Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KUNJUNGAN PRAKTIKUM LAPANGAN

LAHAN GAMBIR DESA LUBUK ALAI

Oleh :
ISMI ILAIKA SITOMPUL
NIM : 1506120403

DOSEN :
Dr. Ir. FARIDA HANUM HAMZAH, M.Si

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gambir (Uncaria gambir) yaitu tanaman yang memiliki banyak
manfaat untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Tanaman gambir
merupakan tanaman perdu, termasuk salah satu di antara famili Rubiace (kopi-
kopian) yang memiliki nilai ekonomi tinggi, yaitu dari ekstrak (getah) daun
dan ranting mengandung asam katechu tannat (tanin).
Kegunaan utama gambir adalah sebagai bahan baku industri obat-
obatan, makanan, industri tekstil serta bahan baku pewarna yang tahan
terhadap cahaya matahari. Permasalah utama dari tanaman gambir saat ini
adalah rendahnya produktivitas dan kualitas produk sebagai akibat dari cara
bercocok tanam dan proses pasca panen (pengolahan) yang belum optimal dan
minimnya dukungan teknologi.
Sumatera Barat adalah barometer produksi gambir Indonesia karena
merupakan daerah sentra produksi gambir. Komoditas ini termasuk tanaman
khas daerah tropis dengan manfaat serbaguna. Prospek pasar dan potensi
pengembangannya cukup baik karena digunakan sebagai bahan baku dalam
berbagai industri. Gambir banyak diusahakan dalam skala usahatani
perkebunan rakyat di Sumatera Barat dan termasuk dalam sepuluh komoditas
ekspor utama provinsi ini. Ekspor gambir Indonesia lebih dari 80 persen
berasal dari Sumatera Barat. Kecamatan Kapur IX merupakan sentra penghasil
gambir terbesar di Kabupaten Lima Puluh Kota. Luas lahan tanaman gambir
pada kawasan ini mencapai 5.698 ha dengan total produksi 4.987 ton per
tahun atau 34 %  total produksi gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota (BPS
Sumatera Barat, 2005).
Dengan adanya kunjungan ke lahan pabrik gambir di Desa Lubuk
Alai, Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumbar ini
diharapkan saya sebagai mahasiswa dari program studi Teknologi Hasil
Pertanian dapat menambah pengetahuan saya tentang pengolahan gambir,
kegunaan, serta manfaat dari gambir ini. Dan juga saya dapat mengetahui
langkah-langkah dari penyemaian hingga pemanenan serta teknik pengolahan
dari gambir tersebut hingga dihasilkannya bahan baku. Serta dapat mengetahui
perbandingan antara gambir yang berkualitas baik dan tidak baik.

1.2 Tujuan Kunjungan


Adapun tujuan dari kunjungan lapangan ke pabrik gambir yang
terdapat di Desa Lubuk Alai Kecamatan Kapur IX, Kabupaten Lima Puluh
Kota, Sumatera Barat ini adalah untuk mengetahui dan melihat secara
langsung teknik pengolahan tanaman gambir yang dimulai dari penyemaian,
penanaman, pemanenan, hingga pengolahan gambir tersebut menjadi bahan
baku. Kemudian untuk mengetahui kegunaan dan manfaat dari gambir itu.
Selanjutnya juga untuk mengetahui mana olahan gambir yang berkualitas dan
yang kurang berkualitas. Serta untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mendukung bahwa gambir tersebut berkualitas atau tidak.

1.3 Manfaat Kunjungan


Diharapkan manfaat setelah kunjungan lapangan ini yaitu saya dapat
memahami teknik pengolahan gambir itu sendiri. Serta saya juga mengetahui
mana olahan gambir yang berkualitas baik dan tidak.

1.4 Waktu dan Tempat


Kunjungan Lapangan ini dilaksanakan pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 08 Oktober 2016
Waktu : 11.30 – 13.30
Tempat : Desa Lubuk Alai Kecamatan Kapur IX, Kabupaten Lima Puluh
Kota, Sumatera Barat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gambir
Gambir merupakan salah satu komoditas perkebunan rakyat yang
bernilai ekonomi tinggi dan prospektif untuk dikembangkan secara komersial
pada masa yang akan datang. Gambir mengandung beberapa zat kimia
penting, yaitu catekhin dan asam tanin cartekhu yang dapat digunakan bukan
hanya sebagai teman untuk makan sirih tetapi juga sebagai bahan baku dalan
berbagai industri, seperti industri farmasi, kosmetik, batik, cat, penyamak
kulit, bio pestisida, hormon pertumbuhan, pigmen dan sebagai bahan
campuran pelengkap makanan (Nazir, 2000).
Tanaman gambir tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian sampai
900 m dpl. Tanaman ini membutuhkan cahaya matahari penuh serta curah
hujan merata sepanjang tahun. Bagian gambir yang dipanen adalah daun dan
ranting yang selanjutnya diolah untuk menghasilkan ekstrak gambir yang
bernilai ekonomis (Zamarel dan Hadad, 1991).
Panen atau pemangkasan daun dilakukan setelah tanaman berumur
1,5 tahun. Pemangkasan dilakukan 2-3 kali setahun dengan selang 4 atau 6
bulan. Pangkasan daun dan ranting harus segera diolah, karena jika
pengolahan ditunda lebih dari 24 jam, getahnya akan berkurang (Zamarel dan
Hadad, 1991).
Gambir yang berada di pasar lokal sampai saat ini masih rendah
mutunya. Hal ini disebabkan oleh cara pengolahan gambir yang masih
sederhana, penanganan, dan perlakuan pasca panen tanaman gambir masih
belum baik. Selain itu masih ada pihak petani atau pengolah gambir yang
masih mencampur gambirnya dengan bahan lain dengan maksud untuk
menambah berat dari gambir tersebut. Untuk mendapatkan gambir dengan
warna yang baik petani juga mencampurnya dengan pupuk. Tindakan ini akan
menurunkan citra gambir di pasar international. Peralatan dan cara pengolahan
gambir yang dilakukan petani di Sumatera Barat masih tradisional dimana
aspek kebersihan dan efisiensi belum banyak mendapat perhatian sehingga
rendemen dan mutu gambir yang digunakan masih rendah. Hasil pemantauan
Kanwil Departemen Perindustrian Sumatera Barat memperlihatkan, bahwa
rendemen yang diperoleh petani baru sekitar 2 %, sedangkan kandungan getah
gambir yang diperkirakan sekitar 7 % (Pambayun, R. 2007).
2.2 Penyemaian
Pada proses penyemaian bibit gambir diperoleh dari buah yang sudah
mengembang dan berwarna hitam. Kemudian buah tersebut dipetik dan dijemur
hingga kering. Proses penjemuran ini bertujuan agar buah gambir tadi tepatnya
pada tempat bijinya pecah (mengelupas) dan menghasilkan berupa serbuk-serbuk
putih. Kemudian ketika sudah kering buah tadi akan digerus untuk memudahkan
dalam pemisahan, kemudian kulit buah yang telah terpisah dengan bibit
dipisahkan dengan cara diayak.
Dari proses penggerusan tadi didapatkan berupa serbuk-serbuk putih yang
akan menjadi bibit nantinya. Selanjutnya serbuk (bibit) tadi ditiupkan perlahan-
lahan ke media tanam yang dibuat pada lereng yang telah dilapisi dengan tanah
liat yang basah sehingga serbuknya dapat menempel dan tidak terbang terbawa
oleh angin. Tujuan pembuatan lereng miring tersebut yaitu untuk menghindari
dari genangan air.
Kemudian pada proses penyemaian ini diberi sebuah naungan dari daun-
daun kering yang berguna untuk melindungi bibit tadi dari cahaya matahari
langsung dan hujan. Karena bibit tersebut tidak boleh terkena matahari langsung
dan media tanamnya harus lembab. Naungan tersebut juga bertujuan untuk
menghindari terbongkarnya tanah (longsor) akibat hujan. Selanjutnya bibit dapat
dipindahkan kelahan setelah berumur kurang lebih 3 bulan.

2.3 Penanaman
Pada proses penanaman dibutuhkan pembuatan lubang yang berguna
untuk tempat menanam bibit gambir tersebut. Proses pembuatan lubang tersebut
dilakukan dengan cara pada sisi kiri dan kanan dibuat lubang kecil yang berfungsi
untuk tempat bibit yang akan ditanam. Penanaman bibit dilakuakan pada tepi
lubang. Pada setiap lubang dapat ditanami dengan 1 sampai 3 bibit gambir. Jarak
taman antara satu lubang dengan lubang yang lainnya yaitu 1,5 x 1,5 m.
2.4 Pemanenan
Proses pemanenan dilakukan setiap 6 bulan sekali atau dua kali dalam satu
tahun. Daun dapat dipanen jika ranting sudah bisa dipatahkan dan daun tersebut
juga sudah menguning (tua). Proses pemanenan dilakukan dengan teknik tuai
yaitu dengan cara memotong ranting gambir tersebut beserta dengan daunnya
dengan posisi miring. Pada saat pemanenan daun yang akan dipanen yaitu daun
yang berada dipaling bawah ranting dan disisakan 2-3 ranting pucuk. Tujuan dari
menyisakan atau meninggalkan 2-3 ranting pucuk tersebut yaitu untuk pemanenan
waktu berikutnya. Selanjutnya daun yang telah dipanen tadi segera dibawa ke
tempat pengolahan untuk dilakukannya proses pengolahan, karena jika
pengolahannya ditunda maka getah dari gambir tersebut dapat berkurang.

2.5 Pengolahan
Pada proses pengolahan daun gambir yang telah dipanen tadi langsung
atau segera untuk diolah agar getah pada daun tersebut tidak berkurang. Proses
pengolahan yang pertama kali dilakukan yaitu proses perebusan. Proses perebusan
dilakukan pada wajan besar yang diatasnya diletakkan drum yang telah dilubangi.
Kemudian daun yang telah dipanen tadi dimasukkan ke dalam drum, lalu pada
tepi-tepi drum diletakkan kain yang berguna agar daun yang direbus tadi tidak
keluar dari drum. Pada saat perebusan daun gambir akan dibalik dengan cara
membalikkan drum tersebut agar perebusan daun gambirnya merata. kurang lebih
selama 1 jam. Pada proses perebusan ini, semakin lama proses perebusannya
maka semakin bagus hasil getahnya.
Kemudian, setelah proses perebusan daun gambir diangkat dan diikat lalu
diinjak-injak serta dipukul-pukul agar getah gambir keluar dan memudahkan
dalam proses pengepresan. Selama daun gambir diinjak-injak, daun tersebut
disiram dengan air yang berada didalam wajan yang mana air tersebut telah
ditambahkan dengan air sisa rebusan kemarin yang disebut dengan air kelincung.
Kemudian air yang keluar akan ditampung pada sebuah bak penampungan. Lalu
daun gambir diikat dan dilakukan proses pengepresan.
Proses pengepresan dilakukan dengan dongkrak hidrolik yang berguna
untuk memisahkan getah dan airnya. Air yang telah dipres akan dipindahkan
kedalam bak pengendapan. Setelah diendapkan air dan getah akan terpisah, air
yang terpisah akan diambil dan digunakan lagi pada proses perebusan selanjutnya.
Proses pengendapan dilakukan selama kurang lebih 30 menit. Setelah
diendapkan air dan getah akan terpisah, kemudian getah yang telah dipisahkan
dengan air akan dipres lagi dengan cara memasukkan getah tersebut kedalam
sebuah kain yang akan ditindih dengan sebuah kayu dan didiamkan selama 1
malam. Setelah dipres selama 1 malam getah gambir akan dicetak.
Proses pencetakan menggunakan cetakan yang terbuat dari bambu yang
berbentuk tabung dengan ukuran diameter 5 cm dan tingginya 5 cm. Setelah getah
gambir selesai dicetak, gambir kemudian diletakkan diatas tempat seperti baki
atau nampan. Kemudian getah gambir yang telah dicetak akan dilakukan proses
pengasapan.
Proses pengasapan ini bertujuan untuk mempercepat proses pengeringan.
Proses pengasapan dilakukan pada lantai dua rumah produksi yang dibantu oleh
tungku perebusan. Setelah proses pengasapan, gambir akan dijemur dibawah sinar
matahari. Proses pengeringan dibawah sinar matahari dilakukan selama 3 sampai
7 hari atau tergantung dengan cuaca. Jika cuaca panas mungkin dalam 3 hari
sudah kering namun jika musim penghujan mungkin akan butuh waktu hingga 1
minggu.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kujungan lapangan kelahan gambir ini dapat disimpulkan
bahwa :
1. Pengolahan gambir di Kecamatan Kapur IX ini merupakan pengolahan
yang masih dilakukan dengan teknologi yang terbatas (tradisional).
2. Tanaman gambir itu merupakan tanaman yang bermanfaat untuk
mengobati berbagai penyakit seperti diare, sumber antioksidan, obat sakit
maag.
3. Kegunaan gambir dalam bahan baku yaitu sebagai bahan baku industri
obat-obatan, makanan, industri tekstil serta bahan baku pewarna yang
tahan terhadap cahaya matahari.
4. Kualitas gambir yang baik itu yaitu gambir yang pencampurannya
ditambahkan soda bukan dengan urea (pupuk) seperti yang dilakukan oleh
pemilik pabrik yang menambahkan urea agar gambirnya menjadi berat dan
pemilik nya mendapatkan keuntungan.

3.2 Saran
Saran saya kedepannya terhadap pabrik pengolahan lahan gambir di
Kecamatan Kapur IX tersebut antara lain yaitu :
1. Tidak adanya lagi penambahan bahan apapun (pupuk urea dan bahan lain)
pada proses pengolahan produksi  gambir
2. Menjaga kebersihan area pengolahan untuk meminimalkan potensi
masuknya bahan pengotor seperti abu, ranting, tanah, dan pasir kedalam
gambir.
3.
DAFTAR PUSTAKA

Hayani, E. 2003. Analisa Kadar Catechin dari Gambir dengan Berbagai Metode.
Buletin Teknik Pertanian. 8(1):31-32.
Nazir, M. 2000. Gambir : Budidaya, Pengolahan dan Prospek Diversifikasinya.
Yayasan Hutanku, Padang.
Pambayun, R. 2007. Kandungan Fenol dan Sifat Antibakteri dari Berbagai Jenis
Ekstrak Produk Gambir (Uncaria gambir Roxb). Majalah Farmasi
Indonesia. 18(3):141-142.
Zamarel dan E.A. Hadad. 1991. Budidaya Tanaman Gambir. Edisi Khusus
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 7(2):7-11.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai