KELOMPOK 4 :
ASMAYANTI (G011171316)
MUH. ILHAM ALQADRI (G011171564)
NUR FIRDA NOVIANTY (G011171510)
RAHMATUL FURQAN (G011171308)
UZAIR MOHAMMAD SYAH (G011171301)
1. Latar Belakang
Indonesia merupakan produsen teh yang menempati posisi ke-5 sebagai
negara pengekspor teh dunia, tetapi kini tergeser menjadi posisi ke-7 setelah
China, India, Kenya, Sri Lanka, Turki dan Vietnam. MeskipunnIndonesia kurang
mampu bersaing dengan negaranegara tersebut dalam hal produksi teh, akan tetapi
keberadaan perkebunan teh di Indonesia memberikan banyak manfaat bagi
masyarakat yang pendapatannya bersumber dari komoditas teh. Pengusahaan
perkebunan teh menjadi salah satu sumber devisa negara dan juga penyedia
lapangan pekerjaan bagi sejumlah besar tenaga kerja.
Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang cukup penting bagi
perekonomian di Indonesia. Komoditas teh banyak dimanfaatkan sebagai
minuman penyegar karena rasa dan aromanya yang khas. Selain itu, teh juga
mempunyai banyak manfaat untuk tubuh manusia karena mengandung berbagai
zat penting, antara lain vitamin (B1, B2, B6, C, K, asam folat dan karoten),
mineral (Mn, K, Zn dan F) serta polifenol (zat antioksidan) yang mampu
menangkal radikal bebas dari paparan polusi udara.
Tanaman teh merupakan tanaman tahunan yang diberi nama seperti :
Camellia theifera, Thea sinensis, Camellia thea dan Camellia sinensis. Tanaman
teh terdiri dari banyak spesies yang tersebar di Asia Tenggara, India, Cina Selatan,
Laos Barat Laut, Muangthai Utara, dan Burma.
Luas areal perkebunan teh Indonesia tahun 2005 adalah 139 121 ha
sedangkan pada tahun 2011 luas perkebunan teh Indonesia menurun menjadi 123
938 ha. Pada data produksi pada tahun 2005 mencapai angka 166 091 ton daun
kering sedangkan pada tahun 2011 produksi menurun sampai 150 776 ton daun
kering. Produktivitas teh pada tahun 2005 mencapai 1 193 ton ha-1 sedangkan
pada tahun 2011 produktivitas 1 216 ton ha-1. Penurunan luasan areal perkebunan
teh akan menimbulkan penurunan produksi tanaman teh. Produksi teh dapat
mempengaruhi volume ekspor teh. Pada data ekspor impor teh terdapat penurunan
volume ekspor teh pada tahun 2005 dari 102 389 ton menjadi 75 450 ton pada
tahun 2011. Data impor pada tahun 2005 memiliki volume impor 5 479 ton
mengalami kenaikan pada tahun 2011 mencapai 19 812 ton. Data tersebut
menunjukkan bahwa produksi dan luas areal akan mempengaruhi volume
kebutuhan ekspor dan impor Perkebunan Teh Indonesia. Kualitas pucuk teh yang
memnuhi kriteria ekspor impor dapat ditentukan oleh budidaya tanaman teh yang
baik dan aspek pemetikan pada setiap perkebunan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1. Bagaimana pascapanen tanaman teh?
2. Bagaimana penanganan pascapanen tanaman teh?
3. Bagaimana proses pengolahan teknologi tanaman teh
4. Bagaimana proses pengolahan teknologi hasil teh menjadi teh hijau?
5. Bagaimana kandungan dari produk teh hijau?
6. Bagaimana kandungan dari produk teh hijau?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang, tujuan penulisan dalam makalah ini adalah
1. Mengetahui penanganan komoditi tanaman teh pasca panen
2. Mengetahui pengolahan teknologi hasil teh menjadi teh hijau
BAB II
PEMBAHASAN
6. Pemangkasan
Secara garis besarnya urutan pelaksanaan cara pemangkasan adalah sebagai
berikut:
Pangkasan dengan Manual
(1) Memotong cabang/ranting pada ketinggian yang dikehendaki.
(2) Luka pangkas pada batang/cabang/ranting diupayakan rata membentuk sudut
45° menghadap ke dalam perdu.
(3) Batang/cabang/ranting yang telah dipotong tidak boleh pecah atau rusak, oleh
karena itu gaet atau gergaji harus tajam.
(4) Memotong gergaji pangkas.
(5) Membuang cabang/ranting kecil yang berukuran diameter kurang dari 1 cm
(ukuran pensil).
(6) Bidang pangkasan harus sejajar dengan permukaan tanah.
(7) Untuk membentuk luka pangkas menghadap kedalam perdu, pemangkasan
dilakukan dari kedua sisi perdu sesuai dengan barisan tanaman.
Pangkasan dengan mesin
Pangkasan dengan mesin dilaksanakan hanya dalam kondisi khusus,
misalnya karena alasan kekurangan tenaga kerja, cara pangkasan sebagai berikut :
(1) Memotong cabang sedalam 15-25 cm dari bidang petik.
(2) Memotong cabang sedalam > 25 cm sampai pada ketinggian yang diinginkan.
(3) Arah pemangkasan dilakukan sejajar dengan pohon yang dipangkas, dari arah
kanan ke kiri sesuai dengan arah putaran mesin.
(4) Untuk mengefektifkan jam kerja mesin, setiap satu jam kerja mesin
diistirahatkan selama satu menit.
(5) Untuk membersihkan cabang/ranting kecil dilakukan secara manual dengan
gaet.
C. Proses Penanganan Pascapanen Teh
Dalam rangka menghasilkan teh yang bermutu tinggi, penanganan pucuk
teh yang dipanen sebagai bahan baku perlu ditangani sebaik mungkin sebelum
diproses dari kebun sampai ke pabrik. Saat ini pucuk teh sesuai dengan pasaran
ada yang dibuat teh hitam, teh hijau, teh oolong dan teh wangi. Selain itu cita rasa
teh juga disajikan dalam berbagai produk kemasan dan minuman langsung di
dalam restauran dengan cara mencampur dengan bahan yang membuat rasa teh
bertambah enak. Kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan tanaman semuanya
bertujuan untuk menghasilkan kualitas catechin dan caffein yang tinggi karena
senyawa ini berperan dalam rasa, warna, dan aroma.
Beberapa tahapan yang perlu diperhatikan dalam penanganan dan perawatan
pucuk :
1. Pemetikan pucuk dilakukan secara taruk
2. Pucuk di tangan jangan terlalu banyak
3. Jumlah pucuk usahakan jangan terlalu padat di keranjang
4. Pucuk jangan disiram air
5. Pucuk yang telah disimpan dalam keranjang jangan ditumpuk
Perawatan pucuk dalam pengumpulan dan penyimpanan adalah sebagai
berikut:
1. Isi waring penyimpanan pucuk jangan lebih 20 kg, jika terlalu berat mudah
rusak.
2. Pengangkutan waring dari kebun ke dalam truk pengang-kut ditaruh di atas
kepala dan saat diturunkan jangan dibanting.
3. Jika waring banyak, dibuat rak-rak dalam bak angkutan agar tidak tumpang
tindih.
4. Kalau pucuk diangkut dalam waring bambu tidak perlu dibuat rak.
5. Penurunan keranjang harus hati-hati jangan terbongkar.
6. Keranjang dalam truk tidak boleh ditindih dengan barang lain termasuk orang
yang menumpang.
6. Pucuk yang diangkut setengah dari bak truk dan hati-hati menjalankan
truknya. Setelah melalui perawatan pucuk, pucuk teh kemudian akan diolah
menjadi produk teh.
D. Teknologi pengolahan tanaman teh
Menurut Teknologi Hasil Pertanian (2013) bahwa Tahap-tahap teknologi
pengolahan tanaman teh adalah sebagai berikut
1. Penerimaan bahan
Tujuan proses penerimaan pucuk segar untuk mengetahui kuantitas dan
kualitas pucuk yang akan diolah, menjamin dan memastikan bahwa pucuk teh bisa
dilayukan sehingga siap untuk digiling. Setelah ditimbang untuk mengetahui berat
pucuk segar, segera dilakukan pembeberan di dalam withering trough (palung
pelayuan) dan selanjutnya dilakukan analisa pucuk yang bertujuan untuk
mengetahui persentase pucuk halus dan pucuk kasar.
2. Pelayuan pucuk
Pelayuan juga bertujuan untuk melemaskan daun sehingga saat daun
digiling tidak pecah. Pelayuan dilakukan untuk mengurangi kadar air daun hingga
sekitar 50 % dan kadar air teh ini bervariasi satu wilayah dengan wilayah yang
lain. Pelayuan dilakukan dengan cara melewatkan udara hangat melalui daun teh
hingga mencapai derajat layu tertentu. Derajat layu merupakan perbandingan
antara berat daun layu dengan berat daun segar dalam satuan persen.
Derajat layu dan kadar air daun teh digolongkan menjadi :
o Layu ringan : KA 57-60 % ; DL 40-43 %
o Layu sedang : KA 54-56 % ; DL 44-46 %
o Layu berat : KA 50-53 % ; DL 47- 50 %
Tanda yang menunjukkan daun teh telah layu adalah :
o apabila dikepal-kepal menjadi bola
o apabila diraba seperti meraba sapu tangan sutera
o apabila diremas tidak menimbulkan bunyi patah
o tulang muda dapat dilenturkan tanpa patah
o apabila tangan ditekankan akan meninggalkan bekas
o aromanya tercium sedap berbeda dengan daun segar atau kurang layu
Pelayuan dilakukan dengan menggunakan kotak layuan (withering trough)
atau dengan menggunakan rak-rak kayu yang ditumpuk. Di ujung kotak atau rak
terdapat kipas yang berfungsi untuk menarik hawa panas yang dihasilkan dari
mesin pengeringan yang terletak di bawah kamar pelayuan. Pada pengolahan teh
hitam lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pelayuan sekitar 14-18 jam
tergantung dari kondisi pabrik yang bersangkutan.
Pucuk teh yang dipetik akan terjadi perubahan-perubahan senyawa
polisakarida dan protein yang akan mengakibatkan perubahan gula didalam daun
yang dilayukan. Kandungan asam amino akan meningkat demikian pula dengan
asam-asam organik lainnya.
3. Penggilingan
Proses ini merupakan proses dasar pembentukan mutu teh. Proses
penggilingan teh biasanya akan diikuti dengan proses sortasi basah. Penggilingan
bertujuan untuk :
o mememarkan dan menggiling seluruh bagian pucuk agar sebanyak mungkin sel-
sel daun mengalami kerusakan sehingga proses fermentasi dapat berlangsung
secara merata.
o memperkecil daun agar tercapai ukuran yang sesuai dengan ukuran grade-grade
teh yang diharapkan oleh pemasaran
o memeras cairan sel daun keluar sehingga menempel pada seluruh permukaan
partikel-pertikel teh.
Selama proses ini berlangsung, katekin akan diubah menjadi theaflavin dan
thearubigin yang merupakan komponen penting baik terhadap warna, rasa
maupun aroma seduhan teh hitamProses ini biasanya berlangsung selama 90-120
menit tergantung kondisi dan program giling pabrik yang bersangkutan.
Mesin-mesin penggiling dan peralatan yang digunakan terdiri dari :
o Mesin penggilingan Open Top Roller (OT) yaitu sebuah selinder yang terbuka
di bagian atasnya dan bergerak memutar horizontal di atas sebuah meja yang
dilengkapi dengan jalur – jalur gigi dan kerucut tumpul pada titik pusatnya, alat
ini terbuat dari bahan metal yang tahan karat dimana kecepatan putarannya 42
rpm.
o Mesin penggiling Press Cap Roller ( PC ) yang bentuknya sama dengan OT.
Hanya saja penekan atau press cap untuk memberikan tekanan pada teh yang
sedang digiling.
o Mesin giling Rotervance ( RV ) yaitu sebuah silinder yang berdiameter 20 cm
yang diletakan horizontal. Di dalam selinder ini terdapat as yang dilengkapi
dengan sirip-sirip spiral pengisi. Pada bagian ujung terdapat plat pengatur tekanan
berbentuk silang. As berputar dengan kecepatan 4046 rpm tergantung dari
kebutuhan.
o Mesin ayak pemecah gumpalan teh atau Ballbreaker sifter (BBS) yang berputar
horizontal dengan rpm 140 dilengkapi dengan konveyor pengisi untuk mengatur
kerataan jumlah teh yang diayak.
Proses penggilingan ini akan menghasilkan beberapa jenis bubuk teh yaitu
bubuk-1, bubuk-2, bubuk-3, bubuk-4 dan yang paling kasar disebut badag. Angka
dari bubuk tersebut menunjukkan urutan penggilingan daun teh. Proses
penggilingan dan pengayakan dikatakan baik jika proses ini menghasilkan bubuk-
1 dan bubuk-2 dengan prosentase setinggi mungkin.
Selama penggilingan dan sortasi basah berlangsung, suhu udara ruang
giling dipertahankan antara 20-27 °C dan kelembaban nisbi antara 90-100 %
dengan suhu bubuk antara 27-32 °C. Kondisi ini dapat dipertahankan dengan
memasang 4 buah air humidifier yang dipasang pada ruang penggilingan dan
sortasi basah.
4. Fermentasi/oksidasi
Tahap fermentasi merupakan tahap yang paling kritis karena pada tahap
ini akan mempengaruhi mutu hasil baik rasa, bau, maupun warna. Fermentasi teh
merupakan proses oksidasi senyawa polifenol dengan bantuan enzim polifenol
oxydase. Proses fermentasi dapat dikatakan berlangsung mulai dari penggilingan
pertama dan berakhir ketika daun teh dilakukan proses pengeringan.
Faktor yang mempengaruhi proses fermentasi adalah kadar air dalam
bahan, suhu, kelembaban relatif, kadar enzim, jenis bahan, dan ketersediaan
oksigen. Fermentasi dilakukan dengan cara daun teh diletakkan di dalam bak atau
diatas meja agar enzim yang ada di dalam daun berinteraksi dengan udara
sehingga terjadi oksidasi.
Fermentasi atau oksidasi daun teh ini akan mengakibatkan daun berubah
warna dari hijau berubah menjadi coklat muda lalu menjadi coklat tua. Substansi
yang dihasilkan dari proses fermentasi adalah theaflavin dan theaurigin yang akan
menentukan sifat dari air seduhan teh yang dihasilkan setelah proses pengeringan.
Fermentasi yang baik akan menghasilkan perbandingan antara theaflavin dan
thearubigin 1 : 10 atau 1 : 12. Perbandingan ini akan menentukan strength, colour
quality dan briskness dari teh kering. Proses oksidasi memerlukan waktu 2 jam
dan bila dilakukan terlalu lama rasa teh akan berubah menjadi seperti busuk.
6. Pengeringan
Proses pengeringan ini akan menghentikan proses fermentasi polifenol
dalam daun teh. Pengeringan ini juga akan memperpanjang umur simpan daun
teh. Proses ini akan menurunkan kadar air hingga 3 %.Pengeringan ini dilakukan
dengan cara menghembuskan udara panas ke hamparan teh yang difermentasi
mulai dari baki bawah hingga baki atas. Suhu udara panas ini sekitar 98 °C dan
akan menurun menjadi 48 °C ketika keluar dari lubang pengeluaran. Untuk
menurunkan kadar air 3 % lama waktu yang dibutuhkan sekitar 20 menit.
Mesin pengering konvensional yang hingga sekarang masih banyak
digunakan industri teh hitam, adalah Endless Chain Pressure Dryer (ECP). Mesin
ini mengeringkan teh diatas rantairantai baki. Mesin dengan rantai-rantai baki 2
tingkat disebut “two stage ECP” yang bertingkat 3 disebut “three stage ECP” dan
yang 4 disebut “four stage ECP”. Jenis ECP yang mutakhir yang banyak
digunakan adalah jenis two stage.
Faktor yang berpengaruh pada proses pengeringan ini adalah : suhu udara
panas, jumlah input bubuk basah, dan kecepatan dari tray. Pengeringan ini akan
menghasilkan bubuk teh kering yang siap untuk disortasi berdasarkan
penggolongan kelasnya.
3.1 Kesimpulan
1. Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang cukup penting bagi
perekonomian di Indonesia. Komoditas teh banyak dimanfaatkan sebagai
minuman penyegar karena rasa dan aromanya yang khas. Selain itu, teh juga
mempunyai banyak manfaat untuk tubuh manusia karena mengandung berbagai
zat penting, antara lain vitamin (B1, B2, B6, C, K, asam folat dan karoten),
mineral (Mn, K, Zn dan F) serta polifenol (zat antioksidan) yang mampu
menangkal radikal bebas dari paparan polusi udara.
2. Teh hijau merupakan teh yang banyak digunakan untuk kepentingan
kesehatan. Teh hijau bermanfaat bagi kesehatan karena adanya katekin sebagai
komponen bioaktif. Untuk itulah dalam proses pengolahannya komponen ini
dipertahankan jumlahnya dengan menginaktivasi enzim polifenol oksidasi melalui
proses pelayuan dan pemanasan. Pada proses pengolahan teh lainnya, katekin
dioksidasi menjadi senyawa orthoquinon, bisflavanol, theaflavin dan thearubigin.
Pengolahan teh hijau di Indonesia melalui serangkaian proses fisik dan mekanis
tanpa atau sedikit mengalami proses oksimatis terhadap daun teh melalui sistem
panning . Tahapan pengolahannya terdiri atas pelayuan, penggulungan,
pengeringan, sortasi dan grading serta pengemasan.
3.2 Saran
Penulis sebaiknya lebih banyak lagi membaca referensi tentang the agar
lebih kaya pengetahuan tentang teh
DAFTAR PUSTAKA
Mufti Prihardini. 2014. Manajemen Pemetikan Tanaman Teh (Camelia Sinensis
(L) O. Kuntze) Di PT. Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa
Tengah. IPB Press : Bogor.