandengan tangan
dengan masyarakat luas untuk bersama-sama dalam menghadapi tantangan
bersama di masa yang akan datang.
Hadirin yang saya hormati
Industri pakan ternak unggas saat ini sudah merupakan industri ulama
dalam menunjang industri perunggasan yan g san gat penting di tanah air. Pada
tahun 2007, kapasitas produksi terpasang pada pabrik-pabrik pakan ternak
di tanah air beryumiah lebih kurang 11 juta ton pertahun. Tetapi produksi
pakan ternak yang ada saat ini baru lebih kurang 6-7 juta ton saja pertahunnya.
Tinggi rendahnya produksi pakan yang ada saat ini tidak terlepas dari jumlah
ayam yang diproduksi, terutama jumlah produksi DOC ayam broiler ataupun
ayam petelur. Pada tahun 2006 jumlah produksi pakan terak lebih kurang
7,27 juta ton, ini diperkirakan dari jurlah impor bungkil kedelai yang mencapai
1,49 juta ton Gjumlah pakan yang diproduksi dapat diprediksi dani jumlah
impor bungkil kedelai, karena kita mengimpor 100% bungkil kedelai untuk
pakan temak). Pada tahun 2007, produksi pakan temak sebesar 7,6 juta ton
(Anonim, 2007), Dengan produksi sekitar 7,6 juta ton tersebut Indonesia
termasuk sepuluh besar produksi industri pakan temak di region Asia Pasifik.
Untuk daerah Asia Pasifik pada tahun 2007 ada 10 besar negara memproduksi
sekitar 184,7 juta ton pakan unggas yang terdiri dari China 84,0 juta ton,
Japan 24,7 juta ton, Korea 15, 7 juta ton, Thailand 10,3 juta ton, India 10.1
juta ton, Philippines 9,2 juta ton, Indonesia 7,6 juta ton, Taiwan 7,2 juta ton,
Australia 5,4 juta ton, dan Malaysia 4,9 juta ton (Anonim, 2008b). Untuk
negara kita produksi sebesar 7,6 juta ton terscbut terdiri dari 46% pakan
untuk dayer (ayam petelur), 39% pakan untuk broiler (ayam pedaging), 7%
pakan untuk breeder (pembibitan) dan 8% sisanya untuk itik, puyuh dan babi
(Dit. BTNR Ditjennak, Deptan, 2007, dalam Anonim, 2007),Hadirin yang saya hormati
Pembuatan pakan ternak unggas oleh industri pabrik-pabrik pakan
termak yang ada di Indonesia masih menggunakan bahan pakan konvensional
seperti halnya jagung untuk bahan pakan sumber energi, dan juga beberapa
bahan pakan sumber protein baik yang berasal dari bahan pakan sumber
protein hewani ataupun yang berasal dari bahan pakan sumber protein nabati
Penggunaan bahan pakan sumber protein, baik yang berasal dari hewani
ataupun nabati masih memegang peranan yang sangat utama dalam menyusun
formula untuk ransum ternak unggas. Hal ini discbabkan karena protein adalah
bagian nutrien yang sangat penting dalam pakan ternak unggas, sehingga temak
unggas yang tidak mendapat protein yang semestinya dalam ransumnya, maka
ternak tersebut tidak dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal.
Secara umum bahan pakan sumber protein yang digunakan untuk
membuat pakan lernak unggas dapat dibedakan dalam tiga bagian besar,
yaitu: (1) bahan pakan sumber protein yang berasal dari tanaman (protein
nabati), (2) bahan pakan sumber protein yang berasal dari hewan (protein
hewani), dan (3) bahan pakan sumber protein yang dibuat secara sintetik.
Secara umum kualitas protein hewani lebih baik jika dibandingkan
dengan protein nabati. Hal ini disebabkan karena komposisi dan imbangan
asam-asam amino dalam protein hewani yang san gat serasi, serta nilai
kecernaan (digestibility value) protein dan asam-asam amino dari bahan
pakan sumber protein hewani jauh lebih baik jika dibandingkan dengan bahan
pakan sumber protein nabati.
Zuprizal e¢ al. (1992) melaporkan bahwa dani beberapa bahan pakan
sumber protein yang berasal dari nabati, yang lazim digunakan dalam membuat
pakan ayam broiler, hanya bungkil kedelai (soyabean meal) yang mempunyai
* nilai nutitif yang hampir samadengan bahan pakan sumber protein yang berasal
dari hewan. Hal ini dicerminkan salah satunya dengan nilai kecermnaan riil (tre
digestibility value) protein dan asam-asam amino yang terkandung dalam
bungkil kedelai tersebut. Lebih lanjut dilaporkan bahwa nilai kecernaan riil
protein bungkil kedelai untuk ayam broiler phase starter sebesar 85%,
sedangkan untuk nilai kecernaan rii] asam amino lisinnya dapat mencapai
sebesar 87%. Dengan tingginya nilai nutritif yang terkandung dalam bungkil
kedelai inilah, yang menjadikan bungkil kedelai digunakan sebagai bahan9
pakan utama sebagai sumber protein untuk membuat pakan ternak unggas
oleh industri pabrik-pabrik pakan di seluruh dunia, termasuk industri pabrik
pakan di Indonesia.
Hadirin yang saya hormati
Pada saat ini untuk memenuhi kebutuhan industri pabrik pakan ternak
di Indonesia akan bahan pakan sumber protein, industri pakan temak unggas
masih menggunakan bahan pakan sumber protein nabati utama yang berasal
dari bungkil kedelai (soyabean meal), dan bahan pakan protein hewani yang,
berupa tepung ikan (fisft real) (walaupun sampai saat ini sudah banyak industri
pabrik pakan yang sudah tidak menggunakan tepung ikan lagi dalam formuta
Tansummnya), alaupun tepung daging, baik tepung daging yang berasal dari
ternak besar (ruminansia) (meat meal) ataupun dari unggas (poultry meat
meal).
Ketergantungan industri pakan termak unggas di tanah air akan bungkil
kedelai merupakan salah satu persoalan yang sangat penting untuk dipecahkan
di masa yang akan datang. Di negara kita, tidak seperti halnya di USA, di
mana bungkil kedelai merupakan hasil samping dari pembuatan minyak kedclai
(soyabean oil) sehingga tidak terjadi kompetisi penggunaan kedelai baik
sebagai bahan pangan (food) ataupun sebagai bahan pakan (feed). Di
Indonesia, kedelai merupakan komoditi pangan yang sangat penting untuk
industri tempe dan tahu, sehingga kita tidak pernah menghasilkan bungkil kedelai
sebagai by product dari industri minyak kedelai.
Penggunaan bahan pakan sumber protein konvensional untuk membuat
pakan ternak menghadapi beberapa kendala, baik dari segi kualitas atupun
kuantitasnya. Salah satu kendala yang dihadapi tidak saja oleh negara kita,
tetapi oleh seluruh masyarakat dunia saat ini dan beberapa tahun ke depan
adalah kekhawatiran akan kekurangan kedelai dan juga jagung untuk bahan
pakan, karena adanya persaingan penggunaan bahan-bahan tersebut batk
untuk pangan (food), pakan (feed) dan energi (biofuel). Diperkirakan akan
terjadi kenaikan penggunaan biji-bijian untuk kebutuhan pangan (foc!) sebesar
45% dari tahun 1996 sampai tahun 2030, sedangkan penggunaan biji-bijian
untuk kebutuhan pakan (feed} dan kebutuhan yang lainnya akan meningkat10
jauh lebih tajam lagi yaitu sebesar 60% (Anonim, 2008c). Persaingan ini
tidak hanya menyebabkan tingginya harga pakan temak, khususnya industri
pakan unggas, tetapi juga menyebabkan tingginya harga pangan (Windhorst,
2007). Untuk itu perlu dicarikan bahan pakan sumber protein ataupun bahan
pakan sumber energi alternatif yang dapat digunakan dalam pembuatan pakan
unggas.
Beberapa penelitian dalam bidang nutrisi unggas melaporkan bahwa
penggunaan asam-asam amino sintetik dalam pakan ternak unggas dapat
mengurangi dalam penggunaan bahan pakan sumber protein yang konvensional.
Hadirin yang saya hormati
Protein yang merupakan molekul organik penyusun sel yang sangat
penting, merupakan makro molekul ataupun polimer dari asam-asam amino
yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Protein ditemukan di semua sel
hidup (Mc Donaid er ad., 2002), tidak ada kehidupan tanpa protein. Protein
biasanya mengandung lebih kurang 16% nitrogen, dan kadang-kadang terdapat
juga didalamnya sulfur, zat besi ataupun fosfor (Colin ef al., 2004), Pada
temak unggas 20-30% protein tubuhnya terdapat dalam bentuk bulu.
Protein yang terkandung dalam bahan pakan ataupun ransum ternak
unggas tidak semata-mata dinilai dari jumlahnya, tetapi yang utama adalah
kualitas dari protein tersebut. Kualitas protein bahan pakan untuk ternak unggas
tidak hanya tergantung dari jumlah dan imbangan dari asam-asam amino yang
terkandung didalamnya, tetapi juga tergantung dari nilai kecernaan
(digestibility value) dan nilai ketersediaannya (availability value) (Zuprizal,
2006).
Kelebihan protein dalam tubuh akan mengalami eliminasi dan dikeluarkan
dari dalam tubuh dalam bentuk senyawa-senyawa yang mengandung unsut
nitrogen. Untuk mengeliminasi kelebihan nitrogen di dalam tubuh menggunakan
sebagian besar energi metabolisme. Pada temak unggas, kelebihan nitrogen
yang tidak digunakan di dalam tubuh baik untuk penambahan berat badan
ataupun produksi telur harus dikonversikan ke dalam komponen non toksik
metabolik yang disebut asam urat yang dikeluarkan bersama feses melalui
kloaka yang kita sebut sebagai ekskreta.i
Produksi dari limbah nitrogen yang berupa asam urat membutuhkan
sejumlah energi yang signifikan yang diambil dari energi yang dibutuhkan untuk
produksi telur ataupun daging. Dampak dari proses metabolisme protein dan
asam amino di dalam tubuh ini dapat meningkatkan penambahan produksi
panas tubuh dan menyebabkan turunnya feed intake (konsumsi pakan) dan
Tmengurangi kinerja ayam broiler ataupun layer, hal ini akan terlihat lebih jelas
terutama di daerah tropik seperti negara kita.
Di dalam beberapa kasus yang sering terjadi, nutrien pembatas utama
pada kondisi stress yang diakibatkan oleh panas (heat stress) bukanlah
protein dan asam-asam amino, tetapi adanya penurunan secara keseluruhan
dari konsumsi energi (energy intake) pada ternak unggas. Walaupun demikian,
kualitas dan kuantitas protein dan asam amino di dalam pakan harus tetap
dijaga dengan baik. Beberapa nutrisionis di negara-negara tropik sering keliru
dalam menterjemahkan penomenaini, yaitu dengan mencoba untuk menghemat
biaya pakan dengan menurunkan kualitas protein pakan dengan menggunakan
bahan-bahan pakan sumber protein yang rendah nilai kecernaan asam-asam
aminonya, hat ini sebaliknya, dapat menyebabkan turunnya feed intake dan
menyebabkan turunnya kinerja produksi temak unggas secara keseluruhan
yang akhirnya dapat menyebabkan kerugian perusahaan tersebut (Coon,
2004).
Hadirin yang saya hormati
Pentingnya penggunaan keseimbangan protein dan asam-asam amino
yang baik dalam pakan disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain: (1)
biaya untuk protein dan asam amino adalah biaya nutrien termahal yang tercapat
-dalam pakan untuk satuan unit berat pakan yang diproduksi (apalagi sampai
saat ini bahan pakan sumber protein yang digunakan oleh pabrik pakan dalam
negeri masih didatangkan dari luar negeri), (2) pencemaran lingkungan yang
diakibatkan oleh adanya sisa protein yang tidak tercerna oleh unggas yang
dapat dibuang melatui limbah kotoran unggas yang dapat mencemari udara
(bau yang menyengat) atau pencemaran air tanah oleh nitrat dan nitrit dari
limbah sisa protein yang tidak tercerna, (3) penggunaan protein pakan dan
asam-asam amino yang kurang baik dapat menyebabkan heat stress pada12
ternak unggas yang disebabkan oleh meningkatnya heat increment yang
berasal dari meningkatnya panas metabolisme tubuh karena adanya inefficient
dalam penggunaan protein dan asam-asam amino untuk kebutuhan tubuh baik
untuk produksi telur ataupun daging.
Ke depan, dalam usaha kita di bidang industri perunggasan, perlu
mendapat perhatian khusus bagaimana kita dapat menekan biaya pakan
seefisien mungkin (terutama dari efisiensi penggunaan bahan pakan sumber
protein), menciptakan peterakan yang ramah lingkungan, dan tentunya dengan
tetap meningkatkannya produkti vitas temak sehingga didapatkan usaha bidang
peternakan yang optimum.
Hadirin yang saya hormati
Sermua hewan ternak, termasuk ternak ruminansia (sapi, domba,
kambing dan kerbau) ataupun ternak non-ruminansia (babi, unggas, dan
tainnya) pada dasamya membutuhkan !ima nutrien dasar yang harus dipenuhi
untuk pertumbuhan dan produksi yang normal bagi temak tersebut. Kelima
nutrien tersebut adalah: energi (yang sebagian besar berasal dari karbohidrat
dan lemak), air, protein, vitamin, dan mineral. Walaupun dengan manajemen
pemeliharaan yang terbaik sekalipun, teak tidak dapat menggunakan 100%
dari nutrien yang dikonsumsinya tersebut. Pada ternak unggas, sebagian dari
nutrien yang tidak dapat digunakan akan disekresikan dan dibuang melalui
kotoran yang berbentuk ekskreta. Sekresi nutrien tersebut dapat berasal dari
rendahnya nilai kecernaan bahan pakan yang diberikan, dan adanya ekses
akibat dari pemberian nutrien yang berlebihan dalam pakan. Kedua faktor
tersebut dan bersama-sama dengan adanya pencemaran kotoran oleh pakan
yang tumpah, serta adanya sekresi dari sel-sel tubuh yang mati menyebabkan
tingginya kandungan nitrogen dalam ekskreta dan akhimya dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran lingkungan.
Untuk menghindari hal-hal tersebut dapat diatasi dengan beberapa
langkah, antara lain: Pertama, perbaikan dalam manajemen pemberian pakan
(pakan tidak diberikan secara berlebihan). Dilaporkan bahwa apabila terjadi
pemborosan dalam pemberian pakan yang berupa tumpahan pakan hanya
sebesar 5% saja dari yang semestinya, maka peternak akan mengalami
kerugian yang sangat berarti, dan lingkungan juga mengalami tambahancemaran13
oleh nitrogen, Kedua, mengurangi kemungkinan kelebihan nutrien dalam pakan
dengan caramembuat scakurat mungkin kebutuhan nutrien untuk ternak, Untuk
protein pengurangan 1% kandungan protein kasar dalam pakan dengan
memperhatikan kebutuhan dan keseimbangan asam-asam amino esensial dalam.
ransumnya, dapat mengurangi 8-10% nitrogen yang hilang di dalam ekskreta.
Hal ini juga mengurangi produksi arnonia dalam kotoran, dan akhimya dapat
Mengurangi pencemaran yang diakibatkan oleh bau yang menyengat dan
kotoran unggas tersebut (Kerr dan Easter, 1995, Coon, 2004). Ketiga
meningkatkan nilai kecernaan protein dan asam-asam arnino yang ada dalam
bahan pakan ataupun ransum yang diberikan kepada ternak. Sebagai ihustrasi,
proses pencemaan adalah penguraian bahan makanan kedalam bentuk nutrien
yang terjadi di dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan
oleh jaringan-jaringan tubuh. Oleh sebab itu semakin tinggi nilai kecernaan
nutrien dalam bahan pakan ataupun ransum yang kita berikan pada temak
maka semakin tinggi pula nutrien yang dapat diabsorpsi dan digunakan oleh
ternak tersebut, dan tentunya semakin sedikit nutrien yang disekresikan
(dibuang) dalam ekskreta.
Pada proses pencernaan terjadi satu seri proses mekanis, kimiawi, dan
mikrobiologis, serta dapat dipengaruhi olch banyak faktor. Beberapa bahan
pakan ada yang lebih baik nilai kecernaannya dibanding bahan yang lainnya,
tetapi beberapa treatment teknologi dapat meningkatkan nilai kecernaan
bahan pakan yang digunakan.
Zuprizal er al. (1992) melaporkan bahwa dengan adanya proses
penyosohan dari rapeseed meal dapat meningkatkan nilai kecernaan riil protein
dan asam-asam amino yang terkandung didalamnya. Hal yang sama dilaporkan
oleh Spiehs (2007). yang melaporkan bahwa langkah lainnya yang dapat
dilakukan yaitu dengan memilih bahan-bahan pakan untuk ransum ternak
dengan nilai kecernaannya yang tinggi.
Hadirin yang saya hormati
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap nilai kecernaan
(digestibility) dan nilai ketersediaan (availability) asam-asam amino pada
ternak unggas telah banyak dilaporkan oleh beberapa peneliti dalam kurun4
waktu dua dekade terakhir ini. Dilaporkan bahwa faktor lingkungan seperti
halnya temperatur lingkungan (temperatur di daerah tropis dan sub tropis)
dan status fisiologi (stater dan finisher, jantan dan betina) pada ternak unggas
sangat berpengaruh terhadap nilai kecernaan (digestibility) dan nilai
ketersediaan (availability) asam-asam amino bahan pakan.
Faktor temperatur lingkungan. Telah diketahui bahwa temperatur
lingkungan (kandang) yang ideal bagi temak unggas pada masa pertumbuhan
adalah sekitar t=21°C, pengaruh temperatur lingkungan terhadap performan
ayam sudah sangat dikenal. Secara umum Jaju pertumbuhan akan menurun
dengan meningkatnya temperatur lingkungan di atas zona termik netralite, yang
menurut Cobb (1991) temperatur t=32°C sudah merupakan temperatur yang
eksesif (kritis). Negara kita yang beriklim tropis dengan temperatur lingkungan
yang cukup tinggi dapat menyebabkan terjadinya perubahan fisiclogis digestif
pada ternak unggas, dan pacla akhimya dapat menurunkan secara keseluruhan
performan produksi dari ternak unggas tersebut.
Zuprizal et al. (1993) melaporkan bahwa nilai kecernaan menurun
dengan meningkatnya temperatur lingkungan (kandang) dari t=21°C ke
1=32°C. Terjadi penurunan sebesar 12% untuk nilai kecernaan riil (true
digestibility) protein dari rapeseed meal, dan hanya terjadi penurunan sebesar
5% untuk soyabean meal (bungkil kedelai). Begitu pula halnya untuk nilai
kecemaan riil dari asam-asam amino yang juga dipengaruhi oleh temperatur
lingkungan. Adanya penurunan nilai kecemaan protein ataupun asam-asam
amino ini disebabkan oleh pengaruh “chock thermic” dari tingginya
temperatur lingkungan (kandang) yang ada. Dalam kondisi yang buruk akibat
panas tersebut maka debit aliran darah akan meningkat pada alat-alat respirasi
bagian atas dan bagian-bagian aktif dalam pembuangan panas lainnya (jengger,
dan lain-lainnya), sedangkan debit aliran darah di alat pencemaan (the gastro-
intestinal tract) akan menurun.
Penurunan debit aliran darah ini sangat penting pada proventrikulus
dibandingkan pada usus halus Gejunum ataupun ileum). Dengan adanya
penurunan debit aliran darah ke alat-alat pencernaan ini, menyebabkan
terjadinya penurunan aktivitas enzimatik, khususnya enzim-enzim protease
yang sangat penting peranannya pada proses pencemaan protein yang berasal
dari bahan pakan, dan pada akhirmya menurunkan nilai kecernaan protein15
ataupun asam-asam amino dengan meningkatnya temperatur lingkungan
(kandang). Perubahan yang diakibatkan adanya “heat stress” pada unggas
dan implikasinya terhadap nilai nutritif dari protein dan asam amino pakan
juga dilaporkan oleh Gonzales-Esquerra dan Leeson (2006). Dilaporkan lebih
jauh bahwa terjadi perubahan akan kebutuhan asam-asam amino dan protein
dengan meningkamya temperatur lingkungan. Hal ini disebabkan antara lain
oleh adanya perubahan intake, nilai digestibility, dan pools dari asam-asam
amino di dalam darah, serta juga perubahan metabolisme dari beberapa nutrien
lainnya.
Faktor umur dan jenis kelamin. Pada ayam pedaging (broiler), efisiensi
penggunaan protein pakan menurun secara reguler sepanjang masa
pertumbuhan. Efisiensi penggunaan protein ini lebih rendah pada ayam betina
dibandingkan dengan ayam yang jantan.
Dari beberapa hasil penelitian mempertihatkan bahwa nilai kecemaan
semu (apparent digestibility value) dari protein bahan pakan menurun dengan
meningkatnya umur hewan. Penurunan dari nilai kecernaan semu tersebut
dimungkinkan oleh dua penyebab, yaitu: (1) penurunan ini mungkin disebabkan
oleh adanya penggunaan protein yang lebih baik pada hewan muda, (2) atau
disebabkan lebih banyaknya protein dalam ekskreta yang berasal dari protein
mikrobia pada hewan yang lebih tua.
Zuprizal et ai. (1992) melaporkan bahwa nilai kecernaan riil (true
digestibility value) dari protein dan asam-asam amino menurun dengan
meningkatnya uur ayam pedaging dari umur 3 ke 6 minggu. Menurunnya
nilai kecernaan mii] protein dan asam-asam amino dengan meningkatya umur
ayam, dapat dijelaskan oleh penurunan aktivitas enzimatik, khususnya: enzim-
enzim protease (enzyme tripsin) dan juga menurunnya absorpsi asam-asam
amino di usus (kbususnya di usus halus). Pada ayam pedaging di masa
pertumbuhan, aktivitas enzim tripsin dan enzim-enzim protease lainnya sangat
tinggi pada masa ayam berumur 14 sampai 2! hari. Setelah ayam berumur
lebih dari 3 minggu, maka aktivitas dari enzim-enzim digestif akan sangat
bervariasi bahkan ada yang menurun. Begitu pula halnya pengaruh umur
terhadap absorpsi intestinal dari asam-asam amino, absorpsi asam amino lisin
akan lebih baik pada ayam muda dibandingkan yang lebih tua (Larbier dan
Leclercq, 1994).16
Hal ini terlihat bahwa hidrolisis protein pakan oleh enzim-enzim digestif
lebih penting dan absorpsi asam-asam amino intestinal juga sangat penting
pada ayam yang lebih muda dibandingkan ayam yang lebih twa. Hal inilah
yang menyebabkan tingginya nilai kecernaan pada ayam pedaging umur 3
minggu apabila dibandingkan dengan ayam pedaging yang berumur6 minggu.
Implikasi dari hasil riset inilah yang sekarang banyak diterapkan di industri
pakan ternak unggas, yaitu dengan membuat pakan yang disebut pakan pre
starter (pakan yang hanya diberikan pada minggu awal umur ayam).
Karakteristik pakan pre starter ini adalah selain nilai kecernaan pakan harus
tinggi, juga density pakan harus ditingkatkan. Kalau dahulu pakan ayam
pedaging phase starter mengandung protein kasar berkisar antara 20-229
saja, sekarang pada pakan pre starter mengandung protein kasar tidak kurang
dari 25% bahkan bisa lebih besar lagi. Pakan ini harus mempunyai daya cema
yang tinggi dan keseimbangan asam-asam aminonya hanus baik, terutama asam-
asam amino csensial, seperti halnya asam amino lisin.
Hadirin yang saya hormati
Faktor lain yang belum mendapat perhatian dalam menyusun/
memformulasikan ransum oleh pabrik-pabrik pakan yang ada sekarang ini
adatah faktor jenis kelamin ayam, khususnya pada ayam pedaging. Dari hasil
penelitian yang pernah dilaporkan bahwa terjadi interaksi antara temperatur
lingk ungan dengan jenis kelamin pada ayam pedaging. Nilai kecernaan asam-
asam amino pada ayam betina menurun dengan temperatur kandang yang
tinggi, tetapi pada ayam jantan pengaruh tersebut tidak terlihat secara signifikan.
Zuprizal er al. (1993) melaporkan bahwa terjadi penurunan nilai
‘kecernaan riil (trwe digestibility value) asam-asam amino sebesar 12 point
untuk ayam betina, dan hanya 3 point untuk ayam jantan. Dengan
memperhatikan adanya interaksi antara faktor temperatur lingkungan, faktor
jenis kelamin dan faktor kualitas bahan pakan yang akan digunakan dalam
membuat ransum, maka industri pakan temak dapat memformulasikanransum
yang ideal untuk pakan ayam pedaging. Ketiga faktor tersebut sangat penting
di negara kita, karena negara kita beriklim tropis dan juga apabila industri-
industri pakan temak unggas yang ada saat ini akan menggunakan bahan pakan7
alternatif sebagai bahan pakan utama yang akan digunakan dalam membuat
ransum, karena bahan-bahan pakan alternatif mempunyai kualitas nutrien yang
telatif kurang baik.
Hadirin yang saya hormati
Dengan memperhatikan nilai kecemaan dari bahan pakan dan beberapa
faktor yang dapat mempengannhinya, maka industri pakan temak unggas yang
ada di negara kita saat ini, sadah scharusnya mempertimbangkan penggunaan
nilai kecernaan baik protein ataupun asam-asarn amino untuk membuat ataupun
memformulasikan ransum yang dihasilkan. ~
Hal ini disebabkan karena formulas ransum yang berdasarkan pada
nilai kecemaan asam-asam amino akan lebih akurat dan lebih ekonomis apabila
dibandingkan dengan formulasi ransum yang konvensional yang berdasarkan
hanya semata-mata pada komposisi kimia protein kasar ataupun total asam-
amino yang ada di dalam pakan yang digunakan tersebut.
Dengan memperhatikan nilai kecernaan protein ataupun asam-asam
amino yang ada, baik pada bahan pakan dan pakan unggas yang digunakan
di negara kita, maka kita dapat mengeftsiensikan penggunaan pakan dan pada
akhimya dapat menghemat biaya pakan yang digunakan oleh peternak dalam
memproduksi daging ataupun telur ayam. Diperkirakan hanya dengan
meningkatkan 10% nilai kecernaan protein dan asam-asam amino dari pakan
yang digunakan peternak saat ini, maka kita akan menghemat devisa yang
terbuang dalam bentuk kotoran unggas sampai triliunan rupiah pertahunnya,
karena saat ini produksi total pakan nasional sebesar 7,2 juta ton per tahun.
Hadirin yang saya hormati
Untuk mendapatkan formulasi ransum yang kandungan nutriennya ideal
dan juga menguntungkan dari segi ckonomis serta mengurangi semnima]
mungkinekses pencemaran yang diakibatkan oleh tidak efisiennya penggunaan
protein dalam pakan ternak unggas, maka beberapa konsep dalam
memformulasikan ransum di industri pakan temak unggas terus berkembang.
Salah satu konsep yang cukup banyak mendapatkan perhatian dari kalangan
nutrisionis ternak unggas adalah konsep protein ideal. Konsep protein ideal18
secara umum diterima sebagai alat yang efisien untuk menentukan kebutuhan,
asam-asam amino bagi temak.
Konsep protein ideal adalah sering diterjemahkan dengan profil optimal
dari asam amino esensial dalam pakan ternak. Walaupun pengetahuan kita
tentang kebutuhan asam-asam amino esensial untuk pertumbuhan yang
‘optimum bagi ternak sudah cukup baik, tetapi perhatian kita tentang keburuhan
asamn-asam amino non esensial masth sangat kurang. Hal ini dapat memberikan
gambaran yang kurang tepat akan kebutuhan nitrogen intake bagi ternak
kita, dikarenakan bahwa asam-asam amino non esensial dapat
merepresentasikan lebih dari 50% akan kebutuhan nitrogen intake bagi termak
unggas. Sampai saat ini, pengetahuan kita tentang proporsi yang optimum
untuk asam-asam amino non esensial dalam konsep protein ideal masih kurang
jelas.
Menurut Stranskes et al. (1988) dalam Heger (2003) mendefinisikan
konsep protein ideal adalah keseimbangan yang baik antara asam-asam amino
esensial dengan asam-asam amino non esensial. Hal ini dapat diperjelas bahwa
konsep protein ideal yang terpenting adalah campuran yang setmbang antara
kebutuhan asam-asam amino esensial dengan sumber nitrogen yang cukup
untuk memenuhi sintesis asam-asam amino non esensial untuk pertumbuhan
yang optimum bagi ternak unggas.
Secara praktis di lapangan, konsep protein ideal juga dapat
direpresentasikan dengan profil dari setiap asam amino esensial dengan
persentase kandungan asam amino lisin di dalam pakan. Hal ini disebabkan
karena asam amino lisin yang merupakan asam amino “suk esensial” (Larbier
dan Leclercq, 1994) dan juga merupakan asam amino pembatas utama (the
first limiting essential amino acid for growth) schingga dalam menyusun
fansum teak unggas, khususnya untuk ayam broiler pada masa pertumbuhan
kebutuhan beberapa asam amino esensial lainnya diekspresikan dengan
kebutuhan asam amino lisin tersebut.
Penerapan konsep protein ideal dalam memfor-mulasikan pakan untuk
ternak unggas merupakan langkah yang sangat penting untuk diterapkan, tidak
saja untuk mencapai performan ayam yang baik dan dapat mendatangkan
keuntungan yang optimum, tetapi yang sangat penting adalah mengurangi
pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari limbah kotoran ayam. Hal ini19
sangat penting Karena untuk beberapa tahun ke depan, problem utama
peternakan unggas di tanah air kita adalah masalah pencemaran lingkungan
yang diakibatkan dari limbah kotoran ternak unggas. Konsep protein ideal
apabila diterapkan dalam formulasi ransum untuk ternak unggas dapat
Mengurangi secara signifikan limbah dari protein pakan yang tidak tercema.
Implementasi dari penggunaan konsep ini dengan memperhatikan juga
tentang keseimbangan asam-asam amino esensial dan nilai kecernaan protein,
serta asam-asam amino dalam pakan akan membenkan obyektif yang baik
terhadap performan yang dicapai, profitability dan juga respek terhadap
lingkungan (Ajinomoto, 2007). Penerapan metode ini sudah cukup banyak
dilaporkan, seperti pada teak non-ruminansia (unggas dan babi) (Ajinomoto,
2007), pada kalkun (Firman dan Boling, 1998), pada ayam broiler digabung
dengan nilai kecernaan asam-asam amino (Dari et af., 2005), dan pada pakan
untuk aquakultur (Aquaculture feeds) (Miles dan Chapman, 2007).
Hadirin yang saya hormati
Seiring dengan terus berkembangnya industri perunggasan di tanah air
dan dalam rangka mencukupi kebutuhan sumber protein hewani asal temak
unggas (telur dan daging ayam) sebagai bagian dari kearmanan dan ketahanan
pangan asal ternak bagi bangsa kita, maka industri pakan temak, khususnya
industri pakan ternak unggas juga akan ikut berkembang.
Ke depan, pabrik-pabrik pakan ternak dalam membuat/
memformulasikan pakan ternak unggas sudah harus mempertimbangkan
penggunaan sumber protein bahan pakan dengan seefisien mungkin.
Penggunaan formulasi ransum dalam menentukan kebutuhan nutrien, khususnya
protein dan asam-asam amino sebaiknya tidak hanya berdasarkan komposisi
kimianya saja (cara konvensional), tetapi sudah harus mempertimbangkan
nilai kecernaan dan nilai ketersediaan, serta konsep-konsep penyusunan
ransum yang ideal. Hal ini tidak saja dapat memberikan hasil produksi yang
optimum bagi ternak unggas (baik broiler ataupun layer), tetapi juga dapat
menckan biaya pakan dan juga mengurangi pencemaran lingkungan yang
diakibatkan adanya penggunaan protein pakan yang kurang efisien (kurang
optimum), dan pada akhimya dapat menguntungkan kita semua.20
Penelitian-penelitian tentang pembuatan pakan yang ideal dan serasi
‘bagi temak unggas tentu terus akan berkembang. Bagi negara kita yang beriklim
tropis dan adanya bahan pakan alternatif yang cukup berlimpah (walaupun
kualitasnya kurang batk) membuka peluang penelitian bersama antara
universitas ataupun lembaga-lembaga penelitian lainnya dengan pihak industri
perunggasan, khususnya industri pakan ternak unggas, yang selama ini belum
terjalin dengan baik dan harmonis.
Pada kesempatan ini kami mengundang pihak industri pakan ternak di
tanah air untuk dapat bekerja sama dengan UGM, khususnya Fakultas
Petemakan UGM, sehingga ke depan kita dapat bersara-sama memecahkan
persoalan-persoalan yang kita hadapi di bidang perunggasan, khususnya di
bidang pakan unggas, dan kita bersama-sama dapat memberikan konstribusi
yang maksimum untuk Negara Republik indonesia yang kita cintai ini, amien.
Hadirin yang saya hormati
Sebelum saya mengakhiri pidato pengukuhan ini, tak lupa saya panjatkan
puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkah dan rahmat-Nya yang telah
mengijinkan saya untuk menerima amanah yang sangat tinggi di bidang
akademik dengan memangku jabatan sebagai seorang Guru Besar pada
Fakultas Peternakan UGM.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada
Pemerintah Republik Indonesia, melalui Menteri Pendidikan Nasional, atas
kepercayaan yang diberikan kepada saya untuk memangku jabatan sebagai
Guru Besar dalam bidang Emu Makanan Ternak pada Fakultas Peternakan
UGM. Demikian juga ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Rektor
Universitas Gadjah Mada beserta jajarannya, Pimpinan dan Anggota Majelis
Guru Besar, Pimpinan dan Anggota Senat Akademik, Dekan Fakultas
Peternakan dan jajarannya, Pimpinan dan Anggota Senat Fakultas, Tim
Penilaian karya ilmiah saya baik di tingkat Fakultas ataupun di tingkat
Universitas yang telah menyetujui dan mengusulkan saya memperoleh jabatan
sebagai Guru Besar.
Pada kesempatan ini juga, saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada guru-guru saya di TK Bhayangkara, dan di SD
Muhammadiyah Pendopo PTSI, Sumatera Selatan serta SD N V21
Pembangunan Bandarjaya, Lampung-Tengah yang telah memberikan
pengetahuan dasar yang tidak ternilai besarnya kepada saya dan saya selalu
mendo’akan semoga semua amal kebaikan guru-guru saya tersebut mendapat
tidho dan balasan dani Allah SWT, amien. Ucapan terima kasih saya sampaikan
juga pada guru-guru saya yang ada di SMP N I Poncowati, Bandarjaya,
Lampung-Tengah, SMAN IKIPII Yogyakarta (yang sekarang menjadi SMA
N 10 Yogyakarta) yang telah banyak menanamkan pengetahuan dan nilai-
nilai kedisiplinan kepada diri saya, sehingga saya merasakan nilai-nilai tersebut
sampai saat ini sangat bermanfa’ at untuk kehidupan saya, semoga amal baik
dari semua guru-guru saya tersebut mendapat balasan yang lebih baik dart
Allah SWT sebagai amal jariyah yang terus mengalir sampai nanti di akhirat,
amien ya robbal’allamin.
Kepada Dr. Soekanto Lebdosukojo, M.Sc. (Alm) dan Dr. Hari Hartadi,
M.Sc. yang untuk pertama kali mengajak saya masuk sebagai asisten
mahasiswa di Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak (Jurusan NMT) Fakultas
Petemmakan UGM, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besamya. Ucapan
terima kasih saya sampaikan juga kepada Prof. Dr. Soedomo
Reksohadiprodjo, M.Sc.(Alm), Prof. Dr. Ir. Ristianto Utomo, M.S., dan Ir.
Widyantoro, M.S. selaku dosen pembimbing dan penguji Skripsi saya yang
telah banyak memberikan dorongan dan semangat untuk terus berprestasi.
Kepada rekan-rekan sejawat dt Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak,
khususnya Lab. Ilmu Makanan Temak, saya ucapkan juga terima kasih yang
sebesar-besarnya.
Ucapan terima kasih khusus saya sampaikan kepada Bapak saya Drs.
M. Kamal, M.Sc. dan keluarga, yang telah menjadi Senior dan sekaligus
orang tua angkat saya di Jurusan NMT, beliaulah yang pertama kali menawari
saya untuk masuk bergabung menjadi Dosen di Jurusan NMT, Fakultas
Peternakan UGM, bahkan beliaulah yang meminta langsung kepada orang
tua saya untuk merelakan saya menjadi staf pengajar di Jurusan NMT, kepada
beliau dan keluarganya semoga Allah SWT selaiu melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, amien.
Kepada Prof. Dr. Soeharto Prawirokusumo, M.Sc. sebagai Dekan
Fakuitas Peternakan UGM saat itu yang telah memberikan ijin kepada saya
untuk melanjutkan studi saya keluar negeri diucapkan terima kasih.22
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada
Bapak Prof. Dr. Ir. Tri Yuwanta, S.U., DEA dan keluarga yang telah
memberikan bantuan yang insyaA ah tidak akan pernah terlupakan, ci saat
kami dalam menghadapi kesulitan tinggal di negeri orang di daerah Tours,
France, beliau sekeluargalah yang menjadi tumpuan harapan kami saat itu.
Pak Tri juga memberikan kepercayaan kepada kami untuk dapat bersama-
sama beliau menjalankan amanah sebagai pengurus Fakultas Petemakan
periode 2004-2008, terima kasih Pak ‘Tri, do’a kami selalu untuk Bapak dan
keluarga.
Ucapan terima kasih juga tak lupa kami haturkan kepada Prof. P.Jego,
Prof. C.M. Mathieu, Dr. M. Larbier sebagai pembimbing pada saat saya
menempuh program S2 (DEA) dan program doktorat (S3) di ‘Universite
de Rennes I, Rennes, France, dan riset yang saya kerjakan di bawah
bimbingan Dr. M. Larbier di Station de Recherches Avicol (SRA) de
U Institute National de la Recherche Agronomique (INRA) Centre de Tours,
Nouzilly, France. Ucapan terima kasih juga kami sekeluarga sampaikan
kepada keluarga Monsieur et Madame Chagneau yang telah menjadi keluarga
kami saat kami berada di Tours, France. Kepada Dr. J.R. Bonami dan
Dr. Widodo, saya ucapkan juga tcrima kasih atas kesediaan telah menerima
saya sebagai peserta program Post-Doc di Lab. CNRS, de l ‘Universite de
Montpellier I, Montpellier, France.
Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh Dosen saya dan teman-
teman sejawat Dosen, karyawan, serta mahasiswa (S1, $2, dan $3)di Fakultas
Peternakan UGM khususnya, dan di UGM pada umumnya atas bantuan dan
kerjasamanya yang baik selama ini sehingga terciptanya suasana proses belajar
dan mengajar yang menycnangkan dan baik di Universitas yang kita cintai ini,
Ucapan terima kasih juga saya haturkan kepada teman-teman yang
ada di Universitas Gadjah Mada, di Yayasan UGM, dan teman-teman lainnya
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, karena terbatasnya tempat dan
waktu yang diberikan dalam acara pengukuhan ini.
Kepada kedua orang tua saya yang sangat saya cintai dan hormati,
Ayahanda H. Rozali Enek dan Ibunda Hj. Rosminah yang telah melahirkan
saya, membesarkan, mendidik, menyayangi dan memberikan dasar-dasar
tentang nilai-nilai keagamaan, budi luhur, kerja keras dan kejujuran, saya23
ucapkan terima kasih, dan kami selalu berdoa semoga Allah SWT selalu
memberikan keschatan dan kebahagiaan dunia akhirat kepada keduanya,
amien. Kepada kedua orangtua mertua saya, Bapak (Alm) Moch. Anwar
dan Ibunda Ma’ rifah saya ucapkan terima kasih atas kasih sayang dan do’ anya
kepada kami sckeluarga sehingga kami sckeluarga dapat menempuh
kehidupan ini dengan tenteram dan kebahagiaan lahir batin. Kepada semua
beliau ini kami selalu berdo’a, semoga Allah SWT mengasihi mereka
sebagaimana mereka mengasihi kami ketika kecil, dan semoga diampum segala
dosa-dosanya, amien.
Kepada ketujuh adik-adik saya beserta keluarganya, mbak dan kakak-
kakak, serta adik ipar saya dan keluarganya, dan semua keluarga besar kami
baik yang berada di Lampung ataupun di Semarang, saya ucapkan terima
kasih atas bantuan dan pengertiannya selama ini yang diberikan kepada kami
sekeluarga, semoga segala kebaikan mendapat balasan dari Allah SWT, amien.
Kepada istri saya yang tercinta, Dra. Hj. Naimah Akif, Apt., dan kepada
anak-anak saya, Fahmi Hakim dan Ulfah Khoirunnisa, papa ucapkan terima
kasih atas pengertian, pengorbanan dan kebersamaannya dalam suka maupun
duka, yang dengan setia dan penuh kasih sayang serta kesabarannya telah
memberikan kesejukan bagi kehidupan papa. Papa ucapkan sekali lagi terima
kasih yang sebesar-besarnya.
Akhirnya, kepada segenap hadirin yang saya muliakan, yang telah rela
meluangkan waktu, dan dengan sabar mengikuti pidato pengukuhan ini, saya
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah SWT
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, amien ya
robbal'allamin.
Billaahittaufig wal hidayah,
Wassalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh24
DAFTAR PUSTAKA
Ajinomoto Eurolysine SAS, 2007. The concept of ideal protein. htip://
www.ajinomoto-eurolysine.com
Anonim. 2007, Pakan, ngikut saja. Poultry Indonesia. April 2007. Vol. 11.
117-18.
Anonim. 2008a. Global egg up take to grow by 12 mt by 2015. Poultry
International 47 (5):6—7.
Anonim. 2008b. World feed panorama: growth areas in global feed production.
Feed International 29 (1): 12-17.
Anonim, 2008c. World grain consumption. Feed International 29 (3): 14.
Cobb, R. 1991. Managing chickens in the tropic. Poult. Inter. 30 (4): 24-
28.
Colin, GS., Brant, G, and Ensminger, M.E. 2004. Poultry Science. Pearson,
Prentice Hall, New Jersey, USA.
Coon, C. 2004, The ideal amino acid requirements and profile for broilers,
layers, and broiler breeders. Attp://www.thepoultry site.com
Dari, R.L., Penz Jr, A-M., Kessler, A.M., and Jost, H.C. 2005. Use of
digestibility amino acids and the concept of ideal protein in feed
formulation for broilers. J. Appl. Poult. Res. 14:195-203.
PAO.2006. Database: hitp:/Avww fuo.org.
Firman, JD., and Boling, S.D. 1998, Lysine: ideal protein in turkeys. Poultry
Science Vol. 77, issue 1, 105-110.
Gonzales-Esquerra, R. and Leeson, $. 2006. Physiological and metabolic
responses of broilers to heat stress —implications for protein and amino
acid nutrition. World’s Poultry Sciences Journal 62: 282-295.
Heger. J. 2003. Essential to non-csscntial amino acid rations. In: Amino acids
in Animal Nutrition. Ed. J.P.F. D’Mello. CABI Publishing.UK.
Keer, B.J. and Easter, R.A. 1995. Effect of feeding reduced protein, amino
acid-supplemented diets on niyrogen and energy balance in grower
pigs. Journal of Animal Science 73: 3000-3008.
Larbier, M. and Leclercq, B. 1994, Nutrition and Feeding of Poultry. INRA.
Nottingham University Press. UK.25
Mc Donald, P., Edwards, R.A., Greenhalgh, JIFD., and Morgan, C.A. 2002.
Animal nutrition. Sixth Ed. Prentice Hall, Pearson Education, Edinburgh
Gate, , Harlow, Essex CM20 2JE, UK.
Miles, R. D, and Chapman, F.A. 2007. The concept of ideal protein in formulasi
of aquaculture feeds. hitp:/Avww,thefishsite.com.
Richard, O. K. and Church, D.C. 1998, Livestock feeds and feeding. 4" Ed.
Prentice Hall, New Jersey, USA.
Spiehs, M.J. 2007. Nutritional and feeding strategies to minimize nutrient losses
in livestock manure. hitp:/Avww.thepoultry site.com.
Windhorst, H, W. 2006. Changes in poultry production and trade worldwide.
World's Poultry Sciences Journal 62: 585-602.
Windhorst, H. W. 2007. Bio-energy production —a threat to the global egg
industry?. World’s Poultry Sciences Journal 63: 365-379.
Zuprizal. 2006, Nutrisi Unggas (PTN 634). Jurusan MNT, Fakultas Petemakan
UGM, Yogyakarta.
Zuprizal, Larbier, M., and Chagneau, A.M. 1992. Effect of age and sex on
true digestibility of amino acids of rapesced and soybean meals in growing
broilers. Poultry Science 71:1486-1492.
Zuprizal, Larbier, M., Chagneau, A.M., and Geraert, P.A. 1993. Influence
of ambient temperatur on true digestibility of protein and amino acids of
rapesced and soybean meals in broilers. Poultry Science 72:289-295.26
BIODATA
Nama : Prof. Dr. In. Zuprizal, DEA.
TempavTgi.lahir : Palembang, 31-08-1959
Pekerjaan : Dosen Fakultas Petemakan
Universitas Gadjah Mada
NIP : 131471485
Alamat Kantor : Fakultas Peternakan, UGM
Jl. Fauna no.3, Bulaksumur,
Yogyakarta $5281
Telepon Kantor =: (0274) 513363, (0274) 588688 psw 73118
Fax. Kantor (0274) 521578
Alamat Rumah Perum Griya Arga Permai Blokiino.11,
Kwarasan, Yogyakarta 55292, Telp. 581169
E-mail zuprizal @ugm.ac.id
Data Keluarga:
Orang tua H. Baginda Rozali Enek (Ayah)
‘Hj. Rosminah (Ibu)
Mertua (Alm) Moch. Anwar (Bapak mertua)
Ma’rifah (Ibu mertua)
Istri Dra. Naimah Akif, Apt (Semarang, 10 Desember 1963)
Anak 1. Fahmi Hakim (Tours, France, 15 November 1990)
2. Ulfah Khoirunnisa (Yogyakarta, 16 Juli 1995)
Riwayat Pendidikan:
1. SD : SD Muhammadiyah Pendopo PTSI Sumsel (1967-1968)
SDN V Pembangunan, Bandarjaya, Lam-Teng (1972)
2. SMP : SMPNIPoncowati, Bandarjaya, Lam-Teng (1975)
3. SMA : SMANIKIPIE(SMAN 10) Yogyakarta (1979)
4, SI (ir) : Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta (1984)
5. $2(DEA) : Universite de Rennes I, Rennes, France (1989)
6. S3(Dr) — : ‘Universite de Rennes I, Rennes, France (1992)
7. Post-doc. + Universite Mont II, Montpellier, France (1999)27
Riwayat Jabatan:
1. CPNS : 01-03-1985
2. AsistenAhliMadya : Q1-10-1986
3. Asisten Ahli : 01-04-1993
4. Lektor Muda > Q1-07-1995
5. Lektor : 01-01-2000
6. Lektor Kepala : O1-01-2001
7. Guru Besar : 01-12-2006
Riwayat Pekerjaan:
1
> 10,
UL.
12.
Asisten Dosen Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan
UGM, 1981-1984.
Dosen Fakultas Petemakan UGM, 1985 - sekarang.
Pengelola Program Studi Ilmu Petemakan (S2) Program Pascasarjana
UGM (PPs-UGM), 2000 — 2002.
Pengelola Program Doktor (S3) Terstruktur Bidang Ilmu Peternakan
Program Pascasatjana UGM (PPs-UGM), 2002.
Anggota Senat Akademik UGM (SA-UGM), 2002-2007.
Anggota Komisi 1 (Komisi Pengembangan Akademik) SA-UGM, 2002-
2007,
Sekretaris Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan
UGM, 2003-2004.
Sekretaris Pengurus Harian Yayasan UGM, 2004-2008, 2008-2012.
Anggota Tim Jaminan Mut Akademik Program Pascasarjana UGM,
2003- 2004.
Anggota Senat Fakultas Peternakan UGM, 2004-sekarang
Anggota Tim Auditor Umum LP-POM MUID.I. Yogyakarta, 2004-
2007.
Sekretaris Komisi I (Komisi Pengembangan Akademik) SA-UGM, 2004
— 2007.
. Wakit Dekan I Bidang Akademik dan Penelitian, Fakuitas Peternakan
UGM, 2004-2008.
Komisaris PT. BPR Duta Gama, Yogyakarta, 2005-2008.28
Tanda Jasa/Penghargaan:
1. Peneliti Muda Indonesia Terbaik di Perancis Tahun 1992, (Le Prix Mahar
Schutzenberger d’Encouragement aux jeunes Chercheusr Indonesiens
Travaillanten France) tanggal 26 Mei 1992, Paris, Perancis.
2. Dosen Teladan I Fakultas Peternakan UGM., tanggal 17 Agustus 1994,
3. Penghargaan dari Menteri Riset dan Teknologi/Ketua Dewan Riset
Nasional sebagai Penerima Penghargaan [mu Pengetahuan dan Teknologi
Kategori Yunior dalam Bidang Kebutuhan Dasar Manusia, dalam rangka
Peringatan Dasawarsa Dewan Riset Nasional, Tanggal 29 Nopember
1994, Jakarta.
4, Satyalancana Karya Satya X Tahun. KepPres RI, No. 166/TK/Tahun
1999, tanggal 26 November 1999.
5. Dosen Berprestasi Pada Unit Kerja Pengembangan Pendidikan yang
diperbantukan di Kantor Pusat Universitas Gadjah Mada, tanggal 19
Desember 2003.
6. Satyalancana Karya Satya XX Tahun. KepPres RI, No. 020/TK/Tahun
2006, tanggal 22 April 2006.
Organisasi Profesi:
J. Anggota [SP] (Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia) dari tahun 1984-
sckarang.
2. Anggota KAGAMA (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada) dani
tahun 1984-sekarang.
3. Anggota IAPI ([katan Alumni Prancis Indonesia) dari ‘Tahun 1993-
sekarang.
4. Anggota WPSA (The Wolrd’s Pautiry Sciences Association) Indonesia
. dari tahun 1994-sekarang.
5. Anggota AINI (Asosiasi IImu Nutrisi Indonesia) dari tahun 1996-
sekarang.
6. AnggotaKAPGAMA (Keluarga Alumni Peternakan Universitas Gadjah
Mada) dari tahun 2004-sckarang
7. Ketua {fl Pengurus ISPI (Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia) Cabang,
Yogyakarta, Periode tahun 2000-2004.
8. Wakil Ketua I Pengurus IAPI (Jkatan Alumni Prancis Indonesia),
Komisariat Daerah Istimewa Yogyakarta, Periode tahun 2004-2009,29
Publikasi:
Telah menulis sebanyak 102 publikasi, baik nasional maupun intemasional.
Sebanyak 28 publikasi diantaranya merupakan penulis pertama. Berikut ini
beberapa publikasi yang dipilih untuk mewakili tahun publikasi.
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
Zuprizal, M. Larbier, A.M. Chagneau, and M. Lessire. Effect of protein
intake on true digestibility of amino acids in rapeseed meals for adult
rooster force fed with moistened feed. Anim. Feed Sci. Technol
34:255-260.
Zuprizal, M. Larbier, dan A.M. Chagneau. Effect of age and sex on
true digestibility of arnino acids of rapeseed and soybean meals in
growing broilers. Poultry Science 71:1486-1492.
Zuprizal, M. Larbier, A.M. Chagneau, dan P.A. Geraert. Influence of
ambient temperatur on true digestibility of protein and amino acids of
rapeseed and soybean meals in broilers. Poultry Science 72:289-
295.
Zuprizal. Potensi Unggas Air Lokal Terhadap Produksi Foie Gras
(Hati Berlemak). Laporan Hasil Penelitian DPP UGM, Yogyakarta.
Nomor Kontrak: UGM/3974/M/09/01. Tanggal 14 Juni 1993.
Zuprizal, Sudjadi, D. Sasongko HS., dan M. N. Cahyanto. 1995.
Penggunaan Teknik Rekombinan untuk Mendapatkan Keturunan
Ayam yang Dapat Mensintesa Lisin di dalam Tubuhnya. fx: Lokakarya
‘Nasional Bioteknologi Peternakan, 23-24 Januari. BPT Ciawi-Bogor.
Zuprizal, M. Larbier, dan A.M. Chagneau. Comparison Between
“Theoritical” and “Measured” Values of True Digetibility of Protein
and Amino Acids of Diets in Cockerels. Buletin Peternakan 20 (2):98-
107.
Rudiansyah, Zuprizal, dan M. Kamal. Pengaruh Penambahn Bro-
Gesat dalam Ransum Komersial terhadap Kinerja Ayam Broiler Jantan
Umur 2-6 Minggu. Buletin Peternakan. Vol. 21 (2): 96-107.
Zuprizal, M. Larbier, dan A.M. Chagneau. The endogenous amino
acids excretion obtained in growing broiler and adult cockerels. Buletin
Peternakan. Supp. Ed., December 1998 p.514-521.1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
30
Santoso, U., M. N. Cahyanto, D, Sulistiawati, Zuprizal, dan H. B.
Trianto. High w-3 Fatty Acid Eggs Produced by Laying Hens Fed
with Sardine Oil. Indonesian Food and Nutrition Progress. Vol. 6,
Number 2 p, 39-43.
Zuprizal. Komposisi kimia dedak padi sebagai bahan pakan lokal
dalam ransum ternak. Buletin Peternakan Edisi Tambahan 2000
p-282-286.
Zuprizal. Memanfaatkan dedak padi dalam ransum unggas, Poultry
Indonesia. Pebruari 2001 p. 55.
Zuprizal, C.T. Noviandi, Indratiningsih, T. Yuwanta, dan S. Harimurti.
The addition effect of sardine oil in quail ration on omega-3 fatty acid
composition of eggs. The 3” ISTAP, Faculty of Animal Science,
Gadjah Mada University.
Rohaeni, E. S., T. Yuwanta, dan Zuprizal. Penampilan dan Nitrogen
Ekskreta serta Kolestero] Darah pada Ayam Broiler yang Mendapat
Pakan All Grain dan Non All Grain pada Level Protein yang Berbeda.
Buletin Peternakan. Vol. 27 (4}: 151-160.
Zuprizal. Antibiotik, probiotik dan fitobiotik dalam pakan unggas.
Poultry Indonesia. Januari 2004 p. 52-54.
Zuprizal, C. T. Noviandi, dan Indratiningsih. Pengaruh penggunaan
minyak ikan femuru dan minyak sawit dalam ransum terhadap citra
rasa telur puyuh. Prosiding Seminar Nasional, Pengembangan Usaha
Peternakan Berdaya Saing di Lahan Kering. Fakultas Peternakan
UGM Yogyakarta. p. 193-199.
Zuprizal, T. Yuwanta, S. Keman, dan N. Iriyanti. Penambahan vitamin
Edalam ransum yang mengandung minyak ikan dan minyak kelapa
sawit terhadap performan ayam kampung. Buletin Peternakan 30
(2):53-59.
Zuprizal ,T. Yuwanta, dan N. Iriyanti. Penambahan vitamin Edalam
Tansum yang mengandung minyak ikan lemuru dan minyak kelapa
sawit ditinjau dari profil darah dan performan ayam kampung.
Proceeding Seminar Nasional AINI VI, Fakultas Peternakan
UGM, Yogyakarta, tanggal 26-27 Juli 2000 p. 256-263.