Manfaatnya untuk
Kesehatan
Cetakan 1, 2023
ISBN: 978-623-326-306-1
Diterbitkan oleh:
Pembelian Buku:
b. Bangkalan
Kabupaten Bangkalan memiliki total kecamatan sebanyak 18,
dengan kecamatan yang memiliki lahan tanaman cabe jamu
ada 10. Kecamatan Tanjung Bumi merupakan salah satu
kecamatan di Bangkalan yang memiliki luas lahan panen cabe
jamu paling besar (Gambar 6). Rata-rata luas lahan tanaman
cabe jamu di Tanjung Bumi yaitu 100,68 ha (Gambar 4). Luas
lahan panen cabe jamu per kecamatan dari tahun 2009-2013
dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil analisis terkait location
quotient (LQ) menyebutkan sebanyak enam kecamatan di
Bangkalan pada tahun 2009-2013 memiliki nilai LQ > 1
a. Sortasi 1
Cabe jamu hasil panen yang berada dalam wadah dilakukan
sortasi untuk memisahkan buah yang sudah rusak dan masih
bagus. Selain itu, sortasi pertama ini juga digunakan untuk
memisahkan benda asing selain buah cabe jamu, seperti
rumput, kerikil, tanah, tanaman lain, kotoran, dan bagian
tanaman yang tidak digunakan dalam pembuatan simplisia.
Sortasi pertama bertujuan untuk menjaga kemurnian dari buah
cabe jamu, menghindari kontaminasi awal yang dapat
mengganggu proses berikutnya, serta memperoleh buah cabe
jamu dengan ukuran dan jenis yang sama. Dengan demikian,
saat proses pemisahan buah yang masih bagus dan sudah
b. Pencucian
Tahap pencucian bertujuan untuk menghilangkan tanah,
kotoran, atau benda asing lainnya yang menempel pada buah
cabe jamu. Air yang digunakan saat pencucian adalah air
bersih yang sesuai dengan standar air minum, air dari sumber
mata air, air PDAM, atau air sumur. Bahan yang mengandung
senyawa aktif dan mudah larut dalam air, proses pencuciannya
dilakukan secara cepat atau tidak dilakukan perendaman.
Pencucian sebaiknya menggunakan air mengalir supaya
c. Penirisan
Penirisan merupakan tahap yang dilakukan setelah bahan
simplisia dicuci bersih. Tujuan proses penirisan adalah untuk
meminimalisir atau menghilangkan sisa-sisa air di permukaan
buah cabe jamu. Penisiran dilakukan pada rak-rak sedemikian
rupa dengan tujuan untuk mencegah bertambahnya kandungan
air serta pembusukan. Selama proses penirisan, untuk
mempercepat penguapan, bahan dibolak-balik di tempat teduh
dengan kondisi aliran udara yang cukup sehingga terhindar
dari pembusukan.
Panjang
Proses pengeringan dapat menyebabkan panjang buah cabe
jamu menyusut. Saat jam ketiga pengeringan, cabe jamu segar
akan mengalami penyusutan, tetapi belum konstan. Nilai
penyusutan panjang buah cabe jamu mencapai 65,60%,
terhitung dari awal sampai akhir proses pengeringan. Hal ini
berbeda dengan cabe jamu pra-blanching yang sudah mulai
menyusut 92,2% saat jam ketiga pengeringan, lalu hampir
konstan ketika akhir proses pengeringan dan diperoleh nilai
penyusutan 67,14%. Cabe jamu dengan perlakukan pra-
Lebar
Lebar buah cabe jamu saat proses pengeringan mengalami
penyusutan, yang pengamatannya dilakukan dengan
mengukur diameter tengah buah cabe jamu. Lama waktu
pengeringan ditentukan oleh diameter buah cabe jamu, di
mana semakin besar diameter maka semakin lama waktu yang
digunakan saat proses pengeringan. Nilai penyusutan lebar
pada buah cabe jamu segar di awal pengeringan yaitu 81,87%,
yang selanjutnya di akhir pengeringan menurun menjadi
58,82%, sedangkan pada cabe jamu pra-blanching mengalami
penyusutan 92,24% saat jam ketiga pengeringan dan menurun
Tebal
Cabe jamu segar mengalami penyusutan 74,74% saat
pengeringan jam ketiga. Nilai penyusutan akan sedikit
mengalami penurunan hingga proses pengeringan berakhir,
yaitu 59,09%. Cabe jamu pra-blanching mengalami
penyusutan pada jam ketiga pengeringan, yaitu 92,35%. Akhir
pengeringan nilai penyusutan diperoleh 63,68%. Besar
diameter memengaruhi penyusutan tebal buah cabe jamu.
Nilai penyusutan ditentukan dengan parameter dasar, yaitu
Massa
Terjadinya penurunan massa buah cabe jamu menjadi hal yang
mudah diamati dari pertama kali proses pengeringan dimulai
hingga selesai. Massa cabe jamu segar berkurang menjadi
92,24%, yang selanjutnya akan terus berkurang hingga
26,58% dari massa awal di akhir proses pengeringan.
Penurunan massa terjadi secara cepat pada jam keenam
pengeringan hari pertama. Namun, pada hari keempat,
pengeringan akan melambat. Cabe jamu yang sebelum
dikeringkan dilakukan pra-blanching, massa menyusut hingga
81,33% dari massa awal pada jam ketiga pengeringan, lalu
mengalami penyusutan lagi menjadi 25,47%. Jam keenam
pengeringan, penurunan massa cabe jamu sudah konstan
hingga hari akhir pengeringan. Dengan demikian, massa akhir
e. Sortasi 2
Prinsip sortasi kedua sama dengan sortasi pertama yang
dilakukan secara manual. Namun, bedanya, pada sortasi kedua
dilakukan pada simplisia sebelum dikemas. Tujuan
dilakukannya sortasi kedua yaitu untuk memisahkan antara
simplisia yang sudah kering sempurna dengan simplisia yang
belum kering. Selain itu, pada tahapan sortasi kedua juga
dipastikan tidak ada lagi benda asing yang terbawa bersama
simplisia. Penyeragaman menurut jenis dan ukuran simplisia
f. Pengemasan
Tahap pengemasan simplisia memengaruhi kualitas karena
berkaitan dengan proses distribusi serta penyimpanan.
Pengemasan bertujuan untuk melindungi simplisia dari faktor
luar, seperti kelembapan, cahaya, suhu, cemaran mikroba, atau
pun serangga pengganggu ketika proses pengangkutan hingga
distribusi, serta penyimpanan. Proses pengemasan dilakukan
setelah sortasi, di mana untuk simplisia cabe jamu segera
dimasukkan dalam kemasan yang bersih. Bahan pengemas
yang sesuai harus kedap air dan udara. Beberapa jenis
simplisia, salah satunya simplisia cabe jamu, dapat disimpan
pada karung yang terbuat dari plastik, goni, jerami, atau
disimpan dalam kain katun. Jenis kemasan yang baik untuk
cabe jamu adalah karung goni. Menurut Retnani et al. (2009),
karung goni memiliki pori-pori yang relatif lebih besar
dibandingkan dengan karung plastik. Hal ini dapat
memudahkan penetrasi gas saat fumigasi dan sirkulasi udara
terjadi dengan lancar sehingga kelembapan dan suhu cabe
jamu kering (simplisia) dapat dipertahankan (Gambar 19).
Keterangan:
Tabel 16. Binding Affinity dari Sepuluh Senyawa dan Satu Kontrol
1. Alternatif 1
Proses distribusi dimulai dari petani cabe jamu yang mengolah
hasil panen menjadi cabe jamu kering, lalu dijual kepada
pengepul. Selanjutnya, dari pengepul dijual kepada industri
pengolahan jamu dan dilakukan distribusi produk yang
dihasilkan oleh industri tersebut. Dengan demikian, adanya
proses distribusi yang menjadikan produk dapat sampai pada
konsumen akhir.
3. Alternatif 3
Proses distribusi dimulai dari petani cabe jamu yang mengolah
hasil panen menjadi cabe jamu kering, lalu dijual kepada
tengkulak, sedangkan dari tengkulak disalurkan ke pengepul.
Selanjutnya, dari pengepul dijual kep ada industri pengolahan
jamu dan dilakukan distribusi produk yang dihasilkan oleh
industri tersebut. Dengan demikian, adanya proses distribusi
yang menjadikan produk dapat sampai pada konsumen akhir.
4. Alternatif 4
Proses distribusi dimulai dari petani cabe jamu yang mengolah
hasil panen menjadi cabe jamu kering, lalu dijual kepada
tengkulak, sedangkan dari tengkulak disalurkan ke pengepul.
Selanjutnya, dari pengepul dijual kepada industri pengolahan
jamu dan terakhir produk hasil olahan dijual pada konsumen.