Anda di halaman 1dari 31

PRESENTASI HASIL

FISIOLOGI TUMBUHAN
JUDUL: PENYAKIT LAYU FUSARIUM PADA TOMAT
DOSEN PENGAMPUH: Dr. Prapti Sedijani, M.Sc.
ANGGOTA KELOMPOK:
• Alfiyah Nurul Izza Hisanah ( E1A020003)
• Bayuti Izat Nabila (E1A020011)
• Clara Silviana Andryani Risfa (E1A020013)
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat karena sebagai tanaman sayuran tomat memegang
peranan yang penting dalam pemenuhan gizi masyarakat. Menurut
Tugiyono (2005), dalam buah tomat terdapat 30 kalori, vitamin C 40
mg, vitamin A 1.500 S.I, zat besi, dan kalium. Tanaman sayuran seperti
tomat merupakan komoditas sayuran yang mempunyai arti penting
bagi masyarakat baik dilihat dari nilai ekonominya maupun kandungan
gizinya yang juga yang sangat berguna bagi kesehatan tubuh manusia
apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup. Selain produk itu
tanaman tomat umumnya dapat dijadikan bahan baku industri
LATAR BELAKANG
Dalam budidaya tomat terdapat kendala di lapangan yaitu gangguan hama dan
penyebab penyakit tanaman baik bakteri, jamur, virus maupun mikroorganisme
lain. Salah satu penyakit yang mengganggu tanaman tomat yaitu penyakit layu
yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f.sp lycopersici yang merupakan
salah satu penyakit utama pada tanaman tomat. Penyakit ini pernah dilaporkan
menimbulkan kerugian yang besar di Jawa Timur dengan tingkat serangan
mencapai 23% (Bustaman, 1997). Sedangkan di Kalimantan Tengah serangan
patogen ini mencapai 25%-50% berdasarkan data Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (1997). Adanya serangan F. oxysporum menjadi salah satu pembatas
yang menyebabkan terjadinya penurunan produksi tomat (Freeman et al., 2002).
Patogen ini dapat ditemukan pada daerah beriklim sedang dan tropis serta pada
lingkungan yang beragam, seperti daerah kutub utara dan daerah padang pasir.
LATAR BELAKANG
Penyebab layu fusarium juga menyerang hampir seluruh bagian
tanaman yang dibudidayakan termasuk tumbuhan liar (Kranz et al.,
1977). Di Kecamatan Langowan Barat pada areal pertanaman tomat
ditemukan adanya serangan penyakit layu, yang disebabkan oleh
bakteri, jamur, virus dan mikroorganisme lain, yang menginfeksi
tanaman tomat tersebut sudah sering muncul namun belum diketahui
secara pasti penyebabnya. Berdasarkan laporan dari petani bahwa
penyakit layu termasuk masalah yang penting dalam budidaya tomat di
daerah ini, maka perlu kajian yang mendasar tentang deteksi penyebab
penyakit layu, dan tingkat insidensinya di lapang untuk menentukan
cara pengendalian yang efektif dan efisien.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tentang penyakit layu fusarium pada tomat di atas, maka bisa dirumuskan
beberapa masalah berikut ini:
• Apa itu penyakit layu fusarium?
• Apa yang menyebabkan penyakit fusarium pada tanaman tomat terjadi?
• Bagaimana penyebab penyakit layu fusarium ini bisa terjadi?
• Apakah ada isidensi penyebaran berupa data isidensi dari daerah lahan pertanian secara nyata yng
dapat dijadikan gambaran mengenai bahayanya penyakit ini?
• Bagaimana cara mengatasi penyakit fusarium pada tanaman tomat?
• Apakah ada dari peneliti yang mengidentifikasi dan melakukan tindak percobaan untuk mengatasi
penyakit tersebut?
• Bagaimana langkah pencegahan untuk meminimalisir terjadinya penyakit layu fusarium pada tomat?
TUJUAN MANFAAT
Penelitian ini bertujuan untuk Hasil penelitian ini diharapkan
mengetahui penyebab penyakit dapat memberikan informasi
layu fusarium, insidensi penyakit mengenai penyakit layu fusarium,
tersebut pada tanaman tomat, insidensinya pada tanaman tomat,
serta cara mengatasi dan serta cara mengatasi dan
pencegahannya untuk pencegahannya sehingga dapat
meminimalisir tidak terjadinya diperoleh masukan yang efektif
penyakit tersebut menginfeksi dalam upaya pengendaliannya.
INTI
LANDASAN TEORI
A. Tomat
Tomat atau rangam (Solanum lycopersicum syn.
Lycopersicum esculentum) adalah tumbuhan dari
keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan
Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tomat merupakan
tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1
sampai 3 meter. Tumbuhan ini memiliki buah berwarna
hijau, kuning, dan merah yang biasa dipakai sebagai
sayur dalam masakan atau dimakan secara langsung
tanpa diproses. Tomat memiliki batang dan daun yang
tidak dapat dikonsumsi karena masih sekeluarga dengan
kentang dan terung yang mengadung alkaloid.
Cara menanam tanaman tomat adalah disemai lebih
dahulu, setelah tumbuh 4 daun sejati kemudian ditanam
(dijadikan bibit terlebih dahulu). Panen dimulai usia 9
minggu setelah tanam selanjutnya setiap 5 hari.
LANDASAN TEORI
A. Tomat
Kata "tomat" berasal dari kata dalam bahasa Nahuatl, tomatl
(diucapkan: /tɔ.matɬ/). Salah satu produk buatan hasil olahan tomat
yang digemari, yaitu saus tomat. Hampir di berbagai negara
memproduksi saus tomat. Saus tomat sendiri banyak dimanfaatkan
untuk bumbu tambahan dalam mengolah berbagai masakan. Saus
tomat juga dapat disajikan langsung bersama burger, sandwich, dan
banyak lagi yang lainnya. Selain untuk tambahan dalam mengolah
makanan, tomat juga dapat diolah menjadi jus tomat.
LANDASAN TEORI
A. Tomat
Menurut tulisan karangan Andrew F. Smith "The Tomato in America", tomat
kemungkinan berasal dari daratan tinggi pantai barat Amerika Selatan. Setelah
Spanyol menguasai Amerika Selatan, mereka menyebarkan tanaman tomat ke
koloni-koloni mereka di Karibia. Spanyol juga kemudian membawa tomat ke
Filipina, yang menjadi titik awal penyebaran ke daerah lainnya di seluruh benua
Asia. Spanyol juga membawa tomat ke Eropa. Tanaman tomat tumbuh dengan
mudah di wilayah beriklim Mediterania.
Tomat mengandung antioksidan berupa likopen yang dapat membantu
memerangi efek radikal bebas penyebab kanker. Tomat juga memiliki kandungan
antioksidan lain yakni polifenol, naringenin, dan chlorogenic acid. Di samping
itu, ternyata buah tomat rendah kalori dan lemak, tetapi kaya akan karotenoid,
lutein, gula, vitamin A, vitamin C, folat, dan kalium
LANDASAN TEORI
A. Tomat
Terdapat buah tomat dengan kisaran warna dari hijau ketika masak, kuning, jingga,
merah, ungu (hitam), serta belang-belang.
Dari ukuran dan bentuk, tomat dikelompokkan sebagai berikut:
• granola yang bentuknya bulat dengan pangkal buah mendatar dan mencakup yang
biasanya dikenal sebagai tomat buah (karena dapat dimakan langsung),
• gondol yang biasa dibuat saus dengan bentuk lonjong oval (biasanya yang ditanam di
Indonesia adalah kultivar 'Gondol Hijau' dan 'Gondol Putih', dan keturunan dari
kultivar impor 'Roma') dan termasuk pula tomat buah,
• sayur adalah tomat dengan buah biasanya padat dan dipakai untuk diolah dalam
masakan
• ceri (tomat ranti) yang berukuran kecil dan tersusun berangkai pada tangkai buah yang
panjang.
LANDASAN TEORI
A. Tomat
Orang mengenal tomat buah, tomat sayur, serta tomat lalapan.
Berdasarkan hal ini, fungsi tomat merupakan klasifikasi dari buah
maupun sayuran, walaupun struktur tomat adalah struktur buah.

Dalam perkembangan pengetahuan di zaman digital ini, sekarang tomat


tidak hanya sebagai pelengkap untuk makanan melainkan juga sudah
dikenal luas untuk kecantikan. Manfaat tomat untuk kecantikan antara
lain adalah untuk mengecilkan pori-pori dan mencerahkan kulit karena
tomat kaya dengan kandungan vitamin C.
LANDASAN TEORI
B. Penyakit Layu Fusarium
Penyakit layu fusarium merupakan penyakit yang
dapat menyebabkan matinya tanaman dan gagal
panen/puso, selain itu penularan penyakit
berlangsung cepat terutama pada lahan yang
bertopografi lereng karena penyebab penyakit
ditularkan melalui aliran air, penyakit ini
disebabkan oleh jamur dalam genus fusarium
selain menyerang tomat juga menyerang tanaman
terong dan cabai. Layu Fusarium merupakan
penyakit yang sangat penting dan secara ekonomi
merugikan karena sampai saat ini belum ada
pengendalian kimiawi yang efektif. Penyakit
disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum
LANDASAN TEORI
C. Jamur Fusarium oxysporum

Fusarium sp. adalah jamur patogen yang dapat menginfeksi tanaman


dengan kisaran inang sangat luas. Jamur ini menyerang jaringan bagian
vaskuler dan mengakibatkan kelayuan pada tanaman inangnya dengan
cara menghambat aliran air pada jaringan xylem.
LANDASAN TEORI
C. Jamur Fusarium oxysporum
Fusarium sp memiliki koloni yang berwarna putih atau disertai warna
ungu hingga merah muda pada setiap koloninya. Selain itu, koloni jamur
ini akan menghasilkan warna berbeda pada isolat dengan media tumbuh
yang sama. Hal tersebut dikarenakan jamur Fusarium oxysporum mudah
mengalami mutasi sehingga warna koloni tidak dapat dijadikan sebagai
parameter identifikasI.
Koloni Fusarium oxysporum umumnya memiliki mikrokonidium dengan
jumlah yang sangat banyak dan bersel tunggal dan berbentuk oval,
berdinding tebal dan halus dengan apikal sel yang runcing pada bagian
bawahnya. Sedangkan konidiofor pada Fusarium oxysporum merupakan
tangkai yang pendek
LANDASAN TEORI
C. Jamur Fusarium oxysporum
Menurut Putri, Sastrahidayat, & Djauhari (2015), penularan jamur ini
sangat bergantung pada kondisi tanah dan jarak antar tanaman. Jamur
Fusarium oxysporum melalui tanaman yang terjangkit jamur ini
kemudian menular melalui tanah dan rimpang dari tanaman sakit.
Perlunya perlakuan khusus untuk tanaman yang sakit atau terindikasi
terserang penyakit layu fusarium yakni dengan cara mencabut tanaman
sampai akarnya dan memberikan perlakuan pengobatan antijamur
pada tanaman yang sehat untuk mencegah dari penyebaran penyakit
layu karena jamur Fusarium oxysporum.
LANDASAN TEORI
C. Jamur Fusarium oxysporum
Menurut Hermanto & Setyawati (2002), terdapat beberapa gejala yang
mencolok dari serangan jamur Fusarium oxysporum yakni ditandai dengan
mulai menguningnya tepi daun pada daun yang lebih tua. Tanda-tanda
menguningnya daun tersebut hampir mirip dengan gejala defisiensi kalium.
Proses penguningan pada daun berlanjut ke daun yang lebih muda menuju ke
pangkal daun sehingga batang daun ikut mengering dan menjadi layu serta
diikuti oleh ukuran daun menjadi kecil karna mengkerut dan mulai rusak.
Hasil penelitian Wahjuni, Puspawati, & Arista, (2016) bahwa penyakit ini
menyerang pada buah naga yang menyebabkan tulang daunya memucat
hingga berwarna kecoklatan dan menyebabkan penyakit busuk pada pangkal
buah naga yang mereka teliti.
KAJIAN TEORITIK
A. Insidensi Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Tomat
(Artikel Ilmiah: INSIDENSI PENYAKIT LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicum Esculentum Mill) DI
KECAMATAN LANGOWAN BARAT/Muhammad Fadly Syam, Max M. Ratulangi, Guntur S.J. Manengkey, Max Tulung/2014).

Dalam penelitian mereka di Kecamatan Langowan Barat pada areal pertanaman tomat, ditemukan adanya
serangan penyakit layu, yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus dan mikroorganisme lain, yang menginfeksi
tanaman tomat tersebut sudah sering muncul namun belum diketahui secara pasti penyebabnya. Berdasarkan
hasil pengamatan gejala penyakit yang diteliti, menunjukkan tanaman tomat yang terinfeksi penyebab penyakit
layu Fusarium menunjukkan gejala pemucatan atau klorosis pada daun, diikuti dengan terkulainya tangkai daun
yang lebih tua dan sebelum tanaman layu biasanya daun tanaman berubah warna menjadi kuning. Gejala layu
seperti ini, sama dengan yang ditimbulkan oleh jamur Fusarium oxysporum f.sp lycopercisi.
Dan berdasarkan hasil pengamatan, di temukan insidensi penyakit layu fusarium pada tanaman tomat di
Kecamatan Langowan Barat adalah desa Tumaratas rata-rata 6,16%, desa Raringis rata-rata 8,66%, dan didesa
Kopiwangker rata-rata 9,61%. Insidensi penyakit tertinggi rata-rata 13,66% sedangkan tanaman tomat dengan
insidensi terendah rata-rata 4,33%.
KAJIAN TEORITIK
B. Gejala dan Perkembangan Penyakit Layu Fusarium pada Tomat.
(Artikel Ilmiah: Pengendalian Penyakit Layu Fusarium dengan Trichoderma sp. pada Dua Varietas
Tomat/Muzayyinul Ghufron, Suhartiningsih Dwi Nurcahyanti, dan Wiwiek Sri Wahyuni/2017).

Dalam penelitian mereka, gejala awal dari penyakit ini adalah menguningnya daun bagian bawah yang kemudian menjadi
layu pada saat umur 63 hst. Serangan lebih lanjut akan menyebabkan tanaman layu secara keseluruhan dan tanaman mati.
Hal tersebut sesuai dengan Seebold (2014), bahwa gejala awal penyakit ini adalah tanaman menjadi layu terutama pada
siang hari, kemudian daun-daun bagian bawah menguning dan terkulai. Penyakit ini juga dapat menyebabkan gugurnya
daun tanaman tomat. Cerkauskas (2005) juga menambahkan bahwa menguningnya daun terkadang terjadi pada salah satu
sisi tanaman. Daun yang terserang kemudian akan terkulai, berwarna cokelat, dan kering. Batang tanaman yang sakit
apabila dibelah, menunukkan berkas pembuluh yang berwarna cokelat. Hal ini sesuai dengan Semangun (2000), bahwa
pada potongan batang tomat yang terserang Fusarium akan terlihat berkas pembuluh yang berwarna cokelat.
Perkembangan penyakit yang cepat pada varietas Tymoti tanpa pengendalian terjadi sejak 49 hst sampai 63 hst. 63 hst
tanaman sudah membentuk buah cukup banyak tetapi berukuran kecil akibat serangan Fusarium. Perlakuan lainnya, terjadi
keparahan penyakit pada saat akhir pengamatan dan hanya berkisar 10-30%, sehingga tanaman masih dapat berproduksi
dengan ukuran buah yang normal. Varietas mawar pada semua pengendalian tidak menunjukkan gejala layu sehingga
keparahannya nol.
KAJIAN TEORITIK
C. Tindak Pencegahan Secara Umum
Untuk meminimalisir terserangnya tanaman tomat oleh penyakit layu bakteri, maka dapat dilakukan pencegahan-
pencegahan berikut ini.

1) Jika ada satu tanaman yang terserang oleh penyakit ini, maka cabutlah tanaman tersebut dan berikan pestisida pada
tanahnya. Pengontrolan yang intensif harus dilakukan.

2) Mengatur drainase pada lahan, jangan sampai terdapat genangan air supaya dapat mencegah penyebaranpatogen
penyebab penyakit

3) Mengurangi penggunaan pupuk yang berkadar N tinggi

4) Melakukan rotasi tanaman dengan tanaman yang berbeda famili dengan tomat

5) Menggunakan varietas unggul yang tahan terhadap penyakit.

6) Melakukan penyambungan batang bawah (grafting) dengan tanaman lain, Cara ini dinilai dapat mencegah tanaman
tomat terserang penyakit karena bakteri tersebut tidak dapat menginfeksi tanaman yang menjadi batang bawah atau
perakaran. Contoh penyambungan tanaman tomat dengan batang bawahnya yaitu menggunakan tanaman Terung
Pipit
KAJIAN TEORITIK
D. Upaya Pengendalian Secara Umum
1. Pengendalian Teknis
Lakukan penggiliran tanaman dengan tanaman yang tidak rentan terhadap serangan Fusarium
oxysporum. Pengolahan lahan dengan pencangkulan dan pembalikan tanah, agar bibit penyakit
terkena sinar matahari. Pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah. Pada pH mendekati normal,
cendawan tidak begitu aktif menyerang. Jaga kelembaban di areal pertanaman, hindari adanya
genangan air yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan spora.
2. Pengendalian Mekanis
Sanitasi kebun untuk menjaga kelembaban areal pertanaman. Penyiangan secara rutin terhadap gulma
atau tanaman penggangu. Musnahkan tanaman terserang, usahakan agar tanah pada tanaman
terserang tidak tercecer. Masukkan tanaman dalam wadah agar tanahnya tidak tercecer. Peri kapur
pada bekas tanaman yang dicabut.
KAJIAN TEORITIK
D. Upaya Pengendalian Secara Umum
3. Pengendalian Organik
Sebagai pencegahan, secara biologi dapat diberikan trichoderma pada saat persiapan lahan,
pada umur 25 hst, 40 hst dan 70 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada
tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan. Dapat juga dilakukan
pengocoran dengan air rebusan serai atau bawang putih setiap tujuh hari sekali.
4. Pengendalian Kimiawi
Meskipun cendawan ini tergolong resisten terhadap bahan aktif pestisida, tetapi tidak ada
salahnya untuk mencoba aplikasi fungisida sistemik berbahan aktif benomil, metalaksil atau
propamokarb hidroklorida dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan. Lakukan
penyemprotan secara rutin minimal tujuh hari sekali.
KAJIAN TEORITIK
D. Upaya Pengendalian Secara Umum
Selain cara pengendalian seperti diatas , maka dapat pula penyakit ini disembuhkan mengunakan jamur
jenis Trichoderma. Selain mudah dibuat, jamur ini juga mudah ditemukan di sekitar lingkungan.
Untuk pembuatannya, kita dapat mengunakan beras jagung. Tapi sebelumnya, harus mensterilisasinya
dengan cara dikukus terlebih dahulu, kemudian didinginkan. Dalam kondisi dingin, indukan Trichoderma
lantas dicampurkan ke beras jagung.
Agar hasilnya maksimal, sebaiknya dikemas dalam kantong plastik. Tujuannya untuk mempermudah
pemakaian. Misalnya, untuk satu kantong plastik bisa ditambahkan sebanyak 15 liter air, lalu diaduk
hingga merata.
Setelah itu, diamkan selama 15 hingga 21 hari. Upaya itu agar media dari bahan beras jagung bisa
tumbuh jamurnya. Sedangkan untuk penggunaannya, air hasil rendaman digunakan untuk menyemprot
tanaman tomat.
KAJIAN TEORITIK
E. Pengendalian Penyakit Layu Fusarium Tomat: Aplikasi Abu Bahan Organik
dan Jamur Antagonis
(Artikel Ilmiah: PENGENDALIAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM TOMAT: APLIKASI ABU BAHAN
ORGANIK DAN JAMUR ANTAGONIS/Ruth Feti Rahayuniati dan Endang Mugiastuti/2009).

Dalam penelitian mereka T. harzianum yang dipadu abu legum mampu menghambat
munculnya gejala penyakit dengan masa inkubasi 16,25 hsi. Penambahan T. harzianum
yang dipadu abu sekam mampu menurunkan intensitas penyakit menjadi 17%.
Pemberian jamur antagonis tidak memengaruhi laju infeksi penyakit layu fusarium. T.
harzianum yang dipadukan dengan abu sekam memiliki nilai keefektifan antagonis
sebesar 43,30%. Abu sekam yang dipadu G. virens efektif menekan perkembangan
F.oxysporum f.sp. Lycopersici sebesar 36,79%. T. harzianum dipadu abu legume efektif
mengendalikan F.oxysporum f.sp. lycopersici dengan keefektifan antagonis 38,63%.
Demikian pula perlakukan tunggal abu sekam ternyata lebih efektif menekan
perkembangan patogen dengan keefektifan 38,96%.
PENUTUP
KESIMPULAN
Tomat atau rangam (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) adalah tumbuhan dari keluarga
Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Dalam budidaya tomat terdapat
kendala di lapangan yaitu gangguan hama dan penyebab penyakit tanaman yang salah satunya yaitu penyakit layu
yang disebut Penyakit layu fusarium merupakan penyakit yang dapat menyebabkan matinya tanaman dan gagal
panen/puso, dan penularan penyakit berlangsung cepat terutama pada lahan yang bertopografi lereng karena
penyebab penyakit ditularkan melalui aliran air. Penyakit ini disebabkan oleh jamur dalam genus fusarium yang
menyerang tanaman kebun seperti tomat . Salah satu jamur yang menyerang tomat yaitu jamur Fusarium
oxysporum f.sp lycopersici. Yang mana dalam bentuk koloni, Fusarium oxysporum umumnya memiliki
mikrokonidium dengan jumlah yang sangat banyak dan bersel tunggal dan berbentuk oval, berdinding tebal dan
halus dengan apikal sel yang runcing pada bagian bawahnya.
Gejala awal dari penyakit ini adalah menguningnya daun bagian bawah yang kemudian menjadi layu pada saat
umur 63 hst.. Penyakit ini juga dapat menyebabkan gugurnya daun tanaman tomat. Menguningnya daun terkadang
terjadi pada salah satu sisi tanaman. Daun yang terserang kemudian akan terkulai, berwarna cokelat, dan kering.
Batang tanaman yang sakit apabila dibelah, menunukkan berkas pembuluh yang berwarna cokelat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil data pengamatan Syam, dan kawan-kawannya, di temukan insidensi penyakit layu fusarium pada tanaman tomat
di Kecamatan Langowan Barat adalah desa Tumaratas rata-rata 6,16%, desa Raringis rata-rata 8,66%, dan didesa Kopiwangker rata-
rata 9,61%. Insidensi penyakit tertinggi rata-rata 13,66% sedangkan tanaman tomat dengan insidensi terendah rata-rata 4,33%.
dan gejala layu seperti itu sama dengan yang ditimbulkan oleh jamur Fusarium oxysporum f.sp lycopercisi.

Untuk meminimalisir terserangnya tanaman tomat oleh penyakit layu bakteri, maka dapat dilakukan pencegahan-pencegahan
seperti mencabuti tanaman tersebut dan berikan pestisida pada tanahnya, serta pengontrolan secara intensif harus dilakukan.
Lalum mengatur drainase pada lahan, mengurangi penggunaan pupuk yang berkadar N tinggi. Kemudian melakukan rotasi
tanaman dengan tanaman yang berbeda famili dengan tomat. Menggunakan varietas unggul yang tahan terhadap penyakit. Dan
melakukan penyambungan batang bawah (grafting) dengan tanaman lain. Adapun tindakan pengendalian yang perlu kita lakukan
baik berupa pengendalian teknik, mekanis, organik, ataupun kimiawi.

Selain cara pengendalian seperti diatas , maka dapat pula penyakit ini disembuhkan mengunakan jamur jenis Trichoderma. Selain
mudah dibuat, jamur ini juga mudah ditemukan di sekitar lingkungan. Dan juga adanya pengaplikasian abu bahan organik dan
jamur antagonis oleh Ruth Feti Rahayuniati dan Endang Mugiastuti yang terbukti mampu menghambat munculnya gejala penyakit
dengan masa inkubasi 16,25 hsi. Dan pemberian jamur antagonis tidak memengaruhi laju infeksi penyakit layu fusarium. T.
SARAN
Dalam hasil laporan ini, diharapkan dapat
memberikan gambaran mengenai contoh nyata
berupa hasil penggunaan aplikasi Abu Bahan
Organik dan Jamur Antagonis dalam mengatasi
penyakit layu fusarium tomat oleh para petani.
Dan dapat mengembangkan serta pencarian
referensi lain sebagai pembuktian.
DAFTAR PUSTAKA
Feti Rahayuniati, Ruth dan Endang Mugiastuti. (2009). Pengendalian Penyakit Layu Fusarium Tomat:
Aplikasi Abu Bahan Organik dan Jamur Antagonis. Jurnal Pembangunan Pedesaan, 9(1), 25-
34. ISSN: 1411-9250.
Syam, Muhammad Fadly, dkk. (2014). Insidensi Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Tomat
(Lycopersicum Esculentum Mill) di Kecamatan Langowan Barat. Universitas Sam Ratulangi.
Manado.
Ghufron, Muzayyinul, Suhartiningsih Dwi Nurcahyanti, dan Wiwiek Sri Wahyuni. (2017).
Pengendalian Penyakit Layu Fusarium dengan Trichoderma sp. pada Dua Varietas Tomat.
Jurnal Agroteknik Tropis, 6 (1), 29-34.
Heriyanto. (2019). Kajian Pengendalian Penyakit Layu Fusarium dengan Trichoderma Pada Tanaman
Tomat. Jurnal Triton, 10(1), 45-58. ISSN: 2085-3823.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai