Kelas:
Agribisnis A
Disusun Oleh:
KELOMPOK 4A
PENDAHULUAN
1. Bagaimana aspek teknis pengolahan komoditas teh pada PT. Rumpun Sari
Medini?
2. Bagaimana aspek pasar dan lingkungan usaha komoditas teh pada PT.
Rumpun Sari Medini?
3. Bagaimana aspek finansial pada kegiatan usahatani komoditas teh PT.
Rumpun Sari Medini?
4. Bagaimana aspek ekonomi pada kegiatan usahatani komoditas teh PT.
Rumpun Sari Medini?
5. Bagaimana kriteria investasi pada kegiatan usahatani komoditas teh PT.
Rumpun Sari Medini?
6. Bagaimana kelayakan investasi pada kegiatan usahatani komoditas teh PT.
Rumpun Sari Medini?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui aspek teknis pengolahan komoditas teh pada PT. Rumpun Sari
Medini.
2. Mengetahui aspek pasar dan lingkungan usaha komoditas teh pada PT.
Rumpun Sari Medini.
3. Mengetahui aspek finansial pada kegiatan usahatani komoditas teh PT.
Rumpun Sari Medini.
4. Mengetahui aspek ekonomi pada kegiatan usahatani komoditas teh PT.
Rumpun Sari Medini.
5. Mengetahui kriteria investasi pada kegiatan usahatani komoditas teh PT.
Rumpun Sari Medini.
6. Mengetahui kelayakan investasi pada kegiatan usahatani komoditas teh
PT. Rumpun Sari Medini.
1.4. Manfaat
LANDASAN TEORI
2.4.1. ROI
Dimana:
k = discount rate
Δt = cashflow w pada periode t
n = periode terakhir dimana cashflow diharapkan
Kriteria Seleksi:
1. Jika NPV positif maka proyek investasi layak
2. Jika NPV negatif maka proyek investasi tidak layak…………(Purnatiyo, 2016).
2.4.4. IRR
Keterangan:
IRR = Internal Rate of Return
i1 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV+
i2 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV-
NPV1 = Net Present Value bernilai positif
NPV2 = Net Present Value bernilai negatif
Kriteria:
1) IRR < SOCC, artinya usaha atau proyek tersebut tidak layak secara
finansial.
2) IRR = SOCC, artinya usaha atau proyek tersebut berada dalam keadaan
break even point.
3) IRR > SOCC, artinya usaha atau proyek tersebut layak secara finansial.
Kriteria seleksi :
1. Jika payback period lebih kecil dibanding dengan target kembalinya
investasi, maka proyek investasi layak.
2. Jika payback period lebih besar dibanding dengan target kembalinya
investasi, maka proyek tidak layak.
2.5. Aspek Ekonomi
METODOLOGI PENELITIAN
3.3.1. Penerimaan
3.3.3. NPV
Net Present Value (NPV) merupakan metode yang digunakan untuk
menilai kelayakan ekonomi suatu investasi usaha yang dilakukan dengan cara
membandingkan nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih (proceeds) dengan
nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi (outlays). Perhitungan NPV
dirumuskan sebagai berikut:
NPV =
Dimana:
k = discount rate
= cashflow w pada periode t
n = periode terakhir dimana cashflow diharapkan
Jika nilai NPV > 0 maka investasi dinyatakan layak.
Suatu usaha dikatakan layak jika memiliki nilai B/C ratio > 1
3.3.5. IRR
Keterangan:
IRR = Internal Rate of Return
i1 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV+
i2 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV-
NPV1 = Net Present Value bernilai positif
NPV2 = Net Present Value bernilai negatif
Apabila nilai IRR semakin tinggi maka menandakan proyek semakin baik.
4.1.1. Responden 1
4.1.2. Responden 2
Responden kedua adalah Pak Nurdin berusia 52 tahun yang merupakan
lulusan Sarjana Pertanian dari Universitas Sebelas Maret Surakarta. Memiliki
jabatan sebagai mandor perkebunan di PT Rumpun Sari Medini dengan
pengalaman kerja selama 7 tahun.
4.1.3. Responden 3
Responden kedua adalah Pak Hari berusia 42 tahun yang merupakan
lulusan Sarjana Pertanian dari Universitas Sebelas Maret Surakarta. Memiliki
jabatan sebagai mandor perkebunan di PT Rumpun Sari Medini dengan
pengalaman kerja selama 4 tahun.
Ketiga responden yang telah disebutkan pada poin di atas berada pada
satu naungan perusahaan, yakni PT Rumpun Sari Medini Kendal yang berfokus
pada industri perkebunan berupa teh sehingga memiliki keadaan usahatani yang
cenderung sama dan hanya terdapat perbedaan pada luasan lahan dan pengalaman
usaha sebagai mandor. Pada responden pertama yakni Pak Nanang memiliki
luasan lahan yang dikelola sebesar 0,8 ha dengan pengalaman usaha sebagai
mandor selama 10 tahun. Pada responden kedua yakni Pak Nurdin memiliki
luasan lahan yang dikelola sebesar 1,2 ha dengan pengalaman usaha sebagai
mandor selama 7 tahun. Sedangkan responden ketiga yakni Pak Hari memiliki
luasan lahan yang dikelola sebesar 1,4 ha dengan pengalaman usaha sebagai
mandor selama 4 tahun. Setiap mandor memiliki jumlah anak buah 5-6 orang
yang dipercaya untuk membantu dalam mengelola perkebunan teh pada masing-
masing blok.
Aspek umum perusahaan ditinjau dari berbagai komponen seperti halnya
status lahan yang merupakan bagi hasil dimana lahan yang digunakan merupakan
lahan milik Kodam IV Diponegoro sehingga perusahaan melakukan sistem bagi
hasil dengan pemilik lahan. Besarnya jumlah bagi hasil antara perusahaan dan
Kodam IV Diponegoro ditetapkan sebesar 10% dari pendapatan. Status
perusahaan merupakan PT, yakni PT Rumpun Sari Medini yang terletak di
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dengan kepemilikan modal berupa pinjaman dari
bank.
4.5.2. Biaya
Dalam melaksanakan suatu usaha pada umumnya penggolongan biaya
akan dibedakan menjadi dua, yakni biaya tetap dan biaya variabel. Berdasarkan
hasil wawancara dengan tiga responden diperoleh hasil dari biaya variabel sebagai
berikut:
Tabel 1. Biaya Variabel
Biaya Variabel
Keterangan
2020 2021 2022 Total
Responden 1 1.700.900 1.750.200 1.821.300 5.272.400
Responden 2 2.697.750 2.627.740 2.735.400 8.060.890
Responden 3 2.975.300 2.354.590 3.185.800 8.515.690
Sumber: Data Primer Praktikum 2023.
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa biaya variabel yang telah
dikeluarkan oleh masing-masing responden selama tiga tahun terakhir. Biaya
variabel dapat berubah tergantung dari jumlah produksi yang dihasilkan, dalam
hal ini baik responden 1, responden 2, dan responden 3 memiliki jumlah produksi
yang berbeda karena memiliki luasan lahan yang berbeda. Hal ini sesuai dengan
pendapat Chrisdiyanti dan Yuliawati (2019) yang menyatakan bahwa biaya
variabel juga dapat diartikan sebagai biaya yang berubah secara proporsional
sebanding dengan kegiatan bisnis yang dijalankan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga responden diperoleh hasil dari
biaya tetap sebagai berikut:
Tabel 2. Biaya Tetap
Biaya Tetap
Keterangan
2020 2021 2022 Total
Responden 1 2.908.070 2.941.870 3.009.470 8.859.410
Responden 2 3.378.750 3.431.200 3.508.006 10.317.956
Responden 3 4.371.950 4.428.950 4.542.950 13.343.850
Sumber: Data Primer Praktikum 2023.
Berdasarkan tabel 2. dapat diketahui data biaya tetap responden 1,
responden 2, dan responden 3 selama tiga tahun terakhir. Biaya tetap merupakan
biaya yang harus dibayar perusahaan meskipun operasional usaha tersebut
berhenti. Hal ini sesuai dengan pendapat Tololiu et al. (2016) yang menyatakan
bahwa biaya tetap dapat diartikan juga sebagai biaya yang secara total tidak
berubah saat kegiatan bisnis meningkat ataupun menurun. Biaya tetap tersebut
digunakan untuk biaya penyusutan peralatan dan biaya tenaga kerja. Rincian biaya
tetap dari ketiga responden terdapat pada Lampiran 3.
Tabel 3. Total Biaya Produksi
Biaya Tetap
Keterangan
2020 2021 2022 Total
Responden 1 4.608.970 4.692.070 6.253.170 15.554.210
Responden 2 6.076.500 6.958.940 6.243.406 19.278.846
Responden 3 7.347.250 6.783.540 7.728.750 21.859.540
Sumber: Data Primer Praktikum 2023.
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui data biaya produksi masing-masing
responden pada Tahun 2020, 2021, dan 2023. Biaya total produksi merupakan
jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan suatu usahatani yang didapatkan dari
penjumlahan biaya variabel dan biaya tetap. Hal ini sesuai pendapat Listiani et al.
(2019), biaya yang dikeluarkan petani terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan untuk
mengolah bahan baku menjadi suatu produk. Biaya produksi terdiri dari beberapa
cakupan. Berdasarkan pendapat Soi et al. (2017), cakupan biaya produksi
diantaranya yaitu biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik.
4.5.3. Penerimaan
Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga responden diperoleh data
penerimaan usahatani teh sebagai berikut:
Tabel 4. Penerimaan Usaha
Penerimaan
Keterangan
2020 2021 2022
Responden 1 21.350.000 21.460.000 25.600.000
Responden 2 34.300.000 34.410.000 43.200.000
Responden 3 40.250.000 40.330.000 48.400.000
Sumber: Data Primer Praktikum 2023.
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui jumlah penerimaan masing-masing
responden sebelum diberlakukan potongan bagi hasil senilai 10%. Berdasarkan
data tersebut dapat diketahui penerimaan masing-masing responden tiap tahunnya
mengalami peningkatan. penerimaan yang paling besar didapatkan oleh responden
3 hal tersebut karena penerimaan akan sesuai dengan jumlah teh yang dijual.
Jumlah teh yang dijual responden 3 lebih banyak dari yang lainnya karena
memiliki lahan yang lebih luas dari yang lain. Penerimaan merupakan indikator
yang harus diperhatikan untuk mengetahui kemajuan usahatani. Berdasarkan
pendapat Ibrahim et al. (2021), setelah pertanian menjadi lebih maju semakin
banyak biaya dan penerimaan yang berupa uang tunai, semakin petani
memperhitungkan biaya dan hasil. Data penerimaan usahatani setelah dilakukan
pemotongan bagi hasil senilai 10% dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Penerimaan Setelah Bagi Hasil
Penerimaan
Keterangan
2020 2021 2022
Responden 1 19.215.000 19.314.000 23.040.000
Responden 2 30.870.000 30.969.000 38.880.000
Responden 3 36.225.000 36.297.000 43.560.000
Sumber: Data Primer Praktikum 2023.
Penerimaan petani usahatani teh diperoleh dari harga jual dikali dengan
unit produk terjual dikurangi dengan biaya bagi hasil. Jumlah penerimaan Pak
Nanang (Responden 1) pada tahun 2020, 2021, dan 2022 adalah Rp19.215.000;
Rp19.314.000; Rp23.040.000. Jumlah penerimaan Pak Nurdin pada tahun 2020,
2021, dan 2022 adalah Rp30.870.000; Rp30.969.000; Rp38.880.000. Jumlah
penerimaan Pak Hari pada tahun 2020, 2021, dan 2022 adalah Rp36.225.000;
Rp36.297.000; Rp43.560.000. Rincian penerimaan usahatani teh dari ketiga
responden tersebut secara lengkap terdapat pada Lampiran 4.
4.5.4. Pendapatan
Pendapatan yang diperoleh oleh ketiga responden dari hasil usahatani teh
per masa tanam disajikan pada tabel 6. berikut.
Tabel 6. Pendapatan Usaha
Penerimaan
Keterangan
2020 2021 2022
Responden 1 14.606.030 14.621.930 16.786.830
Responden 2 24.793.500 24.010.060 32.636.594
Responden 3 28.877.750 29.513.460 35.831.250
Sumber: Data Primer Praktikum 2023.
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui pendapatan responden 1, responden 2,
dan responden 3. Pendapatan petani merupakan ukuran penghasilan yang diterima
oleh petani dari usahataninya yang dihitung dari selisih antara penerimaan dengan
biaya produksi. Sejalan dengan pendapat Lumintang (2013) pendapatan
merupakan penerimaan yang dikurangi dengan biaya–biaya yang dikeluarkan.
Jumlah pendapatan Pak Nanang (Responden 1) selama 3 tahun berturut turut
2020, 2021, 2022 adalah Rp14.606.030; Rp14.621.930; Rp16.786.830. Jumlah
pendapatan Pak Nurdin (Responden 2) selama 3 tahun berturut turut 2020, 2021,
2022 adalah Rp24.793.500; Rp24.010.060; Rp32.636.594. Jumlah pendapatan
Pak Hari (Responden 3) selama 3 tahun berturut turut 2020, 2021, 2022 adalah
Rp28.877.750; Rp29.513.460; Rp35.831.250. Pendapatan usaha tani teh relatif
bervariasi sesuai dengan luas lahan dan biaya variabel yang digunakan. Perbedaan
pendapatan pada ketiga responden disebabkan oleh perbedaan luas lahan yang
dimiliki masing-masing responden. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukmayanto et
al. (2022), yang menyatakan bahwa dampak cetak luas lahan berpengaruh
terhadap produksi dan pendapatan.
B/C Ratio
Responden 1 Responden 2 Responden 3
4,705 5,58 6
Sumber: Data Primer Praktikum 2023.
Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 5 didapatkan bahwa nilai B/C
Ratio pada usahatani teh Bapak Nanang sebesar 4,705, yang berarti setiap biaya 1
satuan menghasilkan benefit atau keuntungan sebesar 4,705 satuan. Nilai B/C
Ratio pada usahatani teh Bapak Nurdin sebesar 5,58, yang berarti setiap biaya 1
satuan menghasilkan benefit atau keuntungan sebesar 5,58 satuan. Nilai B/C Ratio
pada usahatani teh Bapak Hari sebesar 6, yang berarti setiap biaya 1 satuan
menghasilkan benefit atau keuntungan sebesar 6 satuan. Metode B/C ratio
digunakan untuk menghitung perbandingan antara nilai sekarang (dari penerimaan
kas bersih di masa yang akan datang) dengan nilai sekarang dari investasi. Hal
tersebut sesuai dengan Anjasari (2017) yang menyatakan bahwa B/C Ratio adalah
analisis menggunakan perbandingan antara manfaat dan biaya. Menurut kriteria
B/C Ratio juga layak (B/C ratio > 1) karena kedua variabelnya sama. Secara
teoritis bila B/C = 1 artinya tidak untung tidak rugi. Jika B/C kurang dari 1 maka
usahatani dianggap rugi. Sedangkan bila B/C lebih dari 1 maka usahatani
dianggap menguntungkan.
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Aminah, Nur., Rina Arifati, dan Agus Supriyanto. 2016. Pengaruh deviden per
share, return on equity, net profit margin, return on investment dan return
on asset terhadap harga saham pada perusahaan real estate dan property
yang terdaftar di bursa efek indonesia periode tahun 2011-2013. Journal
of Accounting, 2 (2) : 1-20.
Anjarsari, I. D. R, dkk. 2020. Pengaruh cuaca terhadap hasil pucuk teh (Camellia
sinensis L. (O) Kuntze) klon GMN 7 pada periode jendangan dan
pemetikan produksi. J. Kultivasi. 19(1): 1076-1082
Batubara, Angelina., Asep Yusuf, dan Asri Widyasanti. 2019. Uji kerja dan
analisis ekonomi mesin roasting kopi (studi kasus di Taman Teknologi
Pertanian Cikajang-Garut). J. Teknotan, 13 (1) : 1-7.
Casmadi, Y., dan Dhea Maryana. 2020. Pengaruh biaya produksi dan biaya
pemasaran terhadap volume penjualan komoditi teh pada PT Perkebunan
Nusantara VIII periode 2015-2017. J. Akuntansi, 13 (1) : 84-98.
Chrisdiyanti, Y. K., dan Y. Yuliawati. (2019). Analisis pendapatan usahatani dan
faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi bunga potong krisan di
Desa Duren Kecamatan Bandungan. J. Agribisnis Perikanan, 12(1): 1 –
7.
Ediwodjojo, Sotya Pratiwi., dan Ika Raniya Ginting. 2018. Analisis investasi
dengan perhitungan NPV, IRR dan Payback Period pada produksi Ikan
Presto Gita Pindang Desa Kali Tengah Kecamatan Gombong. J. Ekonomi
Bisnis, 2 (1) : 7-15.
Fatmala, N., Hermanssyah dan Marlin. 2020. Stimulasi pertumbuhan bibit teh
dengan pemberian urin sapi dan penggunaan bahan stek yang berbeda. J.
Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 22(1): 52-57
Febriyanti, Dwi., Sartika Nur Aini, Alya Vena Resta, dan Raka Bagaskara. 2021.
Fungsi AMDAL dalam pengendalian kerusakan dan pencemaran
lingkungan setelah diundangkannya UU Cipta Kerja. j. Widya Pranata
Hukum, 3 (2) : 115-133.
Ferbriandini, I.F. dan W. Sutopo. 2018. Internal Rate of Return untuk analisis
kelayakan investasi di bidang industri : review paper. Seminar dan
Konferensi Nasional IDEC, 1 – 9.
Hindersah, R., B. Adityo, dan P. Suryatmana. 2018. Populasi bakteri dan jamur
serta pertumbuhan tanaman teh (Camellia sinensis L.) pada dua jenis
media tanam setelah inokulasi Azotobacter. J. Agrologia, 5 (1): 1 – 9.
Hukom, Zakarias Frans Mores. 2020. Pengaruh penambahan nitrogen pada pupuk
cair dan musim terhadap kandungan bahan aktif Epigalokatekin Galat
(EGCG) pucuk teh (Camellia sinensis L.). j. Agrologia, 9 (2) : 53-61.
Ibrahim, R., A. Hamid, dan Y. Boekoesoe. 2021. Analisis Biaya dan Pendapatan
Usahatani Padi Sawah Non Irigasi Teknis dI Kelurahan Tenilo
Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. J. Agrinesia. 5 (3): 177- 184.
Indra, N. 2018. Analisis usahatani, tataniaga dan peran kelembagaan petani teh
rakyat di Kabupaten Cianjur Sebagai Kawasan Perkebunan Teh Nasional.
J. Soshum Insentif, 120 – 135.
Jayawardhana, Hatta., dan Hilmi Aulawi. 2017. Studi kelayakan pendirian usaha
jamur tiram di Kabupaten Garut. J. Kalibrasi, 15 (2) : 49-61.
Karundeng, Thesa Natasya., Sivya, dan Jacky. 2018. Analisis saluran distribusi
(studi kasus di CV Karya Abadi, Manado. J. EMBA, 6 (3) : 1748-1757.
Kurniaty, T., T. Trismiaty, dan R. Martini. 2018. pola kemitraan usahatani teh di
Kabupaten Kulonprogo. J. Masepi, 3 (1).
Muningsih, Retno., dan Gunawan Ciptadi. 2018. Analisis kandungan unsur hara
limbah cair teh hijau sebagai bahan pupuk organik pada bibit teh. J. Ilmu
Ilmu Pertanian, 14 (1) : 25-32.
Panataria, Lince R., Catin Depani Ginting, dan Parsaoran Sihombing. 2020.
Analisa kandungan hara kompos limbah daun teh. J. Agrium, 22 (3) : 1-
5.
Prihastono, Endro., dan Enti Nur Hayati. 2015. Analisis Kelayakan Investasi
Mesin Untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi (Studi Kasus di CV
Djarum Mulia Embroidery Semarang). J. Dinamika Teknik, 9 (2) : 47-60.
Purnatiyo, D. 2016. Analisis kelayakan investasi alat DNA Real Time Thermal
Cycler (RT-PCR) untuk pengujian gelatin. J. Penelitian dan Aplikasi
Sistem dan Teknik Industri, 8(2): 212-226.
Sajari, Ibnu., Elfiana, dan Martina. 2017. Analisis kelayakan usaha keripik pada
Ud. Mawar di Gampong Batee Ie Liek Kecamatan Samalanga Kabupaten
Bireuen. Jurnal Pertanian, 1 (2) : 116-124.
Saragi, Alfioni., Putri Afdilah, Martua Raya Hasibuan, dan Ahmad Prayendi.
2022. Potensi wisata kebun teh Sidamanik dalam meningkatkan PAD
Simalungun. J. Ilmu Komputer, Ekonomi, dan Manajemen, 2 (2) : 3893-
3899.
Sari, D.I. 2020. Pengaruh quick ratio total asset turnover dan return on investment
terhadap harga saham. J. Akuntansi dan Bisnis, 5 (2) : 123-134.
Siregar, A. H. 2016. Pembuatan zat warna alam dari tumbuhan berasal dari daun.
J. Bina Teknika, 12 (1): 103 – 110.
Soi, A., E. N. Julitasari, dan Darmadji. 2017. Analisis biaya dan faktor produksi
usahatani bunga potong krisan (Chrysanthemum indicum L.) studi kasus
di Desa Wonosari Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan. J. Ilmu-ilmu
Pertanian AGRIKA. 11 (2): 170 – 178.
Sucherman, O. 2014. Pengaruh pemupukan kalium terhadap perkembangan
populasi hama tungau jingga (Brevipalpus phoenicis geijskes) pada
tanaman teh. J. Penelitian Teh dan Kina: 17 (1): 39 – 46.
Sukmayanto, M., T. Hasanuddin, dan I. Listiana. 2022. Analisis Produksi dan
Pendapatan Usahatani Padi di Kabupaten Lampung Tengah. J. Ekonomi
Pertanian dan Agribisnis, 6 (2): 625 - 634.
Suprapto, Agus., Eri Prabowo, dan Afmirul Rakhman. 2020. Analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi kelayakan investasi pada pertambangan
batubara PT. Keritang Buana Mining (KBM) Kecamatan Kemuning
Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. J. Mine Magazine, 1 (2) : 1-14.
Sutrisno, 2009. Manajemen keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi, Penerbit
Ekonisia, Yogyakarta.
Tarigan, V., D. S. Purba., dan W. J. Tarigan. 2021. Analisis sumber daya dan
penggunaan modal kerja untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan
PT Coca Cola Indonesia. J. Ilmiah Manajemen Kesatuan. 9(3): 561-572
Yurian, Saed Rizki., Tumpal Manik, dan Jack Febriand Adel. 2020. Analisis
Revenue Cost Ratio, Payback Period dan Break Even Point untuk menilai
kelayakan usaha pada usaha kerupuk di wilayah Kelurahan Sei. Lekop
Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan. J. Student online, 1 (2) :
342-349.
= 81.000
3. Penyusutan Bibit =
= 1.800.000
= 72.000
6. Penyusutan Arit =
= 31.500
Lampiran 2. (Lanjutan)
= 108.000
3. Penyusutan Bibit =
= 2.700.000
= 72.000
6. Penyusutan Arit =
= 31.500
Lampiran 2. (Lanjutan)
3. Penyusutan Bibit =
= 3.150.000
= 72.000
6. Penyusutan Arit =
= 31.500
Lampiran 3. Perhitungan Biaya Produksi
Responden 1 (Pak Nanang)
Biaya Produksi Tahun 2020
Jumlah / Harga satuan / Total /
Macam Biaya produksi produksi Produksi
(satuan) (Rupiah) (Rupiah)
A. Biaya Tetap
1. Penyusutan 2.130.750
2. Tenaga
777.320
Kerja
Total Biaya Tetap 2.908.070
B. Biaya Variabel
Pupuk
Pupuk urea (kg) 80 7.000 560.000
Pupuk TSP (kg) 90 4.400 396.000
Pupuk ZK (kg) 14,4 25.000 360.000
Pupuk Kieserit (kg) 12 8.000 96.000
Obat
Pestisida (liter) 2,1 85.000 178.500
Fungsida (kg) 4,6 24.000 110.400
Total Biaya
Variabel 1.700.900
Total Biaya 4.608.970
Lampiran 3. (Lanjutan)
Biaya Produksi Tahun 2021
Jumlah / Harga satuan / Total /
Macam Biaya produksi produksi Produksi
(satuan) (Rupiah) (Rupiah)
A. Biaya Tetap
1. Penyusutan 2.130.750
2. Tenaga Kerja 811.120
Total Biaya Tetap 2.941.870
B. Biaya Variabel
1. Pupuk
Pupuk urea (kg) 80 7.300 584.000
Pupuk TSP (kg) 90 4.500 405.000
Pupuk ZK (kg) 14,4 25.500 367.200
Pupuk Kieserit (kg) 12 8.500 102.000
Obat
Pestisida (liter) 2,1 85.600 179.760
Fungsida (kg) 4,6 24.400 112.240
Total Biaya Variabel 1.750.200
Total Biaya 4.692.070
Perhitungan Pendapatan
Pendapatan tahun 2020 = penerimaan - biaya produksi
= 14.606.030
Pendapatan tahun 2021 = penerimaan - biaya produksi
= 14.621.930
Pendapatan tahun 2022 = penerimaan - biaya produksi
=16.786.830
Lampiran 5. (Lanjutan)
Responden 2
Perhitungan Pendapatan Bapak Nurdin
Jumlah Harga Bagi
Jenis Penerimaan Penerimaan
Tahun dijual Komoditas Hasil
Produksi (Rp) (SBH)
(kg) (Rp/kg) (10%)
Teh
2020 34.300.000 3.430.000 30.870.000
basah 9800 3.500
Teh
2021 9300 3.700 34.410.000 3.441.000 30.969.000
basah
Teh
2022 10800 4.000 43.200.000 4.320.000 38.880.000
basah
Perhitungan Pendapatan
Pendapatan tahun 2020 = penerimaan - biaya produksi
= 24.793.500
Pendapatan tahun 2021 = penerimaan - biaya produksi
= 24.010.060
Pendapatan tahun 2022 = penerimaan - biaya produksi
= 32.636.594
Lampiran 5. (Lanjutan)
Responden 3
Perhitungan Pendapatan Bapak Hari
Jumlah Harga Bagi
Jenis Penerimaan
Tahun dijual Komoditas Penerimaan Hasil
Produksi (SBH)
(kg) (Rp/kg) (Rp) (10%)
Teh
2020 40.250.000 4.025.000 36.225.000
basah 11500 3.500
Teh
2021 10900 3.700 40.330.000 4.033.000 36.297.000
basah
Teh
2022 12100 4.000 48.400.000 4.840.000 43.560.000
basah
Perhitungan Pendapatan
Pendapatan tahun 2020 = penerimaan - biaya produksi
= 28.877.750
Pendapatan tahun 2021 = penerimaan - biaya produksi
=29.513.460
Pendapatan tahun 2022 = penerimaan - biaya produksi
= 35.831.250
Lampiran 6. Analisis Finansial (NPV, B/C, Ratio, PP, IRR)
Perhitungan Payback Period Bapak Nanang
Investasi Penerimaan Biaya Penyusutan EBT
Tahun
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
2019 8.830.000
= 182,5 %
Lampiran 6. (Lanjutan)
Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) Pak Nurdin
= 212,5 %
Lampiran 6. (Lanjutan)
Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) Pak Hari
= 214,5 %
Lampiran 7. Dokumentasi Kegiatan