)
PENDAHULUAN
Gambir merupakan tanaman perdu dengan tinggi 1-3 m. Batangnya tegak, bulat, percabangan
simpodial, warna cokelat pucat. Daunnya tunggal, berhadapan, berbentuk lonjong, tepi bergerigi,
pangkal bulat, ujung meruncing, panjang 8-13 cm, lebar 4-7 cm, dan berwarna hijau. Bunga gambir
adalah bunga majemuk, berbentuk lonceng, terletak di ketiak daun, panjang lebih kurang 5 cm, memiliki
mahkota sebanyak 5 helai yang berbentuk lonjong, dan berwarna ungu. Buahnya berbentuk bulat telur,
panjang lebih kurang 1.5 cm, dan berwarna hitam. 1
Gambir adalah sari getah yang diekstraksi dari daun dan ranting tanaman gambir. Tanaman gambir telah
dikenal sejak zaman Mesir Kuno dan Romawi Kuno sebagai bahan penyamak kulit. Sementara itu bangsa
Cina, memanfaatkan getah yang dihasilkan tanaman gambir sebagai obat penyakit perut, pewarna
kain/pakaian dan untuk kosmetik. Bangsa Monggolia memanfaatkan getah gambir sebagai bahan
pencampur sirih, sehingga pembudidayaan tanaman ini menjadi berkembang pesat.2 Dalam dunia
perdagangan gambir dikenal dengan nama Kateku kuning, Kacu, Terra, Cutch. 3
Nama latin
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub-Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiceae
Genus : Uncaria
Spesies : Uncaria gambir Roxb.
Jenis tanaman
Tanaman gambir merupakan tanaman daerah tropis yang termasuk famili Rubiacea dengan ketinggian
sekitar 1,5 – 2 meter.2
Berdasarkan karakteristik morfologinya, tanaman gambir termasuk jenis tanaman perdu setengah
merambat yang memiliki batang berkayu. Batang tegak memiliki tipe percabangan simpodial dan
berwarna coklat pucat.4,5
Hidup dimana
Dapat tumbuh pada semua Jenis tanah yang ber pH 4,8 – 5,5. 5 negara Argentina, Philipina dan
Indonesia.2 Di Indonesia tanaman gambir banyak terdapat diberbagai wilayah, diantaranya sumatra
barat dan riau, kedua wilayah ini meruapakan wilayah produksi gambir yang telah memasuki pasaran
ekspor, sedangkan wilayah Sumatra Utara, bengkulu, Sumatra selatan dan Aceh jumlah produksinya
masih hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal saja.2
Dataran apa
banyak tumbuh di daerah dataran tinggi.2 Tanaman gambir tumbuh dikawasan hutan pada ketinggian
200 - 800 m di atas permukaan laut yang memiliki hujan merata sepanjang tahun dan cukuo cahaya
matahari.4,5
Suhu udara
suhu udara yang dibutuhkan berkisar antara 26°C sampai 28°C, dengan kelembaban udara 70% - 85%,
daerah disekitar khatulistiwa dengan curah hujan 2500 – 3000 mm 3/tahun merupakan wilayah yang
sesuai dengan pertumbuhan gambir. 5 Rata-rata curah hujan 3.353 cm 3/h dengan jumlah hari hujan 143
hari.4
Mesofit? Apa?
Tumbuhan mesofit adalah tumbuhan terestris (daratan) yang tumbuh dalam kondisi tidak terlalu basah
dan tidak terlalu kering, sering dinamakan lingkungan mesik. Tumbuhan dalam kelompok ini tidak dapat
tumbuh dalam habitat/ tanah yang jenuh air dan tanah yang kering. Contohnya vegetasi hutan hujan
padang rumput, lading atau kebun. Komunitas mesofit terdiri rerumputan, semak, herba dan vegetasi
hutan hujan tropis.6
Bentuk adaptasi pada tumbuhan mesofit umumnya sangat sederhana karena lingkungan sudah
cocok untuk pertumbuhannya. Akar tumbuhan mesofit berkembang dengan baik, batang umumnya
padat dan tumbuh cabang. Sedangkan daun umumnya berwarna hijau dan berkembang dengan baik.
Memiliki kutikula dan terdapat stomata dibawah permukaan daun.6
Manfaat
- sebagai anti nematode dengan melakukan isolasi senyawa bioefektif anti nematoda Bursapeleucus
xyphylus dari ekstrak gambir
- bahan infuse dari gambir untuk penyembuhan terhadap gangguan pada pembuluh darah,
perangsang sistem syaraf otonom dan sebagai obat tukak lambung
- sebagai anti mikroba
- sebagai bahan toksisitas terhadap organ ginjal, hati dan jantung, bahan anti feedan terhadap hama
Spodoptera litura Fab., anti bakteri, tablet hisap gambir murni
- sebagai bahan baku sampho
- sebagai bahan perekat kayu lapis dan papan partikel.7
Kegunaan utama gambir adalah sebagai bahan baku industry obat-obatan, makanan, industri tekstil
serta bahan baku pewarna yang tahan terhadap cahaya matahari, disamping juga sebagai bahan
penyamak kulit.3,8
Pemanfaatan gambir selama ini masih belum optimal karena kurangnya pengetahuan masyarakat dalam
ekstraksi gambir.1 Selama ini gambir sebagian besar digunakan untuk zat pewarna dalam industri batik,
industri penyamak kulit, ramuan makan sirih, bahan baku pembuatan permen dalam acara adat di India
dan sebagai penjernih pada industri air. 1 gambir sangat potensial untuk diaplikasikan pada bahan
pangan, diantaranya untuk keperluan memperpanjang masa simpan bahan pangan. 1,9
Diolah menjadi apa
Gambir telah sejak lama digunakan sebagai pelengkap sirih yang dikunyah dan dipercaya dapat
menguatkan gigi. Ekstrak gambir mengandung katekin sebagai komponen utama, suatu senyawa
polifenol, yang berpotensi sebagai antioksidan dan anti bakteri.7,1
Cara ekstrak
Teknik pengolahan daun gambir cara tradisional yang selama ini dilakukan terdiri dari beberapa tahap
yaitu perebusan daun segar, ekstraksi getah gambir, pengendapan, penirisan air, pencetakan, dan
pengeringan.1 Teknik pengolahan gambir cara rakyat yaitu daun dipisahkan dari ranting. Selanjutnya
daun dicelupkan selama 1-1,50 jam dalam air mendidih dan setiap 30 menit dibalik. Daun kemudian
dikempa kemudian dimasak kembali selama 30 menit dan ekstrak gambir yang diperoleh diendapkan
selama 12 jam. Padatan hasil ekstraksi dipisahkan dan ditiriskan, kemudian dicetak dan dikeringkan
dengan dijemur atau dipanaskan di atas bara api.7
Permasalahan gambir
Permasalah utama dari tanaman gambir saat ini adalah rendahnya produktivitas dan kualitas produk
sebagai akibat dari cara bercocok tanam dan proses pasca panen (pengolahan) yang belum optimal dan
minimnya dukungan teknologi.8
Kekurangan gambir
Setiap perlakuan dan proses yang berbeda pada daun dan ranting gambir sangat mempengaruhi
kandungan katekin pada gambir.10 Komposisi senyawa pada gambir tergantung pada cara pengolahan
yang dilakukan pada daun gambir. Dikaji berdasarkan tahap proses pembuatan gambir, dapat diketahui
terdapat beberapa titik kritis sepanjang proses pengolahan gambir yang berpotensi menurunkan mutu
gambir. Titik kritis tersebut terdiri dari tahap pertama pada saat pemetikan daun. Daun yang rusak
kandungan fenolik dan aktivitas antioksidan akibat penyakit atau serangan hama serta daun yang terlalu
tua menghasilkan kadar katekin yang lebih rendah. Pada tahap kedua, yaitu perebusan, masuknya bahan
pengotor dapat menurunkan mutu gambir. Tahap ketiga, pengendapan ekstrak daun dan ranting pada
saat pengolahan gambir sering dimasukkan bahan pemberat bobot seperti pasir dan tanah. Tahap
keempat, yaitu tahap Pengeringan yang tidak sempurna mengakibatkan warna dan bau gambir serta
kadar air tidak sesuai dengan standar mutu. Kelima, tahap pengemasan dan penyimpanan yang buruk
berdampak pada berubahnya kondisi fisik gambir maupun kerusakan gambir akibat ditumbuhi kapang. 1
KANDUNGAN
Apa aja
o catechin (7-33%)
o asam cathecu tannat (20-55%)
o pyrocatechol (20-30%)
o gambir flouresensi (1-3%)
o catechu merah (3-5%)
o quersetin (2-4%)
o fixed oil (1-2%)
o lilin (1-2%)
o alkaloid (<1%)2,11
FLAVONOID
Definisi
Flavonoid adalah sekelompok polifenol yang memiliki beragam aktivitas biologis termasuk anti-inflamasi,
anti-karsinogenik, antioksidan, antimutagenik dan lain-lain. Flavonoid adalah kelompok besar konstituen
tanaman fenolik. Senyawa ini terdiri dari 15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasii C6-C3-C6,
artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzene tersubtitusi) yang dihubungkan
oleh cincin pyrene (rantai alifatik tiga karbon) yang mengandung oksigen. Flavonoid terutama hadir
ditanaman sebagai O - atau C- glikosida.13,14
Manfaat
memiliki berbagai efek bioaktif termasuk anti virus, anti-inflamasi, kardioprotektif, antidiabetes, anti
kanker, anti penuaan, antioksidan dan lain-lain. 13,16,17
Fungsi u apa
Flavonoid mempunyai sifat sebagai antioksidan, bersifat melindungi timbulnya penyakit jantung dan
dapat menurunkan lipidperoksidase serum.11
Efek antiinflamasi
Siklooksigenase dan lipoksigenase memainkan peran penting sebagai mediator inflamasi. Mereka terlibat dalam rilis
asam arakidonat, yang merupakan titik awal untuk peradangan umum tanggapan konservatif. Neutrofil yang
mengandung lipoksigenase menghasilkan kemo-senyawa taktik dari asam arakidonat. Mereka juga memprovokasi
pelepasan sitokin. Senyawa fenolik terpilih ditunjukkan menghambat jalur siklooksigenase dan 5-
lipoksigenase. Penghambatan ini mengurangi pelepasan arachidonic asam. Mekanisme pasti yang menghambat
flavonoid enzim ini tidak jelas. Quercetin, khususnya, menghambat keduanya aktivitas siklooksigenase dan
ipoksigenase, sehingga mengurangi pembentukan metabolit inflamasi ini. Fitur antiinflamasi lainnya adalah
kemampuan flavonoid untuk menghambat biosintesis eikosanoid (3, 60). Eikosanoid, seperti prostaglandin, terlibat
dalam berbagai respons imunologis (61) dan merupakan produk akhir dari cyclooxygenase dan lipoxy-jalur
genase. Flavonoid juga menghambat baik sitosolik maupun membranal tyrosine kinase (3). Protein membran
integral, seperti tirosin 3-monooksigenase kinase, terlibat dalam berbagai fungsi, seperti katalisis enzim, transpor
lintas membran, transduksi sinyal yang berfungsi sebagai reseptor hormon dan faktor pertumbuhan, dan transfer
energi dalam sinkronisasi ATP tesis. Penghambatan protein ini menghasilkan penghambatan tidak terkoneksi.
pertumbuhan dan proliferasi sel yang dikendalikan. Substrat tirosin kinase tampaknya memainkan peran kunci
dalam jalur transduksi sinyal itu mengatur proliferasi sel. Properti antiinflamasi lainnya flavonoid adalah
kemampuan yang disarankan untuk menghambat neutrophil degranulasi. Ini adalah cara langsung untuk mengurangi
rilis asam arakidonat oleh neutrofil dan sel imun lainnya.19
1. Aditya M, Ariyanti PR. Manfaat Gambir (Uncaria gambir Roxb) sebagai Antioksidan. Med J
Lampung Univ [Internet]. 2016;5(3):129–33. Available from:
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1049
2. Sabarni. Teknik pembuatan gambir (Uncaria gambir Roxb) secara tradisional. J Islam Sci Technol.
2015;1(1):105–12.
3. Juniarti J, Yuzirwan Y, Fiantis D. Kesesuaian Lahan Dan Potensi Produksi Tanaman Gambir Di
Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat. J Solum. 2004;1(1):37–46.
4. University BA. Tanaman Gambir. :4–27.
5. Hannoveris. Prospek budidaya tanaman gambir. Cyber extension. 2019. p. 1–10.
6. Retno RS. Identifikasi tipe stomata pada daun tumbuhan xerofit (Euphorbia splendens), hidrofit
(Ipomoea aquatica), dan mesofit (Hibiscus rosa-sinensis). Florea. 2015;2(2):28–32.
7. Zain ER, Ashadi RW, Paridah. Uji efektivitas antimikroba pada ekstrak daun gambir (Uncaria
Gambier ROXB.) dan daun sirih hijau (Piper Betle LINN.) terhadap Streptococcus mutans,
Eschericia coli dan Candida albicans. J Agroindustri Halal. 2015;1(1):64–71.
8. Dhalimi A. Permasalahan Gambir (Uncaria gambirL.) di Sumatera Barat dan alternatif
pemecahannya. Perspektif. 2006;5(1):46–59.
9. Kasim A. Reorientation of research and utilization of gambier (Uncaria gambier Roxb). Int Semin
Food Agric Sci ISFAS. 2010;
10. Amos. Kandungan Katekin Gambir Sentra Produksi Di Indonesia. J Stand. 2010;12(3):149–55.
11. Gitawati R, Widowati L, Mutiatikum D, Sampurno O, Raini M, Isnawati A. Karakterisasi Tiga Jenis
Ekstrak Gambir ((Uncaria Gambir Roxb) dari Sumatera Barat. Indones Bull Heal Res.
2012;40(4):201–8.
12. Yeni G, Sa’id EG, Syamsu K, Mardliyati E. Penentuan Kondisi Terbaik Ekstraksi Antioksidan dari
Gambir Menggunakan Metode Permukaan Respon. J Litbang Ind. 2014;4(1):39.
13. Arifin B, Ibrahim S. Struktur, Bioaktivitas Dan Antioksidan Flavonoid. J Zarah. 2018;6(1):21–9.
14. Bharati AJ, Bansal YK. In vitro production of flavonoids : a review. World J Pharm Pharm Sci.
2014;3(6):508–33.
15. Gracia-Lafuente A, Guillamo E, Villares A, Rostagno MA, Martınez JA. Flavonoids as anti-
inflammatory agents: implications in cancer and cardiovascular disease. Inflamm Res.
2009;58:537–52.
16. Wang Q, Jin J, Dai N, Han N, Han J, Bao B. Anti-inflammatory effects, nuclear magnetic resonance
identification, and high-performance liquid chromatography isolation of the total flavonoids from
Artemisia frigida. J Food Drug Anal [Internet]. 2016;24(2):385–91. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jfda.2015.11.004
17. Marzouk MM. Flavonoid constituents and cytotoxic activity of Erucaria hispanica (L.) Druce
growing wild in Egypt. Arab J Chem [Internet]. 2016;9:S411–5. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.arabjc.2011.05.010
18. Heinrich M. Fundamental of Pharmacognosy and Phytotherapi, Hungary. 2004.
19. Nijveldt RJ, Van Nood E, Van Hoorn DEC, Boelens PG, Van Norren K, Van Leeuwen PAM.
Flavonoids: A review of probable mechanisms of action and potential applications. Am J Clin
Nutr. 2001;74(4):418–25.