DOSEN PENGAMPU :
M. Parikesit Wisnubroto, M.Sc
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9 (DHAR A)
1. Meli 2110241009
2. Mawardi Yanti 2110241018
3. Rosi Novita 2110241031
4. Diva Nabila Fitri 2110243008
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….........i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….......ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….5
C. Tujuan ………………………………………………………......…….5
A. Kesimpulan…………………………………………….....………….16
B. Saran …………………………………………………………………16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...17
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Faktor penting dalam produksi teh adalah kualitas bibit yang dapat
diperoleh dari biji dan stek. Bibit asal stek dapat dengan cepat memenuhi
kebutuhan bahan tanam dalam jumlah banyak.Tanah merupakan tempat
tumbuh terbaik bagi perakaran bibit tanaman teh. Saat ini media tanah bibit
teh adalah tanah mineral. Pemindahan tanah dari lahan produktif tidak
berkelanjutan sehingga sebagiannya perlu disubstitusi dengan media yang
dapat diperbaharui seperti bahan organik.
Mutu teh pengolahan ditentukan oleh bahan baku yaitu daun teh
yang segar. Mutu teh yang baik akan lebih mudah dicapai baik secara fisik,
yaitu daun muda yang utuh, segar, dan berwarna kehijauan. Dalam rangka
menghasilkan teh yang bermutu tinggi, penanganan pucuk teh yang dipanen
sebagai bahan baku perlu ditangani sebaik mungkin sebelum diproses dari
kebun sampai ke pabrik.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Pemanenan teh terdapat istilah gilir petik yaitu jangka waktu antara
satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya pada daerah atau areal yang
sama. Gilir petik pendek akan menghasilkan produk yang bermutu baik
dengan produksi yang lebih sedikit dibanding gilir petik panjang.
Sedangkan gilir petik yang terlalu panjang akan menyebabkan mutu pucuk
berkurang meskipun produksinya lebih banyak. Gilir petik yang digunakan
di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Ciater terdapat 2, yakni gilir petik
menggunakan gunting dan mesin. Gilir petik menggunakan gunting yaitu
20-30 hari sedangkan menggunakan mesin yaitu 60 hari. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pemanenan yaitu waktu panen dan teknik panen.
(1) pemetikan ringan, apabila daun yang tertinggal pada perdu satu
atau dua daun di atas kepel (rumus k+1 atau k+2),
(3) petikan berat, apabila tidak ada daun yang tertinggal pada perdu
di atas kepel (k+0). Umumnya yang dilakukan hanya pemetikan sedang
dengan bidang petik rata.
B. Penanganan Pasca Panen Teh Di Indonesia.
Pengolahan teh adalah metode yang diterapkan pada pucuk daun teh
(Camellia sinensis) yang melibatkan beberapa tahapan, termasuk di
antaranya pengeringan hingga penyeduhan teh. Jenis-jenis teh dibedakan
oleh pengolahan yang dilalui. Di dalam bentuknya yang paling umum,
pengolahan teh melibatkan oksidasi terhadap pucuk daun, penghentian
oksidasi, pembentukan teh dan pengeringan. Dari tahapan ini, derajat
oksidasi memainkan peran penting untuk menentukan rasa teh, dengan
perawatan dan pemotongan pucuk daun memengaruhi citarasa juga turut
berperan meski cukup kecil.
Pada mesin pengering ini, suhu diatur supaya suhu masuk 130-135℃
dan suhu keluar 50-55℃ dengan lama pengeringan 25 menit. Pada
pengeringan pertama ini, jumlah air yang diuapkan mencapai 50% dari
bobot pucuk, sehingga hasilnya baru setengah kering dengan tingkat
kekeringan 30-35%. Pada pengeringan tahap kedua digunakan mesin
pengering Rotary Dryer tipe Repeat Rool. Maksud pengeringan kedua
adalah untuk menurunkan kadar air sampai 3-4% serta memperbaiki
bentuk gulung teh keringnya. Pengeringan dalam rotary dryer
menggunakan suhu tidak lebih dari 70℃ dengan lama pengeringan 80-
90 menit, dan putaran rotary dryer 17-19 rpm. Untuk memperoleh hasil
pengeringan yang baik selain ditentukan oleh suhu dan putaran mesin
juga ditentukan oleh kapasitas mesin pengering. Kapasitas per batch
mesin pengering ditentukan oleh diameter mesin itu. Rotary dryer
yang rollnya berdiameter 70 cm, mempunyai kapasitas pengeringan
sebesar 40-50 kg teh kering, dan untuk roll yang berdiameter 100 cm
kapasitasnya 60-70 kg teh kering
2. Teh hijau merupakan jenis teh tertua. Teh ini tidak mengalami
proses fermentasi. Enzyme yang ada dalam daun teh yang
menyebabkan perubahan warna dinonaktifkan dengan proses
pengukusan selama beberapa menit. Teh yang dihasilkan berwarna
hijau karena tamin yang menyebabkan warna gelap
tidak teroksidasi.
A. Kesimpulan
B. Saran