Anda di halaman 1dari 9

NAMA : MILA ARISKA DEWI

NPM : 71200515016

PRODI : PENDIDIKAN BIOLOGI

MATKUL : MAGANG II

SEMESTER : VI (ENAM)

1. PENJABARAN UNDANG-UNDANG NO 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN


NASIONAL MENJADI LANDASAN HUKUM UNTUK MAGANG II

 Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
dimaksud Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
pembelajaran dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan spiritual, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Adapun yang dimaksud Pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia
dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sedangkan sistem pendidikan nasional
adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.

 Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, setiap
peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: a) mendapatkan pendidikan agama
sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama; b)
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai bakat, minat, dan kemampuan; c) mendapatkan
beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya;
d) mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya; e) pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang
setara; f) Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-
masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan. Sedangkan
kewajiban peserta didik adalah: a) menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin
keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan; b) ikut menanggung biaya
penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban
tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional , Jalur
pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Adapun jenis pendidikan mencakup
pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Jalur,
tahapan, dan jenis pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
 Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Standar
pendidikan nasional terdiri atas standar isi, proses, muatan pekerja, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan evaluasi pendidikan yang harus
ditingkatkan secara berkala dan berkala. Standar nasional pendidikan digunakan sebagai
acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
dan pembiayaan. Pengembangan standar nasional pendidikan serta pelaporan dan
pelaporannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standardisasi, penjaminan, dan
pengendalian mutu pendidikan.

2. PENJABARAN UNDANG-UNDANG NO 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN


MENJADI LANDASAN HUKUM UNTUK MAGANG II

 Undang-Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen dikenal istilah guru,
dosen, dan Guru besar atau profesor. Adapun yang dimaksud Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dosen adalah pendidik profesional dan
ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat. Sedangkan Guru besar atau profesor yang selanjutnya disebut profesor
adalah jabatan fungsional tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan
pendidikan tinggi.

 Undang-Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen, Pekerjaan sebagai
Guru, dosen, dan Guru besar atau profesor merupakan profesi pekerjaan (profesional).
Adapun yang dimaksud profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau keahlian yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan profesi pendidikan.

 Undang-Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen, yakni dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban :
a) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
b) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
c) Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status
sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
d) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru,
serta nilai-nilai agama dan etika; dan e) Memelihara dan memupuk persatuan dan
kesatuan bangsa.

 Undang-Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, yang menyatakan
bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berkewajiban:
a) Melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
b) Merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi
hasil pembelajaran.
c) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d) Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosial ekonomi peserta
didik dalam pembelajaran.
e) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik, serta
nilai-nilai agama dan etika; dan
f) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

3. PENJABARAN UNDANG-UNDANG NO 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN


MENJADI LANDASAN HUKUM UNTUK MAGANG II

 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi mendefinisikan bahwa


Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup
program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan program
profesi, serta spesialis program, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan
budaya bangsa Indonesia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara.

 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi adalah:


a) Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa;
b) Mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil,
berdaya saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridarma; dan
c) Kembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan
menerapkan nilai Humaniora.

 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi adalah:


a) Berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa
b) Dihasilkan lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi
untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa
c) Dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Penelitian yang
memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan
bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia; dan
d) Terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat berbasis penalaran dan karya
Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. PENJABARAN PERATURAN PEMERINTAH NO 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU MENJADI
LANDASAN HUKUM UNTUK MAGANG II

 Setiap orang yang belajar pastinya menemui seorang pembimbing atau guru. PP 74 tahun
2008 tentang Guru menegaskan siapa itu Guru?. Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Rumit ya tugasnya, namun dengan dedikasi
dan keahliannya hal itu dapat dilaksanakannya dengan penuh kehati-hatian dan terlihat lihai.
Guru wajib memiliki Kualifikasi Akademik, kompetensi, Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Bunyi PP
ini dalam Pasal 2 BAB II Kompetensi dan Sertifikasi.
Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Kompetensi Guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Kompetensi Guru bersifat holistik.

5. PENJABARAN PERATURAN PRESIDEN NO 8 TAHUN 2012 TENTANG KKNI (KERANGKA


KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA) MENJADI LANDASAN HUKUM UNTUNG MAGANG II

 Presiden Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat KKNI, adalah kerangka
penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan
mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman
kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur
pekerjaan di berbagai sektor. Berikut ini adalah cuplikan peraturan Presiden Nomor 8 Tahun
2012.

a) Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat KKNI, adalah


kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang
pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan
kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.
b) Capaian pembelajaran adalah kemampuan yang diperoleh melalui internalisasi
pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi, dan akumulasi pengalaman kerja.
c) Penyetaraan adalah proses penyandingan dan pengintegrasian capaian
pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan kerja dan pengalaman
kerja.
d) Kualifikasi adalah penguasaan capaian pembelajaran yang menyatakan
kedudukannya dalam KKNI.
e) Pengalaman kerja adalah pengalaman melakukan pekerjaan dalam bidang tertentu
dan jangka waktu tertentu secara intensif yang menghasilkan kompetensi.
f) Sertifikasi kompetensi kerja adalah proses pemberian sertifikat kompetensi yang
dilakukan secara sistematis dan objektif melalui uji kompetensi sesuai Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, Standar Internasional, dan/atau Standar
Khusus.
g) Sertifikat kompetensi kerja adalah bukti tertulis yang diterbitkan oleh lembaga
sertifikat profesi terakredisi yang menerangkan bahwa seseorang telah menguasai
kompetensi kerja sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
h) Profesi adalah bidang pekerjaan yang memiliki kompetensi tertentu yang diakui oleh
masyarakat.

6. PENJABARAN PERATURAN PEMERINTAH NO 19 TAHUN 2005 TENTANG SNP (STANDAR


NASIONAL PENDIDIKAN) MENJADI LANDASAN HUKUM UNTUK MAGANG II

 PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Standar nasional pendidikan adalah
kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan diatur dengan Peraturan Pemerintah untuk
melaksanakan Undang-Undang 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peraturan
Pemerintah yang mengatur tentang Standar Nasional Pendidikan adalah Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi Standar Isi, Standar
Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, Standar
Sarana Dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, Dan Standar Penilaian
Pendidikan. Untuk pengembangan, pemantauan, dan pelaporan pencapaian standar
nasional pendidikan dibentuk Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang bersifat
mandiri dan profesional dan berkedudukan di ibukota wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Pemerintah melakukan akreditasi sebagai bentuk akuntabilitas setiap jenjang pendidikan


untuk menentukan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan yang dilakukan secara
obyektif, adil, transparan, dan komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria
yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Akreditasi tersebut dilakukan oleh Badan
Akreditasi Nasional (BAN). Pencapaian kompetensi akhir peserta didik dinyatakan dalam
dokumen ijazah dan/atau sertifikat kompetensi. Setiap satuan pendidikan pada jalur formal
dan non formal wajib dilakukan penjaminan mutu pendidikan yang dilakukan secara
bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki
target dan kerangka waktu yang jelas.

7. PENJABARAN PERATURAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNDANG-UNDANG NO 8


TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU (PGG) PRA JABATAN
MENJADI LANDASAN HUKUM UNTUK MAGANG II
 Pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan
peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Program
Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan yang selanjutnya disebut program Pendidikan Profesi
Guru (PPG) adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan
S1 Kependidikan dan S1/D IV Non Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru
agar menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar nasional pendidikan
sehingga dapat memperoleh sertifikat pendidik profesional pada pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

 Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah perguruan tinggi yang memenuhi
syarat dan diberi tugas oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan
pendidik dan tenaga kependidikan lainnya pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu
kependidikan. Matrikulasi adalah sejumlah mata kuliah yang wajib diikuti oleh peserta
program PPG yang sudah dinyatakan lulus seleksi untuk memenuhi kompetensi akademik
bidang studi dan/atau kompetensi akademik kependidikan sebelum mengikuti program PPG.

 Tujuan program PPG adalah untuk menghasilkan calon guru yang memiliki Kompetensi
dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran; Menindak lanjuti hasil
penilaian dengan melakukan pembimbingan, dan Pelatihan peserta didik; mampu
melakukan penelitian dan mengembangkan Profesionalitas.

 Program PPG diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki lembaga pendidikan
tenaga kependidikan yang memenuhi persyaratan dan ditetapkan oleh Menteri. Adapun
Persyaratan sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Memiliki program studi kependidikan strata satu (S1) yang sama dengan program
PPG yang akan diselenggarakan.
b. Terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dengan nilai
minimal B.
c. Memiliki dosen tetap sekurang-kurangnya 2 (dua) orang berkualifikasi doktor (S3)
dengan jabatan akademik minimal Lektor, dan 4 (empat) orang berkualifikasi
Magister (S2) dengan jabatan akademik minimal Lektor Kepala berlatar belakang
pendidikan sama dan/atau sesuai dengan program PPG yang akan diselenggarakan,
minimal salah satu latar belakang strata pendidikan setiap dosen tersebut adalah
bidang kependidikan.
d. Memiliki sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratan untuk menunjang
penyelenggaraan program PPG.
e. Memiliki program peningkatan dan pengembangan aktivitas instruksional atau yang
sejenis dan berfungsi efektif.
f. Memiliki program dan jaringan kemitraan dengan sekolah-sekolah mitra
terakreditasi minimal B dan memenuhi persyaratan untuk pelaksanaan program
pengalaman lapangan (PPL).
g. Memiliki laporan evaluasi diri dan penjaminan mutu berdasar fakta, sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun terakhir.
h. Dalam hal belum ada program studi yang terakreditasi atau dalam hal Belum ada
program studi yang sesuai dengan mata pelajaran di satuan Pendidikan dasar dan
menengah, Menteri dapat menetapkan perguruan Tinggi penyelenggara PPG untuk
bekerja sama dengan perguruan tinggi Yang memiliki sumber daya yang relevan
dengan program studi tersebut.
i. (4) Dalam hal tidak ada LPTK yang menyelenggarakan program studi Tertentu yang
diperlukan, Menteri dapat menetapkan LPTK sebagai Penyelenggara PPG untuk
bekerjasama dengan perguruan tinggi/fakultas Yang memiliki program studi yang
sama dengan bidang studi tersebut dan Terakreditasi minimal B.

j. (5) Dalam hal di wilayah tertentu tidak terdapat LPTK yang memenuhi syarat
Sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri dapat menetapkan LPTK Yang
memenuhi syarat sebagai LPTK induk penyelenggara PPG untuk Bekerjasama dengan
LPTK tersebut sebagai LPTK mitra.
k. (6) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur Dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.

8. PENJABARAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNDANG-UNDANG


NO. 73 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL
INDONESIA MENJADI HUKUM UNTUK MAGANG II

 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) bidang pendidikan tinggi merupakan kerangka
penjenjangan kualifikasi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan
capaian pembelajaran dari jalur pendidikan nonformal, pendidikan informal, dan/atau
pengalaman kerja ke dalam jenis dan jenjang pendidikan tinggi. Penjenjangan kualifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dimaksudkan untuk memfasilitasi pendidikan seseorang
yang mempunyai pengalaman kerja atau memiliki capaian pembelajaran dari pendidikan
nonformal atau pendidikan informal untuk:
a. Menempuh pendidikan formal ke jenjang/tingkat yang lebih tinggi;
b. Mendapatkan pengakuan kualifikasi lulusan jenis pendidikan tertentu dari
perguruan tinggi.

 Pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kursus atau pelatihan
yang dilakukan secara terstruktur oleh lembaga kursus atau lembaga pelatihan. Pendidikan
informal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a) Pendidikan yang dilakukan secara mandiri, oleh keluarga,
b) Lingkungan.

 Penyetaraan capaian pembelajaran pendidikan nonformal, pendidikan Informal, dan


pengalaman kerja pada pendidikan tinggi sebagaimana Dimaksud pada ayat (2) diberlakukan
mulai dari jenjang kualifikasi 3 (tiga) Sebagai jenjang paling rendah sampai dengan jenjang
kualifikasi 9 (sembilan) sebagai jenjang paling tinggi.

 Jenjang kualifikasi 3 (tiga) sampai jenjang kualifikasi 9 (sembilan) Sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) mempunyai kesetaraan dengan Jenjang pendidikan formal sebagai berikut:
a) Jenjang 3 setara dengan lulusan diploma 1
b) Jenjang 4 setara dengan lulusan diploma 2
c) Jenjang 5 setara dengan lulusan diploma 3
d) Jenjang 6 setara dengan lulusan diploma 4 atau sarjana terapan dan Sarjana
e) Jenjang 7 setara dengan lulusan pendidikan profesi
f) Jenjang 8 setara dengan lulusan magister terapan, magister, atau Spesialis satu
g) Jenjang 9 setara dengan lulusan pendidikan doktor terapan, doktor Atau spesialis
dua.

 Capaian pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Kemampuan yang
diperoleh melalui internalisasi pengetahuan, sikap, Keterampilan, kompetensi, dan
akumulasi pengalaman kerja. Capaian pembelajaran yang dihasilkan oleh proses pendidikan
tinggi Mengacu pada standar kompetensi lulusan pendidikan tinggi.

 Pengakuan atas capaian pembelajaran seseorang yang diperoleh dari pengalaman kerja,
pendidikan nonformal, atau pendidikan informal ke dalam sektor pendidikan formal
dilakukan melalui mekanisme rekognisi pembelajaran lampau (RPL). RPL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk:
a) Mengakui capaian pembelajaran yang diperoleh individu melalui pendidikan
nonformal, informal, dan/atau pengalaman kerja sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan formal dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat;
b) Mengakui capaian pembelajaran yang dilakukan oleh perguruan tinggi dan/atau
lembaga pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh kementerian dan/atau
lembaga di luar pembinaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan
Kementerian Agama sebagai dasar pemberian gelar yang setara;
c) Mengakui tenaga ahli yang kualifikasinya setara dengan kualifikasi magister atau
doktor sebagai dosen.

9. PENJABARAN PERATURAN PERMENDIKBUD NO 3 TAHUN 2020 TENTANG STANDAR


NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI MENJADI LANDASAN HUKUM UNTUK MAGANG II

 Permendikbud 3 tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang sangat
berbeda dengan yang lama untuk membuka cakrawala baru di bidang Pendidikan Tinggi.

 Standar Nasional Pendidikan Tinggi menurut Permendikbud 3 tahun 2020 tentang Standar
Nasional Pendidikan Tinggi adalah satuan standar yang meliputi Standar Nasional
Pendidikan, ditambah dengan Standar Penelitian, dan Standar Pengabdian kepada
Masyarakat. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang pembelajaran
pada jenjang pendidikan tinggi di perguruan tinggi di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

 Permendikbud 3 tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi menyebutkan


bahwa Standar Penelitian adalah kriteria minimal tentang sistem Penelitian pada Perguruan
Tinggi yang berlaku di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan
Standar Pengabdian kepada Masyarakat adalah ciri minimal tentang sistem pengabdian
kepada masyarakat pada Perguruan Tinggi yang berlaku di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
 Permendikbud 3 tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi ditetapkan di
Jakarta pada tanggal 24 Januari 2020 oleh Mendikbud Nadiem Anwar Makarim.
Permendikbud 3 tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi diundangkan di
Jakarta pada tanggal 28 Januari 2020 oleh Dirjen Peraturan Perundang-Undangan
Kemenkumham RI Widodo Ekatjahjana.

 Permendikbud 3 tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi ditempatkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 47. Agar setiap orang mengetahuinya.

Anda mungkin juga menyukai