Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH SAINTIFIKASI JAMU

INTERAKSI BAHAN TANAMAN Cinnamomum sp (KAYU MANIS)

Oleh :
Kelompok 5

Istiqomah Taradhita Y.P. 182211101021


Suhariyanti Mahardika 182211101022
Sarah Faradillah Safri 182211101123
Yulintan Maulidar 182211101024
Ni Putu Nurdika Asih 182211101025

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2018

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat,Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana.
Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu serta menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga dalam penulisan selanjutnya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kamimengharap kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan berupa kritik atau saran yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.

Jember, 1 Oktober 2018

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................v
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................................2
1.1. Latar Belakang 2
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................4
2.1. Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) 4
2.2. Klasifikasi Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) 5
2.3. Deskripsi Tanaman 5
2.4. Bagian yang Digunakan dan Kegunaannya 6
2.5. Fitokimia Kayu Manis 7
BAB 3. METODE.......................................................................................................10
3.1. Panen dan Pasca Panen 10
3.2. Cara Konsumsi 11
BAB 4. PEMBAHASAN............................................................................................13
4.1. Interaksi Kayu Manis dengan Bahan Obat Kimia 13
4.2. Interaksi Kayu Manis dengan Bahan Herbal & Suplemen Lain 14
4.3. Interaksi Kayu Manis dengan Penyakit Tertentu 16
BAB 5. PENUTUP......................................................................................................19
5.1. Kesimpulan 19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................20

iii
DAFTAR TABEL

2.1. Konstituen senyawa dari berbagai bagian Cinnamon.............................................8


3.1. Komposisi Kandungan Kimia Pasca Panen..........................................................11

iv
DAFTAR GAMBAR

2.1. Kulit Kayu Manis...................................................................................................2


2.2. Berbagai Bentuk Olahan Kayu Manis....................................................................7

v
1. BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


2. Indonesia merupakan negara besar yang terkenal karena keanekaragamannya,
salah satunya adalah keanekaragaman hayati (megabiodiversity) khususnya
tumbuhan. Selain itu Indonesia juga memiliki keanekaragaman etnis yang memiliki
berbagai macam pengetahuan tentang obat tradisional yang menggunakan bahan-
bahan dari tumbuhan. Banyak dari jenis tumbuhan itu telah ribuan tahun digunakan
oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan dokter sebagai bahan obat atau obat
tradisional untuk berbagai macam penyakit dan memberikan hasil yang baik bagi
pemeliharaan kesehatan serta pengobatan (Mills, 1996).
3. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
003/MENKES/PER/I/2010, jamu adalah obat tradisional Indonesia sedangkan obat
tradisional itu sendiri adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Bangsa Indonesia telah
lama mengenal dan menggunakan tanaman tradisional berdasar pada pengalaman dan
ketrampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Penggunaan tanaman herbal sebagai obat tradisional di
Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu
terbukti dari adanya naskah lama pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali),
Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat Primbon Jampi, Serat Racikan
Boreh Wulang Dalem dan relief candi Borobudur yang menggambarkan orang sedang
meracik obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya (Komala dkk., 2016).
2

WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam


pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan,dan pengobatan penyakit, terutama
untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dankanker. WHO juga mendukung
upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional. Menurut
WHO, hingga 65 % dari penduduk negara maju dan 80 % penduduk negara
berkembang telah menggunakan obat herbal. Namun, penggunaan obat herbal dan
obat-obat kimia sebagai obat-obatan konvensional yang signifikan, perlu diperhatikan
interaksi yang mungkin dapat terjadi, sehingga penggunaannya dapat dilakukan
seaman mungkin. Obat dapat berinteraksi dengan makanan atau minuman, zat kimia
atau dengan obat lain (Sadalia dkk., 2017).
Interaksi obat merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi respon tubuh
terhadap pengobatan. Suatu interaksi terjadi ketika suatu zat memengaruhi aktivitas
obat seperti meningkatkan atau menurunkan efeknya serta menghasilkan efek baru
yang tidak diinginkan atau direncanakan. Walaupun sudah dilakukan uji khasiat dan
uji keamanan, obat herbal tidak 100% aman, hampir sama dengan obat modern
lainnya, tentu ada interaksi jika digunakan bersama obat lainnya, makanan, dan
bersama herbal lainnya. Interaksi dimana obat – obat herbal dapat mengurangi atau
menghilangkan khasiat atau manfaat obat sehingga meningkatkan efek samping atau
efek dari obat itu sendiri (Ganiswara, 2000).
Tanaman kayumanis (Cinnamomum burmanii) sudah lama dikembangkan diIndonesia
dan merupakan salah satu komoditirempah yang kulit batang, cabang dan dahannya
digunakan menjadi barang dagangan utama sejak zaman kolonial. Kayu manis telah lama
dianggap sebagai "rempah ajaib" di berbagai belahan dunia. Secara imperis kulit kering
kayu manis yang direndam dalam air teh dan diminum dapat menurunkan kadar kolesterol
tubuh dan mengencerkan darah sehingga baik untuk penderita stroke. Hasil penelitian di
Swedia menyatakan bahwa mengkonsumsi satu sendok makan bubuk kayu manis sebelum
makan dapat menahan kenaikan kadar gula dalam darah karena bubuk kayu manis mencegah
pengisapan gula pada didinding usus dan sebagainya. Penelitian pun menunjukkan minyak
3

atsiri atau oleoresin dari kayumanis mengandung beberapa senyawa kimia seperti sinamat
aldehid, eugenol, methyl ketene,furfural, benzaldehyde, nonyl aldehyde, hydrocinnamic
aldehyde, cuminaldehyde, dan coumarin yang memiliki manfaat bagi kesehatan (Denian,
1996). Namun, meskipun kayu manis telah menjadi salah satu tanaman obat yang
memiliki banyak khasiat, monitoring pemakaian kombinasi kayu manis dengan obat
sintetik ataupun makanan tertentu tetap harus dilakukan. Berdasarkan penjelasan
diatas, maka dalam makalah ini akan dibahas interaksi penggunaan kayu manis
sebagai tanaman obat tradisional.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana deskripsi tanaman Cinnamomum sp?
2. Bagaimana metode panen dan cara konsumsi Cinnamomum sp?
3. Bagaimana interaksi Cinnamomum spdengan bahan kimia obat, herbal lain,
suplemen, dan penyakit tertentu?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui deskripsi tanaman Cinnamomum sp.
2. Mengetahui metode panen dan cara konsumsi Cinnamomum sp.
3. Mengetahui interaksi Cinnamomum spdengan bahan kimia obat, herbal lain,
suplemen, dan penyakit tertentu.
2. BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)


Tanaman kayumanis (Cinnamomum burmanii) sudah lama dikembangkan di
Indonesia dan merupakan salah satu komoditi rempah yang menjadi barang
dagangan utama sejak zaman kolonial. Komoditi ini di ekspor melalui Penang dan
Singapura dan hingga saat ini masih memiliki potensi di pasar regional dan
internasional. Tanaman ini merupakan komoditas unggulan, terutama di daerah
Sumatera Barat dan Kabupaten Kerinci, sebagai daerah sentra produksi kayu manis
Indonesia. Di daerah ini pendapatan petani yang berasal dari hasil kayumanis sebesar
26,93% dari hasil usahataninya, atau 16,03% dari total pendapatan petani (Ferry,
2013). Walaupun bukan pendapatan utama, namun fungsinya sangat penting sebagai
cadangan dana untuk memenuhi kebutuhan biaya mendadak dan mahal.
Menurut Heyne (1987), pohon kayu manis (Cinnamomum burmannii)
merupakan tumbuhan asli Asia Selatan, Asia Tenggara dan daratan Cina, Indonesia
termasuk didalamnya. Tumbuhan ini termasuk famili Lauraceae yang memiliki nilai
ekonomi dan merupakan tanaman tahunan yang memerlukan waktu lama untuk
diambil hasilnya. Hasil utama kayu manis adalah kulit batang dan dahan, sedang hasil
samping adalah ranting dan daun. Komoditas ini selain digunakan sebagai rempah,
hasil olahannya seperti minyak atsiri dan oleoresin banyak dimanfaatkan dalam
industri-industri farmasi, kosmetik, makanan, minuman, rokok, dan lain lain. Kulit
kayu manis dalam bentuk asli seperti potongan atau bubuk digunakan untuk
bermacam-macam bumbu masakan daging dan ikan, dan sebagai campuran dalam
minuman (teh, kopi, dan kakao).

Gambar BAB 2. TINJAUAN


PUSTAKA.1. Kulit Kayu Manis
5

2.2. Klasifikasi Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)


Kingdom (kerajaan) : Plantae (tumbuhan)
Sub kingdom : Tracheobianta (tumbuhan berpembuluh)
Super divisi : Spermatopyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Laurales
Famili (suku) : Lauraceae
Genus (marga) : Cinnamomum
Spesies (jenis) : Cinnamomum burmanii

2.3. Deskripsi Tanaman


Tinggi tanaman kayu manis berkisar antara 5 – 15 m, kulit pohon berwarna abu-
abu tua berbau khas, kayunya berwarna merah coklat muda. Daun tunggal bentuk
elips memanjang dengan panjang 4–14cm dan lebar 1,5 – 6 cm, kaku seperti kulit,
letak berseling, tulang daun melengkung, ujung runcing, tepi rata, permukaan atas
licin berwarna hijau untuk daun tua dan berwarna merah pucat untuk daun muda,
permukaan bawah bertepung warnanya keabu-abuan. Kelopak bunga berjumlah 6
helai, tidak bertajuk, jumlah benang sari 12 helai. Persarian berlangsung dengan
bantuan serangga. Buah berbiji satu dan berdaging, bulat memanjang, warna buah
muda hijau tua dan buah tua ungu tua.
Kayu manis akan berproduksi baik bila ditanam di daerah dengan ketinggian 500
– 1.500 m dpl dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun dengan jumlah
cukup, sekitar 2.000 – 2.500 mm/tahun. Curah hujan yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan hasil panen rendemennya terlalu rendah. Daerah penanaman
sebaiknya bersuhu rata-rata 18°C-27°C. Kelembaban yang diinginkan 70 – 90 %,
semakin tinggi kelembabannya maka semakin baik pertumbuhannya.

2.4. Bagian yang Digunakan dan Kegunaannya


Sebagian besar kulit kayumanis yang diekspor Indonesia adalah jenis
Cinnamomum burmanii. Kulit kayu manis dapat digunakan langsung dalam bentuk
asli atau bubuk, minyak atsiri dan oleoresin. Minyak kayu manis dapat diperoleh dari
6

kulit batang, cabang, ranting dan daun pohon kayu manis dengan cara destilasi,
sedangkan oleoresinnya dapat diperoleh dengan cara ekstraksi kulit kayu manis
dengan pelarut organik (Rusli dan Abdullah, 1988). Bagian dari tanaman kayu manis
yang sering diolah untuk meningkatkan nilai ekonomi yaitu bagian kulit batangnya.
Kulit kayu manis biasanya diolah menjadi berbagai macam produk seperti dalam
bentuk bubuk, minyak atsiri atau oleoresin. Kulit kayu manis dalam bentuk asli
seperti potongan atau bubuk digunakan untuk bermacam-macam bumbu masakan
daging dan ikan, dan sebagai campuran dalam minuman (teh, kopi, dan kakao).
Secara emperis kulit kering kayu manis yang direndam dalam air teh dan diminum
dapat menurunkan kadar kolesterol tubuh dan mengencerkan darah sehingga baik
untuk penderita stroke. Hasil penelitian di Swedia menyatakan bahwa mengkonsumsi
satu sendok makan bubuk kayu manis sebelum makan dapat menahan kenaikan kadar
gula dalam darah karena bubuk kayu manis mencegah pengisapan gula pada
didinding usus dan sebagainya. Oleoresin dan minyak atsiri rempah-rempah banyak
digunakan dalam industri makanan, minuman, farmasi, flavor (tembakau / rokok),
fragrance, pewarna dan lain-lain. Oleoresin dalam industri pangan banyak digunakan
sebagai pemberi cita rasa dalam produk-produk olahan daging (misalnya sosis,
burger, kornet), ikan dan hasil laut lainnya, roti, kue, puding, sirup, saus dan lain-
lain. Oleoresin dari kayu manis sama dengan bubuknya, umumnya digunakan dalam
industri makanan, pemberi rasa dan aroma dalam industri makanan, minuman,
farmasi, rokok dan kosmetika.

Minyak atsiri yang ada didalam kulit kayu manis bersifat anti cendawan sehingga
dapat digunakan sebagai bahan pengawet. Kayu manis berkhasiat untuk obat
antidiabetes, asam urat, menurunkan tekanan darah tinggi, maag, nafsu makan, sakit
kepala (vertigo), masuk angin, diare, perut kembung, muntah-muntah, hernia, susah
buang air besar, asma, sariawan, dan sakit kencing. Kayu manis memiliki efek
7

farmakologis yang dibutuhkan dalam obat-obatan. Kulit batang, daun, dan akarnya
dapat dimanfaatkan sebagai obat antirematik, peluruh keringat (diaphoretic), peluruh
kentut (carminative), dan menghilangkan rasa sakit (Rao dan Gan. 2014).

(a) (b)
Gambar BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.2. Kayu manis yang telah diolah dalam bentuk
minyak atsiri atau oleoresin (a); Kayu manis yang telah dioleh dalam bentuk bubuk (b)

2.5. Fitokimia Kayu Manis


Cinnamon terdiri dari bermacam-macam senyawa resin seperti sinamaldehida,
sinamat, asam sinamat, dan berbagai minyak esensial. Singh et al, mengatakan
hika rasa dan aroma pedas pada Cinnamon terjadi akibat adanya senyawa
sinamaldehida dan terjadinya absorpsi oksigen. Selain itu munculnya warna yang
gelap pada kayu manis mengindikasikan jika terdapat senyawa resin didalamnya
(Rao et al,2014). Tiap bagian Cinnamon memiliki kandungan senyawa dengan
jumlah yang berbeda-beda seperti yang ditunjukkan pada tabel2.1.

Tabel BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.1. Konstituen senyawa dari berbagai


bagian Cinnamon (Vangalapati et al, 2012)

Bagian dari tanaman Senyawa kimia


Daun Sinamaldehida : 1,00 – 5,00%;Eugenol : 70,00 – 95,00%
Kulit (bark) Sinamaldehida : 65,00 – 80,00%; Eugenol : 5,00 –
10,00%
Kulit akar (root bark) Camphor : 60,00%
Buah trans-Sinamil asetat : 42,00 – 54,00%; caryophyllene :
9,00 – 14,00%
Kuncup Hidrokarbon terpen : 78,00%; Alpha-Bergamotene :
8

C.zeylanicum 27,38%; Alpha-Copaene : 23,05%; Oxygenated


terpenoid : 9,00%
Bunga C.zeylanicum (E)-Sinamil asetat : 41,98%; Trans-alpha-Bergamotene :
7,97%; Caryophyllene oksida : 7,20%

a. Aktivitas antioksidan
Ekstrak kayu manis dengan pelarut air dan alcohol (1:1) berpotensi
menghambat oksidasi asam lemak dan lipid peroksidasi secara in vitro. Isolasi
flavonoid dari cinnamon memiliki aktivitas dalam mengurangi senyawa radikal
bebas. Selain itu studi pendahuluan pada daun C.malabatrum yang diekstraksi
dengan berbagai macam pelarut memiliki jumlah senyawa fenolik yang tergolong
moderate dan menunjukkan aktivitas potensial dalam melawan peroksidasi
hydrogen, oksida nitrit, dan peroksidasi lipid akibat radikal bebas(Aravind et al,
2012).
b. Aktivitas antidiabetes
Beberapa polifenol yang dapat diisolasi pada Cinnamon meliputi rutin
(90,0672%), katekin (1,9%), kuersetin (0,172%), kaempferol (0,016%), dan
isorhamnetin (0,103)%. Ekstrak kayu manis dengan pelarut air diketahui mampu
mengurangi absorpsi dari alanin pada saluran pencernaan bawah tikus. Alanin
berperan penting pada glukoneogenesis, yang mana akan diubah kembali ke
piruvat di hari, dan digunakan sebagai substrat untuk glukoneogenesis(Li et al.
2008; Yang et al, 2012).
c. Aktivitas Antimikroba
Studi penelitian yang dilakukan Dandapat et al, (2013) diketahui jika ekstrak
daun dari C.tamala mengandung metabolit primer yang tinggi seperti lemak,
karbohidrat, dan protein serta metabolit sekunder seperti flavonoid, saponin,
tannin, alkaloid, dan polifenol yang memiliki beberapa aktivitas farmakologis
seperti salah satunya adalah aktivitas antibakteri. Bakteri yang mampu dihambat
seperti S.epidermidis dan S.aureus. Selain itu pada studi yang dilakukan oleh
Hameed, et al, (2016) diketahui jika ekstrak C.zeylanicum yang mengandung
(E)-sinamaldehida memiliki aktivitas antimikroba serta aktivitas antifungi pada
ekstrak dengan pelarut methanol. Bakteri yang mampu dihambat yaitu Klebsiella
9

pneumonia, Pseudomonas aeroginosa, E.coli, S.aureus, dan Proteus mirabilis.


Sedangkan dalam ektrak methanol dengan aktivitas antifungi melawan Asp.niger,
Asp.terreus, Asp.flavus, dan Asp.fumigatus.
3. BAB 3. METODE

3.1. Panen dan Pasca Panen


Saat panen terbaik ditandai oleh warna daun yang sudah menjadi hijau tua.
Semakin tua umur tanaman maka hasil kulit kayu manis akan lebih tebal. Panen
pertama kayu manis dilakukan pada umur 8 tahun. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk pemanenan kayu manis, yaitu :
1. Batang ditebang sekaligus kemudian dikuliti.
2. Cara menguliti, yaitu 2 bulan sebelum ditebang seluruh kulit batang dikupas
setinggi 80 – 100 cm dan dimulai kira-kira 5 cm dari leher akar. Setelah 2 bulan,
batang kayu manis ditebang. Cara pemanenan seperti ini akan merangsang tunas
baru yang akan dipelihara sebagai tanaman baru.
3. Batang dipukul-pukul dengan benda keras (kayu atau bambu) beberapa kali atau
seperlunya sebelum ditebang. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kulit yang
tebal dan mudah mengelupas.
4. Cara Vietnam, yaitu dengan memotong bagian batang berselang-seling dengan
ukuran 10 cm x 30 cm dan 10 cm x 60 cm. Setelah kulit hasil panen pertama
bertaut maka dapat dilakukan pemanenan berikutnya. Setelah dipanen, kulit kayu
manis langsung dikeringkan dengan sinar matahari selama 2 – 3 hari atau dengan
menggunakan alat pengering. Selama proses pengeringan, kulit kayu manis akan
menggulung secara alami. Kulit dinyatakan kering kalau bobotnya sudah susut
sekitar 50 %.

Thomas and Duethi (2001) menerangkan bahwa kayu manis mengandung


minyak atsiri, eugenol, safrole, cinnamaldehyde, tannin, kalsium oksalat, damar, zat
penyamak, dimana cinnamaldehyde merupakan komponen yang terbesar yaitu
sekitar 70 %. Berikut komposisi kandungan kimia setelah pasca panen.
11

Tabel BAB 3. METODE.2. Komposisi Kandungan Kimia Pasca Panen

Parameter Komposisi
Kadar Air 7,90%
Minyak Atsiri 2,40%
Alkohol Ekstrak 10-12%
Abu 3,55%
Serat Kasar 20,30%
Karbohidrat 59,55%
Lemak 2,20%

3.2. Cara Konsumsi


Masyarakat umumnya menggunakan kayu manis sebagai bahan penyedap
masakan atau bagian dari bumbu yang ditambahkan pada makanan atau digunakan
sebagai obat. Bagian yang dimanfaatkan adalah kulit kayu manis dengan cara
penggunaan sebagai berikut :
1. Campurkan ½ sendok teh kayu manis bubuk dalam minuman atau makanan atau
dijadikan sebagai obat kunur serta permen yang berfungsi untuk menyegarkan
napas.
2. Merebus kayu manis, saring air rebusannya dan minum dalam kondisi hangat
untuk mengatasi gejala mag.
3. Merebus kayu manis sebanyak 5 g ditambah 5 lembar daun jambu biji dengan air
600 ml hingga tersisa 300 ml. Minum air rebusan sebagai obat diare (Syamsul,
2015).
4. Kulit kayu manis digiling halus menjadi serbuk, lal disimpan dalam toples. Bila
ingin digunakan, serbuk diambil sebanyak 1-3 g dan dimasukkan ke dalam
cangkir, lalu diseduh dengan air panas. Cangkir ditutup agar minyak tidak
menguap. Setelah dingin, minum larutan beningnya setengah jam sebelum makan
203 kali sehari (Setiawan, 2012)
12

Sebelum penemuan insulin, pengobatan dengan tumbuhan digunakan untuk


terapi diabetes. Ekstrak kayu manis dapat membantu efektivitas penyerapan insulin di
saluran darah. Dosis yang dikonsumsi adalah 1 gram sehari tiga kali selama 40 hari.
Dengan menambahkan kayu manis sebanyak 1 sendok teh pada 1 mangkuk puding
dapat menurunkan kenaikan gula darah setelah makan. Kayu manis juga dapat
dikonsumsi bersama dengan teh (Phaidon, 2012)
4. BAB 4. PEMBAHASAN

4.1. Interaksi Kayu Manis dengan Bahan Obat Kimia


a. Obat-obatan hepatotoksik
Penggunaan dosis besar dari kayu manis mungkin dapat membahayakan hati,
terutama pada orang dengan gangguan pada hati. Kayu manis mengandung kumarin
dimana senyawa ini dijelaskan dalam Journal of Agricultural dan Food Chemistry
tahun 2010. Senyawa ini memiliki manfaat terhadap sistem sirkulasi darah dan
kinerja neurodegeneratif termasuk alzheimer tetapi juga memiliki sifat hepatoksin.
Karenanya dalam kadar berlebihan kumarin bisa menjadi berbahaya bagi hati (Eigert,
2010). Penggunaan bersamaan dengan obat-obatan hepatotoksik dapat meningkatkan
resiko terjadinya kerusakan hati. Beberapa obat yang dapat membahayakan hati
mengandung acetaminophen (Tylenol dan lain-lain), amiodarone (Cordarone),
carbamazepine (Tegretol), isoniazid (INH), dan banyak lainnya.Kayu manis dapat
mengganggu cara tubuh memproses obat-obatan tertentu menggunakan sistem enzim
cytochrome p450 hati, Akibatnya tingkat obat dalam darah dapat diubah serta dapat
mengubah efek obat lain yang berpotensi memiliki sistem p450.

b. Obat antidiabetes
Kayu manis dapat menurunkan kadar gula darah, sementara obat diabetes juga
digunakan untuk menurunkan kadar gula darah Afrianti dkk., 2014). Penggunaan
bersamaan menyebabkan kadar gula darah turun terlalu rendah sehingga perlu
dilakukan monitor secara teratur. Mungkin juga perlu dilakukan penurunan dosis obat
diabetes. Beberapa obat yang digunakan untuk diabetes termasuk glimepiride,
glyburide, insulin, metformin, pioglitazon, rosiglitazon, klorpropamid, glipizide,
tolbutamid, dll. Dosis yang tepat untuk kayu manis tergantung pada beberapa faktor
seperti usia, kondisi kesehatan dll. Saat ini belum ada informasi ilmiah yang cukup
dalam penentuan dosis yang tepat.
14

c. Antibiotik
Kayu manis memiliki aktivitas antibakteri yang jika digunakan terus menerus
dengan obat antibiotik dapat menimbulkan efek aditif.
d. Antijamur
Sifat antijamur kayu manis dapat meningkatkan efek obat antijamur yang umum
digunakan
e. Antivirus
Ekstrak kulit kayu manis memiliki efek antivirus. Jika digunakan dengan obat
antiviral lain dapat terjadi kemungkinan efek aditif
f. Obat Jantung
Kayu manis dapat mempengaruhi denyut jantung dan dapat berinteraksi dengan
agen jantung.
g. Agen Sistem Kekebalan Tubuh
Kayu manis mungkin memiliki efek pada sistem kekebalan tubuh. Sehingga
penggunaan dengan agen lain yang mengubah sistem kekebalan tubuh.dapat
menimbulkan efek aditif.
h. Obat yang dapat Meningkatkan Resiko Pendarahan
Kayu manis dapat meningkatkan resiko pendarahan jika digunakan bersama
obat-obatan yang dapat meningkatkan resiko pendarahan, contohnya aspirin,
antikoagulan, antiplatelet, dan NSAID.
i. Antispasmodik
Kayu manis mempunyai efek antispasmodik sehingga jika digunakan dengan
obat antispasmodik lain dapat menimbulkan efek aditif(Catherine E. Ulbritch, 2010).

4.3. Interaksi Kayu Manis dengan Herbal dan Suplemen Lainnya


a. Interaksi dengan Bahan Herbal Lain
Kayu manis cassia, jenis kayu manis yang biasanya ditemukan di toko kelontong,
secara alami mengandung senyawa yang disebut kumarin. Kumarin juga ditemukan
pada tanaman lain seperti seledri, chamomile, semanggi manis dan peterseli. Jika
kadarnya terlalu tinggi, kumarin dapat merusak lever. Juga dapat memberi efek
“pengencer darah” sehingga supplemen kayu manis cassia tidak boleh dikonsumsi
bersama dengan obat reseo anti-pembekuan. Kayu manis juga dapat ditemukan dalam
15

bentuk minyak konsentrat minyak yang berasal dari kulit kayu manis. Beberapa
produk ini tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi, tetapi digunakan sebagai minyak
esensial aromaterapi. Juga, minyak ini sanat ampuh dan penggunaan berlebih bisa
menekan sistem saraf pusat. Sehingga, penggunaan minyak kayu manis untuk
pengobatan tidak dilakukan kecuali dibawah pengawasan ketat seorang profesional
kesehatan (Nurmalina, 2012),
Penambahan kayu manis dan pandan wangi pada teh herbal kulit salak dapat
dikonsumsi bagi penderita diabetes. Dengan komposisi proporsi filtrat kulit salak :
filtrat pandan wangi (90:10) dengan penambahan filtrat kayu manis 4% (Anjani,
2015). Pada suatu penelitian, kombinasi antara Cinnamomum buranii dan
Lagerstroemia speciosa (DLBS3233) dengan dosis 50-100 mg yang dikonsumsi 1x
sehari dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan mempertahankan kinerja sel β. Hal
ini dapat menjadi upaya untuk mencegah konversi impaired glucose tolerance (IGT)
menjadi diabetes.Kombinasi tersebut juga mempunyai efek pada sistem
kardiovaskular tanpa adanya efek merugikan seperti penambahan berat badan
maupun edema (Malinda, 2016). Ekstrak kayu manis memiliki kandungan polifenol
dan kapasitas antioksidan lebih tinggi daripada ekstrak kakao. Hasil pencampuran
kedua ekstrat tersebut dimana kayu manis secara signifikan mempengaruhi kapasitas
antioksidan dari kakao. Sehingga, semakin tinggi rasio dari ekstrak kayu manis dapat
memberikan efek sinergis maupun antagonis. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang efek spesifik yang dihasilkan. Namun, interaksi ini mampu menjadi dasar
prospektif untuk pengobatan penyakit yang terkait dengan oksigen reaktif
(Dewettinck, 2017).

b. Interaksi dengan suplemen


Kayu manis dapat meningkatkan resiko pendarahan ketika dikonsumsi dengan
herbal dan suplemen yang diyakini dapat meningkatkan meningkatkan resiko
pendarahan. Beberapa kasus perdarahan telah dilaporkan dengan penggunaan Ginko
biloba, dan sedikit kasus interaksi dengan bawang putih. Kayu manis dapat
16

mengganggu cara tubuh memproses herbal atau suplemen tertentu menggunakan


sistem enziM, “cytochrome P450” di hati. Akibatnya, kadar obat herbal atau
suplemen lain menjadi meningkat dalam darah. Hal tersebut juga dapar mengubah
efek yang mungkin dimiliki herbal atau suplemen lain pada sisten P450. Kayu manis
dapat menurunkan kadar gula darah. Maka, disarankan untuk berhati-hati saat
menggunakan herbal atau suplemen yang juga dapat menurunkan gula darah. Perlu
pemantauan kadar glukosa darah dan penyesuaian dosis. Kayu manis dapat
menyebabkan tekanan darah rendah. Perlu diperhatikan juga pada orang yang
mengkonsumsi obat herbal atau suplemen yang dapat menurunkan tekanan darah.
Kayu manis juga dapat berinteraksi dengan herbal dan suplemen Alzheimer, ramuan
suplemen anti-asma., antibakteri, antikanker, antijamur, herbal anti-gout,
antiinflamasi, antiobesitas, antioksidan, antiviral, suplemen penurun kolestrol,
cengkeh, efedra, herbal dan suplemen yang dapat mempengaruhi sistem kekebalan
tubuh, sistem saraf pusat, herbal dan suplemen yang dapat meningkatkan sensitivitas
cahaya, herbal dan suplemen yang dapat mengobatu irama jantung yang abnormal,
repellants serangga, ramuan penghilang rasa sakit, herbal simptomatik dan suplemen
dan vitamin E (Stores, 2012)

4.4. Interaksi Kayu Manis dengan Penyakit Tertentu


Kontraindikasi:
a) Demam yang tidak jelas kausanya
b) Ulkus gaster atau duodenum
c) Alergi terhadap kayu manis dan cinnamaldehyde
d) Perlu perhatian khusus pada pasien dengan kerusakan hati (karena kandungan
coumarin), gangguan jantung.
e) Kehamilan
Penggunaan kayu manis yang berlebihan pada wanita hamil perlu dihindari karena
dapat menyebabkan perilaku yang mengganggu, misalnya seperti ADHD (attention
deficit hyperactivity disorder). Glycyrrhizin yang terkandung dalam kayu manis dapat
mengganggu plasenta, sehingga bisa menularkan hormon stres dari ibu ke bayi.
17

Tingkat hormon tinggi yang dikenal dengan glucocorticoids dapat mempengaruhi


perkembangan otak janin dan telah dikaitkan dengan gangguan perilaku pada anak-
anak. Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Epidemiology,
gangguan yang bisa terjadi pada anak-anak meliputi gangguan dalam penggunaan
kosa kata, memori dan juga kesadaran seseorang. Dosis yang aman untuk ibu hamil
adalah 100 gram.
f) Kayu manis tidak boleh dikonsumsi sebagai suplemen oleh anak-anak dan ibu
menyusui
Penggunaan kayu manis pada ibu menyusui meningkatkan resiko hipoglikemia
dan anak tidak mau menyusu. Pada umumnya ibu menyusui juga mengkonsumsi
herbal fenugreek untuk meningkatkan dan melancarkan produksi ASI. Fenugreek
merupakan jenis tanaman bagi masyarakat Eropa untuk membantu meningkatkan ASI
tersebut. Namun apabila ibu menyusui mengkonsumsi herbal fenugreek dan disatu
sisi juga mengkonsumsi kayu manis, maka keduanya dapat memberikan reaksi yang
merugikan tubuh. Fenugreek selain meningkatkan ASI, ternyata juga dapat
menurunkan kadar gula darah. Di satu sisi, kayu manis juga dapat menurunkan kadar
gula darah. Jadi apabila keduanya dikonsumsi bersamaan, maka ibu menyusui dapat
mengalami kadar gula darah rendah atau hipoglikemia dan beresiko dapat mengalami
pusing, lemas, bahkan kehilangan kesadaran. Kondisi hipoglikemia gula darah rendah
pada Ibu hamil, atau hipoglikemia pada bayi dan ibu menyusui akan sangat berbahaya
jika dibiarkan.Untuk mencegah terjadinya hipoglikemia akibat kombinasi
penggunaan obat herbal fenugreek dengan kayu manis bagi ibu menyusui:
1. Jangan konsumsi fenugreek dengan kayu manis bersamaan. Beri jarak waktu dan
kurangi banyaknya.
2. Sebaiknya saat mengkonsumsi kedua jenis bahan dari tanaman tersebut, Ibu
menyusui juga pelu mengkonsumsi makanan seperti nasi atau produk tepung
lainnya.
3. Jangan melakukan diet berat saat mengkonsumsi kedua bahan tanaman tersebut.
4. Pilihlah herbal lain yang dapat meningkatkan produksi ASI (selain fenugreek) jika
ingin mengkonsumsi kayu manis.
18

5. Jika ingin mengkonsumsi fenugreek, sebaiknya kurangi makanan yang


mengandung kayu manis.
6. Siapkan selalu produk mengandung gula seperti minuman manis atau permen,
untuk segera dikonsumsi bila tiba-tiba mengalami hipoglikemia.
Jika memang bayi sangat tidak menyukai atau sensitif terhaap kayu manis, maka
yang dapat dilakukan:
a) Banyak minum air putih, agar zat dari kayu manis tersebut segera dikeluarkan
dari tubuh.
b) Tampung ASI terlebih dahulu sebelum mengkonsumsi kayu manis (dengan cara
dipompa dan di dinginkan di kulkas). ASI kemudian diberikan pada bayi melalui
dot atau di pipet setelah dihangatkan kembali dari kulkas.
c) Cari bahan makanan lain yang bisa sebagai pengganti kayu manis untuk makanan.
d) Jika ASI terlanjur mengandung kayu manis, Ibu perlu menyiapkan pengganti
dengan susu formula untuk sementara.

Keluarkan semua ASI mengandung kayu manis dari payudara dengan cara
dipompa, agar kelenjar payudara memproduksi ASI baru.
a. BAB 5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Interaksi kayu manis dengan beberapa obat yaitu obat antidiabetes, obat
hepatotoksik, Antijamur, Antivirus, Antispasmodik, Agen sistem kekebalan tubuh,
Antibiotik, dan Obat Jantung
2. Interaksi ekstrak kayu manis dengan ekstrak kakao yaitu semakin tinggi rasio dari
ekstrak kayu manis dapat memberikan efek sinergis maupun antagonis. Selain itu
kayu manis dapat meningkatkan resiko pendarahan ketika dikonsumsi dengan
herbal dan suplemen yang diyakini dapat meningkatkan meningkatkan resiko
pendarahan
3. Kayu Manis kontraindikasi dengan kondisi dema, ulkus gaster/duodenum, alergi
terhadap kayu manis dan cinnamaldehyde,selain itu perlu perhatian khusus pada
pasien dengan kerusakan hati, kondisi kehamilan. Kayu manis tidak boleh
dikonsumsi sebagai suplemen oleh anak-anak dan ibu menyusui.
DAFTAR PUSTAKA

A. Sangal. 2011. Role Of Cinnamon As Beneicial Antidiabetic Food Adjunct: A


Review. Advances in Applied Science Research. 2(4):440–450.
Afrianti, R., M. H. Mukhtar, dan A. Baksir. 2014. Uji aktifitas antidiabetes tipe ii
ekstrak etanol sisa penyulingan kulit batang kayu manis dengan induksi lemak
tehadap mencit putih jantan. 4(2):51–54.
Anggriawan, M. B., A. P. Roswiem, dan K. Kunci. 2015. Potensi ekstrak air dan
etanol kulit batang kayu manis padang ( cinnamomum burmanii ) terhadap
aktivitas enzim a-glukosidase the potency of aqueous and ethanolic bark
extracts of cinnamon padang ( cinnamomum burmanii ) againts a- glukosidase
enzyme activities. 23(2):91–102.
Arrafi, A. N. dan M. P. Dr. Amanatie M.Si. 2006. Uji aktivitas antidiabetes infusa
kulit batang kayu manis (cinnamomun burmanii) pada mencit putih jantan
secara in vivo
Anjani. 2015. Effect of Addition of Fragant Pandannus and Cinnamon in Herbal Tea
by Peel of Snake Fruit for Diabetic. Jurnal Pangan dan Agroindustri.
Borkataky, Munmi and Sood, Kaushal. 2014. Antibacterial, antioxidant and Cytotoxic
activities of Cinnamomum tamala nees. Leaves. India : Departement of Life
Sciences, Dibrugargh University.
Catherine E. Ulbritch. 2010. Natural Standard Herb & Supplement Guide. 3.
Eigert, A. N. P. R. 2010. Quantification of flavoring constituents in cinnamon : high
variation of coumarin in cassia bark from the german retail market and in
authentic samples from indonesia. 10568–10575.
C.-H. Yang, R.-X. Li, and L.-Y. Chuang.2012. “Antioxidant activity of various parts
of Cinnamomum cassia extracted with different extraction methods,”
Molecules, vol. 17, no. 6, pp. 7294–7304.
Dandapat, S, Kumar, M, K. Amit, M, P. Sinha. 2013. Therapeutic efficacy and
nutritional Potentiality of Indian Bay leaf (Cinnamomum tamala buch.-hem).
India : Departemen of Zoology Ranchi University
Denian. A., 1996. Seleksi massa dan uji turunan kayumanis. Laporan Hasil Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat. BPTP Sukarami. Solok. Sukarami
Dewettinck, D. R. 2017. Interaction between natural antioxidants derived from
cinnamon and cocoa in binary and complex mixtures. Food Chemistry.
20

Ferry, Yulius. 2013. Prospek Pengembangan Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) di


Indonesia. SIRINOV. 1(1):11-20.
Ganiswara, S.G. 2000. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta: Bagian
Farmakologi FKUI.
G. Singh, S.Maurya,M. P. deLampasona, and C. A. N. Catalan. 2007. A Comparison
of Chemical, Antioxidant and Antimicrobial Studies of Cinnamon Leaf and
Bark Volatile Oils, Oleoresins and Their Constituents. Food and Chemical
Toxicology.45(9):1650–1661.
H.-B. Li, C.-C. Wong, K.-W. Cheng, and F. Chen. 2008. “Antioxidant properties in
vitro and total phenolic contents in methanol extracts from medicinal plants,”
LWT-Food Science and Technology, vol. 41, no. 3, pp. 385–390.
Hameed, H. I, Altameme, H.J, and Mohammed, G.J. 2016. Evaluation of Antifungal
and Antibacterial Activity and Analysis of Bioactive Phytochemical Compounds
of Cinnamomum zeylanicum (Cinnamon bark) using Gas Chromatography-
Mass Spectrometry. Iraq

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Edisi 2. Jakarta : Yayasan Sarana
Wana Jaya. Halaman 795-800.
Komala, L., Hanny Hafiar., dan Priyo Subekti. 2016. Jejaring Komunikasi Dalam
Penyebaran Informasi Obat Herbal Di Kalangan Pengguna. Jurnal Ilmu
Komunikasi, 3(1): 85-94
M. Okawa, J. Kinjo, T. Nohara, and M. Ono. 2001. “DPPH (1,1-diphenyl-2-
Picrylhydrazyl) radical scavenging activity of flavonoids obtained
fromsomemedicinal plants,” Biological andPharmaceutical Bulletin, vol. 24,
no. 10, pp. 1202–1205.
M. Vangalapati, N. Sree Satya, D. Surya Prakash, and S. Avanigadda.2012. A review
on pharmacological activities and clinical effects of cinnamon species.Research
Journal of Pharmaceutical,Biological and Chemical Sciences,vol 3
Malinda, A. M. 2016. Insulin sensitizer in prediabetes: a clinical study with
DLBS3233, a combined bioactive fraction of Cinnamomum burmanii and
Lagerstroemia speciosa. Drug Design, Developement and Therapy.
Menteri Kesehatan RI. 2016. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 6
tahun 2016 tentang formularium obat herbal asli indonesia.
Nurmalina, R. 2012. 24 Herbal Legendaris Untuk Kesehatan Anda. Bandung: PT
Elex Media Komputindo.
21

R. Aravind, T. Aneesh, A. Bindu, and K. Bindu. 2012. “Estimation of phenolics and


evaluation of antioxidant activity of Cinnamomummalabatrum (Burm. F).
Blume,” Asian Journal of Researchin Chemistry, vol. 5, no. 5, pp. 628–632.
Rao, Paupuleti, V. Gan, Siew, H. 2014. Review Article : Cinnamon: A Multifaceted
Medicinal Plant. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine.
Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. Halaman 1-12.

Rusli, S. dan Abdullah A. 1988. Prospek Pengembangan Kayu Manis di Indonesia.


Jurnal Litbang Pertanian. 8(3):75-79.

S. I.Kreydiyyeh, J.Usta, and R. Copti.2002. “Effectof cinnamon, clove and some of


their constituents on the Na+ -K+ -ATPase activity and alanine absorption in
the rat jejunum,” Food and ChemicalToxicology, vol. 38, no. 9, pp. 755–762.

S. Shobana and K. Akhilender Naidu. 2000.“Antioxidant activity of selected Indian


spices,” Prostaglandins Leukotrienes andEssential Fatty Acids, vol. 62, no. 2,
pp. 107–110.
Setiawan, D. F. (2012). Makanan dan Herbal Untuk Penderita Diabetes Mellitus.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Stores, F. C. 2012. Cinnamon (Cinnamomum spp.).

Sundari, E. 2001. Pengambilan Minyak Atsiri Dan Oleoresin Dari Kulit Kayu Manis.
ITB Central Library. Bandung:Ganesha.
Syamsul hidayat, R. M. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta: AgriFlo (Penebar
Swadaya Group).

Thomas, J. and Duethi, P.P. 2001. Cinnamon Handbook of Herbs and Spices. CRC
Press, New York, Halaman 143-153.
U. M. Senanayake, T. H. Lee, and R. B. H. Wills. 1978. Volatile constituents of
cinnamon (Cinnamomum zeylanicum) oils.Journal of Agricultural and Food
Chemistry, vol. 26, no. 4, pp. 822–824,
Phaidon, L. T. 2012. Fat-loss Not Weight-loss for Diabetes: Sakit Tapi Sehat. Jakarta
Selatan: TransMedia Pustaka.

Y.T. Tung, M.-T. Chua, S.-Y. Wang, and S.-T. Chang,. 2008. Anti-inlammation
activities of essential oil and its constituents from indigenous cinnamon
(Cinnamomum osmophloeum) twigs,” Bioresource Technology. 99(9):3908–
3913.

Anda mungkin juga menyukai