Anda di halaman 1dari 12

JURNAL ILMIAH AGROUST VOL 5 NO 1, MARET 2021:1-12

PERTUMBUHAN DAN HASIL HIDROPONIK TOMAT CHERRY


(Solanum Lycopersicum Var Cerasiforme) DENGAN PERLAKUAN POC
BERBAHAN BAKU VINASSE DAN FECES DOMBA DENGAN
FERTIGASI SISTEM TETES
THE GROWTH AND YIELD OF HYDROPONICS CHERRY TOMATO
(Solanum lycopersicum Var Cerasiforme) WITH TREATMENT OF LIQUID
ORGANIC FERTILIZER MADE FROM VINASSE AND GOAT MANURE BY
DRIP IRRIGATION SYSTEM

Ilham Maldo Putra, Yacobus Sunaryo*, Darnawi


Fakultas Pertanian, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta.
Email Korespondensi: yacob_ust@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh macam nutrisi dan macam
varietas terhadap pertumbuhan dan hasil tomat dengan fertigasi sistem tetes.
Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai April 2020 di Kebun Percobaan
Fakultas Pertanian UST Celeban UH III, Jln. Batikan, Yogyakarta dengan
ketinggian tempat sekitar 114 m dpl. Penelitian dilakukan dengan percobaan
faktorial 2 x 3, yang dirancang dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap
(RAKL) dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah macam larutan nutrisi yaitu: P1
(POC berbahan baku Vinasse dan feses domba), P2 (POC berbahan baku feses
Domba), P3 (AB Mix) sebagai kontrol. Fator kedua adalah macam varietas yaitu
V1 (tomat cherry jenis Ruby), V2 (tomat cherry jenis Rojita). Hasil penelitian
menunjukkan tidak terjadi intaraksi antara macam larutan nutrisi dan macam
varietas terhadap pertumbuhan dan hasil tomat, kecuali pada variable saat berbunga
dan diameter buah. tidak terjadi beda nyata antara perlakuan macam larutan nutrisi
pada komponen pertumbuhan kecuali pada diameter batang. Perlakuan AB mix
menghasilkan diameter batang lebih besar daripada perlakuan larutan nutrisi yang
lain. Tidak ada beda nyata antara perlakuan varietas pada komponen pertumbuhan
kecuali jumlah tandan buah per tanaman. Varietas tomat Ruby menghasilkan tandan
bunga lebih banyak dari pada varietas Rojita. Perlakuan POC berbahan baku vinase
dan feces domba (P1V1) menghasilkan saat berbunga paling cepat, Perlakuan AB
mix pada varietas Rojita (P3V2) menghasilkan diameter buah paling besar.
Kata Kunci : macam nutrisi, macam varietas, tomat cherry.

ABSTRACT

The study had goal to identify the effects of kinds of nutrients solution and varieties
on the growth and yield of tomatoes by hydroponically drip irrigation system. The
research was carried out from January until April 2020 in the greenhouse of
Faculty of Agriculture, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa located in Batikan
street Celeban UH III, Yogyakarta having altitude of around 114 m above sea level.

1
The experiment was conducted by 2 x 3 experimental factorial arranged
byRandomized Complete Block Design (RCBD) with four replicatins.. The first
factor was the kind of nutrition solution i.e.: P1 (LOF made fromVinasse and goat
manure), P2 (LOF made from goat manure), and P3 (AB Mix) as control. The
second fator awas the variety of tomato i.e.: V1 (Ruby cherry tomato), V2 (Rojita
cherry tomato). that is no intaction between the solution of nutrition and the variety
of tomato growth and output, except in variable when flowering and fruit diameter.
There is no real difference between the treatment of nutrients in the component of
growth except in the diameter of the stem. AB Mix treatment produces a stick
diameter larger than any other nutrient solution. There is no real difference
between the treatment of varieties in component growth except the number of bunch
per plant. The variety of the ruby tomato produces more flowers than the rojita
variety. The vinase and taste of sheep (P1V1), which produces the fastest growing
flower, the treatment of ab mix in rojita varieties (P3V2) results in the fruit's largest
diameter.
Keyword: assortment of nutrition, variety, cherry tomato
PENDAHULUAN
Tanaman tomat merupakan salah satu tanamn holtikultura yang tumbuh di
dataran rendah hingga datara tinggi pada suhu 17- 30 ºC, penyinaran matahari
selama 10-12 jam, kelembaban 80% (Saputra, Gita. 2016). Tanaman tomat
termasuk sebagai tanaman sayuran buah yang banyak disukai masyarakat ditambah
bentuknya yang kecil dan unik sehingga mudah untuk dimakan sebagai buah segar,
rasanya yang manis, dan juga kandungannya yang baik untuk tubuh (Issirep, 2015).
Permintaan pasar akan tomat semakin lama semakin meningkat seiring
bertambahnya konsumen, Saat ini tomat cherry sering ditemukan di pasar modern
seperti supermarket, hypermarket dan di restoran-restoran untuk masakan seperti
salad, sedangkan tomat cherry di pasar tradisional masih sulit ditemukan, sehingga
untuk memenuhi kebutuhan tomat cherry, Indonesia sering mengimport tomat
cherry dari luar negeri (Ali, 2013). Untuk memenuhi permintaan pasar akan tomat
cherry, perlu ditingkatkannya produktifitas tomat cherry, salah satunya yaitu
dengan memperbaiki sistem budidaya tomat (Leovini, 2012).
Budidaya tanaman tomat seperti tomat varietas Ruby dan Rojita dapat
dilakukan di lahan terbuka atau didalam polybag menggunakan fertigasi sistem
tetes. Penanaman tomat cherry menggunakan fertigasi sistem tetes bermanfaat

Pertumbuhan Dan Hasil Hidroponik (Putra, Sunaryo, Darnawi) 2


untuk pengoptimalan fetigasi sesuai dengan kebutuhan tanaman, umur tanaman dan
kondisi lingkungan sehingga tercapai hasil yang maksimum (Susila, 2009).
Budidaya tomat cherry menggunakan fertigasi sistem tetes memiliki
keterbatasan dalam hal unsur hara yang tersedia. Keterbatasan substrat akan
mengakibatkan unsur hara dalam media tanam terbatas dan ketersediaan air yang
sedikit, sehingga apabila tidak diimbangi dengan pemasukan unsur hara secara
fertigasi akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat yang berdampak
pada hasil tanaman yang tidak optimal. Untuk menjaga ketersediaan unsur hara
pada substrat tetap tesedia dibutuhkan pemberian air dan unsur – unsur hara dari
luar bersamaan yang diberikan setiap tanaman 0.3 – 0.4 L/hari (Triwibowo, 2003).
Fertigasi sistem tetes adalah proses memberikan unsur hara kepada tanaman
dengan cara bersamaan dengan air. Unsur hara yang digunakan jenis POC (nutrisi),
nutrisi yang digunakan dapat bersumber dari bahan organic dan bahan anorganik.
Nutrisi organic yang digunakan adalah POC berbahan baku Vinasse dan Feses
domba (Formula 1) dan POC berbahan baku Kotoran domba dan Pupuk (Formula
II). Formula I adalah nutrisi yang berasal dari Vinasse , Feses domba, ZA, EM4,
sedangkan Formula II adalah nutrisi yang berasal dari Gula, ZA, NPK, EM4 dan
Kotoran domba yang memiliki wujud berupa cairan sehingga nutrisi ini mudah larut
saat digunakan ( Sunaryo, et al. 2018). Pengunaan nutrisi pada tanaman harus
memperhatikan EC yang tepat karena konsentrasi yang pekat dapat menyebabkan
terjadinya plasmolysis pada tanaman sehingga pertumbuhan tanaman terganggu.
Konsentrasi larutan encer akan mengakibatkan tanaman kekurangan unsur hara.
Sehingga EC nutrisi di berikan sesuai kebutuhan tomat yaitu 2,0 – 3,5 mhos cm-1
(Embarsari et al., 2017).
Nutrisi anorganik adalah nutrisi yang berasal dari bahan – bahan kimia yang
dibuat oleh pabrik. Salah satunya contoh nutrisi yang diberikan terhadap tanaman
tomat adalah AB Mix merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara
lebih dari 2 jenis yaitu Larutan A mengandung unsur hara 80,8gr Ca, 23,44gr
KNO3, 2,4gr Fe-Hi. Larutan B mengandung unsur hara 27,92gr KNO3, 0,48gr
MAP, 53,04gr MgSO4, 22gr MKP, 3,2gr BMX. Penggunaan larutan AB Mix untuk

Pertumbuhan Dan Hasil Hidroponik (Putra, Sunaryo, Darnawi) 3


tanaman tomat adalah pH 6,0-6.5 , PPM 1400-3500 dan EC 2,1-3,5 (Nugroho,
2016).
Pemberian nutrisi selain perlu diatur volume nutrisi dan EC yang diberikan
juga perlu diatur interval waktu pemberian nutrisinya mengunakan timer digital.
Interval waktu yang digunakan harus pas dan sesuai dengan kebutuhan tanaman
artinya interval waktu yang diberikan dapat memberikan nutrisi cukup sehingga
substrat tidak kekurang nutrisi yang diserap oleh tanaman karena apabila interval
waktu pemberian nutrisi tidak terlalu sering dapat menyebabkan substrat kering dan
tanaman kekurangan dalam menyerap nutrisi, sedangkan interval waktu pemberian
nutrisi teralalu sering maka terjadi pemborosan penggunaan nutrisi yang belum
optimal (Triwibowo, 2003).

METODE PENELITIAN
Penelitian akan dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UST
Celeban UH III, Jln. Batikan pada ketinggian sekitar 114 m dpl. Penelitian
dilaksanakan pada 31 Januari sampai April 2020. Bahan yang digunakan adalah
benih tomat cherry varietas ruby dan rojita, pupuk organik cair formula Sunaryo
(2018), AB Mix, arang sekam, cocopeat, polybag, paranet, fungisida, dan air. Alat
yang digunakan adalah tray semai, TDS/EC/pH meter, gelas ukur, ember, hand
sprayer, bak penampung larutan nutrisi, selang air, polybag , pipa UK 5/8
inch, selang piping/pandepun UK 5mm, stick dripper, gunting/pisau, lem, gergaji
besi, pompa, time digital, bor, gerinda, tang, obeng, tali, kawat, paralon L&T, kran
air, tali majun, jangka sorong, meteran, dan timbangan digital.
Penelitian ini merupakan percobaan faktorial 2 x 3, yang dilaksanakan dengan
menggunakan rancangan lingkungan yang disusun dalam Rancangan Acak
Kelompok Lengkap (RAKL). Faktor 1 : Macam varietas jenis tomat cherry (V)
terdiri atas 2 level yaitu : V1 : tomat cherry jenis Ruby, V2 : tomat cherry jenis
Rojita. Faktor 2 : Macam nutrisi (P) terdiri atas 3 level yaitu : P1 ; Formula 1 (
berbahan baku Vinasse dan feses domba), P2 : Formula 2 (berbahan baku feses
Domba), P3 : Formula 3 (AB Mix) sebagai kontrol. Sehingga diperoleh 6 kombinasi
perlakuan masing – masing perlakuan diulang 4 kali, dan setiap ulangan terdiri atas

Pertumbuhan Dan Hasil Hidroponik (Putra, Sunaryo, Darnawi) 4


3 tanaman sampel. Sehingga seluruh jumlah tanaman dalam penelitian 6 x 4 x 3 =
72 tanaman.
Pelaksanaan penelitian meliputi : Persiapan POC (Formula 1, 2, AB Mix),
Aplikasi POC/larutan nutrisi pada tanaman, Pembibitan dan penanaman
(Penyemaian benih/pembibitan, Persiapan lokasi penanaman, Memasang/membuat
naungan, Menyiapkan/membuat instalasi, Persiapan larutan nutrisi, Persiapan
substrat hidroponik, Penanaman), Pemeliharaan tanaman (Pemberian nutrisi,
Pengendalian hama penyakit, Pengajiran pada tanaman, Pengecekan larutan nutrisi,
Pengukuran volume nutrisi per tanaman, Pemangkasan tunas air), Panen dan pasca
panen.
Parameter pengamatan yang diamati yaitu : Tinggi tanaman, Jumlah daun,
Diameter batang, Saat berbunga tanaman, Jumlah tandan bunga (truss), Diameter
buah, Panjang buah, Jumlah buah per tandan, Jumlah buah per tanaman, Bobot
buah per tanaman, Daya simpan buah. Analisi data dilakukan dengan uji dengan uji
Duncan’s Multiple Test (DMRT) pada jenjang kesalahan 5%, dan diuji lebih lanjut
dengan LSD jika ada interaksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan Tidak terjadi intaraksi antara macam larutan
nutrisi dan macam varietas terhadap pertumbuhan (Tabel 1) dan hasil tomat (Tabel
3), kecuali pada variable saat berbunga dan diameter buah (Tabel 2).

Tabel 1. Menunjukkan tidak ada beda nyata antara perlakuan macam larutan
nutrisi pada komponen pertumbuhan kecuali pada diameter batang. Perlakuan AB
mix menghasilkan diameter batang lebih besar dari pada perlakuan larutan nutrisi
yang lain. Tidak ada beda nyata antara perlakuan varietas pada komponen
pertumbuhan. Hal ini didiga bahwa unsur hara sintetis KNO3 sangat berperan
dalam masa pertumbuhan dan pembentukan karbohidrat untuk memacu
pertumbuhan tanaman tomat cherry. Jumlah kandungan hara sintetis KNO3
sebanyak 2,4 gr pada Larutan A dan 0,48 gr Larutan B. Hal ini sejalan dengan
penelitian Nurrohman et al. (2014) menyatakan bahwa peranan nitrogen bagi
tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan vegetatif khususnya batang,

Pertumbuhan Dan Hasil Hidroponik (Putra, Sunaryo, Darnawi) 5


cabang, dan daun tomat. Selain unsur N, pertumbuhan diameter batang juga
dipengaruhi oleh unsur K yang terkandung dalam AB Mix. Menurut Lingga (2002),
nitrogen dan kalium bagi tanaman mempunyai peran penting merangsang
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh jumlah nutrisi yang memadai yang mampu
diserap untuk memenuhi kebutuhan organ vegetatif tanaman yaitu akar, batang dan
daun (Firmansyah, at al,. 2017). Pentingnya kalium (K) juga memiliki peranan
sebagai aktivator sejumlah enzim yang banyak berada di titik tumbuh pada jaringan
meristem tanaman tomat yang mempercepat pembentuk jaringan utama dan
pembelahan sel (T. Dosis, et al., 2017).

Tabel 1. Pengaruh macam nutris dan varietas terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,
diameter batang tanaman 57 HST

Pariabel Pertumbuhan
Macam Perlakuan Tinggi Jumlah
Diameter Batang
Tanaman Daun
(cm)
(cm) (Helai)
Larutan nutrisi
P1(Vinasse) 173,63 a 227,63 a 0,69 b
P2(Feses domba/intil) 185,13 a 271,25 a 0,76 b
P3(AB Mix) 192,25 a 287,94 a 0,98 a
ρ<F 0.4718 0.1103 0.0012
Varietas
V1(Ruby) 178,13 p 280,75 p 0,83 p
V2(Rojita) 189,67 p 243,79 p 0,78 p
ρ<F 0.3798 0.1170 0.3251
Keterangan : Rerata dalam kolom yang diikuti hurup sama menunjukkan tidak beda
nyata berdasarkan DMRT 5%.

Varietas tomat Ruby menghasilkan tandan bunga lebih banyak dari pada
varietas Rojita. Hal ini diduga bahwa perlakuan macam nutrisi dengan EC yang
tepat mampu meningkatkan kandungan dan ketersediaan hara pada pelakuan
varietas tomat Ruby (V1). Menurut Kusumawardhani dan Widodo (2003)
menyatak bahwa dalam suatu tanaman pada dasarnya dipengaruhi oleh komponen
hara yang diberikan. Sedangkan pada umur berbunga, umur buah, jumlah tandan

Pertumbuhan Dan Hasil Hidroponik (Putra, Sunaryo, Darnawi) 6


buah, umur panen pertama dan umur panen trakhir dipengaruhi oleh faktor genetic
dari varietas tanaman tomat.

Tabel 2. Intraksi antara macam larutan nutrisi dan varietas saat berbunga dan
diameter buah.
Kombinasi Perlakuan
Variabel
Pengamatan P1V1 P1V2 P2V1 P2V2 P3V1 P3V2 ρ>F
Saat
25,38 c 37,25 a 39,88 a 41,13 a 29,50 b 41,25 a 0.0030
Berbunga
Diameter
1,96 b 2,03 b 1,80 b 1,59 c 2,06 b 2,46 a 0.0146
Buah
Keterangan : Rerata dalam baris yang diikuti hurup sama menunjukkan tidak beda
nyata berdasarkan LSD 5%.
Tabel 2. Menunjukkan Perlakuan POC berbahan baku vinase dan feces
domba (P1V1) menghasilkan saat berbunga paling cepat. Hal ini diduga bahwa
pengaruh ZPT yang terkandung pada POC (P1,P2) lebih baik banyak dari AB Mix
(P3). Sesuai dengan Husnul (2013) menyatakan bahwa ZPT pada POC dan MKP
53,04 gr pada AB Mix (P3) berperan dalam pembentukan tandan bunga, dengan
pembungaan tanaman melalui pengaktifan gen meristem bunga dengan
menghasilkan protein yang akan menginduksi ekspresi gen-gen pembentukan organ
bunga. Jumlah tandan bunga ternyata juga berkorelasi positif dengan jumlah
cabang, seperti yang dikemukakan oleh Sutapradja (2008) bahwa meningkatnya
jumlah tandan bunga dan jumlah bunga diakibatkan meningkatnya jumlah cabang,
sehingga semakin banyak cabang produktif akan menghasilkan jumlah tandan
bunga dan jumlah bunga yang lebih banyak. Menurut Yulisma (2011), kemampuan
tanaman untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal tidak hanya
dipengaruhii oleh sifat genetik suatu varietas saja, namun juga dipengaruhi faktor
lingkungan. Apriliani et al., (2016) menambahkan bahwa apabila suatu tanaman
tercukupi kebutuhan lingkungannya khususnya dari segi unsur hara maka tanaman
tersebut akan dapat mengekspresikan faktor genetiknya secara lengkap karena
dapat menyelesaikan siklus hidupnya secara utuh sehingga mampu menampilkan
potensi hasilnya. Berdasarkan variabel hasil tersebut diduga tanaman bunga kol
mendapatkan unsur hara yang cukup, karena unsur hara tidak hanya diberikan

Pertumbuhan Dan Hasil Hidroponik (Putra, Sunaryo, Darnawi) 7


melalui pupuk dasar, pupuk susulan dari NPK (16-16-16), tetapi juga pemberian
pupuk vinasse sehingga kebutuhan nutrisi tanaman terpenuhi. Hasil tersebut sejalan
dengan hasil penelitian Vyatrisa et al. (2017) tentang pengaruh vinasse dan macam
pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil pak choi, bahwa penggunaan dosis
pupuk vinasse 25.000 l/ha memberikan hasil rerata bobot segar tajuk paling baik,
Perlakuan AB mix pada varietas Rojita (P3V2) menghasilkan diameter buah
paling besar. Hal ini diduga kandungan hara yang lengakap pada AB Mix dan
pengaruh factor genetik tanaman meningkatkan diameter pada buah. Hal ini sejala
dengan penelitian Rahmayani, Elva et al (2013) menyatakan Konsentrasi AB Mix
yang pas dapat memberikan pengaruh terhadap diameter buah dan bobot per buah
tomat dibandingkan dengan POC, dan perlakuan yang lebih baik terhadap panjang
buah dan diameter buah.

Tabel 3. Pengaruh macam larutan nutrisi dan varietas terhadap komponen hasil
tanaman.
Variabel Komponen Hasil
Macam Perlakuan Jumlah Jumlah Jumlah Bobot
Panjang
tandan buah per buah per buah per
buah
bunga tandan tanaman tanaman

Larutan nutrisi
P1(Vinasse) 7,94 a 2,68 b 8,88 a 61,88 a 220,75 a
P2(Feses domba/intil) 6,88 a 2,35 c 11,98 a 42,50 a 198,63 a
P3(AB Mix) 7,75 a 3,04 a 10,36 a 54,50 a 245,00 a
ρ<F 0.8506 0.0010 0.3317 0.5182 0.8538
Varietas
V1(Ruby) 10,58 p 2,21 q 13,34 p 84,75 p 300,67 p
V2(Rojita) 4,46 q 3,18 p 7,47 q 21,17 q 142,25 q
ρ<F 0.0042 <.0001 0.0052 0.0011 0.0417
Keterangan ; Rerata dalam kolom yang diikuti hurup sama menunjukkan tidak beda
nyata berdasarkan DMRT 5%.

Tabel 3. Menunjukkan Pelakuan larutan nutrisi (POC berbahan baku


vinasse maupun fese domba) menghasilkan bobot buah per tanaman sama dengan
control (AB Mix). Hal ini diduga POC saat fase generatif sudah mengalami proses
dekomposisi yang sempurna sehingga dapat menyuplai unsur hara pada saat fase
generatif . Selain itu, pupuk organik cair yang diberikan mengandung unsur hara
Kalium (K) yang dibutuhkan tanaman yang dapat meningkatkan kualitas buah. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian kartika (2013) Pada pemberian pupuk organik

Pertumbuhan Dan Hasil Hidroponik (Putra, Sunaryo, Darnawi) 8


2000 ppm dan pupuk anorganik 50% menghasilkan jumlah buah yang paling
banyak bila dibandingkan perlakuan lainnya, namun tidak berbeda nyata dengan
pemberian pupuk anorganik 75%, begitu pula sebaliknya untuk bobot buah per
tanaman. Menurut sutedjo (2002), unsur hara Kalium (K) berperan dalam
meningkatkan kualitas buah dan biji.

Susut Buah

0,96 0,94 0,95


0,91 0,91
0,82 0,82
0,71
0,67 0,68
0,6
0,57 0,56
0,49 0,5

0,38 0,36
0,32

P1V1 P1V2 P2V1 P2V2 P3V1 P3V2

5 Hari 15 Hari 25 Hari

Gambar 1. Grafik susut buah tomat varietas ruby (V1) dan varietas rojita (V2)
dengan perlakuan larutan nutrisi berbahan baku vinasse (P1), larutan nutisi feses
domba (P2) dan larutan nutrisi AB Mix (P3).

Gambar 1 menunjukkan bahwa buah tomat rojita setelah disimpan selama 25


hari bobot nya menyusut 62-68 % sedangkan ruby menunjukkan bahwa setelah
disimpan selama 25 hari bobot nya menyusut 33-44 %. Hal diduga bahwa
penyusutan buah dipengaruhi oleh factor varietas, semakin besar bentuk tomat
maka semakin cepat tomat mengalami transpirasi. Hal ini sesuai dengan penelitian
Lospian, et al (2017) Meningkatnya laju respirasi akan menyebabkan perombakan
senyawa seperti karbohidrat dalam buah dan menghasilkan CO2, energy dan air
yang menguap melalui permukaan kulit buah yang menyebabkan kehilangan bobot
pada buah tomat. Buah tomat dengan laju respirasi yang tinggi maka kandungan
total asamnya lebih sedikit (pH tinggi). Peningkatan pH buah tomat selama
penyimpanan, disebabkan berkurangnya asam-asam organik sebagai akibat 15

Pertumbuhan Dan Hasil Hidroponik (Putra, Sunaryo, Darnawi) 9


perombakan asam menjadi cadangan energi dalam peristiwa respirasi. Saat
penyimpanan buah tomat cenderung mengalami kenaikan kandungan gula yang
kemudian disusul dengan penurunan mutu buah, perubahan kadar gula tersebut
mengikuti pola respirasi buah selama penyimpanan. Menurut Tarigan et al., (2016),
buah yang tergolong klimaterik seperti tomat, respirasinya meningkat saat
penyimpanan awal dan menurun seiring dengan lama simpan.

KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi intaraksi antara macam larutan
nutrisi dan macam varietas terhadap pertumbuhan dan hasil tomat, kecuali pada
variable saat berbunga dan diameter buah. Tidak ada beda nyata antara perlakuan
macam larutan nutrisi pada komponen pertumbuhan kecuali pada diameter batang.
Perlakuan AB mix menghasilkan diameter batang lebih besar daripada perlakuan
larutan nutrisi yang lain. Tidak ada beda nyata antara perlakuan varietas pada
komponen pertumbuhan. Varietas tomat Ruby menghasilkan tandan bunga lebih
banyak dari pada varietas Rojita. Perlakuan POC berbahan baku vinase dan feces
domba (P1V1) menghasilkan saat berbunga paling cepat, Perlakuan AB mix pada
varietas Rojita (P3V2) menghasilkan diameter buah paling besar. Pelakuan larutan
nutrisi (POC berbahan baku vinasse maupun fese dimba menghasilkan bobot buah
per tanaman sama dengan control (AB Mix). Varietas ruby menghasilkan bobot
buah per tanaman lebih tinggi dari pada varietas rojita.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, I. 2013. Budidaya Tomat Cherry Menjanjikan. http://peluang usaha
kontan.co.id. Diakses pada tanggal 22 Maret 2020.
Apriliani, I., Heddy, S. & Suminarti, N., 2016. Pengaruh kalium pada pertumbuhan
dan hasil dua varietas tanaman ubi jalar (Ipomea batatas (L.) Lamb). Jurnal
Produksi Tanaman, 4(4), pp. 264–270.
Embarsari, R. P., Taofik, A., Frasetya, B., & Qurrohman, T. (2017). Pertumbuhan
dan Hasil Seledri (Apium Graveolens L.) pada Sistem Hidroponik Sumbu
dengan Jenis Sumbu dan Media Tanam Berbeda. Jurnal Agro, 2(2), 41–48.
Grimstad.
Husnul, Ana H. 2013. Pengaruh Hormon Giberelin dan Auksin terhadap Umur
Pembungaan dan Persentase Bunga menjadi Buah pada Tanaman Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.). Jurnal Hort.11(1)Hal 66-72.

Pertumbuhan Dan Hasil Hidroponik (Putra, Sunaryo, Darnawi) 10


I. Firmansyah, M. Syakir, and L. Lukman, (2017). “Pengaruh Kombinasi Dosis
Pupuk N, P, dan K Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung
(Solanum melongena L.),” J. Hortik., vol. 27, no. 1, pp. 69–78, 2017.
Issirep, S. (2015). Improvement of cherry tomato fruit yield and quality under a
controlled environment. Thesis. The University of Arizona.
Kartika 2013. Pengaruh Perbedaan Dosis Limbah Cair Bioetanol (Vinasse)
Terfermentasi Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Kakao (Theobroma
cacao L.). JOM FAPERTA Universitas Riau, 4(2), pp. 1–15.
Kusumawrdhani, A, dan W. D, Widodo. 2003. Pemanfaatan pupuk majemuk
sebagai sumber hara budidaya tomat secara hidroponik. Buletin Agronomi 31
(1): 15-20
Leovini, H. 2012. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Pada Budidaya Tanaman
Tomat (Solanum lycopersicum L.). Fakultas Pertanian Universitas Gadjah
Mada
Lingga , P. 2002. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Lospiani, N. P. N., I. M. S. Utama dan I. A. R. P. Pudja. 2017. Pengaruh lama waktu
cekaman anaerobik dan konsentrasi emulsi lilin lebah sebagai bahan pelapis
terhadap mutu dan masa simpan buah tomat. Jurnal BETA. 5(2) : 9-19.
Nugroho, Bayu W. (2016) Tabel PPM dan pH Nutrisi Hidroponik,
https://hidroponikpedia.com/tabel-ppm-dan-ph-nutrisi-hidroponik/ Diunduh
23 Desember 2019.
Nurrochman, S.Trisnowati, dan S. Muhartini. 2014. Pengaruh Pupuk Kalium
Klorida dan Umur Penjarangan Buah terhadap Hasil dan Mutu Salak (Salacca
zalacca (Gaertn.) Voss) ‘Pondoh Super’. Diakses 9 November 2016.
Rahmayani, Elva, A. dan Simanjuntak, B., 2015. Aplikasi Berbagai Dekomposer
pada Vinasse Terhadap Kualitas Pupuk Organik Cair, Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Selada Hijau ( Lactuca sativa L .). Prosiding Seminar Nasional
Pangan Lokal, Bisnis dan Eko-Industri (hlm. 100–108).
Saputra, Gita. (2016). Aplikasi nitrobenzen pada tomat cherry (Lycopersicon
esculentum var. cerasiforme) dalam sistem hidroponik. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Sunaryo, Y. et al. (2018). Nutrients content and quality of liquid fertilizer made
from goat manure. Jurnal. Sebelas Maret University.
Susila, A D. 2009. Fertigasi pada Budidaya Tanaman Sayuran di dalam
Greenhouse. Makalah. Depertemen Agronomi dan Hortikulutura. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sutapradja, H. 2008. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat Kultivar Intan dan
Mutiara pada Berbagai Jenis Tanaman Tomat. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran. Lembang. Bandung.
Sutedjo, M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta
T. Dosis, P. Kotoran, A. Dan, S. D. Mariani, and N. Barunawati, (2017) “Respon
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)
Varietas Permata Terhadap Dosis Pupuk Kotoran Ayam Dan KCL,” J.
Produksi Tanam., vol. 5, no. 9, pp. 1505–1511.

Pertumbuhan Dan Hasil Hidroponik (Putra, Sunaryo, Darnawi) 11


Tarigan, N. Y. S., I. M. S. Utama dan P. K. D. Kencana. 2016. Mempertahankan
mutu buah tomat segar dengan pelapisan minyak nabati. Jurnal BETA. 4(1) :
1-9.
Tribowo R. I. 2003. Pengembangan Teknologi dan Manajemen Hemat Air Balai
Pengembangan TTG LIPI. Makalah Pemaparan Hasil Litbang IPTEK LIPI.
Vyatrisa, B., Muhartini, S. & Waluyo, S., 2017. Pengaruh Vinase dan Macam
Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Pak Choi ( Brassica rapa
subsp. chinensis (L.) Hanelt). Vegetalika, 6(1), pp. 12–21.
Yulisma. 2011. Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung pada Berbagai
Jarak Tanam. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 30(3), pp. 196–203.

Pertumbuhan Dan Hasil Hidroponik (Putra, Sunaryo, Darnawi) 12

Anda mungkin juga menyukai