Anda di halaman 1dari 22

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

BUDIDAYA CABE JAWA

Emmyzar, Otih Rostiana dan B. Sofiana

i
PENDAHULUAN

Cabe jawa (Piper retrofractum), merupakan salah


satu tanaman obat potensial, yang banyak dibudidayakan di
lahan kering. Bagian yang bermanfaat adalah buahnya yang
mengandung minyak atsiri, piperina, piperidina, asam
palmitat, asam tetrahidropiperat, undecylenyl 3-4
methylenedioxy benzene, N-isobutyl decatrans-2 trans-4
dienamida, sesamin, eikosadienamida, eikopsatrienamida,
guinensina, oktadekadienamida, protein, karbohidrat,
gliserida, tannin, kariofelina. Buah cabe jawa banyak
digunakan didalam industri obat tradisional maupun untuk

i
ekspor. Secara empirik buah cabe jawa berkhasiat sebagai
karminatif dan sudorofik, obat perut kembung, peluruh
keringat, pegel linu, reumatik, neuralgia. Sedangkan
akarnya berkhasiat untuk mengobati sakit gigi. Kandungan
bahan aktif minyak atsiri, piperin, piperidin dan turunannya
didalam buah cabe jawa, merupakan sumber bahan baku
obat afrodisiak potensial. Selain itu, karena cabe jawa
merupakan sumber pendapatan yang relatif tinggi bagi
petani, terutama petani lahan kering, budidaya tanaman ini
perlu mengacu kepada standar prosedur opersasional
budidaya yang dibakukan berdasarkan GAP (Good
Agricultural Practices) sehingga diperoleh hasil yang
optimal dan mutu yang memenuhi standar perdagangan
umum SNI serta MMI.

PERSYARATAN TUMBUH

Cabe jawa termasuk golongan tanaman yang tidak


memerlukan syarat tumbuh yang khusus, tanaman ini cukup
tahan cekaman lingkungan dengan jenis tanah Andosol,
Grumosol, Latosol, Podsolik dan Regosol, bertekstur ringan
dengan kandungan kimia tanah yang cukup subur, kaya bahan
organik dan mineral dengan lapisan tanah yang dalam, pH 5,5 –
7. Tetapi pada lahan berbatu dan berkapur, lapisan tanah
dangkal dan berbatu pun cabe jawa masih dapat tumbuh baik.
iii
Cabe jawa dapat tumbuh baik pada ketinggian 1 – 600 m dpl,
dari daerah pantai sampai di kaki perbukitan, suhu 20-34 0C,
kelembaban 60 – 80 %, curah hujan 1500 – 3000 mm per
tahun.
BAHAN TANAMAN

Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.; long pepper)


termasuk famili Piperaceae yang tumbuh merambat seperti
lada. Di Indonesia banyak dibudidayakan di lahan kering
Madura, Lamongan dan Wonogiri serta daerah pengembangan
baru di Sumatera (Jambi). Berdasarkan bentuk buahnya, di
dunia dikenal dua jenis cabe jawa yaitu : Piper retrofractum
Vahl ; Syn. Piper officinarum DC.; Syn. Chavia officinarum
Miq, banyak dibudidayakan di Pulau Jawa, sehingga disebut
Lada Panjang Jawa atau Cabe Jawa (Javanese Long pepper).
Jenis lain adalah Piper longum L. ; Syn. Chavia roxburhii Miq,
dengan daun yang lebih lebar berbentuk jantung, buah lebih
panjang tetapi diameternya lebih kecil, banyak dibudidayakan
di Bangali, Sri Lanka, Timor, Philipina dan India Selatan
sehingga disebut Lada Panjang India (Indian Long Pepper).
Perbedaan utama terletak pada rasa buah, dimana cabe jawa
lebih pedas dibandingkan Lada Panjang India. Balittro sudah
mengumpulkan aksesi cabe jawa dari populasi di sentra
produksinya dengan sifat morfologi dan kandungan kimia yang
beragam. Bahan tanaman yang potensial untuk dikembangkan
i
adalah populasi terpilih dengan rata-rata produksi buah > 2000
g/pohon, kadar minyak atsiri > 1%, kadar piperin >10%, kadar
sari larut dalam air > 6%, kadar sari larut dalam alkohol >9%.
Diantara koleksi aksesi yang dimiliki Balittro PIRET-03,
PIRET- 04, PIRET- 09 dan PIRET- 17 potensial untuk
dikembangkan sebagai calon pohon induk unggul dan sumber
benih mewakili kadar piperin 11-14%.
Cabe jawa merupakan tanaman yang memiliki akar
panjat pada ruas batangnya, sehingga memerlukan tiang panjat
sebagai sandaran. Oleh karena itu selain memilih bahan
tanaman cabe jawa untuk bibit, perlu dipilih tiang panjat yang
sesuai.Tanaman yang banyak digunakan sebagai tiang panjat
adalah kayu jaran (Lannea grandis), dadap (Erythrina
subumbram) atau kelor (Moringa oleifera).

PEMBIBITAN
Cabe jawa diperbanyak dengan menggunakan setek sulur
panjat, sulur tanah (sulur cacing) dan sulur buah. Biji sebenarnya
bisa digunakan sebagai bahan tanaman, tetapi karena cabe jawa
merupakan tanaman menyerbuk silang, perbanyakan dengan biji
tidak dianjurkan, karena variabilitasnya sangat tinggi.
Sulur panjat, cacing atau sulur buah yang akan
digunakan sebagai bibit, disemaikan terlebih dahulu lebih
kurang 3-5 bulan, sebelum ditanam di lapangan bergantung dari
jenis sulur yang digunakan. Penyemaian dilakukan didalam
v
polibag berisi campuran tanah, pasir dan pupuk kandang
dengan perbandingan 3 : 1 : 1 atau 2 : 1 : 1 dengan
mempertimbangkan jenis tanah yang digunakan. Apabila
persentase liatnya agak tinggi digunakan campuran tanah dan
pupuk kandang saja (7 : 3). Penyemaian dilakukan di tempat
yang ternaungi untuk menjaga kelembaban. Untuk menstimulir
pertumbuhan akar, bahan setek dicelupkan kedalam larutan
Rhizopon AA (0,10 % AA) atau larutan IBA 2 % + gula 2%
selama 4 jam. Dapat pula menggunakan larutan air kelapa 25
% selama 12 jam.
Apabila digunakan bibit yang lebih panjang, persemaian
dapat dipertahankan selama 9 - 12 bulan, oleh karena itu
dianjurkan untuk menggunakan polibag dengan ukuran lebih
besar dan berat media  15 kg, serta diberikan tegakan bambu
untuk mengikat sulur sehingga pertumbuhannya lebih baik.
Setiap hari setek dipersemaian harus disiram sampai setek
mengeluarkan tunas baru.
Apabila setek telah mempunyai 2-3 daun baru maka
perlu dilakukan pemupukan. Pemupukan dapat diberikan lewat
daun dengan penyemprotan pupuk daun dengan dosis sesuai
anjuran satu minggu sekali. Selain itu dapat pula diberikan
pupuk buatan sejumlah 5 g Urea + 5 g SP-36 + 5g KCl untuk
polibag besar (untuk persemaian selama 6 - 10 bulan) atau 2 g
Urea + 2 SP-36 + 2 g KCl untuk polibag kecil (untuk
persemaian selama 3 - 4 bulan).
i
Tanaman yang berasal dari sulur tanah (sulur cacing), pada
umumnya mulai berbuah pada umur 3-4 tahun, lebih lambat
dibandingkan dengan tanaman asal sulur panjat. Bahan bibit
yang digunakan adalah sulur yang menjalar di atas atas
dipisahkan dari batang utama sepanjang 4-5 ruas, kemudian
disemaikan. Setek yang dipakai hendaknya memiliki perakaran
yang cukup lebat pada bagian bukunya. Kelebihan bahan bibit
dari sulur cacing adalah umur tanaman lebih panjang (lebih tahan
lama) dan lebih tahan kekeringan. Bagian yang paling banyak
digunakan sebagai bibit adalah sulur panjat, karena lebih cepat
berbuah (1-2 tahun). Tetapi kelemahannya tanaman kurang tahan
kekeringan dan umurnya lebih pendek dibandingkan dengan
tanaman asal bibit sulur cacing. Perbanyakan dengan sulur panjat
dilakukan dengan menggunakan satu atau dua ruas dengan 1-2
daun. Bagian lain yang dapat digunakan sebagai bibit adalah
sulur buah (sulur generatif) 3-7 ruas, dimana dari bagian ujung
cabangnya akan keluar buah. Penggunaan sulur buah untuk bibit
jarang digunakan dalam penanaman skala luas, karena
produktivitasnya rendah meskipun lebih cepat berbuah.
Bibit dari sulur buah baik digunakan untuk tabulampot atau
penanaman dalam pola TOGA, di pekarangan. Selain itu, karena
sifat bahan tanaman tersebut berbeda yaitu: sulur panjat negatif
fototrop, akan tumbuh lebih baik dalam keadaan kurang cahaya
(memerlukan naungan dari tiang panjat), sedangkan sulur buah
bersifat positif fototrop atau tumbuh lebih baik dalam keadaan
vii
cukup cahaya sehingga baik dibudidayakan di dalam pot dengan
cahaya penuh.

BUDIDAYA

Cara budidaya sangat menentukan hasil yang akan


didapat. Meskipun bahan tanaman (benih) yang digunakan
merupakan varietas unggul yang berpotensi produksi tinggi,
apabila tidak didukung dengan teknik budidaya yang
optimal tidak akan didapat hasil yang optimal.

Persiapan Lahan

Tanah digemburkan dengan cara mencangkul, kemudian


dibuat lubang tanam untuk tiang panjat dan dibuat parit
pemisah untuk menjada drainase supaya tanaman tidak
tergenang. Ukuran lubang tanam yang dianjurkan 50 x 50 x 50
cm.

Jarak Tanam

Bibit ditanam didekat tiang pajat, jarak penanaman bibit


dari tiang panjat 20 - 30 cm, dengan jarak antar tiang panjat 1,5-
2,0 m. Setiap tiang panjat dapat ditanam 1 - 3 bibit. Karena
cabe jawa biasa ditanam di pematang diantara tanaman pangan
i
(jagung dan padi) atau tembakau, tidak ditentukan jarak tanam
antar baris. Apabila ditanam di dalam satu hamparan yang luas,
jarak tanam antar baris 2-3 m.

Naungan

Penanaman pohon yang akan digunakan sebagai tiang


panjat dilakukan setahun sebelum bibit cabe jawa ditanam di
lapangan, ditempatkan dengan naungan yang cukup. Untuk
cabe jawa yang ditanam di lahan sawah, umumnya ditanam
sepanjang galengan. Untuk lahan tegalan/kebun dibuat
semacam tanggul/bedengan. Jenis tiang panjat bermacam-
macam antara lain kayu jaran (Lannea grandis), dadap
(Erythrina subumbran), glirisidia (Glyrisidia sepium),
kedawung (Parkia roxburghi) yang berfungsi pula sebagai
tanaman obat. Apabila penanaman dilakukan dibawah tegakan
pepohonan dengan kanopi yang cukup rindang tidak perlu
dibuat naungan.
Penyiapan pohon panjat dengan tinggi 2 m, dilakukan
bersamaan dengan penyiapan bibit cabe jawa, yaitu10-12 bulan
sebelum bibit dipindah ke lapangan. Hal ini dimaksudkan agar
daun dari tiang panjat tersebut sudah cukup untuk menaungi
dan akarnya sudah cukup dalam sehingga tidak mengganggu
perakaran cabe jawa.

ix
Apabila tiang panjat ditanam bersamaan dengan cabe
jawa, maka perlu diberikan naungan jerami yang diikatkan
pada batang tiang panjatan tersebut, untuk mencegah jangan
sampai kekeringan. Penaungan ini diperlukan selama 3 - 5
bulan, sampai tanaman cukup kuat untuk menerima sinar
matahari.

Waktu Tanam

Waktu tanam yang terbaik adalah awal musim hujan,


baik untuk bibit yang sudah disemaikan maupun bibit ditanam
langsung. Dengan demikian perakaran bibit tidak mengalami
dehidrasi.

Pemeliharaan

Bibit yang baru ditanam di kebun perlu mendapat


pemeliharaan sebaik-baiknya agar produksi dapat diperoleh
optimal. Pemeliharaan yang dimaksud antara lain pembentukan
tajuk, pembuangan sulur, penyiangan, pemberian mulsa.

a. Pembentukan Tajuk

i
Jika pada tahap awal sulur panjat dibiarkan tumbuh tidak
teratur, maka tidak seluruh buku pada sulur panjat tersebut
membentuk cabang buah. Ini berarti tanaman tersebut memiliki
bagian-bagian yang tidak produktif. Sulur panjat dipelihara dan
diarahkan untuk melekat pada tiang panjat. Sulur panjat
dipangkas secara teratur sebelum menghasilkan, yaitu pada
saat tanaman berumur kurang dari tiga tahun. Pemangkasan
sulur panjat akan merangsang tumbuhnya tunas baru pada
setiap buku ruas, dengan cara demikian akan didapatkan
tanaman yang memiliki buah yang cukup banyak. Tinggi sulur
panjat biasanya 1,5 – 2 m, dengan maksud agar memudahkan
pemanenan.
Selain itu, cabe jawa bila tidak dipangkas akan tumbuh
subur merambat tidak terkendali dapat mencapai 20 m. Agar
hasil baik bila tanaman sudah tinggi perlu dipangkas. Tinggi
pangkasan dari tanah sebaiknya setinggi manusia normal  1,5
sampai 1,80 m. Dengan adanya pemangkasan akan tumbuh
cabang produksi (carangan) disamping tumbuh sulur-sulur
akar baru. Kegunaan pangkasan setinggi tersebut diatas selain
agar cepat berproduksi juga memudahkan pemungutan hasil.

b. Pembuangan sulur liar


Sulur liar adalah sulur yang tidak produktif, timbul
akibar pemangkasan tanaman. Tunas keluar dari bagian leher
akar dan tumbuh menjalar di permukaan tanah, disebut juga
xi
sulur cacing. Sulur tanah harus selalu dibuang atau segera
dimanfaatkan untuk bahan bibit. Selain itu tumbuh pula sulur
yang tidak melekat pada tiang panjat tetapi tumbuh
menggantung dari tajuk pohon, sulur ini sering disebut sulur
gantung juga harus dibuang. Sebaiknya pembuangan sulur
dilakukan lebih dini, artinya bila tumbuh tunas selain sulur
utama harus segera dibuang tidak perlu ditunggu sampai
menjadi sulur gantung.

c. Penyiangan
Penyiangan disekitar perakaran diusahakan bebas dari
gulma dilakukan agar tidak terjadi persaingan unsur hara
dengan tanaman pengganggu (gulma). Penyiangan terutama
pada awal penanaman, agar pertumbuhannya bagus dan tidak
terhambat (kerdil). Penyiangan sebaiknya 4 - 5 kali dalam satu
tahun atau setiap saat apabila dianggap perlu.

d. Pemberian mulsa
Mulsa jerami atau serasah daun kering diberikan
disekitar perakaran untuk menjaga kelembaban serta
mengurangi gulma.

e. Pemangkasan tiang panjat


Bila pohon panjat terlalu rindang perlu dilakukan
pemangkasan, 2 x setahun atau menurut kebutuhan.
i
Pemangkasan dilakukan untuk menjaga agar tanaman tidak
terlalu terlindung, sehingga sinar matahari cukup sesuai dengan
kebutuhan tanaman.

f. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan untuk memperbaharui
saluran drainase pemisah petak, tanah dimasukkan ke petak-
petak tanam agar akar selalu tertutup, dilakukan setelah selesai
penyiangan.

Pemupukan

Pemupukan perlu dilakukan agar hasil optimal. Pupuk


yang dianjurkan adalah pupuk kandang 5 kg (1/2 kaleng
minyak anah) per lubang tanam, dalam satu periode
pemupukan atau 10 kg dalam 1 tahun. Kegunaan pupuk ini
adalah untuk penyubur tanah dan agar pori-pori tanah
terbuka/longgar sehingga perakaran dapat tumbuh dengan baik.
Selain itu, diberikan juga pupuk buatan Urea, KCl dan
SP-36. Penempatan pupuk buatan di permukaan tanpa ditimbun
tidak akan bermanfaat karena akan tercuci (oleh aliran air
hujan) atau hilang menguap. Cara yang dianjurkan untuk
pemberian pupuk adalah dalam alur dangkal ( 5 cm)
berbentuk setelah lingkaran menghadap pangkal batang. Jika
memungkinkan dapat diberikan 3 kali setehun yaitu September,
xiii
Nopember dan Januari. Pupuk diberikan dalam alur pupuk dan
yang tidak terlalu dekat kepada pangkal batang supaya tidak
merusak perakaran tanaman.
Jumlah pupuk yang digunakan tergantung umur
tanaman, dapat dimulai saat tanaman berumur 2 - 3 bulan
setelah dipindah ke kebun (dari persemaian) dan digunakan
pemupukan sekitar 25-40 g Urea, 10 – 25 g SP-36 dan 10 – 25
g KCl/tanaman/tahun.

Pola Tanam

Cabe jawa ditanam secara monokultur atau pola tanam


tumpangsari (polikultur) dengan tanaman pangan dan
perkebunan, disesuaikan dengan kondisi lahan. Polatanam
monokultur cabe jawa jarang dilakukan, kecuali di Pamekasan
dalam areal yang sangat sempit (< 2000 m).
Pada penanaman tumpangsari cabe jawa ditanam pada
tiang panjat yang ditanam di sepanjang galengan mengelilingi
petakan tanaman pangan (padi, jagung) atau tembakau dan
kopi, disebut dengan pola budidaya lorong (alleycropping)
untuk meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani.
Selain itu dapat pula dikembangkan pola tumpangsari di
pekarangan, sebagai pengisi lahan atau tanaman pagar, dengan
menggunakan tanaman pagar sebagai tiang panjat sekaligus
naungan.
i
Penanggulangan Organisme Pengganggu Tanaman

Penyakit yang sering menyerang tanaman cabe jawa


adalah busuk akar yang disebabkan oleh nematoda dan karat
daun yang disebabkan oleh cendawan serta serangan kutu daun.
Namun sampai saat ini belum ditemukan serangan yang berarti.
Akan tetapi utnuk pencegahan perlu dilakukan tindakan antara
lain penggunaan bibit sehat bebas patogen, lahan bebas
patogen, membuat saluran drainase, penyiangan terbatas pada
daerah sekitar pangkal batang, pemangkasan sulur menjelang
musim hujan, pemangkasan tiang panjat dua kali setahun pada
musim hujan dan kemarau. Atau mengaplikasikan nematisida
dan fungisida sistemik kedalam tanah di sekeliling tajuk
tanaman, pada awal musim hujan dan selama musim hujan
dengan interval satu bulan.

Panen

Penanganan panen perlu lebih seksama, karena waktu


dan cara panen sangat berpengaruh pada mutu hasil. Panen
dilakukan dengan cara memetik buah yang siap panen dari
setiap sulur buah.
Tanda-tanda buah siap dipanen adalah warnanya hijau
kekuning-kuningan sampai kuning gading. Pematangan buah
xv
didalam satu sulur tidak sama, sehingga buah cabe jawa
dipanen tidak sekaligus. Panen pertama biasanya dilakukan
pada awal Maret atau akhir Februari. Panen kedua, ketiga dan
seterusnya dilakukan dalam interval waktu 2-3 minggu.

PASCA PANEN

Buah yang telah dipetik segera digelar diatas tikar, kerai


bambu ataupun tampah. Buah jangan langsung kena sinar
matahari, tapi diangin-anginkan lebih dahulu dan tidak
ditumpuk, untuk mencegah supaya buah tidak berjamur
sehingga menurunkan kualitas. Jamur yang menyerang buah
akan menimbulkan bercak berwarna putih pada kulit buah yang
telah dikeringkan. Keadaan ini akan mempengaruhi harga jual,
demikian juga apabila ukuran buah kecil dan banyak yang
pecah.
Lama penjemuran tergantung cuaca, bila sinar matahari
cukup maka diperlukan 5 - 7 hari. Buah dianggap kering
apabila kadar air telah mencapai 10-12 %. Bila buah telah
cukup kering, kemudian dimasukkan kedalam karung plastik
untuk disimpan atau langsung dipasarkan. Bila matahari kurang
baik, maka pengeringan buah dapat ditempuh dipara-para
rumah atau dengan menggunakan oven. Selain itu, bisa juga
sebelum dikeringkan, buah direndam terlebih dahulu di dalam

i
air mendidih selama 10 menit untuk menghentikan proses
pematangan, sehingga diperoleh mutu yang seragam.

Penganekaragaman Produk

Selain dalam bentuk simplisia kering, cabe jawa bisa


diekstrak untuk mendapatkan pekatan atau sari. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pembuatan ekstrak cabe jawa
diantaranya : kehalusan bahan kira-kira 40 mesh, perbandingan
bahan dengan pelarut 1 : 5 dan dilakukan dengan 2 kali
ekstraksi agar semua minyak atsiri dan resin terambil.
Penguapan pelarut dilakukan pada tekanan rendah dan suhu
tidak lebih dari 500 C.

USAHATANI

Analisa usahatani dimaksudkan untuk memperoleh


gambaran dalam kegiatan budidaya tanaman cabe jawa.

xvii
Tabel 1. Analisa usahatani cabe jawa di beberapa sentra
produksi (per hektar) dengan tiang panjat yang
ditanam sepanjang galengan sampai tanaman
berumur tiga tahun

I. Biaya Produksi
Uraian Volume Harga Biaya (Rp)
1. (Rp)

i
Sarana Produksi
bibit (batang) 1 800 500,- 900 000,-
Tali (gulung) 6 10 000,- 60 000,-
Tiang panjat (batang) 1 800 250,- 450 000,-
Pupuk kandang (kg) 9 000 100,- 900 000,-
Pupuk NPK (kg) 360 1 500,- 540 000,-
Pestisida (insektisida,
fungisida) 3 150 000,- 450 000,-
Alas jemur (lembar) 18 50 000,- 900 000,-
Tangga (buah) 6 20 000,- 120 000,-
Karung (lembar) 15 6 000,- 90 000,-
Sub Jumlah (1) 4 410 000,-

Uraian Volume Harga (Rp) Biaya (Rp)


2 Tenaga Kerja (HOK)
Lubang tanam 7 15 000,- 105 000,-
Menimbun 4 15 000,- 60 000,-
Menanam/menyulam 7 15 000,- 105 000,-
Menyiang/membuang sulur 22 15 000,- 330 000,-
panjat
Mengikat 6 15 000,- 90 000,-
Memupuk 8 15 000,- 120 000,-
Panen 70 15 000,- 1 050 000,-
Prosesing 30 15 000,- 450 000,-
Sub jumlah (2) 2 310 000,-
Biaya seluruhnya (1 + 2) 6 720 000,-

II. Pendapatan Kotor :


1 500 kg x Rp. 10 000,- = Rp. 15 000 000,-
xix
III. Pendapatan bersih :
Rp. 15 000 000,- - Rp. 6 720 000,- = Rp. 8 828 000,-

i
DAFTAR ISI

halaman

DAFTAR ISI
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA
CABE JAWA ..................................................................... 1
PENDAHULUAN .............................................................. 2
PERSYARATAN TUMBUH .............................................
2
BAHAN TANAMAN .........................................................
3
PEMBIBITAN ....................................................................
3
BUDIDAYA ....................................................................... 5
Persiapan Lahan ................................................................. 5
Jarak Tanam ....................................................................... 5
Naungan ............................................................................. 6
Waktu Tanam ..................................................................... 6
Pemeliharaan ...................................................................... 7
Pemupukan ......................................................................... 8
Pola Tanam ......................................................................... 9
Penanggulangan Organisme Pengganggu Tanaman ...........
9
Panen .................................................................................10
xxi
PASCA PANEN ............................................................... 10
USAHATANI ................................................................... 11

Anda mungkin juga menyukai