Anda di halaman 1dari 122

Potensi Cabe Jamu dan

Manfaatnya untuk
Kesehatan

Cahyo Indarto, Ph.D

CV. Laditri Karya


Potensi Cabe Jamu dan
Manfaatnya untuk Kesehatan
Penulis: Cahyo Indarto, Ph.D

Editor: Tim Laditri Karya

Layouter: Tim Laditri Karya

Desain Sampul: Tim Laditri Karya

Cetakan 1, 2023

ISBN: 978-623-326-306-1
Diterbitkan oleh:

CV. Laditri Karya


Jl. Seminung No. 912B Air Paoh, Baturaja, Sumatera Selatan
IKAPI : 020/SMS/21
Website : Laditrikarya.com
Instagram : Laditri Karya

Pembelian Buku:

Hak Cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan
bentuk dan cara apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit.

ii Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


Kata Pengantar
Puji Syukur pada Tuhan yang Maha Kuasa dengan
terselesaikannya buku tentang potensi cabe jamu dan
manfaatnya untuk kesehatan. Cabe jamu adalah komoditas
herbal yang mempunyai nilai ekonomi tingi. Di Indonesia,
penghasil cabe jamu terbesar adalah Propinsi Lampung, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur. Namun, pada buku ini data data
produksi cabe jamu hanya menggunakan data di wilayah Jawa
Timur, khususnya pulau Madura.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Alifia Nur
Hidayati dan Rahmawatin Nazilah sebagai tim dalam
pengambilan beberapa data, serta telah menjadi kontributor
dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini mampu
memberikan informasi yang berbeda dari buku-buku yang
sudah ada, dan mampu melengkapi informasi informasi
tentang cabe jamu.

Malang, Maret 2023

Cahyo Indarto, Ph.D iii


Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................... iii
Daftar Isi .............................................................................. iv
............................................................................................... vi
Cabe Jamu ............................................................................ 1
1. Pendahuluan ....................................................... 1
2. Ciri Fisik Cabe Jamu .......................................... 5
3. Produksi Cabe Jamu di Jawa Timur ................. 13
4. Budidaya Cabe Jamu ........................................ 29
Pascapanen Cabe Jamu ..................................................... 40
1. Proses Pemanenan Cabe Jamu ......................... 41
2. Pengelolaan Pascapanen Cabe Jamu ................ 43
3. Prosedur Pembuatan Simplisia Cabe Jamu ...... 47
Produk Olahan Cabe Jamu............................................... 68
1. Serbuk Simplisia Cabe Jamu............................ 68
2. Ramuan Cabe Jamu .......................................... 69
3. Minuman Serbuk Cabe Jamu ........................... 71
4. Minuman Sari Buah Cabe Jamu....................... 73
Riset tentang Pascapanen dan Manfaat Kesehatan Cabe
Jamu .................................................................................... 75
1. Kopi Jamu ........................................................ 75
2. Teh Cabe Jamu ................................................. 76

iv Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


3. Minuman Herbal Cabe Jamu Cair .................... 78
4. Sari Buah Cabe Jamu ....................................... 79
5. Bubuk Cabe Jamu Kering ................................ 81
6. Minuman Serbuk Cabe Jamu Puyang .............. 86
7. Esensial Oil dari Cabe Jamu sebagai Obat
Nyamuk 88
8. Minyak Balur dengan Kombinasi VCO dan Cabe
Jamu 91
9. Penelitian Tentang Prediksi Senyawa Aktif Cabe
Jamu sebagai Senyawa Antidiabetes................................ 92
Pemasaran Cabe Jamu .................................................... 101
1. Alternatif 1 ..................................................... 102
2. Alternatif 2 ..................................................... 103
3. Alternatif 3 ..................................................... 103
4. Alternatif 4 ..................................................... 103
Daftar Pustaka.................................................................... vii
Biografi Penulis .................................................................. xv

Cahyo Indarto, Ph.D v


vi Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan
Cabe Jamu
1. Pendahuluan
Cabe jamu (Piper retrofractum Vahl) adalah tanaman yang
masih satu famili dengan lada. Hal ini membuat tanaman cabe
jamu memiliki identitas agronomik yang hampir sama dengan
tanaman lada (Nurkhasanah et al., 2013). Cabe jamu atau yang
dikenal dengan nama lain cabe jawa merupakan satu dari
tanaman penghasil rempah dan fitofarmaka. Tanaman cabe
jamu berguna dalam pemenuhan kebutuhan obat tradisional
serta bumbu masakan, baik bagi masyarakat maupun industri
di bidang obat-obatan, minuman, dan makanan (Meilani et al.,
2022). Sentra produksi cabe jamu berada di Lampung dan
Jawa Timur. Menurut catatan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa
Timur tahun 2013 dalam (Bahruddin et al., 2021), luas lahan
cabe jamu pada tahun 2010 adalah 4.211 ha dengan produksi
buah kering sebanyak 1.329 ton. Komoditas cabe jamu di Jawa
Timur sering dijumpai di wilayah Madura yang tersebar di
seluruh kabupatennya, yaitu Bangkalan dengan luas lahan 356
ha, Sampang 1.017 ha, Pamekasan 715 ha, dan Sumenep 1.709
ha. Pusat produksi cabe yang utama berada di Madura,

Cahyo Indarto, Ph.D 1


tepatnya Kabupaten Sumenep. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Sumenep tahun 2021 menyebutkan bahwa luas
perkebunan cabe jamu di Sumenep tahun 2020 yaitu seluas
2.587,53 ha dengan produksi yang diperoleh sebanyak
33.888,41 ton. Kecamatan Bluto merupakan sentra produksi
cabe jamu terbesar di Sumenep dengan hampir seluruh
desanya berusaha tani cabe jamu (Aswar et al., 2022).
Masyarakat menjadikan cabe jamu sebagai tanaman
tumpang sari yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Selain itu,
permintaan pasar cabe jamu sendiri juga tinggi. Harga per
kilogram cabe jamu dalam bentuk kering mencapai
Rp80.000,00 – Rp100.000,00, dengan harga terendah yaitu
Rp50.000,00 (Bahruddin et al., 2021). Berdasarkan hasil
penelitian oleh Sudarmaji et al. (2019), respon masyarakat
Desa Gapura Timur, Kecamatan Gapura, Sumenep yang
tercatat melalui kuesioner tentang tanaman cabe jamu sebagai
tambahan nilai ekonomi diperoleh nilai 3,53 dengan
keterangan sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat Desa Gapura Timur banyak yang melakukan
budidaya tanaman cabe jamu untuk dijual sebagai tambahan
nilai ekonomi.

2 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


Pemanfaatan cabe jamu, selain dijual dalam bentuk kering,
juga diolah menjadi produk atau dijadikan sebagai tambahan
pada masakan. Rasa pedas yang dihasilkan cabe jamu biasanya
dimanfaatkan untuk membuat masakan atau pun minuman
dengan cita rasa pedas dan hangat yang khas. Masyarakat
Ambon, tepatnya di daerah Ulias, memanfaatkan cabe jamu
sebagai pengganti cabe rawit. Masakan yang menggunakan
cabe jamu sebagai tambahan bumbu di antaranya yaitu sate
padang, kare, soto, gulai, dan sambal, sedangkan pada
minuman seperti kopi jamu, bir pletok, wedang secang,
wedang jahe, dan bajigur. Minuman kopi jamu di Madura
diracik dengan 3 kilogram kopi bubuk, 0,25 kilogram
temulawak bubuk dan kunyit bubuk, serta 1 kilogram cabe
jamu bubuk (Evizal, 2013). Cabe jamu yang merupakan
rempah asli Indonesia juga digunakan sebagai obat tradisional
karena memiliki kandungan yang bermanfaat bagi kesehatan.
Cabe jamu dengan harga jual yang mahal, selain dimanfaatkan
sebagai obat tradisional secara domestik, juga diekspor ke
beberapa negara, seperti India, Hongkong, Singapura, dan
Malaysia (Vardani et al., 2019).
Obat tradisional tidak hanya dikonsumsi oleh penduduk
negara berkembang saja, melainkan juga oleh penduduk

Cahyo Indarto, Ph.D 3


negara maju. Sesuai pernyataan Menteri Perdagangan dalam
(Suliasih & Mun’im, 2022), dibandingkan periode Januari-
September 2019, nilai ekspor produk biofarmaka atau jamu
Indonesia pada periode yang sama tahun 2020 mengalami
peningkatan sebesar 14,08% yang senilai dengan 9,64 juta
dollar Amerika Serikat, dengan negara tujuan ekspor meliputi
India (62,30%), Singapura (6,15%), Jepang (5,08%), Malaysia
(3,75%), serta Vietnam (3,17%). Sekitar 80% orang di
beberapa negara telah menggunakan obat tradisional untuk
masalah kesehatan. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) dalam Dewi et al. (2019), konsumsi
obat tradisional di Indonesia selama tahun 1980 sampai 2004
meningkat dari 19,8% menjadi 32,8%, tahun 2010 sampai
2011 tercatat meningkat dari 45,17% menjadi 49,53%. World
Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa terdapat
sekitar empat miliar konsumen herbal di seluruh dunia
(Handayani & Hayati, 2022).

4 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


2. Ciri Fisik Cabe Jamu
Karakteristik cabe jamu dikenali berdasarkan bagian-bagian
tanaman yang meliputi daun, batang, akar, dan buah. Bagian
daun cabe jamu memiliki ciri-ciri tulang daun menyirip, daun
berbentuk bulat telur hingga lonjong, pangkal daun membulat,
dan ujung daun berbentuk runcing. Batang pada cabe jamu
merupakan batang yang melilit atau merambat seperti tanaman
sirih, dengan panjang mencapai 10 meter. Tingkat kesuburan
tanah dapat memengaruhi ukuran panjang batang tanaman
cabe jamu. Percabangan pada batang dimulai dari bagian
pangkal yang sedikit keras seperti kayu, akan tetapi struktur
batangnya lunak. Bagian tertentu pada ruas batang tanaman
cabe jamu muncul akar yang berfungi untuk berpegangan pada
tempat yang ditumbuhinya. Tipe akar yang tumbuh adalah
akar serabut berwarna putih pucat. Tanaman cabe jamu juga
memiliki bunga yang tergolong bunga majemuk, berkelamin
tunggal, di mana bunga betina dan jantan tempatnya tidak
sama atau terpisah. Bulir bunga betina memiliki ukuran yang
lebih pendek dibanding dengan bulir bunga jantan. Buah cabe
jamu tergolong buah majemuk yang berbentuk bulat panjang
hingga silindris. Panjang buah berkisar antara 2-7 sentimeter
dengan garis tengahnya 4-8 milimeter. Buah akan berubah

Cahyo Indarto, Ph.D 5


warna dari hijau menjadi merah jika sudah masak (Widana,
2021). Adapun klasifikasi cabe jamu berdasar pada (Santoso,
2021) yaitu sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper retrofractum Vahl
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuchri
(2008), yang melakukan pengamatan terhadap ciri-ciri cabe
jamu di wilayah Madura, meliputi Bangkalan, Sampang, dan
juga Sumenep, cabe jamu dapat tumbuh pada lingkungan
dengan kondisi intensitas cahaya rendah dan juga kondisi
lingkungan yang terkena sinar matahari secara langsung. Cabe
jamu Madura tumbuh merambat pada pohon yang tegak dan
juga menjalar di atas tanah atau pun bebatuan. Adapun
pengamatan terhadap ciri-ciri bagian tanaman cabe jamu
sebagai berikut:

6 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


a. Bagian Akar
- Terdapat dua jenis akar tanaman cabe jamu, yaitu akar
tanah dan akar rekat.
- Jenis akar tanah pada tanaman cabe jamu merupakan akar
yang tumbuh dari biji. Akar tanah ini kemudian menjadi
akar yang menopang pertumbuhan tanaman dengan cara
menyerap air dan unsur hara. Akar menjalar ke bagian
dalam tanah dan membentuk akar cabang vertikal ataupun
horizontal. Jenis akar seperti ini menyerupai akar tanaman
hasil dari pertumbuhan stek batang.
- Jenis akar yang kedua adalah akar rekat. Pertumbuhan akar
rekat berasal dari sulur utama atau buku-buku batang.
Fungsi akar jenis ini adalah untuk menempel atau merekat
pada permukaan tegakan atau di atas bebatuan, dan apabila
tidak mendapat rekatan akan menyebabkan akar menjadi
kering. Selain itu, akar rekat membentuk percabangan
terbatas dengan ciri-ciri menyerupai sirip ikan, berbentuk
silindris, dan memanjang dengan panjang 1-2,5 sentimeter
dan diameter berkisar antara 0,7-1,0 milimeter, serta
memiliki akar dengan jumlah sekitar empat sampai
sembilan buah. Akar rekat yang baru mulai tumbuh dari

Cahyo Indarto, Ph.D 7


buku batang pada mulanya berwarna putih yang kemudian
berubah menjadi coklat muda.
b. Bagian Batang
- Tanaman cabe jamu memiliki batang yang membentuk
sulur seperti tabung dengan beruas-ruas (berbuku-buku).
- Antarruas berjarak dari 3 hingga 9 sentimeter.
- Buku-buku menjadi tempat tumbuhnya akar rekat dan
cabang-cabang.
- Ciri-ciri batang tanaman cabe jamu yaitu dapat merambat
3-9 sentimeter di atas bebatuan atau permukaan tanah serta
pada tegakan, memiliki diameter antara 0,1-0,5 sentimeter,
batang yang tumbuh dari biji maupun buku-buku dasar
memiliki ukuran yang kecil, dan pada mulanya memiliki
permukaan batang yang halus dan setelah dewasa menjadi
kasar.
- Antara ibu tangkai daun dengan batang dijadikan sebagai
tempat tumbuhnya cabang-cabang yang tidak
memunculkan akar.
- Buku-buku cabang dapat membentuk bunga dan juga daun
pada sisi yang lain sehingga disebut dengan istilah cabang
produktif.

8 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


- Jalur batang dan percabangan memiliki pola yang
berbentuk zigzag, di mana batang dan cabang tidak berada
pada garis lurus, melainkan antara dua ruas lebih
membentuk seperti sudut tumpul sekitar 165 derajat.
c. Bagian Daun
- Daun cabe jamu hanya terdiri dari helai dan tangkai daun
sehingga tergolong dalam daun tidak sempurna.
- Terdapat dua jenis bentuk helai daun, yaitu berbentuk
seperti hati dan lonjong.
- Daun dengan bentuk menyerupai hati ditemukan di
wilayah Sampang dan Sumenep, sedangkan daun yang
berbentuk lebih lonjong terdapat di wilayah Bangkalan.
- Letak tangkai daun melekat pada buku batang.
- Helai daun berwarna hijau gelap dan memiliki tekstur
permukaan yang halus.
- Bentuk tepi atau pinggiran daun lurus melengkung, tidak
bergerigi, dengan ujung yang meruncing.
- Selain bentuk helai daun, pangkal daun juga terdiri dari
dua jenis, yaitu pangkal daun pada sulur utama dan cabang
produktif.

Cahyo Indarto, Ph.D 9


- Pangkal daun pada sulur utama dan juga sulur cacing
dengan posisi simetris yang menekuk ke dalam saat awal
tumbuh.
- Pangkal daun pada cabang produktif cenderung lebih
menonjol ke luar pada salah satu sisinya dan tidak simetris.
- Bentuk tulang daun juga tidak sama, ada yang simetris dan
juga tidak simetris.
d. Bagian Bunga
- Bunga tanaman cabe jamu termasuk dalam golongan
bunga majemuk berbentuk bulir, di mana satu bulirnya
memiliki banyak bunga.
- Bakal bulir tumbuh sejalan dengan keluarnya daun muda
pada cabang produktif.
- Bakal bunga pada mulanya berwarna hijau gelap yang
kemudian berubah sesuai dengan perkembangannya.
- Kelopak bunga muncul berkisar antara 10-20 hari.
- Bulir ditopang oleh tangkai.
- Bentuk bulir tegak ke atas menyerupai tabung yang
berhadapan dengan daun pada cabang produktif dan
terletak di atas buku batang.
- Diameter bulir berukuran 0,3-0,5 sentimeter saat bunga
telah mekar.

10 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


- Terdapat tiga mahkota bunga yang berbentuk segitiga,
dikelilingi dengan selaput bening, dan setelah
penyerbukan akan berubah warna menjadi coklat.
- Mahkota bunga pada bagian pangkal bulir hingga atas
dalam kondisi terbuka.
- Bentuk gagang daun pada bunga yaitu bulat telur dengan
warna kuning. Gagang daun akan mengalami perubahan
warna ditandai dengan masaknya buah.
e. Bagian Buah
- Penyerbukan ditandai dengan berubahnya warna mahkota
bunga meskipun tidak diketahui akhir dari penyerbukan
terjadi pembuahan atau tidak.
- Selesainya proses penyerbukan, bulir bunga kemudian
tumbuh dan berkembang hingga memiliki ukuran
maksimum yaitu panjang 3-5,2 sentimeter, 4,5-6,1
milimeter untuk diameter bagian atas, sedangkan pada
bagian bawah berdiameter sekitar 9-10 milimeter, dan
tangkai buah yang mencapai 2 sentimeter.
- Sejumlah biji yang terdapat dalam bulir berkisar antara 10-
101 biji.

Cahyo Indarto, Ph.D 11


- Terdapat empulur berwarna hijau muda pada penampung
bulir buah yang dikelilingi sekitar tiga hingga delapan
bakal biji.
- Bakal biji dapat mencapai 80 hingga 135 buah dan tidak
semua bakal biji akan menjadi biji.
- Bakal biji yang kemudian menjadi biji ditandai dengan
ukurannya semakin besar yang kemudian akan mendorong
daging buah sehingga terlihat menonjol.
- Biji memiliki warna kuning gading dengan bentuk bulat
yang diameternya sekitar 1 milimeter. Warna tersebut akan
mengalami perubahan ketika proses penyerbukan selesai.
Warna yang semula kuning gading akan berubah menjadi
hijau gelap hingga kecoklatan, dan ketika telah matang
akan berubah menjadi merah.
- Biji bagian dalam serta daging buah memiliki rasa pedas
karena adanya kandungan senyawa piperin.
- Buah cabe jamu yang terlampau tua memiiliki tekstur yang
lunak.
- Pematangan buah memakan waktu sekitar 1,5-2 bulan.
- Buah cabe jamu diambil oleh petani saat berwarna coklat,
kemudian direbus, dan selanjutnya dikeringkan.

12 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


3. Produksi Cabe Jamu di Jawa Timur
Cabe jamu merupakan tanaman asli Indonesia yang diproduksi
di beberapa wilayah, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan
Lampung. Daerah penghasil cabe jamu di Jawa Timur berada
di Madura, dengan setiap kabupatennya yang meliputi
Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Penghasil
cabe jamu terbesar di Jawa Timur berada di kabupaten
Sumenep. Cabe jamu Madura berkontribusi sebanyak 83%
dalam total produksi cabe jamu di Jawa Timur. Hal ini
menunjukkan bahwa Sumenep sebagai penghasil cabe jamu
menduduki peringkat pertama di Jawa Timur (Aminullah,
2022). Selain di wilayah Sumenep, terdapat beberapa daerah
penghasil cabe jamu di antaranya sebagai berikut:
a. Sumenep
Berdasarkan penelitian oleh Judhaswati (2016), 26 dari 27
kecamatan di Sumenep tahun 2009 hingga 2013 memiliki
lahan panen tanaman cabe jamu (Tabel 1). Satu-satunya
kecamatan yang tidak membudidayakan cabe jamu adalah
Kecamatan Sapeken. Kecamatan Bluto memiliki luas lahan
panen terbesar dengan rata-rata 586,67 ha (Gambar 1). Data
analisis location quotient (LQ) dari 2009-2013 dengan nilai
LQ > 1 diperoleh sebanyak 11 kecamatan yang meliputi

Cahyo Indarto, Ph.D 13


Pasongsongan, Rubaru, Giligenting, Saronggi, Kota, Guluk-
guluk, Raas, Gayam, Kalianget, Talango, serta Bluto (Tabel 2
dan Gambar 2). Nilai LQ > 1 memiliki arti bahwa pada
wilayah tersebut merupakan sektor basis dengan komoditi
yang unggul.

Tabel 1. Luas Lahan Panen Cabe Jamu di Sumenep


Tahun 2009-2013
Tahun Rata
No Kecamat
-
. an 2009 2010 2011 2012 2013
Rata
1 Masalem 36,80 36,80 36,80 37,25 37,25 36,98
bu
2 Kangayan 11,55 11,55 11,55 11,80 11,80 11,65
3 Arjasa 23,10 23,10 23,10 23,57 23,57 23,29
4 Raas 1,72 1,72 1,72 1,56 1,56 1,66
5 Gayam 96,30 96,30 96,30 100,3 100,3 97,90
1 1
6 Nonggun 82,85 82,85 82,85 84,55 84,55 83,53
on
7 Dungkek 40,91 40,91 40,91 40,74 40,74 40,84
8 Batang 101,6 101,6 101,6 103,6 103,6 102,4
0 0 0 2 2 1
9 Gapura 54,06 54,06 54,06 53,82 53,82 53,96
10 Batuputih 41,45 41,45 4,45 41,64 41,64 41,53
11 Manding 67,45 67,45 67,45 66,91 66,91 67,23
12 Dasuk 48,77 48,77 48,77 48,45 48,45 48,64
13 Rubaru 68,92 68,92 68,92 69,20 69,20 69,03
14 Ambunte 85,26 85,26 85,26 84,59 84,59 84,99
n

14 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


15 Pasongso 68,16 68,16 68,16 58,22 58,22 64,18
ng
16 Guluk- 150,0 150,0 151,0 150,4 150,4 150,4
guluk 4 0 4 6 6 1
17 Ganding 279,4 279,4 287,5 303,8 303,8 290,8
2 0 8 6 6 3
18 Lenteng 224,7 224,7 224,7 233,6 233,6 228,3
2 0 2 6 6 0
19 Batuan 16,38 16,38 16,38 16,41 16,41 16,39
20 Kota 32,76 32,76 32,76 32,82 32,82 32,78
21 Kalianget 36,86 36,86 36,86 36,89 36,89 36,87
22 Talango 39,93 39,93 39,93 39,25 39,25 39,66
23 Giligentin 36,00 36,00 36,00 36,14 36,14 36,06
g
24 Saronggi 74,11 74,11 74,11 73,94 73,94 74,04
25 Bluto 568,5 568,5 568,5 613,8 613,8 586,6
7 0 7 3 3 7
26 Pragaan 82,51 82,51 82,51 88,40 88,40 84,87
Sumber: BPS tahun 2010-2014 dalam (Judhaswati, 2016)

Gambar 1. Grafik Rata-Rata Luas Lahan Panen di Sumenep


(2009-2013)

Cahyo Indarto, Ph.D 15


Tabel 2. Analisis LQ Cabe Jamu di Sumenep
Tahun 2009-2013 (LQ > 1)
Tahun Rata
No
Kecamatan 200 201 201 201 201 -
.
9 0 1 2 3 Rata
1
Pasongsonga 0,92 1,10 0,94 0,91 1,14 1,02
n
2 Rubaru 1,13 1,00 1,16 1,11 0,96 1,07
3 Giligenting 1,19 1,00 1,23 1,18 1,04 1,15
4 Saronggi 1,19 1,00 1,23 1,18 1,04 1,15
5 Kota 2,15 2,00 2,21 2,14 1,95 2,09
6 Guluk-guluk 2,38 2,30 2,07 2,12 2,44 2,26
7 Raas 2,52 2,30 2,58 2,61 2,41 2,50
8 Gayam 3,29 2,8 3,07 3,04 2,77 3,00
9 Kalianget 2,91 3,2 2,98 2,84 3,12 3,02
10 Talango 4,19 3,9 4,29 4,18 3,80 4,07
11 Bluto 5,48 5,00 4,64 4,85 5,31 5,07
Sumber: (Judhaswati, 2016)

Gambar 2. Grafik Rata-Rata LQ Cabe Jamu di Sumenep


(2009-2013)

16 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur tahun
2018 dalam (Suhardi & Subari, 2020), kabupaten Sumenep
dalam memproduksi cabe jamu mencapai 10.314,49 ton
dengan produktivitas sebesar 4.762,85 kg/ha. Bluto
merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Sumenep yang
menjadi wilayah penghasil cabe jamu terbesar (Gambar 3).
Jumlah produksi cabe jamu di Bluto pada tahun 2015-2018
yang tercantum pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Produksi Cabe Jamu Kecamatan Bluto (2015-2018)


Produksi Produktivias
Tahun
(ton/tahun) (kg/ha)
2015 2.455,17 4.798,54
2016 2.586,92 4.799,54
2017 2.676,38 4.800,54
2018 2.736,30 4.801,54
Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Timur 2018
dalam (Suhardi & Subari, 2020)

Cahyo Indarto, Ph.D 17


Gambar 3. Peta Kecamatan Bluto, Sumenep
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sumenep

b. Bangkalan
Kabupaten Bangkalan memiliki total kecamatan sebanyak 18,
dengan kecamatan yang memiliki lahan tanaman cabe jamu
ada 10. Kecamatan Tanjung Bumi merupakan salah satu
kecamatan di Bangkalan yang memiliki luas lahan panen cabe
jamu paling besar (Gambar 6). Rata-rata luas lahan tanaman
cabe jamu di Tanjung Bumi yaitu 100,68 ha (Gambar 4). Luas
lahan panen cabe jamu per kecamatan dari tahun 2009-2013
dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil analisis terkait location
quotient (LQ) menyebutkan sebanyak enam kecamatan di
Bangkalan pada tahun 2009-2013 memiliki nilai LQ > 1

18 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


seperti yang tercantum pada Tabel 5 dan Gambar 5. Dengan
demikian, enam kecamatan yang meliputi Kokop, Bangkalan,
Tragah, Burneh, Tanjung Bumi, dan Blega merupakan wilayah
yang menjadi sektor basis dengan komoditi unggul di
Kabupaten Bangkalan (Judhaswati, 2016).

Tabel 4. Luas Lahan Panen Cabe Jamu di Bangkalan


Tahun 2009-2013
Tahun Rata
No Kecamat
201 -
. an 2009 2010 2011 2012
3 Rata
1 Klampis 7,55 7,33 7,55 7,55 7,55 7,51
2 Sepulu 1,85 1,62 1,85 1,85 1,64 1,76
3 Tanjung 102,0 102,5 102,7 102,7 92,7 100,6
Bumi 0 0 2 0 2 0
4 Kokop 40,80 40,39 40,81 40,81 40,8 40,73
1
5 Burneh 18,90 17,79 18,99 18,99 18,9 18,75
9
6 Bangkala 15,70 12,79 15,76 15,76 15,7 15,15
n 6
7 Tragah 14,90 14,74 14,90 14,90 14,7 14,83
0
8 Tanah 22,10 21,92 22,16 22,16 22,1 22,11
Merah 6
9 Galis 14,40 14,36 15,81 14,46 14,4 14,71
6
10 Blega 30,30 30,24 41,59 41,59 41,5 37,08
9
Sumber : BPS tahun 2010-2014 dalam (Judhaswati, 2016)

Cahyo Indarto, Ph.D 19


Gambar 4. Grafik Rata-rata Luas Lahan Panen Cabe Jamu di
Bangkalan (2009-2013)

Tabel 5. Analisis LQ Cabe Jamu di Bangkalan


Tahun 2009-2013 (LQ > 1)
Tahun Rata-
No. Kecamatan
2009 2010 2011 2012 2013 Rata
1 Kokop 1,00 1,05 1,01 1,00 1,02 1,00
2 Bangkalan 1,20 1,16 1,37 1,43 1,58 1,30
3 Tragah 2,40 2,46 2,24 2,17 2,10 2,20
4 Burneh 2,40 2,34 2,40 2,33 2,50 2,40
5 Tanjung 3,50 3,71 3,49 3,39 2,94 3,40
Bumi
6 Blega 3,90 3,90 5,00 4,90 4,87 4,50
Sumber : (Judhaswati, 2016)

20 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


Gambar 5. Grafik Rata-rata LQ Cabe Jamu di Bangkalan
(2009-2013)

Gambar 6. Peta Kecamatan Tanjung Bumi, Bangkalan


Sumber: Badan Pusat Statistik Bangkalan

Cahyo Indarto, Ph.D 21


c. Sampang
Kabupaten Sampang memiliki total kecamatan sebanyak 14
(Gambar 9), dengan enam kecamatan memiliki lahan panen
tanaman cabe jamu. Luas lahan panen terbesar pada tahun
2009-2013 berada di Kecamatan Ketapang, yaitu rata-rata
luasnya 358 ha seperti yang tertera pada Tabel 6 dan Gambar
7. Hasil location quotient (LQ) tahun 2009 hingga 2013
dengan nilai LQ > 1 diperoleh tiga kecamatan yang terdiri dari
Kecamatan Sokobanah, Ketapang, dan juga Banyuates (Tabel
7 dan Gambar 8). Dengan demikian, tiga kecamatan tersebut
merupakan sektor basis dengan komoditi unggulan
(Judhaswati, 2016).

Tabel 6. Luas Lahan Panen Cabe Jamu di Sampang


Tahun 2009-2013
Tahun Rata
Kecamat
No. -
an 2009 2010 2011 2012 2013
Rata
1 Sokobana 206,0 206,0 208,0 208,0 206,0 206,8
h 0 0 0 0 0 0
2 Ketapang 358,0 358,0 358,0 358,0 358,0 358,0
0 0 0 0 0 0
3 Karang 15,00 15,00 15,00 15,00 15,00 15,00
4 Robatal 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00
5 Banyuate 262,0 262,0 262,0 262,0 262,0 262,0
s 0 0 0 0 0 0

22 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


6 Tambelan 15,00 15,00 15,00 15,00 15,00 15,00
gan
Sumber: BPS tahun 2010-2014 dalam (Judhaswati, 2016)

Gambar 7. Grafik Rata-Rata Luas Lahan Panen Cabe Jamu di


Sampang (2009-2013)

Tabel 7. Analisis LQ Cabe Jamu di Sampang


Tahun 2009-2013 (LQ > 1)
Tahun Rata-
No. Kecamatan
2009 2010 2011 2012 2013 rata
1 Sokobanah 1,20 1,03 1,32 1,31 1,16 1,22
2 Ketapang 2,00 2,20 2,28 2,29 2,13 2,18
3 Banyuates 2,20 2,33 2,35 2,44 2,56 2,37
Sumber: (Judhaswati, 2016)

Cahyo Indarto, Ph.D 23


Gambar 8. Grafik Rata-Rata LQ Cabe Jamu di Sampang
(2009-2013)

Gambar 9. Peta Kabupaten Sampang


Sumber: https://www.pinhome.id/blog/kecamatan-di-
sampang/

24 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


d. Pamekasan
Kabupaten Pamekasan memiliki total kecamatan sebanyak 13
(Gambar 12), dengan sembilan kecamatan memiliki lahan
panen tanaman cabe jamu. Luas lahan panen terbesar pada
tahun 2009-2013 berada di Kecamatan Larangan, yaitu rata-
rata luasnya 198 ha seperti yang tertera pada Tabel 8 dan
Gambar 10. Hasil location quotient (LQ) tahun 2009 hingga
2013 dengan nilai LQ > 1 diperoleh dua kecamatan yang
terdiri dari Kecamatan Kadur dan Larangan (Tabel 9 dan
Gambar 11). Dengan demikian, dua kecamatan tersebut
merupakan sektor basis dengan komoditi unggulan
(Judhaswati, 2016).

Tabel 8. Luas Lahan Panen Cabe Jamu di Pamekasan


Tahun 2009-2013
No Kecamat Tahun Rata
. an 2009 2010 2011 2012 2013 -rata
1 Pasean 44,00 44,00 46,00 44,00 58,00 47,20
2 Batumarm 57,00 57,00 40,00 35,00 48,00 47,40
ar
3 Waru 26,00 26,00 45,00 40,00 53,00 38,00
4 Pakong 9,00 9,00 31,00 33,00 49,00 26,20
5 Kadur 111,0 111,0 105,0 122,0 147,0 119,2
0 0 0 0 0 0
6 Penganten 7,00 7,00 27,00 37,00 48,50 25,30
an

Cahyo Indarto, Ph.D 25


7 Palengan 31,00 31,00 35,00 32,00 44,00 34,60
8 Proppo 5,00 5,00 32,00 31,00 39,50 22,50
9 Larangan 208,0 208,0 188,5 184,5 205,0 198,8
0 0 0 0 0 0
Sumber: BPS tahun 2010-2014 dalam (Judhaswati, 2016)

Gambar 10. Grafik Rata-Rata Luas Lahan Panen Cabe Jamu


di Pamekasan (2009-2013)

Tabel 9. Analisis LQ Cabe Jamu di Pamekasan


Tahun 2009-2013 (LQ > 1)
Tahun Rata-
No. Kecamatan
2009 2010 2011 2012 2013 rata
1 Kadur 2,61 2,86 2,60 2,66 2,62 2,67
2 Larangan 8,33 5,81 6,37 7,30 6,64 6,89
Sumber: (Judhaswati, 2016)

26 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


Gambar 11. Grafik Rata-Rata LQ Cabe Jamu di Pamekasan
(2009-2013)

Gambar 12. Peta Kabupaten Pamekasan


Sumber: Status Lingkungan Hidup Daerah Pamekasan

Cahyo Indarto, Ph.D 27


e. Jember
Kabupaten Jember menjadi salah satu wilayah di Jawa Timur
yang didominasi oleh sektor pertanian. Kecamatan Gumukmas
dan kecamatan Silo merupakan wilayah di kabupaten Jember
yang membudidayakan tanaman cabe jamu (Gambar 13).
Masyarakat Gumukmas sebagian besar berusaha tani cabe
jamu. Petani Gumukmas rata-rata memiliki lahan seluas 102
m2, yang merupakan luas halaman rumah atau pun pekarangan
yang dijadikan sebagi lahan untuk budidaya tanaman cabe
jamu. Data jumlah produksi cabe jamu yang diperoleh melalui
responden, tercatat sebanyak 24 petani memproduksi cabe
jamu kurang dari 50 kg (Waspodo, 2016). Daerah lainnya yang
memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi sentra
pertanian adalah Kecamatan Silo, terutama di Desa Pace.
Komoditas yang dikembangkan di Desa Pace adalah tanaman
kopi dan juga herbal. Salah satu tanaman herbal yang
dibudidaya adalah cabe jamu dengan lahan seluas 10 ha. Desa
Pace memiliki lahan yang sesuai untuk pertumbuhan cabe
jamu (Sari et al., 2021).

28 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


Gambar 13 Peta Kabupaten Jember
Sumber: https://www.pinhome.id/blog/peta-jember/

4. Budidaya Cabe Jamu


Budidaya adalah kegiatan memperbanyak sumber daya hayati
pada suatu lahan untuk memperoleh hasil panennya. Bahan
tanam merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan
budidaya cabe jamu. Perbanyakan tanaman cabe jamu
biasanya dengan sulur tanah dan sulur panjat. Tanaman cabe
jamu dari sulur tanah memiliki daun dengan ukuran lebih kecil
dan jumlah akar yang lebih sedikit jika dibanding dengan
tanaman cabe jamu yang berasal dari sulur panjat (Nurhuda et
al., 2017). Selain faktor bahan tanam, cabe jamu dapat

Cahyo Indarto, Ph.D 29


berkembang biak dengan baik serta berproduksi secara
maksimal jika lingkungan tempat budidaya sesuai dengan
jenis tanaman cabe jamu (Achroni, 2017). Adapun syarat
tumbuh tanaman cabe jamu menurut Evizal (2013), yaitu:
a. Daerah dengan ketinggian 1-600 mdpl
b. Suhu udara berkisar 20-30 ̊C
c. Lahan tempat tanaman dengan tanah lempung berpasir
d. Struktur tanah gembur dan berdrainase baik
e. pH tanah antara empat hingga delapan
f. Curah hujan sekitar 1250-2500 mm/tahun
Wilayah yang sesuai untuk budidaya tanaman cabe jamu
adalah wilayah agroekosistem dataran rendah sampai
menengah dengan lahan dan iklim kering. Faktor penting
lainnya dalam budidaya cabe jamu adalah pemupukan.
Tanaman yang dibudidayakan di lahan kering seperti cabe
jamu perlu memerhatikan pemupukan agar dapat tumbuh
dengan baik. Cabe jamu juga tergolong tanaman yang rakus
unsur hara. Oleh karena itu, pemupukan sangat penting
dilakukan. Pupuk nitrogen merupakan salah satu pupuk
esensial yang perlu ditambahkan. Sebelum diserap tanaman,
pupuk nitrogen yang diaplikasikan di dalam tanah akan
mengalami pencucian dan penguapan terlebih dulu. Pupuk

30 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


nitrogen berfungsi meningkatkan kandungan klorofil yag
merupakan senyawa protein pada daun, mendukung
pertumbuhan vegetatif tanaman, dan juga sebagai penyusun
protein. Adanya peningkatan kandungan klorofil dapat
meningkatkan pula laju fotosintesis sehingga tanaman
memiliki potensi produksi yang lebih baik (Pratidina et al.,
2015).
Proses budidaya cabe jamu terdiri dari beberapa tahapan.
Urutan tahapan-tahapan tersebut di antaranya yaitu pemilihan
bibit, persiapan lahan, pemasangan tiang, pemindahan
sekaligus penanaman bibit, pemupukan, perawatan tanaman,
dan pemanenan. Berikut merupakan penjabaran dari setiap
tahapan budidaya cabe jamu yang disesuaikan dengan buku
Budidaya Tanaman Obat oleh Widyanata et al. (2020).
a. Pemilihan Bibit
- Cabe jamu dapat diperbanyak dengan cara stek pada
bagian sulur panjat.
- Asal stek harus dari indukan yang produktif. Ciri-ciri
indukan di antaranya yaitu berusia tua, menghasilkan buah
dengan jumlah yang banyak, tahan hama, tahan cuaca,
responsif dengan adanya pupuk, serta memiliki fisik yang
besar, kuat, dan kokoh.

Cahyo Indarto, Ph.D 31


b. Persiapan Lahan
- Lahan yang digunakan untuk menanam cabe jamu harus
cukup luas dan dapat dengan mudah terkena sinar
matahari.
- Lahan dengan kondisi tanah gembur merupakan tempat
yang baik untuk menanam cabe jamu, contohnya seperti
lahan sawah.
- Dibuat guludan pada lahan.
c. Pemasangan Tiang
- Tiang digunakan sebagai penyangga tanaman cabe jamu
yang tumbuhnya merambat ke atas.
- Cabe jamu termasuk dalam tanaman yang daya tahan
hidupnya sampai bertahun-tahun sehingga tiang
penyangga harus terbuat dari bahan yang kuat dan tahan
lama. Bahan yang dapat dijadikan sebagai penyangga yaitu
bambu, kayu, atau pun beton.
- Pemasangan antara tiang satu dengan tiang yang lain harus
memerhatikan jarak. Jarak yang umumnya digunakan
yaitu 1,5 meter × 1,5 meter.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan et
al. (2013), tiang panjatan yang digunakan oleh petani daerah
Sumenep pada budidaya cabe jamu terdapat 12 jenis tanaman.

32 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


Tanaman tersebut di antaranya yaitu mengkudu, mimba,
kelapa, siwalan, bintaos, sirsak, jaranan, kedondong, dadap,
kelandingan, kamberu, dan kelor. Tabel 9 merupakan ukuran
lingkar batang tiang panjat, tinggi pohon tiang panjat, lingkar
kanopi cabe jamu, serta berat basah produksi cabe jamu.

Tabel 9. Lingkar Batang Tiang Panjat, Tinggi Pohon Tiang Panjat,


Lingkar Kanopi Cabe Jamu, dan Berat Basah Produksi Cabe Jamu
pada Beberapa Jenis Tiang Panjat
Berat
Lingkar Tinggi Lingkar
Basah
Batang Pohon Kanopi
Tiang Produksi
No. Tiang Tiang Cabe
Panjat Cabe
Panjat Panjat Jamu
Jamu
(cm) (m) (cm)
(kg/pohon)
1 Mengkudu 53,2 5,212 194,8 2,76
2 Mimba 48,6 5,168 236,0 3,84
3 Kelapa 96,6 10,020 252,8 5,58
4 Siwalan 132,6 11,202 278,8 8,10
5 Bintaos 24,0 4,208 175,4 3,28
6 Sirsak 21,8 4,040 103,6 1,42
7 Jaranan 58,8 6,172 244,4 6,74
8 Kedondong 62,2 4,676 208,0 4,84
9 Dadap 32,2 4,018 152,4 2,70
10 Kelandingan 47,2 4,084 200,6 3,24
11 Kamberu 50,6 5,588 200,0 5,04
12 Kelor 59,0 6,108 208,2 5,40
Sumber : (Setiawan et al., 2013)

Cahyo Indarto, Ph.D 33


Gambar 13. Grafik Lingkar Batang Tiang Panjat

Gambar 14. Grafik Tinggi Pohon Tiang Panjat

34 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


Gambar 15. Grafik Lingkar Kanopi Cabe Jamu

Gambar 16. Grafik Berat Basah Produksi Cabe Jamu

Tiang panjat yang memiliki diameter besar berbanding


lurus dengan diameter kanopi cabe jamu. Rata-rata lingkar
batang tiang panjat pada 10 tanaman yaitu antara 21-62
sentimeter, sedangkan pada siwalan dan kelapa memiliki

Cahyo Indarto, Ph.D 35


diameter antara 96-132 sentimeter. Perbanyakan tiang panjat
biasanya dilakukan secara vegetatif dengan stek, kecuali pada
tanaman siwalan dan kelapa. Cabe jamu yang tiang panjatnya
dari tanaman siwalan dan kelapa memiliki diameter yang
relatif besar. Namun, petani mengalami kesulitan karena
penanaman yang menggunakan biji sehingga waktu sampai
tanaman dapat digunakan sebagai tiang panjat lebih lama.
Besar diameter tiang panjat juga berbanding lurus terhadap
peletakan akar serta pembentukan cabang dan kanopi cabe
jamu, di mana semakin besar diameter maka semakin lebar
peletakan akar serta semakin besar pembentukan percabangan
dan kanopi cabe jamu. Cabe jamu yang tiang panjatannya dari
siwalan dan kelapa membentuk kanopi dengan ukuran lebih
besar dibanding dengan sepuluh tanaman lainnya. Selain itu,
tinggi pohon tiang panjat juga lebih tinggi, yaitu antara 10-11
meter. Sementara itu, pada sepuluh tanaman lainnya, tinggi
maksimal untuk tiang panjatnya hanya 6 meter. Hal ini
dikarenakan tidak pernah dilakukannya pemangkasan pada
tanaman siwalan dan kelapa. Dengan demikian, cabe jamu
dapat terus tumbuh ke atas mengikuti pertumbuhan tiang
panjatnya. Berbeda dengan sepuluh tanaman lainnya yang
dilakukan pemangkasan untuk tujuan perawatan tanaman.

36 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


d. Pemindahan dan Penanaman Bibit
- Waktu pemindahan bibit dilakukan saat pagi atau sore hari.
Hal ini dikarenakan udara saat pagi atau sore sudah tidak
sepanas saat siang hari.
- Saat pemindahan, bibit ditanam bersama dengan tanah
yang berada dalam polybag.
- Bibit yang telah selesai dipindahkan, belum bisa terkena
matahari secara langsung. Dengan demikian, selama
seminggu, bibit diberi pelindung berupa tutup yang dapat
berupa daun atau pelepah pisang.
- Setelah masa pemindahan bibit, dilakukan penyiraman
sebanyak dua kali sehari saat pagi dan sore hari.
e. Pemupukan
- Jenis pupuk kandang cocok digunakan untuk tanaman cabe
jamu.
- Pemberian pupuk dilakukan saat tanaman berumur kurang
dari satu tahun, lebih dari satu tahun, dan lebih dari dua
tahun. Banyaknya pupuk kandang yang diberikan juga
berbeda-beda. Ketika umur tanaman kurang dari setahun,
pupuk diberikan sebanyak 5 kilogram untuk per pohon.
Lebih dari setahun, pupuk yang digunakan untuk per
pohon sebanyak 10 kilogram, dan sebanyak 15 kilogram

Cahyo Indarto, Ph.D 37


pupuk per pohon untuk tanaman cabe jamu yang berusia
lebih dari dua tahun.
f. Perawatan Tanaman
- Bentuk perawatan pada tanaman cabe jamu yaitu dengan
melakukan pengikatan pada sulur-sulur tanaman
menggunakan tali.
- Sulur-sulur yang tumbuh ke atas jika tidak langsung
dilakukan pengikatan dapat mengganggu proses
pertumbuhan tanaman.
- Umumnya, tali yang digunakan untuk mengikat adalah tali
plastik atau rafia. Jenis tali lain yang disarankan adalah
pelepah pisang karena saat sudah cukup lama jenis tali ini
akan rusak dan terlepas dengan sendirinya seiring dengan
sulur yang bertambah besar sehingga tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman.
g. Pemanenan
- Cabe jamu dapat dipanen saat warna buah sudah berubah
menguning hingga kemerahan.
- Panen dilakukan saat tanaman sudah mencapai umur satu
hingga satu setengah tahun.
- Panen dilakukan dengan cara memetik langsung buah cabe
jamu dari pohonnya.

38 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


- Alat yang perlu dipersiapkan saat proses pemanenan yaitu
tangga dan wadah yang digunakan sebagai tempat buah
cabe jamu hasil panen.

Cahyo Indarto, Ph.D 39


Pascapanen Cabe Jamu
Berdasarkan UU Nomor 12/1992 Pasal 31 dalam (Karnaen,
2007), definisi pascapanen yaitu suatu kegiatan yang terdiri
dari tahap pembersihan, pengupasan, sortasi, pengawetan,
pengemasan, penyimpanan, standarisasi mutu, dan
transportasi hasil budidaya pertanian. Kegiatan penanganan
hasil budidaya pertanian dilakukan sejak produk dipanen
sampai siap untuk dikonsumsi, baik dalam bentuk produk
segar atau pun sebagai bahan baku industri pengolahan.
Penanganan pascapanen tanaman cabe jamu harus dilakukan
secara tepat, mengingat cabe jamu merupakan tanaman yang
memiliki nilai ekonomi tinggi serta beragam manfaat bagi
kesehatan tubuh. Oleh karena itu, tahap dari pemilihan bibit
hingga pascapanen harus benar-benar diperhatikan setiap
prosesnya supaya tidak terjadi kontaminasi yang
menyebabkan kualitas cabe jamu tidak dapat diterima di
pasaran dan juga tidak dapat dijadikan sebagai bahan untuk
konsumsi. Aspek yang perlu diperhatikan dalam penanganan
pascapanen cabe jamu yaitu saat pemanenan dari lahan atau

40 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


kebun serta proses pascapanen itu sendiri dari pencucian
hingga penyimpanan.

1. Proses Pemanenan Cabe Jamu


Panen merupakan aktivitas pengambilan hasil dari budidaya
tanaman setelah mencapai tingkat kemasakan yang optimal.
Kemasakan optimal memiliki arti bahwa buah berpotensi
maksimal jika akan dilakukan pengolahan dan juga ketika
dikonsumsi memiliki rasa serta aroma yang dapat diterima
oleh konsumen (Titosastro & Musholaeni, 2015). Panen harus
dilakukan dengan tepat untuk meminimalisir adanya
kontaminasi sehingga mendapatkan kualitas cabe jamu yang
baik. Berikut merupakan langkah-langkah pada proses panen.
a. Buah cabe jamu mulai dipanen saat berumur sekitar
satu hingga satu setengah tahun yang ditandai dengan
warna buah mulai menguning sampai kemerahan.
b. Buah cabe jamu yang dipanen adalah buah yang sudah
tua tetapi belum masak. Hal ini supaya ketika proses
pascapanen, buah tidak cepat membusuk.
c. Cabe jamu yang sudah siap panen dipetik dari
pohonnya tanpa menggunakan alat, lalu diletakkan
pada wadah bersih. Wadah saat pemanenan harus

Cahyo Indarto, Ph.D 41


berbeda dengan wadah yang akan digunakan saat
proses pengemasan di akhir. Hal ini untuk
meminimalisir atau bahkan mencegah terjadinya
kontaminasi.
d. Sanitasi alat panen perlu diperhatikan karena pada
umumnya proses panen cabe jamu dilakukan dengan
cara memetik buah tanpa alat yang kemudian
dimasukkan pada wadah yang diletakkan di bawah
beralas tanah.
e. Penggunaan wadah untuk hasil panen cabe jamu juga
perlu memerhatikan bentuk atas wadah. Apabila
selama proses pemetikan buah cabe jamu
menggunakan wadah seperti bak atau baskom yang
bentuk atasnya terbuka, maka diperlukan tutup di atas
wadah yang tidak mudah terbawa angin, sedangkan
jika menggunakan wadah seperti karung yang
jangkauannya lebih dalam, tidak diperlukan alat lain
sebagai tutup karena dapat dengan langsung melipat
bagian atas karung yang terbuka. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk menghindari cemaran
mikroorganisme yang dapat dengan mudah tersebar di
udara.

42 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


2. Pengelolaan Pascapanen Cabe Jamu
Berdasar pada buku Modul Saintifikasi Jamu: Penanganan
Pasca Panen oleh Ningsih (2016), pengelolaan pascapanen
adalah perlakuan yang diberkan kepada hasil panen hingga
produk siap untuk dikonsumsi atau produk setengah jadi
seperti simplisia yang kemudian digunakan untuk bahan baku
pembuatan obat tradisional. Tujuan pengelolaan pascapanen
yaitu untuk menjaga ketersediaan bahan baku dalam jumlah
yang cukup serta dapat digunakan secara berkelanjutan dan
melindungi bahan baku terhadap kerusakan fisik dan kimiawi
sehingga kualitas bahan baku tetap segar atau pun simplisia
dapat dipertahankan, mengingat pada cabe jamu terdapat
berbagai kandungan senyawa aktif yang perlu dijamin
keamanan serta kesediaan khasiatnya. Selain pada proses
pemanenan, tahapan saat pascapanen jika tidak dilakukan
dengan cepat dan tepat juga dapat memicu adanya kontaminasi
pada cabe jamu. Penanganan pascapanen menentukan mutu
dari hasil cabe jamu yang sudah dibudidayakan. Pascapanen
cabe jamu meliputi sortir, perebusan, penirisan, penjemuran
atau pengeringan, pengemasan, dan penyimpanan.

Cahyo Indarto, Ph.D 43


Sarana dan Prasarana
Penanganan pascapanen cabe jamu memerlukan sarana dan
prasarana sebagai berikut:
a. Bangunan
Penanganan pascapanen memerlukan bangunan yang dapat
digunakan sebagai tempat untuk memudahkan jalannya proses
penanganan pascapanen. Rancangan bangunan beserta
ruangan yang digunakan untuk pascapanen dikelola dengan
mengutamakan sanitasi. Hal ini bertujuan untuk menghindari
adanya kontaminasi pada cabe jamu yang berasal dari bahan
pencemar.
b. Peralatan
Alat yang digunakan selama proses pascapanen sesuai dengan
beberapa kriteria, di antaranya yaitu peralatan terbuat dari
bahan yang tidak beracun, mudah dibersihkan, dan bersifat
inert (netral). Sebelum digunakan, peralatan pascapanen
dilakukan pengujian terlebih dulu untuk menentukan cara
perawatannya. Perawatan alat dilakukan secara berkala dan
terjadwal. Alat pascapanen terutama pada bagian yang kontak
langsung dengan bahan harus selalu dipastikan kebersihannya
sehingga terhindar dari adanya kontaminasi. Peralatan dapat
dibersihkan sebelum dan sesudah digunakan dalam proses

44 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


pascapanen. Peralatan seperti wadah dipastikan dalam kondisi
bersih serta memiliki sifat bahan yang kuat atau tidak mudah
koyak. Secara teknis, dalam penanganan pascapanen, tanaman
obat atau pengolahan simplisia membutuhkan beberapa
peralatan, seperti bak pencucian bertingkat, keranjang
pencucian, air sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan, rak
penirisan, rak pengering, alat pengukur suhu serta
kelembapan, oven pengering, wadah, timbangan, kemasan,
gudang tempat penyimpanan, dan label.

Sumber Daya Manusia (SDM)


Penerapan penanganan pascapanen yang baik dan berkaitan
dengan sumber daya manusia, meliputi tiga hal di bawah ini:
a. Pelatihan
Proses pascapanen dilakukan oleh orang yang sudah terlatih
serta memiliki kompetensi di bidang pascapanen. Dengan
demikian, pelaksana proses pascapanen harus mengikuti
pelatihan atau pun magang. Seseorang, dalam melakukan
kegiatan pascapanen, perlu memiliki pengetahuan terkait
identifikasi jenis tanaman yang dibudidaya sehingga terhindar
dari kesalahan-kesalahan saat penanganan pascapanen.

Cahyo Indarto, Ph.D 45


Kebersihan individu serta lingkungan perlu dijaga untuk
mencegah adanya cemaran dari mikroba atau sebagainya.
b. Kebersihan
Aspek penting yang perlu dijaga dalam upaya mencegah
terjadinya kontaminasi pada bahan baku simplisia yang
disebabkan oleh bahan pencemar adalah aspek kebersihan.
Fasilitas yang perlu disediakan dalam rangka menjaga
kebersihan terutama pada individu atau pekerja yaitu dengan
adanya kamar mandi yang dilengkapi dengan tisu, handuk,
serta sabun. Selain itu, individu juga perlu dipastikan dalam
keadaan tidak sakit dan tidak memiliki luka atau infeksi kulit
saat melaksanakan kegiatan pascapanen.
c. Keamanan
Pelaksana kegiatan pascapanen harus menggunakan pakaian
dan sepatu khusus sebelum memulai kegiatannya. Tujuan
penggunaan pakaian dan sepatu ini adalah untuk melindungi
tubuh. Alat pelindung diri yang sesuai, selain pakaian dan
sepatu, yaitu masker, penutup kepala, dan sarung tangan.
Selain alat perlindungan untuk diri individu, juga perlu
diperhatikan oleh setiap individu terkait kondisi lingkungan
yang meliputi suara bising, suhu terlalu tinggi atau pun rendah,

46 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


alergi terhadap jenis tanaman tertentu, debu, serta gigitan
serangga.

3. Prosedur Pembuatan Simplisia Cabe Jamu


Pengelolaan pascapanen cabe jamu bertujuan untuk membuat
simplisia nabati yang dapat dikonsumsi secara langsung,
sebagai bahan baku produk olahan dari cabe jamu, bahan baku
industri, dan untuk keperluan ekspor. Pembuatan simplisia
cabe jamu terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Sortasi 1
Cabe jamu hasil panen yang berada dalam wadah dilakukan
sortasi untuk memisahkan buah yang sudah rusak dan masih
bagus. Selain itu, sortasi pertama ini juga digunakan untuk
memisahkan benda asing selain buah cabe jamu, seperti
rumput, kerikil, tanah, tanaman lain, kotoran, dan bagian
tanaman yang tidak digunakan dalam pembuatan simplisia.
Sortasi pertama bertujuan untuk menjaga kemurnian dari buah
cabe jamu, menghindari kontaminasi awal yang dapat
mengganggu proses berikutnya, serta memperoleh buah cabe
jamu dengan ukuran dan jenis yang sama. Dengan demikian,
saat proses pemisahan buah yang masih bagus dan sudah

Cahyo Indarto, Ph.D 47


rusak, sekaligus dilakukan penyeragaman jenis dan ukuran
cabe jamu. Proses sortasi, terutama saat tahap penyeragaman
buah cabe jamu, memerlukan kecermatan dan ketelitian.
Pemisahan kotoran yang berukuran kecil dapat dilakukan
menggunakan nyiru dengan arah gerakan ke atas, bawah, dan
juga memutar sehingga kotoran dapat terpisah dari buah cabe
jamu yang akan digunakan sebagai bahan simplisia. Sortasi
pertama ini dapat juga dilakukan secara bersamaan dengan
proses pencucian sekaligus penirisan. Pencucian dilakukan
menggunakan air bersih dengan bahan yang dicuci bolak-balik
untuk memisahkan kotoran yang menempel. Bahan simplisia
yang sudah bersih kemudian dilakukan penirisan.

b. Pencucian
Tahap pencucian bertujuan untuk menghilangkan tanah,
kotoran, atau benda asing lainnya yang menempel pada buah
cabe jamu. Air yang digunakan saat pencucian adalah air
bersih yang sesuai dengan standar air minum, air dari sumber
mata air, air PDAM, atau air sumur. Bahan yang mengandung
senyawa aktif dan mudah larut dalam air, proses pencuciannya
dilakukan secara cepat atau tidak dilakukan perendaman.
Pencucian sebaiknya menggunakan air mengalir supaya

48 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


kotoran yang menempel pada buah cabe jamu dapat luruh dan
mudah terbawa air. Tempat pencucian dilakukan di dalam bak
pencucian, yang sebelum dan sesudah digunakan, dibersihkan
terlebih dulu. Bahan simplisia dalam jumlah besar akan lebih
efektif dicuci dalam bak bertingkat dengan konsep air
mengalir. Hal ini dikarenakan jika terdapat kotoran yang sukar
untuk dibersihkan, dapat dihilangkan menggunakan
penyemprotan air dengan tekanan tinggi. Proses pencucian
dilakukan dengan teliti, terutama pada buah cabe jamu yang
tumbuhnya berada dekat dengan permukaan tanah.

c. Penirisan
Penirisan merupakan tahap yang dilakukan setelah bahan
simplisia dicuci bersih. Tujuan proses penirisan adalah untuk
meminimalisir atau menghilangkan sisa-sisa air di permukaan
buah cabe jamu. Penisiran dilakukan pada rak-rak sedemikian
rupa dengan tujuan untuk mencegah bertambahnya kandungan
air serta pembusukan. Selama proses penirisan, untuk
mempercepat penguapan, bahan dibolak-balik di tempat teduh
dengan kondisi aliran udara yang cukup sehingga terhindar
dari pembusukan.

Cahyo Indarto, Ph.D 49


d. Pengeringan
Cabe jamu jarang dikonsumsi atau pun dijual dalam bentuk
segar karena setelah masa panen buah lebih cepat membusuk
dan tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Dengan demikian, cabe jamu dilakukan pengeringan
(simplisia) untuk memperpanjang umur simpan produk.
Proses pengeringan saat pascapanen perlu diperhatikan. Hal
ini karena dapat memengaruhi kandungan yang ada pada cabe
jamu. Tujuan dari proses pengeringan adalah untuk
mengurangi kadar air, menghentikan reaksi enzimatis, buah
cabe jamu tidak cepat mengalami kerusakan, mencegah
pertumbuhan mikroorganisme pengganggu, serta untuk
memperpanjang masa penyimpanan. Apabila sel pada
tanaman ada yang tidak berfungsi, maka dapat menyebabkan
proses metabolisme terhenti. Tanaman obat memiliki senyawa
aktif yang berada dalam ikatan kompleks sehingga
memerlukan proses enzimatik. Selain itu, terdapat senyawa
aktif yang mudah menguap. Dengan dilakukannya penundaan,
pengeringan dapat menurunkan kadar senyawa aktif.
Pengeringan dilakukan sampai kadar air buah cabe jamu ≤
10% atau ditandai dengan perubahan teksturnya yang keras
dan warna buahnya yang menghitam. Pengeringan pada bahan

50 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


simplisia dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengeringan
secara alami dan pengeringan buatan. Proses pengeringan
secara alami dapat menggunakan panas matahari atau diangin-
anginkan, sedangkan pengeringan buatan menggunakan alat
bantu berupa uap panas, oven, atau alat pengering lainnya.

Pengeringan dengan Panas Matahari


Pengeringan menggunakan panas matahari atau biasa disebut
dengan penjemuran (Gambar 17 dan Gambar 18).
Pengeringan dengan cara ini digunakan untuk mengeringkan
bagian tanaman yang sifatnya keras, seperti kulit kayu, kayu,
biji, serta tanaman yang mengandung senyawa aktif yang
terbilang stabil. Kelebihan dari pengeringan dengan
memanfaatkan panas matahari adalah mudah dan murah,
sedangkan kelemahannya adalah kecepatan pengeringan yang
bergantung pada kondisi cuaca. Lama pengeringan ketika
cuaca normal dapat memakan waktu sekitar tiga hari,
sedangkan jika cuaca mendung sekitar tujuh hari. Pengeringan
secara manual ini biasa digunakan oleh para petani. Resiko
terjadinya kontaminasi kapang atau mikroba lain ketika tahap
pengeringan itu besar. Hal ini dikarenakan mikroba dapat
tersebar dengan mudah melalui udara, dan juga mengingat

Cahyo Indarto, Ph.D 51


pengeringan yang memanfaatkan panas matahari dilakukan di
luar ruangan. Pengeringan di luar ruangan dilakukan dengan
cara meletakkan bahan simplisia cabe jamu di atas karung
sebagai alasnya. Karung yang digunakan sebagai alas sendiri
diletakkan di bawah dan menempel dengan tanah atau
pelataran tempat pengeringan. Penggunaan alas yang kontak
langsung dengan bahan sebaiknya menggunakan alas yang
bersih dan kering untuk mencegah adanya kontaminasi,
sedangkan peletakan alas sebaiknya dibuatkan landangan yang
bertempat di atas tanah padat berumput.

Gambar 17. Penjemuran Gambar 18. Penjemuran Cabe


Cabe Jamu oleh Petani Jamu oleh Pengepul

Terdapat proses yang disebut praperlakuan blanching


sebelum cabe jamu dilakukan penjemuran menggunaakan

52 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


sinar matahari. Praperlakuan blanching dilakukan dengan cara
memasak air hingga mendidih. Kemudian, buah cabe jamu
yang akan dijemur dimasukkan ke dalam air mendidih selama
tujuh menit. Setelah tujuh menit, dilakukan penirisan dan
dilanjutkan ke tahap penjemuran. Blanching dengan air panas
sudah umum menjadi praperlakuan sebelum pengeringan. Air
panas yang digunakan berada pada suhu konstan antara 70-
100 ̊C. Proses penjemuran dengan praperlakuan blanching
memakan waktu lima hingga tujuh hari sampai mendapatkan
cabe jamu kering. Tujuan dilakukan praperlakuan blanching
adalah untuk menghancurkan mikroorganisme,
menonaktifkan enzim, mengeluarkan udara antar sel dari
jaringan, laju pengeringan dapat dipercepat dengan cara
mengubah sifat fisik sampel seperti permeabilitas membran
sel, serta meningkatkan mutu buah cabe jamu yang
dikeringkan. Blanching air panas yang dilakukan secara
konvensional menjadi metode yang sering digunakan karena
pengoperasiannya mudah serta alat-alat yang digunakan
sederhana dan mudah didapatkan. Berdasarkan hasil penelitian
yang membandingkan adanya alkaloid, flavonoid, terpenoid,
steroid, tanin, serta saponin menggunakan uji skrining
fitokimia antara buah cabe jamu yang dikeringkan

Cahyo Indarto, Ph.D 53


menggunakan matahari dan diangin-anginkan, didapatkan
hasil secara kualitatif, yaitu pada dua perlakuan memiliki hasil
yang sama (Safitri & Syafitri, 2022). Tabel 10 merupakan
hasil uji skrinning fitokimia buah cabe jamu dengan
pengeringan matahari dan diangin-anginkan.

Tabel 10. Hasil Uji Skrinning Fitokimia


Senyawa Fitokimia Pengeringan Kering-
Matahari Angin
Alkaloid
- Mayer + +
- Wagner + +
- Dragendorf + +
Flavonoid + +
Terpenoid - -
Steroid + +
Tanin - -
Saponin - -
Sumber: (Safitri & Syafitri, 2022)

Pengeringan dengan Diangin-anginkan


Pengeringan menggunakan cara alami yang lain adalah dengan
diangin-anginkan. Pengeringan cara ini dilakukan untuk
mengeringkan bahan yang sifatnya lunak, seperti daun, bunga,
dan juga tanaman dengan kandungan senyawa aktif yang
mudah menguap. Pengeringan yang dilakukan dengan cara
diangin-anginkan memang sederhana dan tidak mengeluarkan

54 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


banyak biaya. Lama waktu yang dihabiskan jenis metode
pengeringan ini untuk memperoleh cabe jamu kering yaitu tiga
hingga empat minggu. Waktu yang digunakan lebih lama jika
dibandingkan dengan pengeringan menggunakan sinar
matahari yang sebelumnya dilakukan praperlakuan.
Pengeringan yang terlalu lama untuk mendapatkan kadar air
yang sesuai dapat memicu pembusukan oleh mikroba (Safitri
& Syafitri, 2022).

Pengeringan Buatan dengan Alat Pengering


Pengeringan buatan biasanya digunakan pada skala industri
dengan produksi simplisia dalam jumlah yang besar. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan buatan
yaitu kelembapan udara, aliran udara, suhu pengeringan, lama
waktu pengeringan, serta luas permukaan bahan. Berbanding
terbalik dengan pengeringan menggunakan panas matahari
yang perlu memperhatikan kondisi cuaca, pengeringan dengan
cara buatan tidak dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Namun, cara
pengeringan ini dapat menimbulkan face hardening, di mana
bahan pada bagian luar telah kering, sedangkan pada bagian
dalam bahan masih basah. Salah satu penyebab face hardening

Cahyo Indarto, Ph.D 55


yaitu karena suhu pengeringan disetel terlalu tinggi, sedangkan
waktu pengeringan terlalu singkat.
Suhu pengeringan dapat disetel berbeda-beda, tergantung
dari jenis bahan simplisia dan cara pengeringannya.
Umumnya, suhu yang digunakan untuk pengeringan bahan
simplisia adalah ≤ 60 ̊C. Bahan simplisia dengan senyawa aktif
yang tidak tahan panas dan mudah menguap dapat dikeringkan
dengan suhu berkisar 30-40 ̊C. Terdapat beberapa faktor yang
memengaruhi kelembapan di ruang pengering, di antaranya
yaitu jenis bahan simplisia, cara, dan serangkaian tahapan
selama pengeringan. Selama proses pengeringan berlangsung,
kelembapan akan menurun. Hasil simplisia dengan proses
pengeringan buatan biasanya menghasilkan kualitas yang
lebih baik karena tingkat kekeringan simplisia lebih seragam
dalam waktu yang relatif singkat dan tanpa adanya pengaruh
dari kondisi cuaca.
Salah satu alat pengering yang dapat digunakan yaitu oven
kabinet. Oven kabinet dapat diaplikasikan pada industri-
industri pangan yang mengolah bahan dalam jumlah banyak.
Penelitian oleh Muhammad et al. (2021), melakukan
perhitungan hasil kadar abu, kadar air, serta kadar piperin pada
beberapa sampel buah cabe jamu yang meliputi buah cabe

56 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


jamu segar, pengeringan matahari, pengeringan dengan oven
kabinet suhu 40 ̊C, 50 ̊C, dan 60 ̊C, yang selanjutnya
dibandingkan dengan nilai komersial yang disesuaikan syarat
mutu. Nilai kadar abu hasil perhitungan yang diperoleh pada
beberapa sampel buah cabe jamu tidak berbeda nyata, dengan
nilai terendah 5,15% dan nilai tertinggi 5,49% (Tabel 11).
Berdasarkan standar mutu yang ditetapkan terhadap kadar air,
produk cabe jamu adalah 10%. Oleh karena itu, pengeringan
yang dilakukan menggunakan oven kabinet untuk mencapai
kadar air 10% tersebut diperlukan waktu 75 jam untuk suhu
40 ̊C, 46 jam pada suhu 50 ̊C, dan 25 jam pada suhu 60 ̊C,
sedangkan untuk pengeringan matahari dibutuhkan waktu
selama 46 jam. Hasil perhitungan kadar air buah cabe jamu
dengan pengeringan matahari, oven kabinet, maupun
komersial diperoleh nilai yang tidak jauh berbeda (Tabel 12).
Kadar air pada sampel komersial memiliki nilai lebih rendah
dibandingkan sampel-sampel yang lain. Hal ini dikarenakan
pada sampel komersial, pengeringan dilakukan dalam waktu
yang lebih lama dengan bantuan sinar matahari. Metode yang
digunakan dalam pengeringan berpengaruh terhadap
kandungan piperin produk. Piperin adalah senyawa umum
pada bahan baku obat-obatan yang tergolong alkaloid. Nilai

Cahyo Indarto, Ph.D 57


piperin tertinggi diperoleh produk yang dikeringkan
menggunakan matahari, sedangkan nilai piperin pada
pengeringan oven kabinet suhu 50 ̊C dan 60 ̊C tidak berbeda
nyata, tetapi berbeda nyata pada perlakuan suhu 40 ̊C dan 60 ̊C
(Tabel 13).
Tabel 11. Kadar Abu
No. Sampel Kadar Abu
1 Segar 5,29 %
2 Pengeringan matahari 5,23 %
3 Oven kabinet 40 C
̊ 5,32 %
4 Oven kabinet 50 C ̊ 5,49 %
5 Oven kabinet 60 C ̊ 5,18 %
6 Komersial 5,15 %
Sumber: (Muhammad et al., 2021)

Tabel 12. Kadar Air


Kadar Air
Kadar Air
No. Sampel Basis
Basis Basah
Kering
1 Segar 195,38 % 66,15 %
2 Pengeringan 9,77 % 8,88 %
matahari
3 Oven kabinet 40 C
̊ 11,12 % 9,99 %
4 Oven kabinet 50 C ̊ 10,35 % 9,37 %
5 Oven kabinet 60 C ̊ 10,79 % 9,73 %
6 Komersial 10,03 % 8,96 %
Sumber: (Muhammad et al., 2021)

58 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


Tabel 13. Kadar Piperin
No. Sampel Kadar Piperin
1 Segar 3,52 %
2 Pengeringan matahari 2,86 %
3 Oven kabinet 40 C
̊ 2,03 %
4 Oven kabinet 50 C ̊ 2,17 %
5 Oven kabinet 60 C ̊ 2,25 %
6 Komersial 2,26 %
Sumber: (Muhammad et al., 2021)
Berdasarkan hasil penelitian oleh Yosika et al. (2020),
perubahan karakteristik atau sifat fisik pada cabe jamu dapat
terjadi setelah mengalami proses pengeringan. Perubahan
karakteristik pada cabe jamu meliputi panjang, lebar, tebal,
dan massa.

Panjang
Proses pengeringan dapat menyebabkan panjang buah cabe
jamu menyusut. Saat jam ketiga pengeringan, cabe jamu segar
akan mengalami penyusutan, tetapi belum konstan. Nilai
penyusutan panjang buah cabe jamu mencapai 65,60%,
terhitung dari awal sampai akhir proses pengeringan. Hal ini
berbeda dengan cabe jamu pra-blanching yang sudah mulai
menyusut 92,2% saat jam ketiga pengeringan, lalu hampir
konstan ketika akhir proses pengeringan dan diperoleh nilai
penyusutan 67,14%. Cabe jamu dengan perlakukan pra-

Cahyo Indarto, Ph.D 59


blanching lebih cepat mencapai penyusutan konstan
dibandingkan dengan cabe jamu segar. Penyusutan panjang
pada buah cabe jamu dapat terjadi karena proses pengeringan
akan mengakibatkan terbukanya dinding sel. Dinding sel yang
terbuka disebabkan karena hilangnya membran sel seiring
dengan peningkatan waktu pengeringan. Peningkatan waktu
dan suhu ketika pengeringan dapat mengakibatkan hilangnya
komponen air dan pati di dalam sel. Kondisi demikian
menyebabkan sel mengalami pengecilan ukuran yang akan
berpengaruh terhadap penyusutan panjang buah cabe jamu.

Lebar
Lebar buah cabe jamu saat proses pengeringan mengalami
penyusutan, yang pengamatannya dilakukan dengan
mengukur diameter tengah buah cabe jamu. Lama waktu
pengeringan ditentukan oleh diameter buah cabe jamu, di
mana semakin besar diameter maka semakin lama waktu yang
digunakan saat proses pengeringan. Nilai penyusutan lebar
pada buah cabe jamu segar di awal pengeringan yaitu 81,87%,
yang selanjutnya di akhir pengeringan menurun menjadi
58,82%, sedangkan pada cabe jamu pra-blanching mengalami
penyusutan 92,24% saat jam ketiga pengeringan dan menurun

60 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


pada akhir pengeringan menjadi 61,65%. Penggunaan metode
blanching dapat mempercepat proses penguapan air. Porositas
dan juga perlakuan bahan setelah pengeringan dapat
memengaruhi besar penyusutan lebar buah cabe jamu. Nilai
penyusutan cabe jamu sedikit karena setelah proses
pengeringan selama enam jam cabe jamu menjadi lebih padat
dan kaku. Glassy state dapat terjadi pada pengeringan,
sehingga kekakuan buah cabe jamu meningkat mobilitas
padatan dalam matriks menurun. Kondisi demikian dapat
menyebabkan pembentukan retakan dan pori-pori berkurang
sehingga dapat mengurangi penyusutan serta bentuk produk
dapat dipertahankan.

Tebal
Cabe jamu segar mengalami penyusutan 74,74% saat
pengeringan jam ketiga. Nilai penyusutan akan sedikit
mengalami penurunan hingga proses pengeringan berakhir,
yaitu 59,09%. Cabe jamu pra-blanching mengalami
penyusutan pada jam ketiga pengeringan, yaitu 92,35%. Akhir
pengeringan nilai penyusutan diperoleh 63,68%. Besar
diameter memengaruhi penyusutan tebal buah cabe jamu.
Nilai penyusutan ditentukan dengan parameter dasar, yaitu

Cahyo Indarto, Ph.D 61


laju pengeringan. Menurunnya diamater bahan dapat
meningkatkan laju pengeringan. Kecepatan laju pengeringan
juga dapat ditentukan dari struktur sel bahan. Kecepatan
penguapan air dari matriks padatan dapat ditentukan dari
tingkat kelembapan udara. Ketika awal proses pengeringan,
permukaan luar bahan akan terjadi pengerasan. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya penurunan volume bahan.

Massa
Terjadinya penurunan massa buah cabe jamu menjadi hal yang
mudah diamati dari pertama kali proses pengeringan dimulai
hingga selesai. Massa cabe jamu segar berkurang menjadi
92,24%, yang selanjutnya akan terus berkurang hingga
26,58% dari massa awal di akhir proses pengeringan.
Penurunan massa terjadi secara cepat pada jam keenam
pengeringan hari pertama. Namun, pada hari keempat,
pengeringan akan melambat. Cabe jamu yang sebelum
dikeringkan dilakukan pra-blanching, massa menyusut hingga
81,33% dari massa awal pada jam ketiga pengeringan, lalu
mengalami penyusutan lagi menjadi 25,47%. Jam keenam
pengeringan, penurunan massa cabe jamu sudah konstan
hingga hari akhir pengeringan. Dengan demikian, massa akhir

62 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


yang diperoleh dari hasil pengeringan antara cabe jamu segar
dan cabe jamu pra-blanching, lebih sedikit massa akhir yang
diperoleh cabe jamu pra-blanching dan juga dengan waktu
yang lebih cepat untuk mencapai konstan. Hal ini berarti massa
air akan cepat mengalami penurunan saat proses pengeringan
jika dilakukan blanching terlebih dulu. Blanching akan
mempermudah penurunan hingga pembuangan air pada buah
cabe jamu dengan cara melemahkan struktur dinding sel
sehingga akan terjadi perpindahan air yang keluar dari dalam
sel. Penyusutan massa cabe jamu selama pengeringan, selain
karena hilangnya kadar air, juga disebabkan adanya
gelatinisasi pati dalam sel.

e. Sortasi 2
Prinsip sortasi kedua sama dengan sortasi pertama yang
dilakukan secara manual. Namun, bedanya, pada sortasi kedua
dilakukan pada simplisia sebelum dikemas. Tujuan
dilakukannya sortasi kedua yaitu untuk memisahkan antara
simplisia yang sudah kering sempurna dengan simplisia yang
belum kering. Selain itu, pada tahapan sortasi kedua juga
dipastikan tidak ada lagi benda asing yang terbawa bersama
simplisia. Penyeragaman menurut jenis dan ukuran simplisia

Cahyo Indarto, Ph.D 63


juga dilakukan dengan tujuan tertentu, seperti pemenuhan
standar mutu yang telah ditetapkan.

f. Pengemasan
Tahap pengemasan simplisia memengaruhi kualitas karena
berkaitan dengan proses distribusi serta penyimpanan.
Pengemasan bertujuan untuk melindungi simplisia dari faktor
luar, seperti kelembapan, cahaya, suhu, cemaran mikroba, atau
pun serangga pengganggu ketika proses pengangkutan hingga
distribusi, serta penyimpanan. Proses pengemasan dilakukan
setelah sortasi, di mana untuk simplisia cabe jamu segera
dimasukkan dalam kemasan yang bersih. Bahan pengemas
yang sesuai harus kedap air dan udara. Beberapa jenis
simplisia, salah satunya simplisia cabe jamu, dapat disimpan
pada karung yang terbuat dari plastik, goni, jerami, atau
disimpan dalam kain katun. Jenis kemasan yang baik untuk
cabe jamu adalah karung goni. Menurut Retnani et al. (2009),
karung goni memiliki pori-pori yang relatif lebih besar
dibandingkan dengan karung plastik. Hal ini dapat
memudahkan penetrasi gas saat fumigasi dan sirkulasi udara
terjadi dengan lancar sehingga kelembapan dan suhu cabe
jamu kering (simplisia) dapat dipertahankan (Gambar 19).

64 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


Simplisia yang berupa herbal untuk mempermudah ketika
pengemasan, umumnya ditekan terlebih dahulu supaya padat
dan selanjutnya dijahit pada tiap sisinya. Terdapat beberapa
persyaratan bahan kemas, yaitu memiliki kemampuan untuk
mencegah terjadinya kerusakan, mudah digunakan, tidak
terlalu berat, harga relatif murah, dan bersifat netral yang
artinya tidak menimbulkan reaksi seperti terjadi perubahan
warna, bau, rasa, kadar air, serta kandungan senyawa aktifnya.

Gambar 19. Jenis Kemasan Karung Goni

Cahyo Indarto, Ph.D 65


g. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan upaya yang dilakukan dalam
mempertahankan kualitas dan kestabilan senyawa aktif cabe
jamu sehingga tetap sesuai dengan persyaratan mutu yang
berlaku. Penyimpanan bertujuan sebagai stok saat hasil panen
yang diperoleh melebihi kebutuhan dan supaya simplisia cabe
jamu tersedia setiap saat jika diperlukan. Adapun beberapa
faktor yang dapat menyebabkan simplisia cabe jamu
mengalami kerusakan atau penurunan mutu yaitu cahaya,
oksidasi, dehidrasi, reaksi kimiawi internal, absorpsi air,
kontaminasi, kapang, dan serangga. Faktor cahaya karena
adanya sinar dengan panjang gelombang tertentu yang dapat
memengaruhi mutu simplisia, misalnya akibat dari terjadinya
isomerasi dan polimerasi. Faktor oksidasi yang terjadi pada
senyawa aktif simplisia karena adanya oksigen. Hal ini
mengakibatkan simplisia mengalami penurunan mutu. Faktor
dehidrasi terjadi apabila kelembapan di luar lebih rendah
dibandingkan di dalam simplisia sehingga akan terjadi
kehilangan air (shrinkage). Reaksi kimiawi internal adalah
proses terjadinya proses polimerisasi, autoksidasi, serta
fermentasi yang menyebabkan simplisia mengalami
perubahan kimia. Absorpsi air memengaruhi simplisia

66 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


higroskopis yang dapat menyerap air dari lingkungan. Faktor
kontaminasi, kapang, dan serangga merupakan bentuk adanya
cemaran yang menyerang simplisia. Simplisia dalam gudang
penyimpanan harus menerapkan kaidah first in first out, yaitu
barang yang masuk atau disimpan lebih awal adalah barang
yang harus dikeluarkan terlebih dulu. Penyimpanan simplisia
dilakukan dalam gudang dengan kriteria lantai gudang yang
terbuat dari semen atau beton, peletakan pallet di atas lantai,
bersih, atap gudang dalam kondisi baik atau tidak bocor,
terdapat ventilasi dan sirkulasi udara yang lancar, serta
pemeliharaan gudang penyimpanan dari gangguan hama
(Faridawaty et al., 2019). Gambar 20 merupakan gudang
tempat penyimpanan cabe jamu kering.

Gambar 20. Gudang Penyimpanan

Cahyo Indarto, Ph.D 67


Produk Olahan Cabe
Jamu
Produk olahan merupakan suatu makanan maupun minuman
yang dalam pembuatannya melalui beberapa proses, seperti
pengeringan, perebusan, pengemasan, dan sebagainya. Cabe
jamu sering dijumpai dengan diolah menjadi produk kering
atau simplisia cabe jamu yang hanya melalui proses
pengeringan atau penjemuran. Adapun beberapa daerah
memanfaatkan cabe jamu sebagai bahan baku utama atau pun
bahan tambahan untuk masakan dan minuman seperti ramuan,
teh, dan kopi. Berikut merupakan contoh produk olahan dari
cabe jamu dan prosedur pembuatannya.

1. Serbuk Simplisia Cabe Jamu


Pembuatan serbuk simplisia pada penelitian (Syafitri et al.,
2022), digunakan untuk melakukan uji karakteristik yang
meliputi identifikasi makroskopis serta mikroskopis, cemaran
mikroba, susut pengeringan, kadar sari larut air, dan kadar sari

68 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


larut etanol. Berikut langkah-langkah dalam membuat serbuk
simplisia cabe jamu.
- Buah cabe jamu dipisahkan dari buah yang sudah
rusak, kotoran, dan benda asing lainnya.
- Bahan simplisia dicuci dengan air bersih yang
mengalir sekaligus dilakukan penirisan.
- Selanjutnya, proses pengeringan menggunakan oven
dengan suhu 40 ̊C sampai diperoleh cabe jamu kering.
- Hasil pengeringan kemudian dihaluskan menggunakan
blender yang selanjutnya diayak untuk mendapatkan
serbuk simplisia yang benar-benar halus.

2. Ramuan Cabe Jamu


Cabe jamu bermanfaatan bagi kesehatan dan dapat digunakan
sebagai obat tradisional berupa ramuan seperti yang
dirangkum dalam buku Seri Mengenal Tanaman Obat Cabe
Jawa oleh Santoso (2021). Beberapa ramuan berbahan baku
cabe jamu untuk mengatasi bermacam-macam penyakit adalah
sebagai berikut:
- Ramuan untuk masuk angin
Bahan yang digunakan meliputi tiga buah cabe jamu, daun
kesumba keling, dan daun poko masing-masing tiga per empat

Cahyo Indarto, Ph.D 69


genggam, serta tiga jari gula enau. Bahan-bahan dibersihkan
dengan cara dicuci, lalu dipotong-potong seperlunya,
selanjutnya direbus dengan tiga gelas air bersih hingga tersisa
dua seperempat gelas. Ramuan yang sudah dingin lalu
dilakukan penyaringan.
- Ramuan untuk demam
Sebanyak tiga gram buah cabe jamu dicuci hingga bersih, lalu
dikeringkan. Cabe jamu kering selanjutnya dihaluskan untuk
memperoleh serbuk. Serbuk cabe jamu diseduh dengan
setengah gelas air panas, dan untuk ampasnya tidak perlu
disaring.
- Ramuan untuk sakit gigi
Bagian daun segar cabe jamu diambil sebanyak tiga lembar,
lalu dicuci, dan ditumbuk. Hasil tumbukan diseduh
menggunakan setengah gelas air panas, selanjutnya air
disaring dan digunakan untuk kumur-kumur.
- Ramuan untuk membersihkan rahim setelah
melahirkan
Sebanyak tiga gram akar cabe jamu dihaluskan dengan cara
digiling, lalu diseduh dengan air panas.

70 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


- Ramuan untuk pencernaan yang terganggu
Cabe jamu kering sebanyak lima gram ditumbuk hingga halus,
lalu ditambahkan madu dan air secukupnya sambil diaduk
sampai merata.
3. Minuman Serbuk Cabe Jamu
Inovasi produk berbahan baku cabe jamu oleh Rozci et al.
(2022) merupakan bentuk pengembangan produk dari hasil
budidaya cabe jamu yang dilakukan oleh warga RW 14,
Kelurahan Sukorejo, Blitar. Produk minuman ini diberi nama
“Minuman Serbuk Rasa Cayang (Cabe Puyang)”. Adapun
langkah-langkah pembuatan produk yaitu sebagai berikut:
- Bahan baku: cabe jamu 100 gram, puyang 300 gram,
jahe 150 gram, kencur 100 gram, kunyit 250 gram,
serai 50 gram, dan alang-alang 25 gram.
- Seluruh bahan baku kemudian dibersihkan dengan cara
dicuci.
- Selanjutnya, proses penggilingan jahe, kencur, kunyit,
dan puyang. Proses penggilingan bertujuan untuk
memudahkan dalam pengambilan sari.
- Menambahkan air sebanyak 1.000 mL pada bahan-
bahan yang sudah digiling untuk memperoleh sari.

Cahyo Indarto, Ph.D 71


- Sambil menunggu endapan dari sari penggilingan
sekitar 30 menit, dilakukan perebusan pada serai,
alang-alang, cabe jamu, kapulaga, serta kayu manis
dengan air yang digunakan untuk mrebus sebanyak
1.000 mL. Lama perebusan dilakukan hingga air
menjadi setengah bagian.
- Setelah 30 menit, sari penggilingan diambil dan untuk
sisa endapan disisihkan. Sari penggilingan sekaligus
sari rebusan yang sudah disaring kemudian disatukan
dan dilakukan perebusan. Bahan yang ditambahkan
saat proses perebusan yaitu gula pasir dan gula batu.
Saat proses perebusan sambil dilakukan pengadukan
hingga mengkristal.
- Bahan hasil pengkristalan dihaluskan dan dilakukan
pengayakan serta penyaringan untuk mendapatkan
hasil yang benar-benar halus.
- Bahan yang sudah dihaluskan kemudian ditimbang dan
dikemas.

72 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


4. Minuman Sari Buah Cabe Jamu
Cabe jamu dapat dimanfaatkan sebagai minuman fungsional
dengan menjadikannya sebagai bahan baku utamanya. Dengan
demikian, penelitian yang dilakukan oleh (Yuliatmoko &
Febria, 2018) mencoba membuat suatu kreasi dengan
mengangkat formula minuman fungsional berupa sari buah
cabe jamu. Cabe jamu dipilih karena terdapat beberapa
kandungan senyawa antioksidan di dalamnya. Cabe jamu
sebagai bahan utama yang digunakan dapat berupa cabe jamu
dalam bentuk segar atau cabe jamu yang sudah dikeringkan.
Berikut merupakan tahap-tahap pembuatan produk.
- Bahan utama yang digunakan adalah buah cabe jamu
yang sudah dapat dipanen.
- Sebanyak lima gram cabe jamu kemudian dikeringkan
dengan memanfaatkan sinar matahari.
- Setelah proses pengeringan selesai, cabe jamu dicuci
menggunakan air bersih dan dilakukan pengepresan
dengan press hidrolik.
- Cabe jamu dihaluskan menggunakan blender sekitar
dua hingga tiga menit dengan kecepatan 180 rpm.

Cahyo Indarto, Ph.D 73


- Cabe jamu yang sudah dihaluskan kemudian diambil
cairannya dengan cara disaring dan diaging selama
empat hingga lima jam di dalam kulkas.
- Cairan cabe jamu dikeluarkan dari kulkas dan
dilakukan penyaringan kembali. Hasil saringannya
dapat ditambahkan madu dan asam sitrat.
- Setelah tercampur rata, sari cabe jamu dikemas dan
selanjutnya dipasteurisasi pada suhu 65 ̊C selama 30
menit. Selesai proses pasteurisasi, sari cabe jamu
didinginkan.

74 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


Riset tentang
Pascapanen dan
Manfaat Kesehatan
Cabe Jamu
1. Kopi Jamu
Cabe jamu adalah adalah simplisia yang umum tumbuh di
Pulau Madura dan memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan,
salah satunya adalah sebagai ramuan penghangat tubuh, sama
halnya dengan jahe yang dapat dicampur dengan beberapa
jenis minuman, seperti kopi, teh, maupun susu. Belakangan
ini, minuman herbal sudah merebak beredar di pasaran dengan
tampilan produknya yang lebih menarik karena kemasan dan
ragam variasi produk yang ditawarkan.
Salah satu penelitian mengenai produk kopi cabe jamu
adalah penelitian yang dilakukan oleh (Suhardi & Subari,
2020). Menurutnya, salah satu perusahaan yang memproduksi
kopi cabe jamu yang menjadi tempat penelitiannya mampu
memproduksi sekitar 140 kilogram kopi dengan racikan cabe
jamu per bulannya. Kopi jamu di Madura terbuat dari 3

Cahyo Indarto, Ph.D 75


kilogram kopi bubuk, 0,25 kilogram temu lawak bubuk, 0,25
kilogram kunyit bubuk, dan 1 kilogram bubuk cabe jamu
kering. Pada penelitian ini, disimpulkan bahwa usaha kopi
cabe jamu dinyatakan layak dijalankan dan dikembangkan
menurut analisa ekonomi.

2. Teh Cabe Jamu


Cabe jamu biasanya digunakan sebagai bahan tambahan dalam
pembuatan minuman herbal, padahal cabe jamu merupakan
salah satu tanaman yang sangat berkhasiat bagi tubuh sehingga
perlu dilakukan tindakan lebih lanjut mengenai pengembangan
produk berbasis cabe jamu sebagai bahan baku utama. Oleh
karena itu, Ulya et al., (2020) melakukan penelitian tentang
minuman teh cabe jamu menggunakan metode value
engineering yang terdiri dari lima tahapan. Tahapan yang
pertama yaitu penentuan faktor-faktor sebagai dasar alternatif
pada pengembangan produk. Tahap yang kedua yaitu tahapan
kreatif berupa pengembangan alternatif terpilih pada tahap
informasi. Alternatif terpilih tersebut berupa faktor seduhan
yang meliputi beberapa parameter, yaitu rasa, warna dan
aroma, berat serbuk cabe jamu per kantong, jenis kemasan
yang digunakan, dan dilengkapinya benang pada kemasan.

76 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


Tahap yang ketiga yaitu tahap analisis yang digunakan untuk
mencari bobot dan performa dari setiap faktor dan atribut yang
telah ditetapkan tersebut. Selanjutnya adalah memilih
alternatif pengembangan produk berdasarkan gabungan dari
setiap faktor pada atribut dengan menjumlahkan nilai
performansi keseluruhannya. Tahap selanjutnya adalah tahap
pengembangan. Pada tahap ini, dilakukan analisis biaya dan
perhitungan nilai. Nilai yang dimaksud merupakan hasil dari
rasio antar tiap performansi yang dihasilkan dengan biaya
dibutuhkan. Alternatif yang bernilai terbesar pastinya akan
dipilih untuk menjadi alternatif terbaik untuk selanjutnya akan
dilakukan tahapan rekomendasi. Sementara itu, tahap yang
terakhir adalah tahap rekomendasi. Tahapan ini dilakukan
dengan memberikan rekomendasi.
Berdasarkan hasil dari penelitian, dari lima alternatif yang
telah dipilih dalam mengembangkan produk minuman herbal
cabe jamu, yang paling tinggi adalah alternatif tiga. Lima
alternatif tersebut berbeda pada komposisi antara daun teh dan
bubuk cabe jamu, berat cabe jamu kering, dan jenis kemasan
pada kantung celupnya. Alternatif tiga adalah alternatif terpilih
dengan rasio teh dan cabe jamu adalah 1:2 dengan satu hingga
dua gram per kantong, sedangkan item kemasan yang terpilih

Cahyo Indarto, Ph.D 77


adalah kemasan box yang dilengkapi dengan benang pada
kantong celupnya.
Produk teh cabe jamu ini memiliki manfaat kesehatan bagi
tubuh. Salah satu penelitian tentang manfaat teh cabe
dilakukan oleh Lee et al. (2022), yang menyimpulkan bahwa
ekstrak teh hijau mengandung cabe jamu dapat mengurangi
dan mencegah peradangan kolon pada IBD.

3. Minuman Herbal Cabe Jamu Cair


Penggunaan cabe jamu sebagai minuman herbal sudah sangat
umum dilakukan. Bahkan, saat ini, telah muncul beberapa
pengembangan produk cabe jamu. Sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Mu’Tamar et al, (2019), setelah melibatkan
sepuluh panelis yang sudah terbiasa mengonsumsi minuman
herbal pokak dan teh instan, panelis memberikan dua alternatif
produk baru untuk dikembangkan, yaitu bubuk cabe jamu yang
dikemas dalam kantong teh dan produk cair yang disajikan
dalam cangkir 200 ml. Dari kedua alternatif produk tersebut,
bubuk cabe jamu yang dikemas dalam kantong teh merupakan
produk terpilih karena familiar, praktis, dan masa simpannya.
Minuman cabe jamu cair dibuat dari ekstrak cabe jamu
yang telah mengalami pengolahan pascapanen berupa

78 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


pengeringan. Cabe jamu dan air dicampurkan dengan
perbandingan antara cabe jamu dan air adalah 100 gram: 1
liter. Kemudian, dipanaskan dengan presto dan ditunggu
hingga tekanan 15 lbs dan suhu 121ºC. Apabila telah tercapai,
maka dipanaskan ulang selama 30 menit. Selanjutnya,
campuran air dan cabe jamu didinginkan dan ditambah dengan
gula dengan konsentrasi gula 100 gram per liternya.

4. Sari Buah Cabe Jamu


Produk sari buah cabe jamu adalah salah satu inovasi dan
kreasi dalam pengolahan cabe jamu menjadi minuman
fungsional. Beberapa pengembangan produk minuman cabe
jamu antara lain pembuatan jus atau sari buah cabe jamu.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuliatmoko & Febria (2018)
ini mencoba menemukan berapa komposisi yang pas dalam
membuat minuman cabe jamu dalam bentuk sari buah. Cabe
jamu mengandung bermacam-macam antioksidan yang dalam
pembuatan produk minumannya harus terus dijaga agar cabe
jamu tetap memiliki potensi sebagai antioksidan alami. Untuk
itu, produk ini akan dikombinasikan dengan antioksidan alami,
yaitu madu, dalam pengolahannya. Minuman sari buah cabe
jamu diharapkan dapat meningkatkan nilai jual bagi

Cahyo Indarto, Ph.D 79


masyarakat jika dibandingkan dengan produk cabe jamu
kering yang biasa dijual oleh masyarakat.
Cara pembuatan sari buah cabe jamu sangat mudah.
Namun, dalam penelitian ini, ada dua formulasi, yaitu sari
buah cabe jamu dengan bahan basah dan cabe jamu kering.
Sebanyak lima gram cabe jamu basah dicuci dan dikeringkan,
sedangkan lima gram cabe jamu kering dilakukan pengepresan
dengan press hidrolik. Filtrat yang didapatkan ditambah
dengan air, madu, maupun pemanis lainnya dan dipanaskan
sampai mendidih. Setelah dingin, sari buah cabe jamu pun siap
untuk diminum. Minuman sari buah cabe jamu yang dihasilkan
berwarna coklat muda. Minuman cabe jamu dari buah kering
memiliki warna yang lebih gelap dibandingkan minuman cabe
jamu dengan bahan baku buah cabe jamu segar.
Hasil pengukuran dari berbagai senyawa yang terkandung
dalam cabe jamu segar dan cabe jamu kering kering, kedua
bahan baku tersebut memiliki perbedaan yang signifikan,
khususnya pada segi kuantitasnya. Kondisi ini disebabkan
karena perbedaan karakteristik kedua bahan baku. Kedua
bahan baku tersebut memiliki semua senyawa yang diukur
dalam penelitian. Namun, dalam pengukurannya, diperoleh
hasil yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena proses

80 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


pengeringan. Pengeringan yang paling baik untuk simplisia
cabe jamu adalah pengeringan dengan menggunakan oven
karena memiliki kadar air paling rendah. Setelah itu,
dilakukan uji panelis dengan atribut rasa, aroma, dan warna.
Menurut panelis, berdasarkan penerimaan keseluruhan,
produk dengan bahan cabe jamu kering lebih disukai
dibandingkan dengan bahan cabe jamu basah.

5. Bubuk Cabe Jamu Kering


Cabe jamu merupakan tanaman herbal yang banyak
dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional Indonesia. Selama
ini, cara penyimpanan yang umum diterapkan untuk tanaman
cabe jamu adalah dalam bentuk kering sehingga kurang efektif
untuk proses distribusi dan kurang menarik bagi konsumen.
Konsumen biasanya lebih suka mengonsumsi produk herbal
dalam bentuk powder atau bubuk. Namun, produk pertanian
dalam bentuk bubuk rentan terhadap penurunan kualitas jika
tidak disimpan dan dikemas dengan baik. Secara umum,
produk pertanian dapat menyerap dan melepaskan kandungan
air di lingkungan yang disebut dengan pola histeresis.
Hubungan antara aktivitas air dalam bahan dan kelembapan
relatif lingkungan disebut sebagai isoterm penyerapan air.

Cahyo Indarto, Ph.D 81


Isoterm penyerapan air adalah hubungan antara kadar air
produk dan aktivitas air lingkungan pada kisaran nilai tertentu,
diamati pada suhu konstan dalam kondisi kesetimbangan dan
dinyatakan secara grafis.
Dalam upaya untuk pengembangan produk dan
memberikan kondisi penyimpanan bubuk cabe jamu kering
yang optimal, Hawa et al. (2020) melakukan penelitian untuk
menganalisis perilaku isoterm sorpsi bubuk cabe jamu kering
dan untuk mendapatkan model isoterm sorpsi yang paling
sesuai dengan membandingkan data yang diperoleh dengan
lima sorpsi yang umum digunakan. Model isoterm, yaitu
model BET, Oswin, Smith, Caurie, dan GAB. Data isoterm
sorpsi diperoleh dengan menggunakan metode gravimetri
statik pada pengamatan penimbangan interval 24 jam. Enam
larutan garam jenuh, yaitu KOH, MgCl2, KI, NaCl, KCl, dan
KNO3 digunakan untuk aktivitas air (aw) pada kisaran 0,063
– 0,936. Pengamatan dilakukan pada tiga suhu yang berbeda,
yaitu 25±2ºC, 35±2ºC, dan 45±2ºC dengan rangkap tiga.
Bahan cabe jamu segar yang diperoleh dari Jember,
Provinsi Jawa Timur, yang dipanen pada tahap kematangan
berwarna oren (Gambar 21) dengan kadar air rata-rata
68,57±2,20% menurut metode gravimetri standar. Buah

82 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


kemudian dibersihkan dari debu dan tangkai yang berlebihan
kemudian di-blacing dan dikeringkan dengan suhu medium
hingga mencapai rata-rata 10,00±0,5% (wb) kadar airnya.
Cabe jamu yang sudah kering kemudian dikecilkan ukurannya
menggunakan food processor selama tiga menit, dan hasilnya
adalah bubuk cabe jamu kering. Lima garam jenuh standar,
yaitu kalium hidroksida (KOH), magnesium klorida (MgCl2),
KI (kalium iodida), kalium nitrat (KNO3), natrium klorida
(NaCl), dan kalium klorida (KCl). Garam jenuh yang
digunakan memungkinkan diperolehnya nilai aktivitas air (aw)
berkisar antara 0,063 hingga 0,936.
Setelah bubuk cabe jamu kering jadi, dilakukan metode
statik gravimetrik yang digunakan untuk mendapatkan data
isoterm adsorpsi dan desorpsi serbuk cabya kering pada tiga
temperatur (25±2ºC, 35±2ºC, dan 45±2ºC) yang biasa
digunakan untuk produk berbasis pertanian. Pengujian
dilakukan dengan lima stoples kedap udara masing-masing.
Dua gelas sekali pakai dimasukkan ke dalam wadah. Gelas
pertama diisi dengan larutan garam jenuh standar yang telah
disiapkan (20 ml) dan gelas kedua diisi dengan sampel bubuk
cabe jamu kering (1 ± 0,1 g).

Cahyo Indarto, Ph.D 83


Gambar 21. Kurva isoterm penyerapan air bubuk cabe jamu
kering. Data adsorpsi eksperimental (titik merah); Data
desorpsi eksperimental (hitam); Prediksi data (garis)
Sumber : Hawa et al. (2020)

Gambar 21 menunjukkan pengaruh suhu pada isoterm


sorpsi serbuk cabya kering, dengan suhu yang lebih tinggi
sedikit menyebabkan penurunan kadar air kesetimbangan
(Xe). Gambar tersebut juga mengungkapkan bahwa tidak ada
histeresis penyerapan kelembapan yang signifikan ditemukan
untuk semua suhu yang terkena. Histeresis penyerapan air

84 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


adalah fenomena di mana dua jalur berbeda ditemukan antara
isoterm adsorpsi dan desorpsi. Setelah dibuat tabel konstanta
model dan parameter statistik untuk cabe jamu Powder, maka
dapat diketahui dari kelima model, model GAB paling cocok
untuk data eksperimen isoterm adsorpsi dan desorpsi bubuk
cabe jamu kering untuk berbagai aktivitas air pada semua suhu
yang diamati. Model GAB dipilih karena satu-satunya model
yang memiliki nilai P terendah untuk isoterm adsorpsi dan
desorpsi serta memiliki R2 dan SE terendah.
Hasil dari penelitian ini adalah isoterm sorpsi bubuk cabya
kering diperiksa pada tiga suhu (25±2ºC, 35±2ºC, dan 45±2ºC)
menggunakan metode gravimetri standar. Kedua isoterm
adsorpsi dan desorpsi bubuk cabya kering memiliki bentuk
sigmoid dengan tipe II menurut klasifikasi BET. Dalam semua
suhu yang diperiksa, tidak ditemukan histeresis penyerapan air
yang signifikan. Model GAB sangat cocok untuk prediksi
isoterm adsorpsi dan desorpsi bubuk cabya kering di semua
suhu dengan aktivitas air berkisar antara 0,063 hingga 0,936.
Panas isosterik sorpsi meningkat dengan menurunnya kadar
air dan panas proses desorpsi sedikit lebih tinggi daripada
adsorpsi.

Cahyo Indarto, Ph.D 85


Penilitian lain mengenai pembuatan minuman serbuk rasa
cabe jamu juga dilakukan oleh Rozci et al. (2022). Penelitian
ini memanfaatkan produk olahan cabe jamu sebagai peluang
usaha bagi masyarakat Sukorejo. Produk ini merupakan
bentuk pengembangan produksi dari hasil budidaya cabe jamu.
Hal ini sangat perlu dilakukan, mengingat manfaat cabe jamu
yang sangat banyak bagi kesehatan sebagai obat tradisional.

6. Minuman Serbuk Cabe Jamu Puyang


Langkah-langkah pembuatan minuman serbuk rasa cabe jamu
puyang ini sangatlah sederhana. Berikut penjelasannya.
a) Menyiapkan alat dan bahan baku. Bahan baku dalam
pembuatan minuman serbuk ini adalah 100 gram cabe
jamu, 300 gram puyang, 150 gram jahe, 100 gram
kencur, 250 gram kunyit, 50 gram serai, dan 25 gram
alang-alang. Semua bahan harus dicuci dengan bersih
sebelum digunakan.
b) Setelah bahan baku dicuci dengan bersih, dilakukan
proses penggilingan. Bahan-bahan yang digiling
adalah puyang, jahe, kencur, dan kunyit. Proses
penggilingan ini dilakukan untuk memudahkan dalam

86 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


proses pengambilan sari yang akan digunakan sebagai
bahan membuat minuman serbuk.
c) Bahan-bahan (puyang, jahe, kencur, dan kunyit) yang
sudah digiling kemudian dicampur dengan 1000 ml air
dan diperas untuk mendapatkan sari-sarinya dengan
cara mendiamkan hasil perasan selama 30 menit agar
sari dan endapan terpisah.
d) Selanjutnya, mempersiapkan bahan-bahan yang akan
dierbus, yaitu cabe jamu, serai, alang-alang, kayu
manis, dan kapulaga. Semua bahan tersebut akan
direbus menggunakan 1000 ml air hingga air menjadi
setengah bagian dari awalnya.
e) Setelah diendapkan selama 30 menit, diambil sarinya
dan sisa endapan disisihkan. Kemudian, satukan bahan
sari gilingan dengan bahan sari rebusan yang sudah
disaring kedalam wadah pengkristalan. Langkah
berikutnya adalah merebus sari gilingan dan sari
rebusan yang sudah ditambahkan bahan gula pasir dan
gula batu sesuai takaran sambil terus diaduk hingga
adonan menjadi mengkristal.
f) Langkah selanjutnya adalah menghaluskan bahan hasil
pengkristalan sampai benar benar halus, lalu dilakukan

Cahyo Indarto, Ph.D 87


proses pengayakan dan penyaringan untuk
mendapatkan hasil serbuk yang lebih halus. Setelah itu,
bahan yang telah halus ditimbang dan dikemas.

7. Esensial Oil dari Cabe Jamu sebagai Obat Nyamuk


Menurut hasil kajian Subsuebwong et al. (2016), minyak
esensial cabe jamu diekstraksi dari buah segar cabe jamu
dengan metode penyulingan air dengan perkiraan hasil
ekstraksi adalah 0,125%. Minyak esensial dari buah segar cabe
jamu memiliki warna bening, rasa yang manis dan bau pedas,
serta dapat larut dalam aseton. Penelitian ini bertujuan untuk
menyelidiki efikasi minyak esensial dari cabe jamu terhadap
nyamuk dewasa. Tingkat kematian nyamuk Ae. Aegypti dan
Cx. Quinquefasciatus setelah paparan 24 jam dengan
presentase minyak esensial yang berbeda-beda. Hasil
penelitian menunjukkan tingkat kematian Aedes aegypti dan
Culex quinquefasciatus pada 15%, masing-masing adalah
92,7% dan 98,7%. Tidak adda kematian pada kelompok aceton
trated dan untreated. Hasil penelitian juga menyimpulkan
bahwa kurang dari 20% minyak esensial cabe jamu dalam
aseton dapat membunuh lebih dari 90% dari kedua spesies
nyamuk. Nyamuk Culex quinquefasciatus ditemukan lebih

88 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


sensitif terhadap minyak esensial dibandingkan dengan Aedes
aegypti. Oleh karena itu, dari penelitian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa minyak esensial yang diekstraksi dari cabe
jamu mampu mengendalikan nyamuk jenis Aedes aegypti dan
Culex quinquefasciatus. Aplikasi penggunaannya dalam
bentuk formulasi penyemprotan yang dapat digunakan sebagai
insektisida rumah tangga, tetapi masih perlu penelitian lebih
lanjut terhadap spesies nyamuk lain.
Penelitian lainnya mengenai penggunaan ekstrak cabe
jamu sebagai bahan obat nyamuk juga dilakukan oleh
Chansang et al. (2005) tentang aktivitas larvasida nyamuk dari
ekstrak air cabe jamu dari Thailand. Penelitian ini dilakukan
untuk memanfaatkan potensi aktivitas larvasida serta
memanfaatkan peluang tren masa kini, yaitu tren penggunaan
herbal yang meningkat sebagai pengobatan alternatif di
beberapa negara berkembang, termasuk Thailand.
Penelitian ini diawali dengan penelitian pendahuluan
terhadap sembilan tanaman obat terhadap jentik nyamuk di
laboratorium. Di antara tumbuhan tersebut, ekstrak P.
retrofractum ditemukan sebagai produk tumbuhan yang paling
aktif. Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang
aktivitas larvasidanya, buah cabe jamu diesktraksi dalam air

Cahyo Indarto, Ph.D 89


dan ekstraknya dibuat menjadi bubuk. Kemudian, diuji dengan
bioassay dalam melawan larva Cx. quinquefasciatus dan Ae.
Aegypti instar tiga dan empat.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak air
terliofilisasi dari P. retrofractum memiliki potensi yang baik
untuk pengendalian jentik nyamuk, terutama yang resisten
terhadap agen pengendali mikroba B. sphaericus. Namun, di
tingkat lokal dan desa, ekstrak air yang mengekstraksi
senyawa bioaktif dalam jumlah yang lebih rendah lebih hemat
biaya daripada ekstrak yang dibuat dengan pelarut organik.
Telah ditunjukkan bahwa senyawa murni pipericide,
dibutylamides, dan senyawa bioaktif amida lainnya dalam
spesies cabe jamu memiliki aktivitas yang jauh lebih tinggi
daripada ekstrak kasarnya. Penggunaan dan penerapan
senyawa murni atau ekstrak mentah halus akan membutuhkan
penelitian intensif tentang kemampuan mengekstraksi, efikasi,
toksikologi, dan penerimaan lingkungan. Ekstrak tumbuhan
mentah lebih hemat biaya dalam program pengendalian
berbasis masyarakat dan dapat digunakan dalam situasi lokal
di mana nyamuk menjadi toleran terhadap larvasida sintetik
atau mikroba.

90 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


8. Minyak Balur dengan Kombinasi VCO dan Cabe
Jamu
Pemanfaatan VCO dan cabe jamu sebagai minyak balur dapat
menghasilkan senyawa aktif yang lengkap dan berkhasiat
sebagai bahan pengobatan dibandingkan dengan minyak balur
pada umumnya. Kombinasi VCO dengan cabe jamu untuk
produk minyak balur dapat digunakan sebagai stimulan,
karminatif, perawatan bagi ibu melahirkan, mengobati masuk
angin, demam, sakit kepala, kolera, influenza, obat cacing
gelang, hipotensi, dan sesak nafas. Tanaman cabe jawa
memiliki beberapa senyawa metabolit sekunder, terutama
pada buahnya. Cabe jamu mengandung senyawa piperine
(C17H19NO3) yang mempunyai aktivitas farmakologis
sebagai analgetik antipiretik. Piperin menunjukkan adanya
aktivitas analgesik yang hampir sebanding dengan aktivitas
analgesik standar obat indometasin. Pembuatan minyak balur
biasanya dilakukan dengan mencampurkan bahan rempah
dengan minyak, lalu dipanaskan.
Bahan utama dalam pembuatan produk ini adalah simplisia
kering cabe jamu dan VCO. Hasil pengujian angka lempeng
total pada sampel minyak balur dengan kombinasi VCO dan
cabe jamu dengan perbedaan perlakuan suhu pemanasan 40°C,

Cahyo Indarto, Ph.D 91


50°C, 60°C dinyatakan aman. Hal ini dikarenakan ALT (angka
lempeng total) tidak melewati batas cemaran mikroba yang
telah ditetapkan oleh BPOM RI Nomor 32 Tahun 2019 tentang
Keamanan dan Mutu Obat Tradisional, yaitu ≤ 107 koloni/mL.
Oleh karena itu, sediaan minyak balur kombinasi VCO dan
cabe jawa memenuhi persyaratan mutu sehingga dinyatakan
aman dan layak digunakan sebagai pengobatan topikal.

9. Penelitian Tentang Prediksi Senyawa Aktif Cabe Jamu


sebagai Senyawa Antidiabetes
Obat herbal dari rempah-rempah sudah sejak lama digunakan
masyarakat karena murah, mudah didapat, dan minim efek
samping. Cabe jamu adalah salah satu jenis rempah yang
dipercaya mampu meningkatkan dan memperbaiki sistem
metabolisme dalam tubuh sehingga kandungan senyawa aktif
pada cabe jamu juga berfungsi sebaga antidiabetik. Oleh
karena itu, Indarto & Supriyanto, (2021) melakukan penelitian
dengan menganalisis bagaimana kemungkinan senyawa aktif
cabe jamu sebagai antidiabetik dengan menggunakan metode
docking moleculer yang mampu mengidentifikasi target
molekuler.

92 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


Penelitian ini dilakukan dengan docking molecular
menggunakan perangkat lunak yang bernama PyRx.
Parameter pengamatan dalam penelitian ini adalah Root Mean
Square Deviation (RSMD) dan binding affinity. RSMD
merupakan perbandingan kesejajaran konformasi struktur dari
konformasi hasil docking dengan konformasi ligan asli hasil
pengukuran kristalografi. Semakin rendah nilai RMSD, maka
semakin baik nilai kesejajarannya. Sementara itu, binding
affinity merupakan derajat besarnya kekuatan ikatan yang
terjadi oleh senyawa aktif dengan protein targetnya. Nilai
minus yang semakin besar berarti energi ikatan tersebut
semakin kuat interaksinya.
Setelah dilakukan prediksi target molekular dengan
menggunakan software Kanpsack, diperoleh hasil sebagai
berikut:

Tabel 14. Hasil prediksi metabolit yang berpotensi sebagai


senyawa aktif pada cabe jamu
Metabolit aktif Formula
Molekular
Sesamin C20 H18 O6
Glucose C6 H12 O6
Piperine C17 H19 NO3

Cahyo Indarto, Ph.D 93


Piperlongumine C17 H19 NO5
Beta-sitosterol C29 H50 O
N-Isobutyldeca=trans-2-trans-4- C14 H25 NO
denamide
L-Sesamin C20 H18 O6
Gioneensine C23 H33 NO
Fructose C6 H12 O6
Pipercide C22 H29 NO3
Retrofractamide C20 H25 NO
Flitiline C26 H47 NO
Methyl piperate C13 H12 O4
Sylvatine C24 H33 NO3
3- Decanoyl-5 -methylpyridine C16 H25 NO
Pipercosalidine C25 H43 NO
2,4, 12-Octadecatrienolypiperidine C22 H39 NO
1- (2,4,12-Octadecatrienoyl piperidine C23 H39 NO
1- (1oxo 2,4 eicosadienyl pipereridin C25 H45 NO
Retrofravtamide C C20 H27 NO3
Retrofravtamide D C21 H27 NO3
Retrofravtamide D C12 H16 O5

Makromolekul yang diperoleh kemudian dicari struktur tiga


dimensinya menggunakan perangkat lunak untuk docking.
Selain itu, struktur protein target disiapkan untuk
menghilangkan senyawa pengganggu (senyawa non-asam
amino). Salah satu senyawa yang merepotkan ini adalah air,
yang harus dihilangkan. Penghapusan senyawa pengganggu
ini meningkatkan kemampuan situs aktif protein untuk

94 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


mengikat ligan karena situs aktif dapat mengikat senyawa
pengganggu dan dengan demikian memengaruhi hasil uji.

Gambar 1. Senyawa aktif cabe jamu di-docking-kan dengan


Aldosa reductase

Cahyo Indarto, Ph.D 95


Keterangan:
a. Glucose >< Aldosa reductase
b. Piperin >< Aldosa reductase
c. Beta-Sitosterol >< Aldosa reductase
d. Guineensine >< Aldosa reductase
e. Fructosa >< Aldosa reductase
f. Filfine >< Aldosa reductase
g. Methyl piperirate >< Aldosa reductase
h. Sylvatine >< Aldosa reductase
i. RetrofractamidC >< Aldosa reductase
j. Pipereicosalidine >< Aldosa reductase

Docking adalah tahapan yang mengikatkan senyawa aktif


yang ditemukan pada cabe jamu dengan protein target, yaitu
Aldosa reductase. Protein target tersebut sangat berpengaruh
terhadap penyakit diabetes.

96 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


Tabel 1. Hasil Lipinksi’s Rule of Five dari Ligan yang Di-docking
H H
Berat Log
Ligan don resep Molar
Molekul P
or tor
Glucose 180 x 106 -3,22 5 6 35.98598
6
Piperine 285 x 10 2,98 0 4 81.16998
Beta- 128.2167
414 x 106 8,02 1 1
sitosterol 3
Guineensi
329 x 106 4,32 1 1 97.05467
ne
Fructose 180 x 106 -3,22 5 6 36.00799
125.5796
Filfiline 389 x 106 7,91 1 2
5
Mrthyl
232 x 106 2,61 0 4 62.75499
piperate
115.4286
Sylvatine 383 x 106 5,65 1 4
6
Retrofract
329 x 106 4,31 1 4 97.05467
amide C
Pipereico 118.9289
373 x 106 7,37 0 2
salidine 5
493,5 x 123.3225
Glyburide 3,95 3 8
106 5

Keterangan:

Cahyo Indarto, Ph.D 97


Lima syarat Lipinki’s:
a. Berat molekul maksimal 500 dalton
b. Nilai Log P harus dibawah lima
c. Memiliki jumlah donor hydrogen tidak lebih dari lima
d. Memiliki jumlah reseptor hydrogen tidak lebih dari
sepuluh
e. Nilai molar refractivity antara 40–130

Dari sepuluh senyawa ligan yang di-docking tersebut,


seluruhnya mampu melakukan difusi karena memiliki berat
molekul tidak lebih dari 500 dalton. Sepuluh senyawa tersebut
seluruhnya juga dapat melakukan proses obserbsi secara
sempurna karena jumlah hidrogen donor tidak lebih dari lima
dan hidrogen reseptornya tidak lebih dari sepuluh. Namun, ada
empat senyawa yang memiliki nilai Log P lebih dari lima, yang
artinya tidak dapat digunakan sebagai obat untuk diabetes
karena tidak aman untuk kesehatan atau senyawa tersebut
bersifat beracun.

Tabel 16. Binding Affinity dari Sepuluh Senyawa dan Satu Kontrol

98 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


RMSD RMSD
Binding
Ligand Lower Upper
Affinity
Bound Bound
Glucose -5,2 0,0 0,0
Piperine -7,9 0,0 0,0
Beta-sitosterol -7,9 0,0 0,0
Guineensine -6,4 0,0 0,0
Fructose -5,3 0,0 0,0
Filfine -5,1 0,0 0,0
Methyl piperate -5,9 0,0 0,0
Sylvatine -6,4 0,0 0,0
Retrofractamide
-6,5 0,0 0,0
C
Pipereicosalidine -6,0 0,0 0,0
Glyburide -8,4 0,0 0,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa agen antidiabetes


potensial berdasarkan nilai aktivitas pengikatan tertinggi
adalah piperine, beta-sitosterol, retroractamide C, guinensine,
dan silvatin. Namun, dua bahan aktif beta-sitosterol, dan
silvatin bisa menjadi racun. Piperin merupakan bahan aktif
herba cabe yang berinteraksi kuat dengan protein target aldosa
reduktase dan alfaglukosidase dengan nilai afinitas pengikatan
-7,9 dan -8,5. Kesimpulan dari penelitian ini adalah zat aktif
yang terkandung dalam jamu cabe berperan sebagai

Cahyo Indarto, Ph.D 99


antidiabetes. Berdasarkan kekuatan pengikatan dan tidak
berpotensi toksik, terdapat tiga senyawa herba cabe yang
memiliki sifat antidiabetes kuat dan tidak berpotensi toksik,
yaitu piperine, retroractamide C, dan guinensine.

100 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


Pemasaran Cabe Jamu
Kebutuhan pasar terhadap cabe jamu tidak hanya pada pasar
domestik, melainkan juga pada pasar internasional. Tahun
2019, kebutuhan global akan cabe jamu sekitar enam juta ton
dan Indonesia baru memenuhi sepertiganya. Banyaknya
permintaan tersebut menjadikan peluang bagi para petani
untuk membudidayakan tanaman cabe jamu. Badan Karantina
Pertanian menyebutkan, di Lampung, permintaan cabe jamu di
pasar global meningkat, terhitung sejak Januari-Juni 2020.
Banyaknya permintaan tersebut mencapai 249 ton. Selain itu,
negara tujuan ekspor juga bertambah, yang mulanya pada
tahun 2019 terdapat tujuh negara tujuan ekspor, lalu bertambah
menjadi 11 negara pada tahun 2020. Harga untuk komoditas
cabe jamu sendiri relatif tinggi. Tahun 2021, harga tertinggi
cabe jamu mencapai Rp99.000,00, sedangkan untuk harga
terendahnya sebesar Rp48.000,00 (Hasan & Ihsannudin,
2022).
Berdasarkan penelitian oleh Salimah et al. (2022),
jaringan distribusi aliran produk dimulai dari hulu ke hilir.
Produk awal ketika di hulu, tersedia dalam bentuk cabe jamu

Cahyo Indarto, Ph.D 101


kering, sedangkan saat di hilir, dalam bentuk jamu rempah.
Cabe jamu yang diperoleh dari hasil budidaya petani Desa
Bluto, Kabupaten Sumenep, dijual kepada tengkulak atau
pengepul. Harga dari hasil penjualan cabe jamu yang dijual ke
tengkulak dan pengepul memiliki nilai yang berbeda. Cabe
jamu dalam bentuk kering yang dijual ke tengkulak diperoleh
harga sebesar Rp65.000,00/kg, sedangkan yang dijual ke
pengepul memperoleh harga sebedar Rp67.000,00/kg.
Distribusi cabe jamu di Desa Bluto, Sumenep, dari petani
hingga ke tangan konsumen, terdiri dari beberapa alternatif
sebagai berikut:

1. Alternatif 1
Proses distribusi dimulai dari petani cabe jamu yang mengolah
hasil panen menjadi cabe jamu kering, lalu dijual kepada
pengepul. Selanjutnya, dari pengepul dijual kepada industri
pengolahan jamu dan dilakukan distribusi produk yang
dihasilkan oleh industri tersebut. Dengan demikian, adanya
proses distribusi yang menjadikan produk dapat sampai pada
konsumen akhir.

102 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


2. Alternatif 2
Proses distribusi dimulai dari petani cabe jamu yang mengolah
hasil panen menjadi cabe jamu kering, lalu dijual kepada
pengepul. Selanjutnya, dari pengepul dijual kepada industri
pengolahan jamu dan terakhir produk dijual pada konsumen.

3. Alternatif 3
Proses distribusi dimulai dari petani cabe jamu yang mengolah
hasil panen menjadi cabe jamu kering, lalu dijual kepada
tengkulak, sedangkan dari tengkulak disalurkan ke pengepul.
Selanjutnya, dari pengepul dijual kep ada industri pengolahan
jamu dan dilakukan distribusi produk yang dihasilkan oleh
industri tersebut. Dengan demikian, adanya proses distribusi
yang menjadikan produk dapat sampai pada konsumen akhir.

4. Alternatif 4
Proses distribusi dimulai dari petani cabe jamu yang mengolah
hasil panen menjadi cabe jamu kering, lalu dijual kepada
tengkulak, sedangkan dari tengkulak disalurkan ke pengepul.
Selanjutnya, dari pengepul dijual kepada industri pengolahan
jamu dan terakhir produk hasil olahan dijual pada konsumen.

Cahyo Indarto, Ph.D 103


Cabe jamu yang dijual perlu memerhatikan kualitas yang
disesuaikan dengan standar persyarat mutu. Hal tersebut
bertujuan untuk memastikan cabe jamu yang dijual aman
untuk diolah atau pun dikonsumsi. Produksi cabe jamu yang
kemudian diolah menjadi cabe jamu kering mengacu kepada
standar mutu yang ditetapkan pembeli atau pelanggan.
Pemerintah juga ikut serta dalam menetapkan Standar
Nasional Indonesia melalui BSN. Standar nasional mutu
simplisia dimuat dalam SNI 01-7085-2005. Tabel 12
merupakan rincian syarat mutu simplisia.

Tabel 17. Spesifikasi Persyaratan Mutu Simplisia


Jenis Uji Satuan Persyaratan
Kadar air, maks. % 10
Kadar abu, maks. % 8
Kadar abu yang tidak larut asam, % 2,2
maks.
Kadar ekstrak yang larut dalam % 14,0
air, min.
Kadar ekstrak yang larut dalam % 4,0
etanol, min.
Benda asing, maks. % 2
Kadar minyak atsiri, min. % 2
Kadar timbal (Pb) mg/kg negatif
Kadar arsen (As) mg/kg negatif
Kadar tembaga (Cu), maks. mg/kg 30
Kadar aflatoksin, maks. mg/kg 30

104 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


Kadar pestisida organoklorin, mg/kg 0,1
maks.
Khamir dan kapang koloni/g 1×104
Angka lempeng total, maks. koloni/g 1×107
Mikroba patogen negatif
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2005)

Cahyo Indarto, Ph.D 105


106 Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan
Daftar Pustaka
Achroni, D. (2017). Budidaya Lada Mendulang Laba. Zahara
Pustaka.
Aminullah. (2022). Analisis Kelayakan Madura Menjadi
Satuan Pemerintahan Sendiri dalam Bentuk Provinsi
dengan Otonomi Khusus. Kabilah: Journal of Social
Community, 7(1), 258–280.
Apriyadi, R., & Lestari, T. (2021). Pengaruh Teknik
Pengendalian Gulma dan Frekuensi Aplikasi Insektisida
dan Terhadap Kelimpahan Populasi dan Intensitas
Serangan Hama Utama pada Tanaman Lada (Piper
nigrum L.). Jurnal Ilmu Dan Teknologi Pertanian, 5(1),
64–71.
Aswar, R. N., Ihsannudin, I., & Hasan, F. (2022). Kontribusi
Usahatani Cabe Jamu terhadap Pendapatan Keluarga
Petani di Desa Pakandangan Sangra Kecamatan Bluto
Kabupaten Sumenep. Agriscience, 3(1), 20–36.
https://doi.org/10.21107/agriscience.v3i1.15149
Badan Standarisasi Nasional. (2005). Simplisia Kencur. SNI
(Standar Nasional Indonesia), SNI No. 7085:2005.
Bahruddin, A., Zaka, U., Sholah, Muttaqin, I., & Mufaizin.
(2021). Pemanfaatan dan Prospek Budidaya Cabe Jamu
di Dusun Nung Malaka. Jurnal Pengabdian Masyarakat,
1(2), 111–130.
Chailani, S. R. (2010). Penyakit Penyakit Pasca Panen
Tanaman Pangan. UB Press.
http://www.ubpress.brawijaya.ac.id
Chansang, U., Zahiri, N. S., Bannsiddhi, J., Boonruad, T.,
Pratom, T., Mingmuang, J., Benjapong, N., & Mulla, M.

Cahyo Indarto, Ph.D vii


s. (2005). Mosquito larvicidal activity of aqueous extracts
of long pepper (Piper retrofractum Vahl) from Thailand.
Journal of Vector Ecology, 3(2), 195–200.
https://www.researchgate.net/publication/7180928
Dahana. (2020). Budidaya Tanaman Obat: Cabai Jawa.
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/95975/BUDI
DAYA-TANAMAN-OBAT-CABAI-JAWA/
Dermawan, G. N. P., Sari, N. N. G., & Ardana, D. Y. (2022).
Peran Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) dalam
Menanggulangi Ulkus Traumatikus. Interdental Jurnal
Kedokteran Gigi, 18(2), 74–80.
https://doi.org/10.46862/interdental.v18i2.5413
Dewi, R. S., Wahyuni, Pratiwi, E., & Muharni, S. (2019).
Penggunaan Obat Tradisional Oleh Masyarakat di
Kelurahan Tuah Karya Kota Pekanbaru. Jurnal
Penelitian Farmasi Indonesia, 8(1), 41–45.
https://doi.org/10.51887/jpfi.v8i1.781
Evizal, R. (2013). Status Fitofarmaka dan Perkembangan
Agroteknologi Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.).
Jurnal Agrotropika, 18(1), 34–40.
Faramayuda, F., Arifin, S. Z., Syam, A. K., & Elfahmi. (2021).
Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.): Penggunaan
Tradisional, Fitokimia dan Aktivitas Farmakologi.
Perspektif, 20(1), 26–34.
Faramayuda, F., Dumanauw, J. M., Muslichah, S., Pramono,
S., & Sugiyanto. (2021). Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Pelatihan Budidaya dan Peningkatan Potensi
Agribisnis Cabe Jawa. Jurnal Pengabdian Masyarakat,
4(2), 56–63.
http://abditani.jurnalpertanianunisapalu.com/index.php/a
bditani/article/view/71
Faridawaty, E., Jasa, M., Soeparno, Andanu, O., Putri, N. M.

viii Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


A. A., & Suryadhi, K. (2019). Studi Pelaksanaan Pasca
Panen Benih dan Penanganan Limbah di Kelompok
Penangkar Benih di Kecamatan Pandih Batu dan Maliku.
Jurnal Cakrawala Ilmiah, 2(2), 539–554.
Flori, F., Mukarlina, & Rahmawati. (2020). Karakterisasi
Bacillus sp. dan Fusarium sp. dari Tanaman Lada (Piper
nigrum L.) di Desa Jaga. Jurnal Protobiont, 9(1), 50–55.
https://doi.org/10.26418/protobiont.v9i1.40569
Handayani, S. A., & Hayati, E. N. (2022). Penerapan E-
Commerce Berbasis CMS pada UMKM Herbal Bu Pini
sebagai Upaya Peningkatan Jangkauan Pemasaran dalam
Menghadapi Kebijakan PPKM. Jurnal Ilmiah
Elektronika Dan Komputer, 14(1), 16–24.
Hasan, F., & Ihsannudin. (2022). Peluang dan Tantangan
Pengembangan Cabe Jamu di Kabupaten Sumenep.
Cemara, 19(2), 70–78.
Hawa, L. C., Aini, K. N. N., Maharani, D. M., & Susilo, B.
(2020). Moisture Sorption Isotherm and Isosteric Heat of
Dried Cabya (Piper retrofractum Vahl) Powder. IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science,
515(1), 1–7. https://doi.org/10.1088/1755-
1315/515/1/012029
Indarto, C., & Supriyanto, S. (2021). PREDIKSI SENYAWA
AKTIF CABE JAMU (PIPER
RETROFRACTUM)SEBAGAI SENYAWA ANTI
DIABETES. Agrointek : Jurnal Teknologi Industri
Pertanian, 15(4), 1206–1212.
https://doi.org/10.21107/agrointek.v15i4.12317
Jadid, N., Hidayati, D., Hartanti, S. R., Arraniry, B. A.,
Rachman, R. Y., & Wikanta, W. (2017). Antioxidant
activities of different solvent extracts of Piper
retrofractum Vahl. using DPPH assay. AIP Conference

Cahyo Indarto, Ph.D ix


Proceedings, 1854, 1–6.
https://doi.org/10.1063/1.4985410
Judhaswati, R. D. (2016). Potensi Cabe Jamu di Beberapa
Kabupaten di Madura sebagai Bahan Jamu. Seminar
Nasional Gender & Budaya Madura III, 195–202.
Karnaen, A. Z. (2007). Cara Penanganan Pasca Panen
Hortikultura yang Baik (Good Handling Practices).
Departemen Pertanian: Direktorat Penanganan Pasca
Panen, 1–28.
Laba, I. W., & Trisawa, I. M. (2006). Pengelolaan Ekosistem
untuk Pengendalian Hama Lada. Perspektif, 5(2), 86–97.
http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/1369
1
Meilani, V. S., Nugroho, T. R. D. A., & Hasan, F. (2022).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Petani untuk
Berusahatani Cabe Jamu Secara Intensif di Desa
Pakandangan Barat Kecamatan Bluto. Agriscience, 3(2),
269–282.
Muhammad, A. F., Hartanto, R., Yudhistira, B., & Sanjaya, A.
P. (2021). Analisis Mutu Fisik dan Kimia Cabai Jawa
(Piper retrofractum Vahl.) dengan Metode Pengeringan
Oven Kabinet dan Pengeringan Sinar Matahari.
Agrointek, 15(4), 1001–1010.
https://doi.org/10.21107/agrointek.v15i4.10407
Mu’Tamar, M. F. F., Ulya, M., & Hidayat, K. (2019). Product
development of black Piper retrofractum Vahl tea (black
PrV tea). IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 230(1), 1–7.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/230/1/012058
Muslichah, S. (2011). Potensi Afrodisiak Kandungan Aktif
Buah Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) pada Tikus
Jantan Galur Wistar. Jurnal Agrotek, 5(2), 11–20.

x Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


Ningsih, I. Y. (2016). Modul Saintifikasi Jamu: Penanganan
Pasca Panen. Fakultas Farmasi, Universitas Jember.
Nurhuda, A., Azizah, N., & Widaryanto, E. (2017). Kajian
Jenis dan Bagian Sulur pada Pertumbuhan Stek Cabe
Jamu (Piper retrofractum Vahl.). Jurnal Produksi
Tanaman, 5(1), 154–160.
Nurkhasanah, N., Wicaksono, K. P., & Widaryanto, E. (2013).
Studi Pemberian Air dan Tingkat Naungan terhadap
Pertumbuhan Bibit Tanaman Cabe Jamu (Piper
retrofractum Vahl.). Jurnal Produksi Tanaman, 1(4),
325–332.
Pratidina, N. V. A., Syamsunihar, A., & Winarso, S. (2015).
Pertumbuhan Bibit Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.)
sebagai Respon terhadap Dosis dan Jenis Pupuk
Nitrogen. Berkala Ilmiah Pertanian, 1–5.
Retnani, Y., Wigati, D., & Hasjmy, A. D. (2009). Pengaruh
Jenis Kemasan dan Lama Penyimpanan terhadap
Serangan Serangga dan Sifat Fisik Ransum Broiler
Starter Berbentuk Crumble. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Peternakan, 12(3), 137–145.
Rozci, F., Diana, L., Maritsya, Z., Annisa, L., & Silitonga, R.
J. (2022). Pemanfaatan Produk Olahan Cabai Jawa
sebagai Peluang Usaha Bagi Masyarakat RW 14 Wilayah
Sukorejo. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(3),
15–22.
Safitri, D. W., & Syafitri, M. H. (2022). Skrinning Fitokimia
Ekstrak Kloroform dari Buah Cabe Jawa yang
dikeringkan dengan 2 Metode Berbeda. Journal
Pharmasci (Journal of Pharmacy and Science), 7(2),
137–142. https://doi.org/10.53342/pharmasci.v7i2.292
Salimah, S. F., Akhmad, S., Winarso, K., Azmi, R., & Nabila,
U. (2022). Rancangan Kinerja Rantai Pasok Cabe Jamu

Cahyo Indarto, Ph.D xi


Kabupaten Sumenep dengan Pendekatan Value Stream
Mapping. Jurnal Manajemen Dan Teknik Industri, 23(1),
31–38. https://doi.org/10.350587/Matrik
Santoso, H. B. (2021). Seri Mengenal Tanaman Obat Cabe
Jawa. Pohon Cahaya Semesta.
Sari, V. K., Erdiansyah, I., Eliyatiningsih, & Nurahmanto, D.
(2021). Ekstensifikasi Budidaya Tanaman Herbal di Desa
Pace Kecamatan Silo Kabupaten Jember Menuju Desa
Sentra Herbal. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan
IPA, 5(2), 22–26.
https://doi.org/10.29303/jpmpi.v5i2.1554
Saria, L. D. C. K., Pramitha, D. A. I., & Wardani, I. G. A. A.
K. (2022). Analisis Angka Lempeng Total Minyak Balur
Kombinasi VCO dan Cabai Jawa (Piper retrofractum
Vahl.) dengan Variasi Suhu Pemanasan. Usadha: Jurnal
Integrasi Obat Tradisional, 2(1), 14–20.
Setiawan, E., Suryawati, S., & Subhan. (2013). Efek Ragam
Tiang Panjat Terhadap Produksi Cabe Jamu. Agrovigor,
6(1), 57–62.
https://journal.trunojoyo.ac.id/agrovigor/article/view/14
79
Subsuebwong, T., Attrapadung, S., & Komalamisra, R. (2016).
Adulticide efficacy of essential oil from Piper
retrofractum Vahl against Aedes aegypti and Culex
quinquefasciatus. Tropical Biomedicine, 33(1), 84–87.
Sudarmaji, L., Hayati, A., & Rahayu, T. (2019). Studi
Etnobotani Tanaman Cabe Jamu (Piper retrofractum
Valh) di Desa Gapura Timur Kecamatan Gapura
Kabupaten Sumenep. Jurnal Ilmiah Biosaintropis, 4(1),
26–32.
Suhardi, & Subari, S. (2020). Analisis Usaha dan Nilai
Tambah Kopi Cabe Jamu di Kabupaten Sumenep (Studi

xii Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


Kasus CV. Alifa Jaya, Kecamatan Bluto). Agriscience,
1(1), 200–218.
https://doi.org/10.21107/agriscience.v1i1.8003
Suliasih, B. A., & Mun’im, A. (2022). Potensi dan Masalah
dalam Pengembangan Kemandirian Bahan Baku Obat
Tradisional di Indonesia. Chemistry and Materials, 1(1),
28–33.
Supriadi. (2001). Tumbuhan Obat Indonesia: Penggunaan dan
Khasiatnya. Pustaka Populer Obor.
Syafitri, M. H., Sari, A. M., Ermawati, N. Y., & Wati, M. R.
(2022). Uji Karakteristik Simplisia dan Ekstrak Etanol
Buah Cabe Jawa yang Tumbuh di Daerah Jember.
Journal of Herbal, Clinical and Pharmaceutical
Sciences, 04(01), 27–32.
https://doi.org/10.30587/herclips.v4i01.4544
Titosastro, S., & Musholaeni, W. (2015). Penanganan Panen
dan Pasca Panen Tembakau di Kabupaten Bojonegoro.
Jurnal Buana Sains, 15(2), 155–164.
Ulya, M., Wasilah, & Faridz, R. (2020). Pengembangan
Produk Minuman Herbal Berbasis Teh Cabe Jawa (Piper
retrofractum Vahl.) Menggunakan Metode Value
Engineering Product Development of Herbal Drink Based
on Java Long Pepper (Piper retrofractum Vahl.) Tea using
Value Engineering Method. Industria: Jurnal Teknologi
Dan Manajemen Agroindustri, 9(2), 119–127.
https://doi.org/10.21776/ub.industria.2020.009.02.5
Vardani, A., Arinie, F., & Taufik, M. (2019). Rancang Bangun
Sistem Monitoring Tanaman Cabe Jamu Terhadap
Mekanisme Lingkungan Tumbuh pada Web. Jurnal
Jartel: Jurnal Jaringan Telekomunikasi, 9(2), 127–131.
https://jartel.polinema.ac.id/index.php/jartel/article/view
/209

Cahyo Indarto, Ph.D xiii


Waspodo, T. (2016). Pengaruh Potensi Usaha Tani Cabe Jawa
terhadap Pendapatan Keluarga pada Petani Cabe Jawa di
Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember. In Jurnal
Ilmiah (pp. 1–16).
Wati, C., Arsi, Karenina, T., Riyanto, Nurcahya, Y. N. I.,
Melani, D., Astuti, D., Septiarini, D., Purba, S. R. F.,
Ramdan, E. P., & Nurul, D. (2021). Hama dan Penyakit
Tanaman. In Yayasan Kita Menulis. Yayasan Kita
Menulis.
Widana, I. N. S. (2021). Etnobotani Tabia bun (Piper
retrofractum Vhal.) (Kajian Teoritik). Jurnal Edukasi
Matematika Dan Sains, 10(1), 220–227.
Widyanata, K. A. J., Mayadewi, N. N. A., Cahyaningrum, P.
L., Trarintya, M. A. P., Muryani, N. M. S., Daryaswanti,
P. I., Artawan, I. K., Pendet, N. M. D. P., & Putra, I. G.
Y. (2020). Modul Pelatihan Petani Budidaya Tanaman
Obat. Jayapangus Press.
https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-
mfi-results.
Yosika, N. I. W., Hawa, L. C., & Hendrawan, Y. (2020).
Karakteristik Pengeringan Cabai Puyang (Piper
retrofractum Vahl.) Menggunakan Pengeringan Alami
(Open Sun Drying). Jurnal Teknologi Pertanian, 21(3),
165–174.
Yuliatmoko, W., & Febria, W. (2018). Pembuatan Minuman
Fungsional dari Buah Cabe Jawa (Piper retrofractum
Vahl). Seminar Nasional “Inovasi Pangan Lokal Untuk
Mendukung Ketahanan Pangan,” 223–227.
Zuchri, A. (2008). Habitus dan Pencirian Tanaman Cabe Jamu
(Piper retrofractum Vahl.) Spesifik Madura. Agrovigor,
1(1),39-44.https://journal.trunojoyo.ac.id/agrovigor/arti
cle/view/230/212

xiv Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan


Biografi Penulis
Cahyo Indarto. Lahir di Pacitan,
Jawa Timur. Berprofesi sebagai
staff pengajar pada jurusan
Teknologi Industri Pertanian,
Universitas Negeri Trunojoyo.
Pendidikan S1 diselesaikan di
jurusan Teknologi Hasil Pertanian,
Universitas Jember, pada tahun 1995.
Pendidikan S2 diselesaikan di jurusan Pascapanen,
Universitas Brawijaya, Malang, pada tahun 1999. Program
Ph.D didapatkan dari National Pingtung University of Science
and Technology, Taiwan. Aktif di berbagai kegiatan akademik
dengan menyelenggarakan penelitian dan kegiatan akademik
lainnya di Jepang pada tahun 2016, dan dilanjutkan di Korea
pada tahun 2018.
Setelah menyelesaikan pendidikan S3, selanjutnya
mendapatkan beasiswa untuk mengikuti program Upgrading
di Frankfurt Germany pada tahun 2019. Sejalan dengan profesi
sebagai staff pengajar, beberapa buku telah diterbitkan,
khususnya adalah buku-buku yang terkait dengan pengayaan

Cahyo Indarto, Ph.D xv


keilmuan bagi mahasiswa di bidang teknologi pangan serta
pengolahan dan pengawetan produk pertanian.

xvi Potensi Cabe Jamu dan Manfaatnya untuk Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai