Anda di halaman 1dari 6

EDIBLE V - 1 : 54 – 59, Juli 2016 ISSN 2301 - 4199

PENGARUH BAHAN PELAPIS (Edible Coating) DAN KETEBALAN KEMASAN TERHADAP UMUR
SIMPAN PEMPEK IKAN PARANG-PARANG DALAM KEMASAN VACUM

Yessi Elfaini, Heni Domonita


Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang
Jalan Jend. A. Yani 13 Ulu Palembang (0711-511731)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan pelapis (edible coating) dan ketebalan
kemasan terhadap umur simpan pempek ikan parang-parang dalam kemasan vacuum. Penelitian ini
dilaksanakan dilaboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang dan Balai Riset dan
Standarisasi Industri Palembang pada bulan Desember 2014 sampai dengan bulan Mei 2015. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara fakorial dengan faktor perlakuan
bahan pelapis (edible coating) dan ketebalan kemasan yang terdiri dari enam kombinasi perlakuan dan
diulang sebanyak tiga kali. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah analisis kimia meliputi
analisis kadar protein, kadar air dan uji visual. Sedangkan uji organoleptik meliputi warna, bau dan
kerenyahan dengan mengunakan uji pembanding jamak. Perlakuan jenis bahan pelapis (edible coating)
berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air dan kadar protein pempek ikan parang-parang setelah
penyimpanan 12 hari. Perlakuan ketebalan kemasan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air dan
kadar protein pempek ikan parang-parang setelah penyimpanan 12 hari. Interaksi perlakuan bahan pelapis
(edible coating) dan ketebalan kemasan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air dan kadar protein
pempek ikan parang-parang setelah penyimpanan 12 hari. Interaksi perlakuan bahan pelapis (edible
coating) dan ketebalan kemasan berpengaruh nyata terhadap sifat organoleptik warna, bau dan kerenyahan
pempek ikan parang-parang setelah penyimpanan 12 hari.

Kata kunci : pempek, bahan pelapis (edible coating), ketebalan kemasan.

I. PENDAHULUAN menjadi suatu pilihan yang praktis digunakan


dalam berbagai macam produk dan dapat
Pempek merupakan makanan tradisional dijadikan sebagai bahan pengawet
masyarakat Palembang yang terbuat dari bahan alami.Umumnya kappa karagenan digunakan
dasar daging ikan giling dan tepung tapioka pada konsentrasi kurang dari 1,00% (Yulianingsih,
dengan cita rasa khas yang disukai masyarakat 2005).
serta memiliki nilai ekonomi dan gizi yang cukup Pempek hanya tahan sekitar tiga hari
tinggi.Kandungan gizi utama pempek adalah pada suhu kamar. Salah satu metode
protein dan karbohidrat dengan sedikit lemak, pengawetan untuk memperpanjang umur simpan
vitamin dan mineral yang diperoleh dari ikan dan pempek yang saat ini sudah dilakukan adalah
tepung tapioka.Perbandingan ikan, air, tepung penyimpanan dingin dengan kemasan vakum.
tapioka dan garam sangat berpengaruh terhadap Bila disimpan di dalam lemari pendingin, daya
nilai gizi, citarasa, warna, kekenyalan serta tahannya meningkat hingga sekitar empat
karakteristik lainnya (Murtado et al., 2013). minggu. Kombinasi pengemasan secara vakum
Ikan parang-parang (Chirocentrus dorab) dan penyimpanan beku dalam freezer, dapat
memiliki kisaran penyebaran yang cukup luas meningkatkan daya awet pempek hingga 40 hari
hampir di seluruh perairan laut di Indonesia dan lebih. Penyimpanan yang terlalu lama akan
termasuk ikan pelagis kecil.Walaupun jumlahnya menyebabkan terbentuknya lendir pada
tidak banyak tetapi hampir setiap hari ikan permukaan produk dan menimbulkan citarasa
parang-parang ada dipasaran sehingga harganya yang tidak enak ( Rachmawati , 2013).
lebih murah dibandingkan jenis ikan laut lainnya. Kemasan mempunyai peranan yang
Ikan parang-parang memiliki potensi yang cukup sangat besar untuk mencegah danmemperlambat
besar untuk terus dikembangkan menjadi salah terjadinya kerusakan yang sangat besar untuk
satu komoditi ikan ekonomis penting. Selain mencegah danmemperlambat terjadinya
dipasarkan dalam bentuk ikan segar dan ikan kerusakan lebih cepat pada bahan makanan.
asin, keunggulan dari ikan parang-parang yaitu Bahan yang digunakan untuk bahan kemasan
dapat di jadikan sebagai bahan baku kerupuk dan sangat berpengaruh besarterhadap lama
pempek (Supriharyono, 2000). penyimpanan bahan makanan, untuk
Pada pembuatan pempek ikan parang- memperlambat kerusakan nilaigizi, protein, lemak
parang ditambahkan kappa karagenan pada dan organoleptik yang ada dalam makanan
bahan pempek tersebut. Alasan menggunakan (Koswara, 2006).
karagenan dikarenakan kappa karagenan bersifat Polietilenmerupakan jenis kemasan yang
mampu membentuk gel dan mampu membuat kedap terhadap air, tetapi tidak tahan
cairan menjadi kental sehinggakappa karagenan terhadapoksigen. Plastik PE dengan ketebalan

54
EDIBLE V - 1 : 54 – 59, Juli 2016 ISSN 2301 - 4199
0,001 – 0,01 inchi (0,025 -0,25mm) banyak 1. Ikan parang-parang disortasi dari ikan busuk
digunakan untuk mengemas bahan pangan. dan dibuang isi perut serta insang.
Plastik ini lunak dan cair pada suhu 110⁰C 2. Kemudian ikan dicuci dengan air mengalir dan
sehingga dapat dibentuk menjadi kantong plastik ditiriskan selama 10 menit.
dengan derajat kerapatan yang baik. PE termasuk 3. Ikan yang sudah bersih selanjutnya
jenis termoplastik yang digunakan secara luas dipisahkan dari kepala, tulang dan kulit ikan
oleh konsumen dan produknya sering disebut untuk diambil dagingnya.
sebagai “kantong plastik” (Buckleet al., 1987). 4. Daging ikan kemudian digiling dan ditimbang
sebanyak 500g untuk setiap perlakuan.
II. METODELOGI PENELITIAN 5. Timbang kappa karagenan sebanyak 0,50%
(2,5g) untuk masing-masing perlakuan.
A. Tempat dan Waktu 6. Kemudian kappa karagenan dilarutkan dalam
Penelitian ini Alhamdulillah telah air masak sebanyak 125 ml.
dilaksanakan di laboratorium Fakultas Pertanian 7. Larutan kappa karagenan selanjutnya
Universitas Muhammadiyah Palembang dan Balai dicampur dengan daging ikan parang-parang
Riset dan Standarisasi Industri Palembang pada dan ditambahkan garam sebanyak 4,00%
bulan Desember 2014 sampai dengan bulan Mei (20g) serta bubuk bawang putih 2,00% (10g) .
2015. 8. Setelah tercampur merata, tambahkan tepung
tapioka sedikit demi sedikit sebanyak 500g
B. Alat dan Bahan dan diuleni sampai kalis.
Alat yang digunakan untuk penelitian ini 9. Selanjutnya adonan pempek dibentuk lenjeran
adalah baskom plastik, kompor, talenan, panci, dengan diameter 2 cm dan panjang 6 cm.
alat penggilingan ikan, alat penggorengan, 10. Adonan pempek yang sudah dicetak
penggaris,alat peniris, timbangan analitik, lemari kemudian direbus selama 15 menit.
es, alat kemasan vakum untuk pangan, spatula, 11. Pempek ikan parang-parang kemudian
labu kjeldhal, labu ukur, erlenmeyer, pipet ukur, ditiriskan dan didinginkan sampai suhu kamar
pipet tetes, biuret, jangka sorong, kuas untuk kue selama 20 menit.
dan kertas saring serta alat-alat organoleptik 12. Pempek yang sudah dingin dilapisi dengan
berupa piring plastik warna putih, kertas label dan bahan pelapis (tepung tapioka dan minyak
garpu kecil. kelapa sawit) pada seluruh permukaan
Bahan yang digunakan untuk penelitian pempek ikan.
ini ikan parang-parang (Chirocentrus dorab)yang 13. Pempek ikan parang-parang selanjutnya
diperoleh dari pasar induk Jakabaring Palembang, dikemas dalam kantong plastik jenis polietilen
garam, tepung tapioka, minyak kelapa sawit, (PE) dengan ketebalan 0,03mm dan 0,05mm
kantong plastik jenis PE (Polietilen) dengan dan divavum.
ketebalan 0,03mm dan 0,05mm, bahan-bahan 14. Pempek ikan parang-parang yang sudah
untuk analisis kimia H2SO4, NaOH 0,1 N, dikemas kemudian disimpan dalam lemari es
phenolpthalin 0,5%, formaldehid 37%, K2SO4, selama 12 hari.
aquadest dan untuk uji organoleptik.
E. Parameter yang Diamati
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Adapun parameter yang diamati dalam
Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara penelitian ini, untuk analisis kimia meliputi kadar
faktorial yang terdiri dari enam kombinasi air dan kadar protein pada pempek ikan parang-
perlakuan dan diulang sebanyak tiga kali, dengan parang setelah penyimpanan 12 hari. Sedangkan
mengikuti persamaan sebagai berikut: uji inderawi meliputi warna, bau dan kerenyahan
Yijk = µ + Li + Tj + (LiTj) + Kk + ∑ijk menggunakan uji pembanding jamak pada
Dimana: pempek ikan parang-parang sebelum dan setelah
Yijk = Nilai pengamatan (respon) dari penyimpanan selama 12 hari. Pengamatan visual
kelompok ke ijk dilakukan setiap 3 hari sekali yaitu pada hari ke 3,
µ = Nilai rata-rata sesungguhnya hari ke 6, hari ke 9 dan hari ke 12 selama
Li = Nilai aditif dari faktor bahan penyimpanan.
pelumurL
Tj = Nilai aditif dari faktor ketebalan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
kemasanT
(LiTj) = Nilai interaksi A. Analisis Kimia
Ki = Kelompok K ke i 1. Kadar Air
∑ijk = Pengaruh galat (error) Hasil analisis keragaman menunjukkan
Sumber: Hanafiah, (1995) bahwa Perlakuan bahan pelapis (edible coating)
dan ketebalan kemasan setelah penyimpanan 12
D. Cara Kerja hari memberikan hasil berpengaruh sangat nyata
Adapun cara kerja pembuatan pempek terhadap kadar air pempek ikan parang-parang.
ikan parang-parang : Sedangkan interaksi kedua faktor berpengaruh

55
EDIBLE V - 1 : 54 – 59, Juli 2016 ISSN 2301 - 4199
tidak nyataterhadap kadar air pempek ikan Tabel 3. Uji BNJ Pengaruh Bahan Pelapis (edible
parang-parang. coating) terhadap Kadar Protein Pempek
Ikan Parang-Parang (%).
Tabel 1. Uji BNJ Pengaruh Bahan Pelapis (Edible
coating) terhadap Kadar Air Pempek Ikan Bahan Nilai Rata- Nilai Uji BNJ
Parang-Parang (%). Pelapis rata
(Edible Kadar Protein 0,05 = 0,01 =
Bahan Nilai Rata- Nilai Uji BNJ coating) (%) 0,32 0,44
Pelapis rata L2 9,52 a A
(Edible Kadar Air 0,05 = 0,01 = L1 8,80 b B
coating) (%) 0,48 0,66 L0 8,25 c C
L2 54,78 a A
L1 54,22 b A Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang
L0 53,87 c B sama berarti berbeda tidak Nyata

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang Adanya pemberian bahan pelapis (edible
sama berarti berbeda tidak nyata coating) yang berbeda, menghasilkan kadar
protein yang berbeda juga. Penggunaan dengan
Minyak kelapa sawit bersifat tidak larut bahan pelapis minyak kelapa sawit (perlakuan
dalam air, artinya minyak kelapa sawit tidak dapat L2) mempunyai kadar protein tertinggi. Minyak
berikatan dengan air kecuali ada zat pengemulsi kelapa sawit sebagai edible coating bersifat dapat
diantara kedua zat tersebut.Sifat tersebut maka menahan oksigen (O2) yang akan
selama dan setelah proses penyimpanan air yang berpenetrasi/masuk ke dalam bahan, artinya laju
ada di dalam pempek ikan parang-parang tidak proses pemecahan protein di dalam pempek
dapat keluar karena terhalang minyak. selama penyimpanan akan mengalami
penurunan. Menurunnya laju pemecahan protein
Tabel 2. Uji BNJ Pengaruh Ketebalan Kemasan akan menghasilkan kadar protein yang lebih
terhadap Kadar Air Pempek Ikan Parang- tinggi pada perlakuan L2.
Parang (%).
Tabel 4. Uji BNJ Pengaruh Ketebalan Kemasan
Ketebalan Nilai Rata- Nilai Uji BNJ terhadap Kadar Protein Pempek Ikan
rata Parang-Parang (%).
Kemasan Kadar Air 0,05 = 0,01 =
(%) 0,32 0,46 Ketebalan Nilai Rata-rata Nilai Uji BNJ
T2 55,08 a A Kemasan Kadar Protein 0,05 = 0,01 =
T1 53,50 b B (%) 0,21 0,31
T2 9,71 a A
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang T1 8,00 b B
sama berarti berbeda tidak nyata
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang
Perbedaan ketebalan kemasan dapat sama berarti berbeda tidak Nyata
mempengaruhi tinggi rendahnya kadar air pada
pempek ikan parang-parang pada setiap Perbedaan ketebalan kemasan dapat
perlakuan. Perlakuan T2 dengan ketebalan mempengaruhi tinggi rendahnya kadar protein
kemasan lebih tinggi mempunyai kadar air pada pempek. Perlakuan T2 dengan ketebalan
tertinggi. Semakin tebal kantong plastik PE yang kemasan lebih tinggi mempunyai kadar protein
digunakan maka semakin sulit air dalam bentuk tertinggi. Semakin tebal kantong plastik PE yang
uap air untuk keluar dari kemasan tersebut. digunakan maka semakin rendah permeabilitas
Akibatnya uap air akan tertahan di dalam bahan. dari oksigen untuk masuk ke dalam bahan.
Polietilen merupakan jenis plastik yang paling Rendahnya jumlah oksigen (O2) yang masuk ke
banyak digunakan dalam industri, karena memiliki bahan akan menurunkan laju proses pemecahan
sifat mudah dibentuk, tahan bahan kimia, jernih protein di dalam pempek selama penyimpanan.
dan mudah dilaminasi. Hal tersebut akan menghasilkan kadar protein
pempek ikan parang-parang dengan persentase
2. Kadar Protein yang lebih tinggi dibanding perlakuan dengan
ketebalan kemasan yang lebih tipis.
Perlakuan bahan pelapis (edible coating)
dan ketebalan kemasan memberikan hasil B. Uji Inderawi
berpengaruh sangat nyata terhadap kadar
protein pempek ikan parang-parang setelah 1. Warna
penyimpanan 12 hari. Sedangkan interaksi kedua
faktor berpengaruh tidak nyata terhadap kadar Hasil analisis sidik ragam pengaruh
protein pempek ikan parang-parang. bahan pelapis (edible coating) dan ketebalan
kemasan terhadap warna pempek ikan parang-
parang sebelum penyimpanan 12 hari,

56
EDIBLE V - 1 : 54 – 59, Juli 2016 ISSN 2301 - 4199
menghasilkan pengaruh yang tidak nyata bahan pelapis dan ketebalan 0,03 mm) dengan
terhadap warnanya. Dengan demikian tidak ada nilai rata-rata 3,60 dan tertinggi pada interaksi
uji lanjut uji Beda Nyata Terkecil (uji BNT) pada perlakuan L2T2 (bahan pelapis minyak kelapa
warna pempek ikan parang-parang sebelum sawit dan ketebalan 0,05 mm) dengan nilai rata-
penyimpanan 12 hari. Nilai tingkat kesukaan rata 3,72. Semua interaksi perlakuan termasuk
terendah pada interaksi perlakuan L0T1 (tanpa kriteria agak sedikit lebih bau dari pembanding.
bahan pelapis dan ketebalan 0,03 mm) dengan Hasil analisis sidik ragam bahan pelapis
nilai rata-rata 3,40 dan tertinggi pada interaksi (edible coating) dan ketebalan kemasan terhadap
perlakuan L2T2 (bahan pelapis minyak kelapa bau pempek ikan parang-parang setelah
sawit dan ketebalan 0,05 mm) dengan nilai rata- penyimpanan 12 hari, menghasilkan pengaruh
rata 3,52. Semua interaksi perlakuan termasuk yang nyata terhadap bau pempek.
kriteria sedikit kurang putih dari pembanding.
Hasil analisis sidik ragam bahan pelapis Tabel 6. Uji BNT Bahan Pelapis (edible coating) dan
(edible coating) dan ketebalan kemasan terhadap Ketebalan Kemasan terhadap Bau Pempek
warna pempek ikan parang-parang setelah Ikan Parang-Parang Setelah Penyimpanan
12 Hari
penyimpanan 12 hari, menghasilkan pengaruh
yang nyata terhadap warnanya. Interaksi Nilai Rata-rata Nilai Uji BNT
Perlakuan Bau 0,05 = 0,01 =
Tabel 5. Uji BNT Bahan Pelapis (edible coating) dan 0,41 0,63
Ketebalan Kemasan terhadap Warna L2T2 3,12 a A
Pempek Ikan Parang-Parang Setelah L2T1 2,80 a b A B
Penyimpanan 12 Hari L1T2 2,52 b c A B C
L1T1 2,52 c A B C
Interaksi Nilai Rata-rata Nilai Uji BNT L0T2 2,20 c d B C
Perlakuan Warna 0,05 = 0,01 = L0T1 1,92 d C
0,21 0,32
L2T2 2,76 a A Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang
L2T1 2,68 a A B sama berarti berbeda tidak Nyata
L1T2 2,68 A A B
L1T1 2,44 b A B C Interaksi perlakuan minyak kelapa sawit
L0T2 2,40 b c B C sebagai edible coating dan kemasan PE setebal
L0T1 2,20 c C
0,05 mm (L2T2) setelah penyimpanan 12 hari
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang menghasilkan bau yang lebih baik dari interaksi
sama berarti berbeda tidak nyata perlakuan lainnya. Minyak kelapa saawit yang
bersifat hidrofobik dan permeabilitas kantong PE
Interaksi perlakuan minyak kelapa sawit 0,05 mm yang rendah dapat menekan laju reaksi
sebagai edible coating dan kemasan PE setebal oksidasi pada bahan. Oksidasi menyebabkan
0,05 mm (L2T2) menghasilkan warna yang lebih terjadinya degradasi pada lipida dan protein yang
baik dari interaksi perlakuan lainnya. Minyak selanjutnya akan merusak aroma pempek ikan
kelapa sawit yang bersifat hidrofobik dan parang-parang selama proses penyimpanan.
permeabilitas kantong PE 0,05 mm yang rendah Rendahnya reaksi tersebut dapat mengurangi
menyebabkan menurunnya jumlah oksigen yang lemak dan protein yang mengalami kerusakan
masuk ke dalam bahan. Hal tersebut dapat dengan membentuk aroma offlavour (aroma yang
menekan laju oksidasi pada bahan yang tidak disukai/dikehendaki). Hal ini menyebabkan
menyebabkan warna pempek menjadi kusam interaksi perlakuan L2T2 mempunyai bau pempek
selama proses penyimpanan. Hal ini ikan parang-parang yang lebih mendekati aroma
menyebabkan interaksi perlakuan L2T2 pempek pembanding dari interaksi perlakuan
mempunyai warna pempek ikan parang-parang lainnya setelah penyimpanan 12 hari.
yang lebih cerah dari interaksi perlakuan lainnya
setelah penyimpanan 12 hari. 3. Kerenyahan

2. Bau Hasil analisis sidik ragam pengaruh


bahan pelapis (edible coating) dan ketebalan
Hasil analisis sidik ragam pengaruh kemasan terhadap kerenyahan pempek ikan
bahan pelapis (edible coating) dan ketebalan parang-parang sebelum penyimpanan 12 hari,
kemasan terhadap bau pempek ikan parang- menghasilkan pengaruh yang tidak nyata
parang sebelum penyimpanan 12 hari, terhadap kerenyahan pempek. Dengan demikian
menghasilkan pengaruh yang tidak nyata tidak ada uji lanjut uji Beda Nyata Terkecil (uji
terhadap bau pempek. Dengan demikian tidak BNT) pada kerenyahan pempek ikan parang-
ada uji lanjut uji Beda Nyata Terkecil (uji BNT) parang sebelum penyimpanan 12 hari. Nilai
pada bau pempek ikan parang-parang sebelum tingkat kesukaan terendah pada interaksi
penyimpanan 12 hari. Nilai tingkat kesukaan perlakuan L0T1 (tanpa bahan pelapis dan
terendah pada interaksi perlakuan L0T1 (tanpa ketebalan 0,03 mm) dengan nilai rata-rata 3,36
dan tertinggi pada interaksi perlakuan L2T2

57
EDIBLE V - 1 : 54 – 59, Juli 2016 ISSN 2301 - 4199
(bahan pelapis minyak kelapa sawit dan Pada awal penyimpanan semua pempek
ketebalan 0,05 mm) dengan nilai rata-rata 3,56. ikan parang-parang memiliki warna yang sama
Seluruh interaksi perlakuan kriterianya sedikit yaitu warna putih kekuningan. Hal ini dikarenakan
kurang renyah dari pembanding. pada saat pembuatan dilakukan secara
bersamaan yang bertujuan mempermudah dalam
Tabel 7.Uji BNT Bahan Pelapis (edible coating) dan pengamatan. Seiring dengan lamanya
Ketebalan Kemasan terhadap kerenyahan penyimpanan, interaksi perlakuan L0T1
Pempek Ikan Parang-Parang Setelah menghasilkan warna putih kekuningan yang lebih
Penyimpanan 12 Hari kusam, ada jamur berwarna kuning yang cukup
banyak, tidak ada lendir dan menghasilkan bau
Interaksi Nilai Rata-rata Nilai Uji BNT yang lebih menyengat dari interaksi perlakuan
Perlakuan Bau 0,05 = 0,01 = lainnya. Interaksi perlakuan tanpa edible coating
0,43 0,66 dan kemasan PE setebal 0,03 mm (L0T1) dapat
L2T2 3,20 a A meningkatkan laju reaksi oksidasi pada bahan.
L2T1 3,04 a A B Oksidasi menyebabkan terjadinya degradasi
L1T2 2,84 a b A B pada karbohidrat, lipida dan protein yang
L1T1 2,56 b c A B C selanjutnya menyebabkan perubahan warna,
L0T2 2,40 c d B C tumbuhnya jamur dan merusak bau pempek ikan
L0T1 2,04 d C parang-parang selama proses penyimpanan. Hal
ini menyebabkan interaksi perlakuan L0T1
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang
sama berarti berbeda tidak Nyata
mempunyai penampakan visual yng mengarah
pada pembusukan pempek ikan parang-parang
Interaksi perlakuan minyak kelapa sawit selama penyimpanan 12 hari.
sebagai edible coating dan kemasan PE setebal
0,05 cm (L2T2) menghasilkan kerenyahan yang IV. KESIMPULAN DAN SARAN
lebih baik dari interaksi perlakuan lainnya.
Interaksi kedua perlakuan menyebabkan A. Kesimpulan
menurunnya laju oksidasi pada bahan. Karena
Berdasarkan penelitian yang telah
reaksi oksidasi dapat menurunkan kadar pati yang
dilaksanakan maka dapat diambil kesimpulan
ada di dalam bahan. Berkurangnya laju oksidasi
sebagai berikut:
akan menurunkan jumlah pati yang mengalami
1. Perlakuan jenis bahan pelapis/edible coating
kerusakan, sehingga pempek ikan parang-parang
berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air
pada interaksi perlakuan L2T2 lebih renyah dari
dan kadar protein pempek ikan parang-parang
interaksi perlakuan lainnya setelah penyimpanan
setelah penyimpanan 12 hari.
12 hari.
2. Perlakuan ketebalan kemasan berpengaruh
sangat nyata terhadap kadar air dan kadar
C. Uji Daya Simpan
protein pempek ikan parang-parang setelah
penyimpanan 12 hari.
Berdasarkan pengamatan visual terhadap
3. Interaksi perlakuan bahan pelapis (edible
perubahan warna pempek ikan parang-parang
coating) dan ketebalan kemasan berpengaruh
pada Lampiran 38, semua perlakuan tidak
tidak nyata terhadap kadar air dan kadar
menunjukkan adanya perubahan dari warna,
protein pempek ikan parang-parang setelah
kecuali perlakuan L0T1 ada perubahan warna dari
penyimpanan 12 hari.
putih kekuningan cerah menjadi putih kekuningan
4. Interaksi perlakuan bahan pelapis (edible
sedikit kusam hari ke 12.
coating) dan ketebalan kemasan berpengaruh
Berdasarkan pengamatan visual terhadap
nyata terhadap sifat organoleptik warna, bau
ada tidaknya jamur pada pempek ikan parang-
dan kerenyahan pempek ikan parang-parang
parang, semua perlakuan tidak menunjukkan
setelah penyimpanan 12 hari.
adanya jamur, kecuali perlakuan L0T1 ada jamur
warna kuning cukup banyak pada penyimpanan
B. Saran
hari ke 12 dan perlakuan L1T1 ada jamur warna
Untuk memperoleh pempek ikan parang-
kuning sedikit pada penyimpan hari ke 12.
parang yang baik yang disukai oleh panelis
Berdasarkan pengamatan visual terhadap ada
disarankan menggunakan perlakuan L2T2 (bahan
tidaknya lendir pada pempek ikan parang-parang,
pelapis minyak kelapa sawit dan ketebalan
semua perlakuan tidak menunjukkan adanya
kemasan PE 0,05 mm).
lendir mulai penyimpanan hari ke 3 sampai
penyimpanan hari ke 12. Berdasarkan
DAFTAR PUSTAKA
pengamatan visual terhadap perubahan aroma
pada pempek ikan parang-parang, semua Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet dan M.
perlakuan tidak menunjukkan adanya perubahan Wootton. 2007. Ilmu
aroma, kecuali perlakuan L0T1 ada perubahan Pangan.Diterjemahkan oleh Hari
aroma sedikit pada penyimpanan hari ke 12.

58
EDIBLE V - 1 : 54 – 59, Juli 2016 ISSN 2301 - 4199
Purnomo dan Adiono. Penerbit.
UniversitasIndonesia, Jakarta.
Koswara, Sutrisno 2006, Bahaya di Balik
Kemasan Plastik, viewed 10 December
2011,http://ebookpangan.com/ARTIKEL/B
ahaya%20dalam%20Pengemas
%20Plastik.pdf
Murtado, A.D., Dasir., dan Ade Vera Yani. 2013.
Optimalisasi Penambahan Kappaphycus
alvarezii pada Empek-Empek.Proposal
Penelitian Hibah Bersaing. Universitas
Muhammadiyah Palembang (tidak
dipubblikasikan).
Rachmawati, Y. 2013. Lezatnya Pempek dari
Pulau
Sumatera.http://nutrisiuntukbangsa.org/le
zatnya-pempek-dari-
pulausumatera/#sthash.CT81WfSq.dpuf .
diakses 2Desemberl 2014.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan
Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir
Tropis. Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Alam, Jakarta.
Yulianingsih, L. 2005. Pengaruh Penambahan
Karagenan Terhadap Karakterisrik Fish
Nugget dari Ikan Mas [Skripsi]. Program
Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

59

Anda mungkin juga menyukai