Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman Sirih (Piper betle) merupakan tumbuhan yang tersebar mulai dari
pantai Timur benua Afrika, daratan India, Cina, Asia Tenggara, Australia Utara sampai
ke Polynisia di Pasifik. Untuk tumbuh tanaman sirih menghendaki tanah gembur yang
banyak humus dengan kelembapan tinggi, Tanaman ini mampu beradaptasi dengan
kawasan yang ekstrim basah maupun kering. Sirih bisa hidup baik mulai dari dataran
rendah sampai dataran tinggi sekitar 1000 meter di atas permukaan laut (dpl). Di Jawa,
umumnya sirih tidak berbuah, sehingga yang dimakan hanya daunnya. Sementara di
NTT, Thailand dan Thaiwan, sirih banyak berbuah, hingga yang digunakan untuk
makan sirih bisa daunnya, bisa pula buahnya. Meskipun tanaman sirih sangat toleran
terhadap ketinggian tempat, suhu udara, kelembapan dan sinar matahari, namun
pertumbuhan optimal akan dicapai pada dataran menengah dengan sinar matahari
penuh namun cukup air.
Di Indonesia, belum ada kebun sirih dalam skala yang cukup luas. Untuk
keperluan industri sekalipun, daun sirih masih dikumpulkan oleh para tengkulak dari
tanaman penduduk yang hanya merupakan tumbuhan dipekarangan rumah atau batas
kebun. Di Taiwan dan Thailand, budidaya sirih sudah dilakukan dalam skala komersial
secara monokultur. Budidaya tanaman sirih khususnya sirih hijau yang memiliki
khasiat dan manfaat yang multi fungsi bagi kesehatan manusia. Untuk penanaman
biasa mengunakan panjatan yang mengunakan tiang dari kayu, beton maupun pagar
hidup, setinggi 2 meter dari permukaan tanah. Sebagai pagar hidup antara lain
lamtoro, kaliandra, dadap, glirisidia dll. Sirih cukup ditanam sekali dan akan bisa terus
dipanen sepanjang tahun. Apabila tidak diberi irigasi tehnis, maka panen daun sirih
hanya biasa dilakukan selama musim pengujan.
Daun tanaman sirih mempunyai kandungan minyak atsiri yang sangat
berguna bagi kesehatan manusia. Kandungan minyak atsiri daun yang dipanen pada
musim kemarau cukup tinggi namun produksi daunnya rendah, begitu sebaliknya pada
musim penghujan. Sehingga sebaliknya jika menanam tanaman sirih dikelola secara
komersial harus disertai dengan pengairan tehnis.

Hasil destilasi atau ekstraksi daun sirih adalah minyak sirih, air destilat
sirih, pupuk limbah sirih, sabun sirih, pasta gigi sirih, salep sirih, dan lain-lain. Air
destilat daun sirih dapat berfungsi ganda sebagai fungisida yang aman bagi
lingkungan. Selain itu air destilat murni daun sirih bisa untuk mengganti natrium
metabisulfit yang saat ini banyak oleh pembuat bahan baku gula nira dan hasil yang
didapatkan dengan menggunakan ekstak sirih ternyata lebih bagus baik warna, rasa
dan kepadatan gula.
B. Permasalahan
Tanaman sirih merupakan potensi sumber daya alam di Jawa Tengah yang belum
termanfaatkan secara maksimal, padahal untuk kebutuhan industri minyak astiri yang
digunakan berbagai produk/diversifikasinya sangat membutuhkan daun sirih maupun
batang tanaman. Disisi lain, penanaman tanaman sirih yang dilakukan masyarakat
selama ini masih kurang optimal, bahkan beberapa tempat sudah banyak tanaman sirih
ini yang ditebang dan habitatnya mulai berkurang. Masyarakat belum begitu paham
tentang arti pentingnya manfaat tanaman sirih, daun sirih terbatas buat nginang dan
obat mimisan saja sehingga lahannya belum dimanfaatkan secara optimal dan belum
dikembangkan secara masal. Untuk itu perlunya pengembangan dan pengelolaan
tanaman sirih sehingga bisa dimanfaatkan secara maksimal.
C. Tujuan
Sesuai dengan latar belakang diatas, maka pokok permasalahan yang perlu dikaji
adalah :
1.

Mengetahui prospek dan potensi serta kegunaan tanaman sirih.

2.

Mengembangkan tanaman sirih sesuai pola budidaya yang benar.

3.

Mengetahui dan mengkaji berbagai diversifikasi produk olahan sirih serta


pemasarannya.

D. Manfaat
Memberikan masukan bagi pengambil kebijakan dalam rangka mengembangkan
dan pengolahan tanaman sirih secara maksimal untuk kesehatan manusia dan
lingkungannya.

E. Tempat dan waktu penyelenggaraan


Hari/tanggal

: Senin, 24 Maret 2014

Waktu

: Pukul 09.00 selesai

Tempat

: Aula Badan Diklat dan Litbang Kabupaten Sragen


Jln. RA. Kartini No. 160 Kabupaten Sragen.

F. Nara sumber/ Pemakalah


1.

Sadiman al Kundarto, Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPPSI) Jawa


Tengah, dengan judul makalah: Budidaya Tanaman sirih untuk Pemberdayaan
Ekonami Masyarakat Desa.

2.

Ir. Budiarto, MT Balitbang Prop. Jateng, dengan judul makalah : Sistem Inovasi
Daerah (SIDa) Provinsi Jateng.

G. Moderator
Drs. Joko Saryono,M.Pd. Kepala Badan Diklat dan Litbang Kabupaten Sragen.
H. Peserta
1.

Kepala Badan Penyuluh Kabupaten Sragen

2.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sragen

3.

Kepala Desa Wonorejo Kecamatan Kedawung beserta 5 orang warganya

4.

Kepala Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo beserta 5 orang warganya

BAB II
HASIL KAJIAN
A. Tanaman Sirih (Piper betle Linn)
Didalam taksonomi tumbuhan, tanaman sirih (piper betle Linn) tergolong
dalam family Piperaceae, satu familia dengan tanaman lada (Tampubolon, 1981).
Klasifikasi lengkap tanaman sirih menurut Koesmiati (1996) adalah sebagai
berikut:
Devisio

: Spermatophyta

Subdevisio

: Anglospermae

Klas

: Dicotyledonae

Ordo

: Piperales

Familia

: Piperaceae

Genus

: Piper

Spesies

: Piper betle Linn


Tanaman sirih yang dalam bahasa Jawa dikenal dengan nama suruh atau

sedah, termasuk tumbuhan merambat. Tumbuh dengan baik pada ketinggian 500700 meter dari permukaan laut, dengan ketinggian pohon bisa mencapai 5-15
meter. Biasanya tanaman sirih tumbuh merambat pada pohon atau pada tonggak
yang sengaja dibuat untuk keperluan tersebut.
Daun sirih berukuran bisa mencapai 20 cm, berbentuk jantung dengan
warna kuning muda atau hijau rumput, berbau wangi dan berasa pedas (Hidayat,
1968). Bunga tanaman sirih berkumpul sebagai sebagai bulir jantan dan betina,
dengan buah berbiji yang daunnya bundar (Dharma, 1985). Bentuk dan rasa daun
sirih berbeda-beda tergantung dari jenis iklim dan tempat tumbuhnya. Apabila
tumbuh pada tempat yang banyak terkena sinar matahari daunnya akan berwarna
kuning, dan apabila dikunyah dan berasa pedas. Sedangkan bila tumbuh ditempat
teduh daunnya berwarna hijau tua atau hijau rumput, lebih panjang, lebih lunak dan
rasanya tidak begitu pedas (Koesmiati, 1966). Selama ini di masyarakat dikenal ada
empat varietas tanaman sirih antara lain: 1) Sirih hijau yang banyak tumbuh di
Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan NTT. Daunnya berwarna hijau tua dengan
kandungan minyak astiri cukup tinggi apabila tumbuh dilokasi terbuka. Bentuk
daun sirih hijau agak bulat. Pada Kondisi yang ekstrim kering, sirih hijau akan
4

menghasilkan buah. Sirih hijau inilah yang banyak dibudidayakan di Taiwan dan
Thailand;

2) Sirih Kuning dengan daun berwarna hijau kekuningan. Apabila

tumbuh dilokasi terbuka, pucuk daun sirih hijau akan benar-benar berwarna kuning
cerah. Bentuk daun sirih kuning lebih ramping dengan ujung yang lebih runcing.
Sirih kuning lebih sulit berbuah dan banyak dibudiyayakan di sumatra dan Jawa
Barat; 3) Sirih kaki merpati yang berdaun kuning dengan tulang daun berwarna
merah. Sirih kaki merpati dibudidayakan sebagai tanaman hias; 4) Sirih hitam yang
cukup langka dan dikoleksi masyarakat untuk bahan obat/ jamu.
Dari empat varietas sirih tadi, yang pembudidayaan yang cukup luas hanyalah sirih
hijau.
Berdasarkan bentuk dan tempat tumbuhnya, Sastroamidjoyo (1962)
membagi daun sirih menjadi lima (5) jenis yaitu :
a. Sirih Jawa
Daunnya lunak, baunya kurang tajam, berwarna hijau rumput dan paling
banyak jumlahnya.
b. Sirih Belanda
Daunnya besar, berwarna hijau atau kuning, berasa pedas dan berbau tajam.
c. Sirih Cengkeh
Pohonnya kecil dengan daun berwarna kuning, berasa pedas dan tajam seperti
cengkeh.
d. Sirih Kuning (Ondro)
Daunnya kecil dan banyak terdapat di Jawa Barat.
e. Sirih Hitam
Berbau sangat tajam dan sering digunakan untuk campuran obat.
B. Prospek dan Potensi serta Kegunaan Tanaman sirih
1. Potensi Produksi
Tanaman sirih di Jawa Tengah belum banyak dikembangkan secara khusus
oleh masyarakat tetapi tanaman sirih banyak ditanam dilahan pekarangan dan
hutan sebagai tanaman tumpangsari. Daerah penyebaran tanaman sirih di Jawa
Tengah terdapat di Kaupaten Rembang, Blora, Grobogan, Klaten, Magelang
dan Karanganyar. Produksi sirih belum bisa diketahui secara pasti karena
komuditas ini belum merupakan komuditas unggulan dan potensial sehingga
5

masih belum perlu dilakukan monitoring luas areal dan produksinya sehingga
belum dimasukan kedalam catatan statistik.
2. Potensi Lahan
Secara umum suatu keberhasilan pengembangan pertanaman ditentukan
oleh lingkungan dimana komuditas dikembangkan. Agroekosistim atau faktor
biofisik seperti tanah dan iklim menjadi peluang atau kendala dalam
pembangunan komuditas tersebut.
C. Pengembangan Tanaman Sirih
Pengembangan tanaman sirih dapat dilakukan dengan merawat tanaman
sirih yang selama ini tumbuh liar di lahan hutan rakyat serta menambah areal
pertanaman dengan melakukan budidaya secara tumpangsari di hutan negara, hutan
rakyat, areal perkebunan dan lahan pekarangan. Untuk memperoleh produksi yang
optimal maka budidaya sesuai buku tehnis harus dilakukan.
1. Syarat Tumbuh
Tanaman sirih dapat tumbuh baik diderah dengan iklim sedang basah. Sirih
dapat tumbuh mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi dengan
ketinggian 1000 m dari permukaan laut. Tanaman sirih menyukai tempattempat yang mendapat cahaya matahari penuh. Sirih dapat tumbuh di berbagai
jenis tanah dengan strutur sedang. Sebaiknya sirih ditanam pada tanah yang
subur, berhumus, kaya akan hara dan gembur.
2. Persiapan Lahan
Lahan yang akan ditanami sirih dibersihkan dari gulma dan batu-batuan,
dicangkul dengan kedalaman olah 20 cm. setelah diolah,dibuat bedengan,
kemudian dibuat lubang tanam dengan ukuran 80 cmx 60 cm. Jarak tanam 2 m
x 2 m atau 2,5 m x 2,5 m. Satu bulan sebelum tanam, pada setiap lubang tanam
diberi pupuk kandang sebanyak 0,5 kg dan diaduk rata. Untuk menopang
pertumbuhan batang dan sulurnya, tanaman sirih membutuhkan pohon
tegakan, baik tegakan mati maupun hidup. Untuk tegakan hidup dapat
digunakan tanaman dadap, kelor, kayu kuda atau kapok. Tanaman tegakan
sebaiknya ditanam sekitar 15 cm dari tempat tanaman sirih agar perakaran sirih
tidak terganggu.
6

3. Persiapan Bibit
Bibit yang digunakan dapat berupa stek, merunduk dan cangkok.
a) Pembibitan dengan stek
Sebaiknya sulur yang akan dijadikan bibit telah mengeluarkan akar yang
banyak dan panjang. Sulur dipotong sepanjang 30-50 cm. Stek sulur
ditanam pada polybag berdiameter 10 cm yang telah diisi media tanam
berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan
3:1:3. Penyiraman

dilakukan 1-2 kali sehari. Areal pembibitan

diberinaungan. Stek akan berakar dan siap dipindahkan keareal penanaman


setelah berumur 3 4 minggu.
b) Merunduk
Tahapan yang dilakukan adalah:
1) Siapkan media tanah yang terdiri dari campuran tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 3 : 1 kemudian digundukan.
2) Bahan tanaman induk adalah tanaman sirih yang mempunyai sulur
dengan panjang 2 meter atau lebih.
3) Rentangkan sulur tanaman sirih, kemudian tanam ruas-ruas batang
yang berakar dengan dirundukan pada gundukan tanah yang telah
disiapkan.
4) Kemudian siramlah tanaman tersebut sehari sekali atau melihat kondisi.
Apabila media masih basah tidak perlu disiram. Secara umum, pada
musim kemarau kondisi media cenderung lebih cepat mengering,
sehingga perlu penyiraman lebih intensif. Begitu juga sebaliknya, pada
saat musim hujan media cenderung lebih lembab, dan penyiraman
dilakukan bila perlu.
5) Setelah kurang lebih 1 bulan, pertumbuhan dan perkembangan akar
tanaman sudah mulai banyak dan kuat. Selanjutnya masing-masing
bibit dapat dipisahkan. Tanam bibit-bibit tersebut pada media yang
lebih besar atau dapat langsung ditanam di pekarangan rumah yang
telah disediakan.

c) Cangkok
Tahapan yang dilakukan:
1) Bagian buku tanaman yang akan dicangkok, sebaiknya terlebih dahulu
disemprot dengan larutan zat pengatur tumbuh (ZPT) perangsang akar
dengan konsentrasi 1 ml/liter air (sesuai anjuran) atau larutan vitamin
B1. Pengunaan ZPT atau vitamin ini berfungsi untuk mempercepat
pertumbuhan dan pembentukan akar sehingga akan mempercepat pula
terhadap pembentukan tunas pada ketiak daun. Bila tidak mengunakan
cara tersebut juga tidak apa.
2) Siapkan media tanam. Media yang digunakan hampir sama dengan
pembibitan stek, yaitu mengunakan campuran media tanah dan pupuk
kandang saja dengan perbandingan 2 : 1. Campuran media tersebut
kemudian ditempelkan pada buku dan bungkus dengan plastik yang
sudah dilubangi. Atau dengan mengunakan botol aqua bekas lalu
dilubangi atau disobek tepinya. Masukkan cabang dalam botol melalui
sobekan atau lubang dan beri media tanam secukupnya. Basahi dengan
air dan diikat.
3) Selanjutnya siram cangkokan tersebut dengan mengunakan air bersih
hingga seluruh media basah.
4) Setelah satu bulan, akar sudah tumbuh memenuhi media. Potonglah
batang yang berada di bawah cangkokan. Buka bungkus cangkokan
tersebut dan tanam dalam pot atau langsung di tanah. Bibit dengan cara
cangkok, mempunyai presentasi tumbuh 90 % sampai 100 %.
4. Penanaman
a) Tanah sebaiknya dipilih tanah yang gembur, banyak mengandung bahan
organik dan pengairan yang cukup.
b) Penanaman sebaiknya dilakukan pada musim awal musim hujan.
c) Siapkan tempat untuk merambat berupa atau ditanam dibawah pohon
sehingga tanaman akan menempel pada batang pohon.
d) Bibit yang telah ditanam disiran air secukupnya.

5. Pemeliharaan
a) Pemupukan
Tanaman sirih hanya mengunakan pupuk organik, pupuk kandang dari
kotoran ayam akan mengakibatkan daun berwarna kekuning-kuningan,
sedangkan pupuk kandang kotoran sapi atau kerbau akan menghasilkan
daun berwarna hijau segar.
Pemberian pupuk sebesar 5 kg perpohon pertahun menjelang musim hujan.
Pemupukan anorganik berupa pupuk urea diberikan dengan dosis50 kg/ha
pada saat penanaman dan 50 kg/ha setelah tanam berumur 4 bulan. Pupuk
TSP diberikan pada saat tanam dengan dosis 150 kg/ha. Pupuk KCL juga
diberikan

pada saat tanam dengan dosis 200 kg/ha. Untuk membantu

pertumbuhan cabang dan daun dapat diberikan pupuk daun.


b) Penyiangan
Penyiangan gulma sebaiknya dilakukan secara rutin setiap 1,5 2 bulan.
Gangguan pertumbuhan yang disebabkan

serangan penyakit dan hama

hampir tidak ditemui pada budidaya tanaman sirih.


6. Panen dan Pascapanen
Panen dapat dilakukan setelah tanaman berumur satu (1) tahun atau disesuaikan
dengan kebutuhan. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik daun yang telah
tua dari cabang samping. Daun sirih umumnya digunakan dalam keadaan segar.
Kegiatan pascapanen yang dilakukan hanya pencucian.
D. Diversifikasi Produk olahan Sirih Serta Pemasarannya.
Komposisi kimia daun sirih menurut Tampubolon (1981), daun sirih
mengandung senyawa tanin, gula, vitamin dan minyak atsiri, minyak atsiri daun
sirih yang berwarna kuning kecoklatan mempunyai rasa getir, berbau wangi dan
larut didalam pelarut organik seperti alkohol, eter dan kloroform serta tidak larut
dalam air (Soemarno, 1987).
Minyak atsiri daun sirih tersusun atas beberapa komponen kimia yang
digolongkan sebagai senyawa fenol dan senyawa selain fenol. Senyawa-senyawa
fenol penyusun minyak atsiri daun sirih terdiri dari dua komponen fenol yaitu
isomer betel fenol dari kavikol dan eugenol dengan berbagai kombinasi fenol
9

seperti alil pirokatekol, kavibetol, karvakrol, metal euogenol, sineol dan estragol.
Sedangkan senyawa kimia fenol terdiri dari kadinen, kariofilen, terpen, terpinen,
metal eter, menthon dan kuiterpan (Dharma, 1985; Tampubolon 1981).
Beberapa jenis asam amino seperti leusin, fenil alanin, arganin,threonin,
serin, asam aspartat, asam glutamate, methionin, valin, tirosin dan amono butirat,
walaupun dalam jumlah yang sangat kecil didalam minyak atsiri daun sirih
(Hidayat, 1968).
Efek zat aktif yang dikandung seluruh bagian tanaman sirih adalah
merangsang syaraf pusat, daya pikir, meningkatkan gerakan peristatik, merangsang
kejang, meredakan sifat mendengkur. Daun sirih memiliki efek ejakulasi prematur,
mematikan jamur candida albicans, anti kejang, analgesic, anestetik, pereda kejang
pada otot polos, penekan pengendali gerak, mengurangi sekresi cairan pada liang
vagina, penakan kekebalan tubuh, pelindung hati dan antidiare.
Tanaman sirih juga diketahui bisa juga mengatasi batuk, bronchitis,
menghilangkan bau badan, mengobati luka bakar, mimisan, bisul, mata gatal dan
merah, koreng dan gatal-gatal, menghentikan pendarahan gusi, sariawan,
menghilangkan bau mulut, jerawat, keputihan dan mengurangi produksi air susu
ibu yang berlebihan.
Dengan kandungan senyawa kimia tersebut maka daun sirih dapat
digunakan berbagai produk antara lain:
1. Minyak atsiri. Kadar minyak atsiri daun sirih berbeda-beda tergantung jenis
daun sirih, tempat tumbuh dan iklim. Kadar minyak atsiri daun sirih berkisar
0,5 sampai 2.40%.
2. Air Destilat Murni sebagai antiseptik dalam tubuh dan memperbaiki system
imun.
3. Pestisida nabati yang terbuat dari air destilasi yang difermentasi selama 2 bulan.
4. Sabun mandi, sabun cuci piring, sabun cuci tangan.
5. Osadha, antiseptic untuk luka.
6. Pupuk organik.
7. Teh celup daun sirih.

10

E. Peluang dan Tantangan


1. Peluang
Tanaman sirih dapat dengan mudah beradaptasi pada berbagai
kondisi iklim. Sebagian besar pengembangan tanaman sirih belum
menerapkan inovasi tehnologi yang ada. Sehingga adanya diseminasi
teknologi akan membawa dampak bukan hanya produktifitas dan
pendapatan petani, tetapi perkembangannya diversifikasi hasil yang
memberi kesempatan usaha dan lapangan kerja bagi banyak orang.
Ketersediaan teknologi yang sudah siap pakai meliputi: pembibitan,
budidaya, penyulingan, pengolahan varian produk. Cadangan lahan yang
tersedia disetiap Kabupaten termasuk lahan pekarangan, hutan negara,
hutan rakyat, perkebunan dan yang belum dimanfaatkan dapat ditanami
tanaman sirih. Adanya gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan dapat
mempergunakan tanaman induk sebagai tanaman rambatan.
2. Tantangan
Masalah utama pengembangan sirih : input tehnologi sangat minim,
managemen produksi, pemasaran masih cara tradisional; diseminasi
teknologi belum mencapaisebagian besar petani; Sampai saat ini belum
diketahui varietas apa yang mampu memberikan rendemen tertinggi serta
bagaiman kualitas minyak atsiri yang dihasilkan dengan penyulingan
dengan cara fermentasi.

11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan kajian di Kabupaten Sragen maka dapat dirumuskan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Tanaman sirih mempunyai peluang untuk dikembangkan sebagai tanaman
ekonomis dengan pola tanam tumpangsari.
2. Sampai saat ini belum diketahuinya jenis sirih apa saja yang mempunyai
tingkat rendemen paling tinggi.
3. Minyak yang dihasilkan melalui proses penyulingan secara fermentasi belum
diketahui kualitasnya secara pasti.
4. Diversifikasi produk samping sirih adalah antiseptik, pestisida nabati, sabun,
pupuk organik, teh sirih, tisu dan lain sebagainya mempunyai pesaing yang
ketat dipasarkan.
B. Saran
1. Tanaman sirih yang tumbuh liar di hutan rakyat dilakukan pemeliharaan sesuai
buku teknis sehingga pertumbuhan daun dapat optimal dan memudahkan
pemanenan.
2. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis tanaman sirih yang
mempunyai rendemen paling tinggi.
3. Pengembangan tanaman sirih dapat dilakukan dengan pola tanam tumpangsari
di perkebunan juga disekitar pekarangan.
4. Varian produk yang dihasilkan harus mempunyai kelebihan dan ciri khas yang
tidak dimiliki produk sejenis sehingga memiliki peluang pasar yang lebih besar.

12

Anda mungkin juga menyukai