Nama Kelompok :
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya
kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Makalah Dinamika Pertumbuhan pada
Tanaman Teh (Camellia sinensis). Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Rekayasa Produksi Teknologi Tanaman.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.
Penulis sangat bersyukur dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah Rekayasa
Teknologi Produksi Tanaman oleh Dosen Dr.Ir.Hj. Yayat Rochayat Suradinata, MP. Semoga
makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
1.1 Latar belakang................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
2.1 TEH. ................................................................................................................................ 5
2.2 FAKTOR PERTUMBUHAN ........................................................................................ 6
2.3 TEKNIS BUDIDAYA .................................................................................................... 6
STUDI KASUS ........................................................................................................................ 10
BAB III.................................................................................................................................... 11
PENUTUP ............................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 11
3.2 Saran.............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Camellia sinensis berasal dari daratan Asia Selatan dan Tenggara, namun sekarang
telah dibudidayakan di seluruh dunia, baik daerah tropis maupun subtropis. Teh digolongkan
sebagai tanaman tahunan. Tanaman ini merupakan perdu atau pohon kecil yang biasanya
dipangkas bila dibudidayakan untuk dipanen daunnya. Tanaman teh mempunyai daun
berwarna hijau gelap, mengkilap, berukuran kecil, dan berbunga putih.
Pertumbuhan tanaman teh dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor abiotik dan faktor
biotik. Faktor abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman teh diantaranya,
ketinggian,iklim,unsur hara,dan kesuburan tanah. Faktor biotik yang mempengaruhi yaitu,
gen. Pertumbuhan tanaman teh dibagi menjadi dua fase yaitu, fase vegetatif dan generatif.
Kedua fase tersebut sangat dipengaruhi faktor pertumbuhan.
Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara menerus setelah
umur 5 tahun. Dengan pemeliharaan yang baik tanaman teh dapat memberi hasil daun
teh yang cukup besar selama 40 tahun. Kebun-kebun teh karenanya perlu senantiasa
memperoleh pemupukan secara teratur, bebas serangan hama penyakit tanaman,
memperoleh pemangkasan secara baik, memperoleh curah hujan yang cukup. Kebun-
kebun teh perlu diremajakan setelah tanaman tehnya berumur 40 tahun ke atas.
Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah dengan ketinggian 200-
2.000 m di atas permukaan laut. Di daerah-daerah yang rendah umumnya tanaman teh
kurang dapat memberi hasil yang cukup tinggi. Tanaman teh menghendaki tanah yang
dalam dan mudah menyerap air. Tanaman tidak tahan terhadap kekeringan serta
menuntut curah hujan minimum 1.200 mm yang merata sepanjang tahun.
Perkebunan teh terpusat di dataran menengah dan tinggi di Pulau Jawa,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan. Pada tahun 1990 luas
perkebunan teh di Indonesia 129.500 ha. Produksi teh pada tahun 1998 mencapai
136.109 ton. Klasifikasi botani tanaman teh adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatopyta
Sub : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Transtroemiaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis L.
Biji Camellia sinensis serta biji Camellia oleifera dapat dipres atau diperas
untuk mendapatkan minyak teh, suatu bumbu yang agak manis sekaligus minyak masak
yang berbeda dari minyak pohon teh, suatu minyak atsiri yang dipakai untuk tujuan
kesehatan dan kecantikan dan berasal dari dedaunan tumbuhan yang berbeda.
MANFAAT TANAMAN
Daun teh adalah bahan pembuat minuman teh yang populer di seluruh penjuru
dunia. Air teh yang kita minum mengandung kafein, teofilin, vitamin A, B, C, zat yang
tidak larut dalam air seperti serat, protein dan pati serta zat yang larut di dalam air
seperti gula, asam amino dan mineral. Jadi selain sebagai minuman, teh juga
mempunyai nilai gizi. Disamping itu teh juga bisa dijadikan obat yaitu sebagai
antidotum pada keracunan oleh logam-logam berat dan alkaloida.
2. Media Tanaman
Jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andosol, Regosol dan Latosol. Namun
teh juga dapat dibudidayakan di tanah Podsolik (Ultisol), Gley Humik, Litosol dan
Aluvia. Teh menyukai tanah dengan lapisan atas yang tebal, struktur remah,
berlempung sampai berdebu, gembur.
Derajat keasaman tanah (pH) berkisar antara 4,5-6,0.
Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibagi menjadi 2 daerh
yaitu:(1) dataran rendah: sampai 800 m dpl; (2) dataran sedang: 800-1.200 m dpl;
dan (3) dataran tinggi: lebih dari 1.200 meter dpl. Perbedaan ketinggian tempat
menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh.
3. Ketinggian Tempat
Tergantung dari klon, teh dapat tumbuh di dataran rendah pada 100 m dpl sampai di
ketinggian lebih dari 1.000 m dpl.
1. Pembibitan
Tanaman diperbanyak dengan biji atau stek daun. Dari segi produksi, sebaiknya tanaman
diperbanyak dengan stek daun.
a. Persyaratan benih
Diambil dari kebun biji, berupa biji jatuhan, tidak terserang kepik biji dan
besar. Biji disimpan di dalam kaleng yang ditutup rapat dengan kelembaban 35-38%
dan segera disemaikan setelah dipungut.
b. Perkecambahan dalam bedengan
1. biji teh dihamparkan pada kotak papan 1 x 2 m.
2. h di atas hamparan pasir.
3. embali pasir di atas benih.
4. bali langkah b dan c sampai didapat tumpukan pasir-benih sebanyak 3 tumpuk.
5. Tutup bagian atas tumpukan dengan karung goni basah.
6. Dan dengan daun kering.
7. Setelah 1 minggu, biji yang retak atau berkecambah ditanamkan pada bedengan
atau polibag.
c. Penyemaian
1. tanah untuk persemaian di bedengan harus gembur dan subur, jarak tanam
kecambah teh 15 x 20 cm atau 20 x 20 cm, kecambah dibenamkan, ditimbun
tanah dengan ketebalam 0,5-1 cm (setebal benih) dan ditutupi dengan potongan
daun guatemala, atau alang-alang. Bedengan dinaungi dengan naungan individu.
2. Di polibag dengan ukuran 12 x 25 cm dengan media dan cara penanaman yang
sama. Setelah itu polibag berisi kecambah diletakkan di dalam bedengan yang
dinaungi.
d. Pemeliharaan Pembibitan
3. Teknik Penanaman
a. Penentuan Pola Tanam
Sebelum dibuat lubang tanam, lahan diajir sesuai dengan jarak tanam
yang akan dipakai.
1. Datar s/d 15%: jarak tanam 120 x 90 cm; jumlah 9.260 pohon; penanaman
baris tunggal lurus
2. 15-30%: jarak tanam 120 x 75 cm; jumlah 11.110 pohon; penanaman baris
tunggal lurus
3. > 30%: jarak tanam 120 x 60 cm; jumlah 13.888 pohon; penanaman sesuai
kontur
4. Batas tertentu: jarak tanam 120 x 60 x 60 cm; jumlah 18.500 pohon;
penanaman baris berganda
4. Pemeliharaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman mati diganti tanaman baru dengan bibit yang sama, penyulaman
dimulai dua minggu setelah tanam sampai dua bulan menjelang kemarau. Bibit
sulaman yang diperlukan pada tahun pertama adalah 10% dan tahun kedua 5%.
Pada tahun ke tiga, tanaman teh mulai menghasilkan (Tanaman
Menghasilkan/TM).
Pembubunan
Pohon pelindung berfungsi sebagai sumber pupuk hijau, pangkasan daunnya di
antara tanaman teh. Mulsa diberikan pula melalui penanaman rumput Guatemala.
Tanaman pelindung sementara dipertahankan sampai tanaman teh berumur 2
tahun.
2. Pemupukan
Dosis pemupukan (kg/ha/tahun) untuk tanaman yang belum menghasilkan
(TBM).
Bahan organik top soil < 5%: Dosis pemupukan kg/ha/tahun untuk tanaman
yang menghasilkan (TM) dengan target produksi 200 kg teh kering/ha/tahun
a. Urea, ZA (unsur hara N): dosis optimal 250-350, 3-4 kali/tahun
b. (unsur hara P2O5): dosis optimal 60-120 untuk Andosol/Regosoldan 15-40
Latosol/Podsolik untuk, 1-2 kali/tahun
c. MOP, ZK (unsur hara K2O): dosis optimal 60-180, 2-3 kali/tahun
d. Kiserit (unsur hara MgO): dosis optimal 30-75, 2-3 kali/tahun
e. Seng sulfit (unsur hara ZnO): dosis optimal 5-10, 7-10 kali/tahun
5. Panen
a. Ciri dan Umur Panen
Pada tanaman teh, panen berarti memetik pucuk/daun teh muda yang
berkualitas dalam jumlah sebesar-besarnya dengan memperhatikan kestabilan
produksi dan kesehatan tanaman. Tanaman memasuki saat dipetik setelah
berumur 3 tahun. Daun yang dipetik adalah:
1. Peko: Pucuk/tunas yang sedang tumbuh aktif
2. Burung: Pucuk/tunas yang sedang istirahat
3. Kepel: Daun kecil yang terletak di ketiak daun tempat ranting tumbuh.
b. Cara Panen
Terdapat tiga macam petikan teh, yaitu:
d. Prakiraan Produksi
Produksi diharapkan mencapai 200 kg berat kering/ha/tahun.
e. Pascapanen
Waktu memetik teh, jangan menggenggam pucuk terlalu banyak. Pucuk hasil
petikan ditempatkan di dalam keranjang 10 kg yang digendong di atas punggung.
Waring (keranjang bambu) digunakan untuk menampung hasil petikan dengan
ukuran minimal 150 x 160 cm dengan daya muat 20 kg (maksimal 25 kg).
Tempatkan waring dalam keadaan terbuka dan tidak ditumpuk di tempat teduh (di
los).
STUDI KASUS
Penelitian ini dilakukan di kebun teh milik PT. Pagilaran, Batang, Pekalongan
pada bulan oktober sampai Desember 2010. Lokasi penelitian pada ketinggian antara
700-1.200 Mdpl, dengan jenis tanah latosol. Bahan yang digunakan adalah jenis teh
Assamica dari biji dengan umur pangkas yang sama yaitu 3 tahun.
Penelitian ini menguji teh jenis Assamica yang diperbanyak melalui biji
dengan umur pangkas 3 tahun pada 5 ketinggian tempat yang berbeda. Ke-5
ketinggian adalah 735 Mdpl, 896 Mdpl, 980 Mdpl, 1023 Mdpl, 1.254 Mdpl.
Pemeliharaan yang dilakukan seperti pemeliharaan produksi tanaman lainnya,
yaitu meliputi pemangkasan, kerik lumut, kubur ranggas, penggapuran, pemupukan,
dan pengendalian OPT. Beberapa pengamatan yang dilakukan antara lain adalah
kehijauan daun, sekapan cahaa, suhu, laju pertumbuhan, bobot daun khas, dan
komponen hasil teh.
3. Hasil dan Pembahasan
Pada pengamatan terhadap suhu dapat diketahui bahwa semakin rendah pada
daerah yang semakin tinggi. Pada ketinggian 735 Mdpl memiliki suhu maksimum,
suhu minimum dan suhu tajuk paling tinggi dari pengamatan lainnya. Hal ini
berbanding terbalik pada ketinggian 1.254 Mdpl memiliki suhu aksimum, suhu
minimum dan suhu tajuk paling rendah.
Pada hasil pengamatan kedua mewakili kehijauan daun, bobot daun khas, dan
laju pertumbuhan Nisbi terhadap ketinggian tempat. Berdasarkan hasil pengamatan
bahwa intensitas kehijauan daun pada keringgian 896 Mdpl lebih tinggi daripad
ketinggian 980 Mdpl. Sedangkan pada ketinggian 1254 Mdpl intensitas kehijauannya
paling rendah. Kehijauan daun sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Pada ketinggian 735 Mdpl nilai BDK paling tinggi daripada daerah lainnya,
sedangkan ketinggian 1254 Mdpl nilainya paling rendah daripada keempat ketinggian
lainnya. Pada pengamatan LPN pucuk pada ketinggian 980 Mdpl menghasilkan nilai
paling tinggi, sedangkan LPN pada ketinggian 1.254 Mdpl memiliki nilai paling
rendah.
Pada hasil pengamatan bobot per pucuk menghasilkan bahwa daerah pada
ketinggian 980 Mdpl mendapatkan hasil yang lebih baik daripada keempat daerah
lainnya. Sedangkan pada ketinggian 1.254 Mdpl mendapatkan hasil yang lebih buruk
daripada lainnya.
4. Kesimpulan
a. Pada ketinggian 980 Mdpl yang terglog perkebunan daerah pertumbuhan, hasil
dan kualitas pucuk teh menunjukan nilai yang paling baik daripada ketinggian 735
Mdpl, 896 Mdpl, 1.023 Mdpl, dan 1,254 Mdpl.
b. ketinggian optimum bagi budidaya tanaman teh saat ini adalah erkebunan daerah
sedang (800-1.200 Mdpl).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanaman teh merupakan tanaman tahunan berbentuk perdu. Tanaman ini tumbuh dan
berkembang dengan baik pada dataran tinggi. Tanaman teh memiliki 2 fase pertumbuhan,
yaitu fase vegetatif dan fase generatif. Tanaman ini digemari di seluruh penjuru dunia karena
banyak manfaat yang dapat dimanfaatkan.
Faktor - faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman teh dapat berasal dari
faktor abiotik dan juga faktor biotik. Faktor abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman cabai adalah iklim, keinggian, dan media tanam. Sedangkan faktor biotiknya adalah
hormon yang terdapat pada tanaman tersebut.
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan
kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Kami juga sangat mengharapkan
saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian dari kami semoga
dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
M.Sultoni Arifin, Dr. dkk. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Pusat Penelitian
Perkebunan Gambung. Bandung.
Rasjid Sukarja, Ir. 1983. Petunjuk Singkat Pengelolaan Kebun Teh. Badan Pelaksana Protek
Perkebunan Teh Rakyat dan Swasta Nasional. Bandung.