Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN PRAKTIKUM

STUDI KELAYAKAN DAN EVALUASI PROYEK


KOMODITAS TEH

Kelas:
Agribisnis A

Disusun Oleh:
KELOMPOK 4A

Farhah Nikmatul Mun’im 23020320120011


Sekariyanti Wilasasri 23020320130045
Dian Wahyu Nugraheni 23020320130048
Muhammad Salafiah 23020320130055

PROGRAM STUDI S-1 AGRIBISNIS


DEPARTEMEN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Analisis terkait studi kelayakan dan evaluasi proyek banyak membahas


mengenai aspek-aspek ekonomi, teknis, keuangan, sosial, dan lingkungan suatu
proyek sebelum dilaksanakan. Tujuan dari studi kelayakan dan evaluasi proyek
adalah untuk menilai apakah proyek tersebut layak dan mampu memberikan
manfaat yang diharapkan oleh berbagai pihak. Aspek ekonomi dalam studi
kelayakan dan evaluasi proyek melibatkan analisis terhadap potensi keuntungan,
tingkat pengembalian investasi, dan dampak ekonomi yang dihasilkan oleh
proyek.
Aspek teknis melibatkan analisis terhadap kelayakan teknis proyek,
termasuk penilaian terhadap keahlian dan sumber daya yang diperlukan, serta
perencanaan, dan pengelolaan proyek yang efisien. Evaluasi teknis ini bertujuan
untuk memastikan bahwa proyek dapat direalisasikan secara teknis dan memenuhi
standar yang ditetapkan. Aspek keuangan dalam studi kelayakan dan evaluasi
proyek melibatkan analisis terhadap sumber pendanaan yang diperlukan, struktur
modal yang optimal, perencanaan anggaran, dan perhitungan estimasi arus kas
yang terkait dengan proyek. Evaluasi keuangan ini bertujuan untuk memastikan
ketersediaan dan kecukupan dana yang diperlukan serta memperhitungkan potensi
risiko keuangan yang mungkin timbul dari dilaksanakannya proyek tersebut.
Evaluasi terhadap investasi juga berperan penting untuk membantu dalam
mengambil keputusan dan pengealokasian dana berkaitan dengan potensi
keuntugan, risiko, dan pengembalian investasi. Aspek sosial dan lingkungan juga
memegang peranan penting untuk mengetahui kelayakan dan mengevaluasi
proyek yang akan dilakukan. Evaluasi ini melibatkan penilaian terhadap dampak
sosial, kesejahteraan masyarakat sekitar, mitigasi dampak lingkungan, serta
pemenuhan aspek keberlanjutan dalam pelaksanaan proyek terutama pada proyek
yang dapat melibatkan banyak pihak seperti pada bidang pertanian di sektor
perkebunan.
Teh merupakan komoditas perkebunan yang banyak diminati masyarakat
dengan banyaknya manfaat yang dapat dihasilkan sehingga diperlukan studi
terkait kelayakan dan evaluasi proyek terutama menyangkut analisis pasar yang
membahas mengenai permintaan dan potensi pasar teh. Selain itu, berbagai risiko
juga perlu diidentifikasi seperti halnya dampak lingkungan dan sosial yang
dihasilkan oleh proses produksi teh dan langkah mitigasi yang bisa dilakukan.
Urgensi dilakukannya studi dari kelayakan dan evaluasi proyek adalah menilai
kelayakan dari suatu usaha dari segi ekonomi, teknis, dan sosial. Salah satu
perusahaan yang bergerak di industri perkebunan teh adalah PT. Rumpun Sari
Medini yang berlokasikan di Dusun Ngesrep Balong, Kendal, Jawa Tengah dan
telah berdiri sejak tahun 1902.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana aspek teknis pengolahan komoditas teh pada PT. Rumpun Sari
Medini?
2. Bagaimana aspek pasar dan lingkungan usaha komoditas teh pada PT.
Rumpun Sari Medini?
3. Bagaimana aspek finansial pada kegiatan usahatani komoditas teh PT.
Rumpun Sari Medini?
4. Bagaimana aspek ekonomi pada kegiatan usahatani komoditas teh PT.
Rumpun Sari Medini?
5. Bagaimana kriteria investasi pada kegiatan usahatani komoditas teh PT.
Rumpun Sari Medini?
6. Bagaimana kelayakan investasi pada kegiatan usahatani komoditas teh PT.
Rumpun Sari Medini?
1.3. Tujuan

1. Mengetahui aspek teknis pengolahan komoditas teh pada PT. Rumpun Sari
Medini.
2. Mengetahui aspek pasar dan lingkungan usaha komoditas teh pada PT.
Rumpun Sari Medini.
3. Mengetahui aspek finansial pada kegiatan usahatani komoditas teh PT.
Rumpun Sari Medini.
4. Mengetahui aspek ekonomi pada kegiatan usahatani komoditas teh PT.
Rumpun Sari Medini.
5. Mengetahui kriteria investasi pada kegiatan usahatani komoditas teh PT.
Rumpun Sari Medini.
6. Mengetahui kelayakan investasi pada kegiatan usahatani komoditas teh
PT. Rumpun Sari Medini.

1.4. Manfaat

1. Bagi praktikan dan mahasiswa, digunakan sebagai sarana belajar untuk


mengetahui kelayakan dan mengevaluasi proyek yang akan dilakukan
suatu perusahaan serta sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahun
pada materi analisis studi kelayakan dan evaluasi proyek.
2. Bagi perusahaan, digunakan untuk mengidentifikasi potensi risiko yang
mungkin timbul selama pelaksanaan proyek dan menentukan alokasi
sumber daya yang tepat untuk proyek tersebut.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Komoditas Teh

Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan tanaman perdu yang


tumbuh di daerah tropis dan subtropis yaitu daerah dengan letak geografis 45o LU
sampai 30o LS. Ditemukan pada daerah dengan ketinggian 400 m sampai 1200 m,
curah hujan minimal 200-2500 mm/tahun, suhu optimum 13oC- 25oC dan pH
sekitar 4-6. Berikut merupakan penggolongan dari tanaman teh:
Divisi : Embryophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dykotyiledon
Sub Kelas : Ericales
Suku : Theacheaceae
Genus : Camelia
Nama Spesies : Camellia sinensin (L.) O. Kuntze
Menurut Siregar (2016) menyatakan bahwa tanaman teh memiliki
perakaran yang dangkal dengan diameter akar 1-2 mm, sulit menembus lapisan
tanah, dan peka terhadap keadaan fisik tanah. Bunga tumbuh pada ketiak daun,
berbentuk bulat, berwarna putih dan halus seperti lilin. Kelopak bunga berjumlah
5-7 helai dan benang sari berwarna kuning berjumlah 20-100 buah dengan dua
kantong sari dan bakal buah, Bentuk daunnya bergantung varietasnya. Varietas
tanaman teh dibedakan berdasarkan perbedaan geografis, bentuk daun, dan lokasi
ditemukannya. Teh dibagi menjadi 3 varietas yaitu Theasceae assamica, T
sinensis dan T Cambodiensis.
1. Teh assamica
Jenis teh ini berasal dari India dengan warna daun hijau muda berkilauan,
ujung runcing, dan panjangnya 15-20 cm dengan permukaan licin.
Pertumbuhan teh jenis ini relatif lebih cepat dan tingginya mencapai 20-30
m.
2. T. Sinensis
Jenis teh ini berasal dari cina dan daun tehnya berwarna huijau gelap
dengan panjang 3-6 cm, dan permukaan kasar. Produktivitas jenis teh ini
tidak terlalu tinggi tetap kualitasnya baik dan biasanya lebih tahan
terhadap kondisi dingin.
3. T. Cambodiensis
Jenis teh ini merupakan hasil hibridisasi T assamica dan T sinensis.
Teh mengandung sejenis antioksidan yang bernama katekin. Pada daun teh
segar, kadar katekin bisa mencapai 30% dari berat kering. Teh hijau dan teh putih
mengandung katekin yang tinggi, sedangkan teh hitam mengandung lebih sedikit
katekin karena katekin hilang dalam proses oksidasi.

2.2. Aspek Teknis

Sebelum melalui proses produksi perlu adanya perhatian terhadap aspek


teknis dalam budidaya tanaman teh. Berikut merupakan aspek teknis yang perlu
diperhatikan dari tahapan budidaya tanaman teh:
1. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan dilakukan dengan melakukan pembongkaran pada
tunggul-tunggul dan pohon, membersihkan tanaman pengganggu seperti
gulma, pembuatan saluran drainase, dan pembuatan jalan sebagai akses
keluar-masuk ke kebun. Pemindahan tanah dari lahan produktif ke lahan
tidak berkelanjutan memerlukan adanya substitusi dan pembaharuan
seperti melalui penambahan bahan organik tanah, contohnya adalah
penggunaan blotong dan cocopeat yang berpengaruh terhadap aktivitas dan
populasi mikroba di daerah perakaran tanaman teh (Hindersah et al.,
2018).
2. Pembibitan
Penyediaan bibit tanaman teh dapat dilakukan dengan perbanyakan
tanaman secara vegetatif maupun generatif. Pembiakan generatif tanaman
teh dilakukan dengan menggunakan biji, sementara secara vegetatif
dilakukan dengan menggunakan stek tunas (Anjarsari et al., 2022).
3. Penanaman
a) Penanaman bibit teh
Langkah awal sebelum melakukan penanaman adalah menentukan jarak
tanam dan pengajiran. Secara umum pada kondisi tanah miring jarak
tanam tanaman teh adalah 60 cm x 120 cm dan untuk tanah datar 75 x
120 cm. Setelah penanaman selesai akan lebih baik lagi jika tanah
diberi lapisan mulsa untuk mengkondisikan media supaya kelembaban
tetap terjaga.
b) Penanaman tanaman pelindung
Tanaman pelindung diperlukan tanaman teh untuk mencegah terjadinya
serangan hama yang dapat merusak dan mengganggu pertumbuhan
tanaman. Tanaman pelindung terbagi menjadi dua macam, yaitu
tanaman pelindung tetap dan tanaman pelindung sementara. Pada
tanaman belum menghasilkan, serangan hama tungau jingga akan lebih
meningkat jika tanaman pelindung sementara dan pelindung tetap
belum disiapkan secara permanen (Sucherman, 2014).
4. Tenaga Kerja
Umumnya usahatani diperlukan beberapa faktor produksi, diantaranya
adalah manusia (tenaga kerja) yang berperan dalam menentukan
keberhasilan usahatani (Kurniaty et al., 2018). Jumlah tenaga kerja baik
dari dalam keluarga dan luar keluarga yang dibagi dalam jumlah Hari
Orang Kerja (HOK) berdasarkan standar (7 jam/hari). Rata-rata
penggunaan HOK pada usahatani teh adalah sebesar 63 HOK per hektar
per tahun (Indra, 2018).
5. Pemeliharaan
a) Penyulaman bibit teh
Penyulaman adalah kegiatan peremajaan tanaman sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan populasi tanaman teh yang unggul
(Brilliantina et al., 2018).
b) Pembuatan rorak
Pada umumnya pembuatan rorak dilakukan pada kondisi lahan yang
miring dengan tujuan untuk mengurangi daya erosi dan meningkatkan
daya tahan air. Rorak dibuat dengan panjang 2 m dan lebar 30 cm serta
kedalaman sekitar 40 cm. Jarak antar rorak dalam satu kontur 4 m dan
dibuat berseling (Aryanti et al., 2020).
c) Pemberian mulsa
Pemberian mulsa dapat berupa penyebaran rumput-rumputan, jerami,
atau alang-alang pada permukaan tanah tanaman teh dan hindari mulsa
yang menyentuh batang tanaman karena dapat menyebarkan penyakit
pada tanaman. Pemberian mulsa bertujuan untuk menambah bahan
organik tanah, mencegah erosi, dan menekan pertumbuhan gulma.
d) Penyiangan
Penyiangan tanaman teh dapat dilakukan secara manual dengan
menggunakan sabit, ataupun cungkil, sedangkan bagi tanaman yang
sudah tua dapat dilakukan secara kimiawi, yaitu menggunakan
herbisida dengan interval waktu selama 3 minggu sekali.
e) Pemangkasan
Pemangkasan merupakan kegiatan pemeliharaan tanaman teh
membentuk perdu yang bertujuan untuk membuang cabang-cabang
yang kurang produktif, mempertahankan kondisi bidang petik tetap
rendah dan rata, sehingga memudahkan pemetikan dan
mempertahankan pertumbuhan pada fase vegetatif. Secara umum
pemangkasan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
− Pemangkasan centering, dilakukan saat tanaman masih belum
menghasilkan, yaitu umur 6-7 bulan setelah tanam. Batang utamanya
dipotong dengan ketinggian 20 cm agar membentuk bidang petik.
− Pemangkasan produksi, dilakukan dengan memangkas bersih tanpa
menyisakan sedikitpun daun serta pemotongan ranting yang
berukuran kecil. Pemangkasan ini dilakukan dengan tujuan supaya
sinar matahari dapat menembus masuk sampai ke bagian bawah
tanaman. Pemangkasan jenis produksi ini diulang setiap 3-4 tahun
sekali.
− Pemangkasan ajir, dilakukan dengan meninggalkan 1-2 cabang pada
bagian tepi tanaman. Cabang yang ditinggalkan paling tidak harus
mempunyai 200 helai daun supaya dapat melangsungkan hidupnya
dan mempercepat pertumbuhan tunas. Untuk itu pemangkasan ajir
bertujuan mencegah terjadinya kematian pada tanaman yang
disebabkan oleh cekaman lingkungan atau kondisi lingkungan yang
tidak mendukung.
6. Pemupukan
Pemupukan pada tanaman teh penting dilakukan untuk mempertahankan
dan memperbaiki kesuburan tanah serta meningkatkan produksi tanaman.
Tanaman teh memerlukan hara yang tersedia secara teratur dan
berkecukupan berupa unsur hara makro dan mikro. Unsur hara mikro yang
dibutuhkan oleh tanaman teh adalah meliputi unsur seng (Zn) yang
berperan sebagai kofaktor lebih dari 300 jenis enzim yang berperan dalam
metabolisme asam nukleat, pembelahan sel dan sintesis protein (Fauziah et
al., 2018).
7. Pemetikan
Fungsi dari pemetikan pada proses produksi adalah mengambil pucuk
yang memenuhi syarat-syarat pengolahan sehingga tanaman mampu
membentuk suatu kondisi yang berproduksi secara berkesinambungan
(Anjarsari et al., 2020). Rata-rata produksi petani teh di Indonesia adalah
1400 Kg daun kering per Ha/Tahun atau sekitar 6000 kg pucuk segar per
Ha. Berikut merupakan macam-macam teknik pemetikan teh:
− Pemetikan halus, apabila pucuk yang dihasilkan adalah peko dengan
satu daun muda pucuk burung (p+1m) dan burung dengan satu daun
muda (b+1m)
− Pemetikan medium terdiri dari peko dengan dua daun muda (p+2m),
dan peko dengan tiga daun muda (p+3m), burung dengan 2 daun muda
(b+2m) dan burung dengan 3 daun muda (b+3m).
− Pemetikan kasar, apabila pucuk yang dihasilkan dari pucuk peko
dengan 4 daun atau lebih (p+4 atau lebih) dan pucuk burung dengan
satu, dua atau tiga daun tua (b+1 t, b+2 t atau b+3t).
8. Pemasaran
Pemasaran merupakan bagian penting dalam budidaya tanaman teh karena
secara langsung dapat berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha. Biaya
pemasaran yang dikeluarkan oleh perusahaan secara umum akan menjadi
komponen pendukung dari meningkat dan menurunnya volume penjualan
dari suatu produk (Casmadi dan Dhea, 2020). Teh dapat dipasarkan dalam
bentuk pucuk daun teh yang sudah diolah atau dapat dipasarkan dalam
bentuk daun segar yang belum diolah.

2.3. Aspek Pasar dan Lingkungan

2.3.1 Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan suatu aspek yang diperlukan untuk meneliti


seberapa besar pasar yang akan dimasuki oleh perusahaan, seberapa besar
kemampuan perusahaan untuk menguasai pasar dan bagaimana strategi yang akan
dijalankan perusahaan (Akbar et al., 2016). Aspek pasar digunakan sebagai kajian
atas permintaan barang atau jasa dalam suatu usaha. Pengkajian aspek pasar
tersebut digunakan kembali untuk menghubungkan manajemen suatu organisasi
dengan pasar yang bersangkutan melalui sebuah informasi. Tujuan perusahaan
memasarkan suatu produk diantaranya adalah untuk meningkatkan penjualan,
menguasai pasar, mengurangi saingan.
Pemasaran merupakan ujung tombak keberhasilan suatu perusahaan.
Keberhasilan perusahaan dalam mengelola pasar sangat mempengaruhi semua
aspek dalam perusahaan. Hal ini, menjadi perhatian agar dapat dijalankan dengan
maksimal dan sesuai sasaran sehingga dapat menerapkan pola pemasaran yang
tepat. Produk teh biasanya dipasarkan dalam berbagai bentuk antara lain yaitu teh
seduh, teh kemasan botol, dan teh celup (Rosyalina dan Mukti, 2019).
Teh merupakan salah satu tanaman yang dapat diolah menjadi minuman
dan cukup favorit dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Pemasaran produk
minuman teh telah tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang dipengaruhi oleh
kebiasaan masyarakat yang senang mengkonsumsi teh (Leonardo et al., 2017).
Selain dipasarkan dalam negeri, teh juga dipasarkan hingga ke luar negeri
(ekspor). Indonesia merupakan pengekspor teh terbesar yang sempat menduduki
peringkat kelima negara pengekspor teh terbesar di dunia, setelah Sri Lanka,
Kenya, Cina, dan India (Satryana dan Karmini, 2016). Teh dipercaya memberikan
banyak manfaat bagi kesehatan seperti mencegah berat badan berlebih, anti aging,
mencegah stress dan cemas, anti kanker, dan lain-lain. Setiap jenis teh mempunyai
manfaat yang berbeda-beda, untuk memperoleh manfaat secara maksimal maka
disarankan untuk mengkonsumsi teh sesuai dengan kebutuhannya.

2.3.2. Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan merupakan aspek yang perlu diperhatikan dalam


budidaya yang terkait dengan setiap kegiatan memelihara lingkungan dan
menjamin pembangunan berkelanjutan. Aspek lingkungan mencakup kegiatan-
kegiatan pengelolaan lingkungan dengan memperhatikan kaidah-kaidah yang
dapat mengganggu lingkungan. Aspek lingkungan dalam suatu budidaya erat
kaitannya dengan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). AMDAL
(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) ini dibuat saat perencanaan suatu
proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup
di sekitarnya, yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek abiotik, biotik
dan kultural (Jayawarhdana dan Hilmi, 2017).
Pada perkebunan teh, limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dari
sisa daun dan potongan batang tumbuhan teh yang tidak dapat dipakai untuk
produksi. Limbah padat dari perkebunan teh dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan antara lain menjadi bahan baku pembuatan pupuk organik (Muningsih
dan Gunawan, 2018). Pada limbah daun teh ini masih terdapat kandungan nutrisi
hara makro maupun mikro yang dapat digunakan oleh tanaman untuk
pertumbuhannya. Limbah ini baru dapat digunakan apabila telah mengalami
dekomposisi. Pengomposan limbah daun teh ini dapat dipercepat prosesnya
dengan memberikan bioaktivator ke dalam limbah daun teh tersebut.
Mikroorganisme yang terdapat bioaktivator tersebut akan membantu dalam
menguraikan limbah daun teh menjadi unsur-unsur sederhana sehingga dapat
diserap oleh tanaman (Panataria et al., 2020).
Hadirnya perkebunan teh membawa dampak positif bagi lingkungan.
Salah satu fungsinya adalah mencegah terjadinya erosi pada tanah. Tanaman teh
yang ditanam berjajar rapi dengan jarak satu meter dapat menahan derasnya aliran
air sehingga tanah tidak terkikis terbawa air. Jadi, selain berfungsi sebagai bahan
minuman, teh juga berfungsi untuk menjaga lingkungan (Puspitasari dan
Suratman, 2018). Manfaat ini yang membuat masyarakat menyambut baik
hadirnya usaha kebun teh di lingkungan mereka. Masyarakat juga turut
memberikan merespon positif terhadap hadirnya kebun teh yang turut membuka
lapangan pekerjaan baru bagi mereka. Dengan adanya kebun teh mampu
membuka lapangan kerja bagi para penduduk di wilayah sekitar kebun. Kontribusi
yang diberikan kebun teh juga sangat berpengaruh terhadap pendapatan daerah
(Saragi et al., 2022).

2.4. Aspek Finansial

Aspek finansial merupakan aspek yang meyangkut tentang perbandingan


antara pengeluaran dengan pemasukan uang dalam suatu proyek. Aspek finansial
melihat hasil proyek dari segi individu pelaksanaan proyek sedangkan aspek
ekonomi melihat hasil proyek dari segi perekonomian secara menyeluruh (Hadijah
et al., 2015).

2.4.1. ROI

Return on Investment (ROI) adalah salah satu bentuk dari rasio


profitabilitas yang dimaksudkan dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk
operasional perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Return on Investment
(ROI) digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Aminah et al. 2016).
Apabila perhitungan terhadap ROI pada suatu rencana investasi hasilnya bernilai
positif dan peluang untuk memperoleh hasil ROI yang lebih tinggi sehingga
investasi dapat dilakukan (Sari, 2020). Rumus perhitungan ROI sebagaimana
disebutkan dalam Kasmir (2014) adalah sebagai berikut:
Return on Investment (ROI) = x 100%

2.4.2. B/C Ratio

B/C ratio dapat diartikan sebagai manfaat bersih yang menguntungkan


bisnis/usaha yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis/usaha
tersebut (Hariance et al. 2018). B/C ratio berfungsi untuk mengetahui layak
tidaknya suatu bisnis, dengan perhitungan menggunakan rumus R/C ratio yaitu
dengan cara membandingkan tingkat pendapatan yang diperoleh dengan modal
yang harus dikeluarkan. Layak tidaknya bisnis, biasanya dihitung dengan standar
R/C ratio > 1 (Sajari et al. 2017).
B/C Ratio =
Berikut kriteria penilaian B/C ratio:
1. Jika nilai B/C ratio > 1, maka usaha layak untuk dikembangkan
2. Jika nilai B/C ratio = 1, maka usaha masih layak untuk dikembangkan
3. Jika nilai B/C ratio < 1, maka usaha tidak layak untuk dikembangkan

2.4.3. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan metode untuk menilai kelayakan


ekonomi suatu investasi usaha yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai
sekarang dari aliran kas masuk bersih dengan nilai sekarang dari biaya
pengeluaran suatu investasi (outlays) (Abuk et al., 2020) yang menyatakan bahwa
dalam menghitung nilai NPV, diperlukan nilai sekarang dari aliras keluar (initial
cash outflow) dan aliran kas masuk bersih di masa yang akan mendatang (future
net cash inflow). NPV memiliki kelebihan berupa memperhitungkan nilai uang
karena faktor waktu, memperhitungkan arus kas selama usia ekonomis investasi,
dan memperhitungkan adanya nilai sisa investasi. Sedangkan kelemahan dari
NPV berupa lebih sulit dalam perhitungan dan derajat kelayakan selain
dipengaruhi arus kas juga oleh faktor usia ekonomis proyek (Purnatiyo, 2016).
Adapun persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai Net Present
Value (NPV) dirumuskan sebagai berikut:
NPV =

Dimana:
k = discount rate
Δt = cashflow w pada periode t
n = periode terakhir dimana cashflow diharapkan
Kriteria Seleksi:
1. Jika NPV positif maka proyek investasi layak
2. Jika NPV negatif maka proyek investasi tidak layak…………(Purnatiyo, 2016).

2.4.4. IRR

Internal rate of return (IRR) merupakan metode yang digunakan untuk


mengetahui besar suku bunga yang dapat dihasilkan sebuah investasi sehingga
dapat diketahui tingkat pengembalian ekonomi (Ferbriandini et al., 2018). Nilai
IRR harus lebih tinggi dari Minimum Acceptable Rate of Return atau Minimum
Attractive Rate of Return (MARR) supaya investasi dapat dikatakan layak
dilakukan. Suatu investasi yang dilakukan perusahaan dapat dikatakan layak
apabila nilai IRR lebih tinggi dari MARR supaya tidak mengalami kerugian,
artinya jumlah uang yang akan diterima lebih besar dari uang yang dikeluarkan
untuk investasi (Kurniawan, 2019).
Adapun persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai Internal Rate
of Return (IRR) dirumuskan sebagai berikut:
IRR = i1 + (i2 - i1)

Keterangan:
IRR = Internal Rate of Return
i1 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV+
i2 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV-
NPV1 = Net Present Value bernilai positif
NPV2 = Net Present Value bernilai negatif
Kriteria:
1) IRR < SOCC, artinya usaha atau proyek tersebut tidak layak secara
finansial.
2) IRR = SOCC, artinya usaha atau proyek tersebut berada dalam keadaan
break even point.
3) IRR > SOCC, artinya usaha atau proyek tersebut layak secara finansial.

2.4.5. Payback Period

Payback Period adalah jangka waktu yang dibutuhkan agar initial


investment dapat kembali. Dalam perhitungan payback period ini menggunakan
proceed sebagai aliran kas masuk. Sebelum dimulai perhitungan payback period
terhadap investasi, perlu ditetapkan terlebih dahulu umur ekonomi. yang
digunakan sebagai pendamping dengan payback period dari investasi yang
dilaksanakan. Perhitungannya yaitu dengan cara membagi initial investment
dengan proceeds dan dikali dengan 1 tahun sehingga menghasilkan payback
period. Hasil dari perhitungan payback period yang diterima apabila payback
period menghasilkan waktu lebih cepat dari umur ekonomis (Ediwodjojo dan Ika,
2018).
Analisis periode kembali modal digunakan untuk mengetahui lamanya
perputaran modal investasi yang digunakan dalam melakukan usaha atau dengan
kata lain untuk mengetahui waktu yang dapat digunakan untuk menutup kembali
pengeluaran investasi dengan menggunakan keuntungan sebagai perbandingan
(Yurian et al. 2020). Payback Period dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:

Payback Period= x 1 Tahun

Kriteria seleksi :
1. Jika payback period lebih kecil dibanding dengan target kembalinya
investasi, maka proyek investasi layak.
2. Jika payback period lebih besar dibanding dengan target kembalinya
investasi, maka proyek tidak layak.
2.5. Aspek Ekonomi

Analisis ekonomi merupakan analisis yang dilakukan usahatani yang


melihat dari sudut perekonomian secara keseluruhan. Analisis aspek ekonomi dan
sosial mengkaji tentang dampak keberadaan proyek bisnis terhadap kehidupan
masyarakat setempat baik dari sisi sosial, ekonomi, serta sebaliknya. Tujuan
adanya analisis ekonomi yaitu untuk menilai prediksi keseluruhan dari
perekonomian kemudian menilai dampak dari perubahan ekonomi terhadap
perusahaan. Analisis kelayakan ekonomi dilihat dari tiga hal yaitu NPV, IRR, dan
B/C ratio (Batubara et al., 2019).
Adapun alasan perlu dilakukannya analisis ekonomi yaitu :
1. Adanya ketidaksempurnaan pasar
2. Adanya pajak dan subsidi
3. Berlakunya konsep consumer surplus dan producer surplus
Analisis aspek ekonomi suatu proyek bisnis tidak hanya memperhatikan
manfaat yang dinikmati dan pengorbanan yang ditanggung oleh perusahaan, tetapi
oleh semua pihak dalam perekonomian. Aspek-aspek penilaian manfaat bisnis
yang direncanakan dapat ditinjau dari berbagai sisi, seperti:
1. Sisi rencana pembangunan nasional
2. Sisi distribusi nilai tambah
3. Sisi nilai investasi per tenaga kerja
4. Hambatan di bidang ekonomi
5. Dukungan pemerintah
2.6. Kriteria Investasi

Analisis kriteria investasi untuk melihat kelayakan ekonomi usaha dapat


dilakukan dengan perhitungan Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio
(B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (Oroh et al., 2019).
Berbagai perhitungan tersebut dapat digunakan sebagai penentu dalam
menghitung kelayakan ekonomi suatu usaha.

2.7. Kelayakan Investasi

Kelayakan investasi merupakan kemampuan investasi untuk melakukan


pengembalian biaya dengan tanpa risiko dan sesuai dengan yang diharapkan suatu
perusahaan. Kelayakan investasi adalah kemampuan suatu investasi untuk
memberikan pengembalian yang diharapkan dengan mempertimbangkan risiko
dan biaya yang terkait dengan investasi tersebut (Mantau, 2015). Penelitian
mengenai suatu kelayakan bisa berbentuk proyek berskala besar maupun proyek
berskala kecil antara lain investasi suatu mesin produksi. Semakin besar proyek
yang dijalankan semakin besar pula dampak yang akan ditimbulkan, dampak ini
bisa berupa dampak ekonomis seperti kerugian akibat investasi, maupun dampak
yang bersifat sosial seperti terganggunya masyarakat akibat adanya investasi yang
dilakukan (Prihastono, 2015).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelayakan investasi meliputi nilai NPV,
IRR, BCR atau B/C ratio, dan Payback Period. Kelayakan investasi suatu usaha
dilihat dari beberapa parameter yaitu NPV, BCR, IRR dan PBP (Thoriq et al.,
2017). Suatu usaha dikatakan layak bila NPV > 0, BCR > 1, IRR > Suku bunga
MARR, dan pengembalian modal yang cepat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kelayakan investasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelayakan investasi bisa
dilihat dari beberapa hal antara lain yaitu payback period, net present value,
profitability index, internal rate of return, dan sensitivity analysis (Suprapto et al.,
2020). Setiap perencanaan yang telah dilakukan perlu adanya evaluasi, hal ini juga
berlaku pada perencanaan investasi. Evaluasi pada studi kelayakan investasi yang
telah dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah hasil dari perencanaan yang
telah dilakukan sebelumnya masih relevan apabila disesuaikan dengan kondisi
sekarang (Pramana dan Wiguna, 2017). Proses evaluasi mencakup analisis
finansial dan non finansial. Berikut tahapan evaluasi kelayakan investasi:
1. Identifikasi tujuan.
2. Identifikasi proyek investasi.
3. Pengumpulan data.
4. Analisis kelayakan investasi.
5. Pengawasan dan evaluasi.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu

Praktikum dilaksanakan pada Sabtu, 13 Mei 2023 di Kebun Teh Medini


yang terletak di Kendal, Jawa Tengah. Adapun pemilihan lokasi tersebut
dilakukan dengan urgensi bahwa Kebun Teh Medini merupakan tempat produksi
teh yang telah berdiri secara kontinyu di Kendal.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan


kuesioner dan kajian pustaka melalui penelitian terdahulu. Wawancara
dilaksanakan dengan menanyakan pertanyaan pada kuesioner yang telah dibuat
kepada responden. Kajian pustaka dilakukan menggunakan penelitian terdahulu
dengan topik terkait manajemen keuangan komoditas teh.

3.3. Metode Analisis Data

3.3.1. Penerimaan

Penerimaan merupakan seluruh pendapatan yang diperoleh sebuah


perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan penerimaan dapat
dirumuskan sebagai berikut (Rini, 2021):
TR = P x Q
Keterangan:
TR = total penerimaan (total revenue)
P = harga jual per unit (price)
Q = jumlah produk yang dijual (quantity)
3.3.2. Pendapatan

Pendapatan merupakan jumlah masukan yang diperoleh atas penjualan


barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pelanggan melalui sebuah
aktivitas operasi. Perhitungan pendapatan dirumuskan sebagai berikut (Rini,
2021):
L = TR – TC
Keterangan:
L = Laba/rugi
TR = total revenue
TC = total cost

3.3.3. NPV
Net Present Value (NPV) merupakan metode yang digunakan untuk
menilai kelayakan ekonomi suatu investasi usaha yang dilakukan dengan cara
membandingkan nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih (proceeds) dengan
nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi (outlays). Perhitungan NPV
dirumuskan sebagai berikut:
NPV =

Dimana:
k = discount rate
= cashflow w pada periode t
n = periode terakhir dimana cashflow diharapkan
Jika nilai NPV > 0 maka investasi dinyatakan layak.

3.3.4. B/C Ratio (PI)

B/C ratio merupakan manfaat bersih yang menguntungkan usaha yang


dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari usaha tersebut sehingga dapat
diketahui layak tidaknya suatu usaha. Perhitungan B/C Ratio dirumuskan sebagai
berikut (Sajari et al. 2017):
B/C Ratio =

Suatu usaha dikatakan layak jika memiliki nilai B/C ratio > 1

3.3.5. IRR

Internal rate of return (IRR) merupakan metode yang digunakan


perusahaan untuk mengetahui tingkat pengembalian ekonomi. Nilai IRR harus
lebih tinggi dari Minimum Acceptable Rate of Return atau Minimum Atractice
Rate of Return (MARR) supaya investasi dapat dikatakan layak dilakukan.
Perhitungan IRR dirumuskan sebagai berikut:

IRR = i1 + (i2 - i1)

Keterangan:
IRR = Internal Rate of Return
i1 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV+
i2 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV-
NPV1 = Net Present Value bernilai positif
NPV2 = Net Present Value bernilai negatif
Apabila nilai IRR semakin tinggi maka menandakan proyek semakin baik.

3.3.6. Payback Period

Payback Period merupakan jangka waktu yang dibutuhkan agar initial


investment dapat kembali. Sebelum melakukan perhitungan payback period
terhadap investasi, perlu ditetapkan terlebih dahulu umur ekonomis sehingga
dapat diketahui kelayakan usaha. Sebuah usaha dikatakan layak apabila payback
period menghasilkan waktu lebih cepat dari umur ekonomis (Ediwodjojo dan Ika,
2018). Perhitungan payback period dirumuskan sebagai berikut:

Payback Period = x 1 Tahun


Kriteria seleksi :
Jika payback period kurang dari target kembalinya investasi, maka proyek
investasi layak. Jika payback period lebih dari target kembalinya investasi, maka
proyek tidak layak.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Identitas Responden

4.1.1. Responden 1

Responden pertama adalah Pak Nanang berusia 46 tahun yang merupakan


lulusan Sarjana Manajemen dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Memiliki
jabatan sebagai mandor perkebunan di PT Rumpun Sari Medini dengan
pengalaman kerja selama 10 tahun.

4.1.2. Responden 2
Responden kedua adalah Pak Nurdin berusia 52 tahun yang merupakan
lulusan Sarjana Pertanian dari Universitas Sebelas Maret Surakarta. Memiliki
jabatan sebagai mandor perkebunan di PT Rumpun Sari Medini dengan
pengalaman kerja selama 7 tahun.

4.1.3. Responden 3
Responden kedua adalah Pak Hari berusia 42 tahun yang merupakan
lulusan Sarjana Pertanian dari Universitas Sebelas Maret Surakarta. Memiliki
jabatan sebagai mandor perkebunan di PT Rumpun Sari Medini dengan
pengalaman kerja selama 4 tahun.

4.2. Keadaan Usahatani

Ketiga responden yang telah disebutkan pada poin di atas berada pada
satu naungan perusahaan, yakni PT Rumpun Sari Medini Kendal yang berfokus
pada industri perkebunan berupa teh sehingga memiliki keadaan usahatani yang
cenderung sama dan hanya terdapat perbedaan pada luasan lahan dan pengalaman
usaha sebagai mandor. Pada responden pertama yakni Pak Nanang memiliki
luasan lahan yang dikelola sebesar 0,8 ha dengan pengalaman usaha sebagai
mandor selama 10 tahun. Pada responden kedua yakni Pak Nurdin memiliki
luasan lahan yang dikelola sebesar 1,2 ha dengan pengalaman usaha sebagai
mandor selama 7 tahun. Sedangkan responden ketiga yakni Pak Hari memiliki
luasan lahan yang dikelola sebesar 1,4 ha dengan pengalaman usaha sebagai
mandor selama 4 tahun. Setiap mandor memiliki jumlah anak buah 5-6 orang
yang dipercaya untuk membantu dalam mengelola perkebunan teh pada masing-
masing blok.
Aspek umum perusahaan ditinjau dari berbagai komponen seperti halnya
status lahan yang merupakan bagi hasil dimana lahan yang digunakan merupakan
lahan milik Kodam IV Diponegoro sehingga perusahaan melakukan sistem bagi
hasil dengan pemilik lahan. Besarnya jumlah bagi hasil antara perusahaan dan
Kodam IV Diponegoro ditetapkan sebesar 10% dari pendapatan. Status
perusahaan merupakan PT, yakni PT Rumpun Sari Medini yang terletak di
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dengan kepemilikan modal berupa pinjaman dari
bank.

4.3. Aspek Teknis

Tahapan pertama yang perlu diperhatikan dalam budidaya teh adalah


pengolahan tanah yang bertujuan untuk mengolah tanah supaya menjadi media
yang lebih layak untuk ditanami tanaman. Pengolahan tanah dilakukan dengan
beberapa tahap. Hal ini sesuai dengan pendapat Bintang dan Anwar (2022) yang
menyatakan bahwa pengolahan tanah diawali dengan melakukan pencangkulan
sebanyak dua kali dengan tujuan menggemburkan tanah dan membersihkan sisa
gulma kemudian pencangkulan kedua dilakukan setelah 2-3 minggu dari
pencangkulan pertama dengan tujuan untuk meratakan lahan. Berikutnya adalah
proses pembibitan yang bertujuan untuk memperbanyak tanaman dengan cara
melakukan stek. Hal ini sesuai dengan pendapat Fatmala et al., (2020) yang
menyatakan bahwa proses pembibitan dilakukan dengan metode stek dengan
tujuan mempertahankan sifat-sifat unggul dari indukan.
Setelah dilakukan pembibitan maka langkah berikutnya adalah penanaman
tanaman teh yang diawali dengan menentukan jarak tanam yang bertujuan supaya
setiap tanaman mampu mendapatkan nutrisi yang cukup. Hal ini sesuai dengan
pendapat Anjarsari et al, (2020) yang menyatakan bahwa jarak tanam yang baik
bagi tanaman teh adalah 110 cm x 90 cm yang bertujuan agar tumbuhan mampu
mendapatkan nutrisi dan sinar matahari yang cukup. Berikutnya adalah
penanaman tanaman pelindung yang bertujuan untuk mengurangi suhu disekitar
tanaman teh dan menurunkan permasalahan hama. Hal ini sesuai dengan pendapat
Widayat dan Rayati (2014) yang menyatakan bahwa adanya tanaman pelindung
digunakan untuk mengurangi pengaruh buruk dari perubahan iklim global yang
menyebabkan suhu meningkat serta mengurangi permasalahan hama dengan
menciptakan habitat palsu bagi musuh alami tanaman teh.
Penanaman teh akan diikuti dengan proses pemeliharaan yang terdiri dari
penyiangan, pemangkasan, dan pemupukan. Penyiangan merupakan proses
pencabutan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman teh yang dapat dilakukan
secara manual maupun menggunakan bahan kimia. Hal ini sesuai pernyataan
Oktaviyani et al, (2017) yang menyatakan bahwa penyiangan gulma dapat
dilakukan secara manual dengan menggunakan sabit dan koret sedangkan secara
kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida yang dicampur dengan air.
Berdasarkan hasil wawancara proses penyiangan dilakukan dengan menggunakan
bahan kimia dengan tujuan untuk mengoptimalkan hasil dari penyiangan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Kristiyanto et al, (2019) yang menyatakan bahwa
penyiangan dengan bahan kimia merupakan cara untuk menghambat pertumbuhan
atau mematikan gulma namun diikuti dengan dosis yang sesuai.
Pemangkasan merupakan bagian dalam pemeliharaan yang terpenting
dalam budidaya teh karena dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
produksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Rohmah dan Wachjar (2015) yang
menyatakan bahwa pemangkasan bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi
dengan cara merangsang pertumbuhan pucuk teh baru. Aspek budidaya yang
terakhir pada tanaman teh adalah pemetikan. Berdasarkan hasil wawancara,
pemetikan dilakukan dengan menggunakan mesin pemetik maupun secara manual
dengan menggunakan gunting pemetik oleh para pekerja. Teknik pemetikan harus
dilakukan dengan benar untuk mencegah terjadinya kerusakan pada daun teh. Hal
ini sesuai dengan pendapat Prastiwi dan Lantoh (2019) yang menyatakan bahwa
daun teh yang dipetik haruslah daun yang berada di pucuk, berwarna hijau, dan
daunnya tidak terlalu lebar.

4.4. Aspek Pasar dan Lingkungan


Berdasarkan hasil wawancara praktikum, diketahui bahwa komoditas Teh
pada Kebun Teh Medini memiliki jangkauan pasar baik dalam negeri maupun luar
negeri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Satryana et al. (2016) yang
menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor teh
terbesar yang menempati peringkat kelima di dunia. Jawa Tengah dan Jawa Barat
menjadi pasar terbesar Kebun Teh Medini dalam negeri dengan tingkat
permintaan mencapai 36 ton/tahun. Di luar negeri, permintaan Kebun Teh Medini
mencapai 50 ton/tahun dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand menjadi negara
tujuan ekspor terbesar.
Berdasarkan hasil wawancara praktikum, diketahui bahwa Kebun Teh
Medini memiliki aspek lingkungan yang baik karena budidaya teh tidak
menghasilkan limbah yang mencemari lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Muningsih et al. (2018) yang menyatakan bahwa perkebunan teh
memiliki limbah padat dari sisa daun dan batang teh yang tidak terpakai dan bisa
dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk organik. Keberadaan kebun teh justru
memberikan dampak positif bagi lingkungan karena dapat mencegah terjadinya
erosi tanah karena dapat menahan aliran air.

4.5. Aspek Finansial

4.5.1. Modal dan Investasi

Demi mempermudah dalam melaksanakan proses operasionalnya,


responden menggunakan modal yang berasal dari pinjaman bank. Hal ini sesuai
dengan pendapat Putra et al, (2021) yang menyatakan bahwa dengan melakukan
pinjaman bank maka petani harapannya mampu lebih mudah dalam melaksanakan
kegiatan usahanya apabila mengalami keterbatasan dalam permodalan. Tujuan
dari PT Rumpun Sari Medini melakukan pinjaman adalah sebagai upaya dalam
mengembangkan bisnisnya maupun sebagai modal kerja untuk melaksanakan
operasionalnya sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tarigan (2021) yang
menyatakan bahwa modal kerja dapat digunakan oleh perusahaan untuk mendanai
kegiatan usaha sehari-hari seperti pembayaran uang muka, pembelian barang
mentah, membayar upah dan gaji, serta operasional perusahaan.
Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh besarnya biaya investasi
responden pertama sebanyak Rp8.830.000 (Lampiran 1). Sedangkan responden
kedua besaran biaya investasi adalah sebesar Rp12.860.000 (Lampiran 1) dan
besaran biaya investasi responden ketiga adalah sebesar Rp14.890.000 (Lampiran
1) yang berasal dari pembelian transportasi dan berbagai peralatan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Limbong (2012) yang menyatakan bahwa biaya investasi
merupakan seluruh biaya yang digunakan untuk melakukan pembelian terhadap
peralatan maupun lahan.

4.5.2. Biaya
Dalam melaksanakan suatu usaha pada umumnya penggolongan biaya
akan dibedakan menjadi dua, yakni biaya tetap dan biaya variabel. Berdasarkan
hasil wawancara dengan tiga responden diperoleh hasil dari biaya variabel sebagai
berikut:
Tabel 1. Biaya Variabel
Biaya Variabel
Keterangan
2020 2021 2022 Total
Responden 1 1.700.900 1.750.200 1.821.300 5.272.400
Responden 2 2.697.750 2.627.740 2.735.400 8.060.890
Responden 3 2.975.300 2.354.590 3.185.800 8.515.690
Sumber: Data Primer Praktikum 2023.
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa biaya variabel yang telah
dikeluarkan oleh masing-masing responden selama tiga tahun terakhir. Biaya
variabel dapat berubah tergantung dari jumlah produksi yang dihasilkan, dalam
hal ini baik responden 1, responden 2, dan responden 3 memiliki jumlah produksi
yang berbeda karena memiliki luasan lahan yang berbeda. Hal ini sesuai dengan
pendapat Chrisdiyanti dan Yuliawati (2019) yang menyatakan bahwa biaya
variabel juga dapat diartikan sebagai biaya yang berubah secara proporsional
sebanding dengan kegiatan bisnis yang dijalankan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga responden diperoleh hasil dari
biaya tetap sebagai berikut:
Tabel 2. Biaya Tetap
Biaya Tetap
Keterangan
2020 2021 2022 Total
Responden 1 2.908.070 2.941.870 3.009.470 8.859.410
Responden 2 3.378.750 3.431.200 3.508.006 10.317.956
Responden 3 4.371.950 4.428.950 4.542.950 13.343.850
Sumber: Data Primer Praktikum 2023.
Berdasarkan tabel 2. dapat diketahui data biaya tetap responden 1,
responden 2, dan responden 3 selama tiga tahun terakhir. Biaya tetap merupakan
biaya yang harus dibayar perusahaan meskipun operasional usaha tersebut
berhenti. Hal ini sesuai dengan pendapat Tololiu et al. (2016) yang menyatakan
bahwa biaya tetap dapat diartikan juga sebagai biaya yang secara total tidak
berubah saat kegiatan bisnis meningkat ataupun menurun. Biaya tetap tersebut
digunakan untuk biaya penyusutan peralatan dan biaya tenaga kerja. Rincian biaya
tetap dari ketiga responden terdapat pada Lampiran 3.
Tabel 3. Total Biaya Produksi
Biaya Tetap
Keterangan
2020 2021 2022 Total
Responden 1 4.608.970 4.692.070 6.253.170 15.554.210
Responden 2 6.076.500 6.958.940 6.243.406 19.278.846
Responden 3 7.347.250 6.783.540 7.728.750 21.859.540
Sumber: Data Primer Praktikum 2023.
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui data biaya produksi masing-masing
responden pada Tahun 2020, 2021, dan 2023. Biaya total produksi merupakan
jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan suatu usahatani yang didapatkan dari
penjumlahan biaya variabel dan biaya tetap. Hal ini sesuai pendapat Listiani et al.
(2019), biaya yang dikeluarkan petani terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan untuk
mengolah bahan baku menjadi suatu produk. Biaya produksi terdiri dari beberapa
cakupan. Berdasarkan pendapat Soi et al. (2017), cakupan biaya produksi
diantaranya yaitu biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik.

4.5.3. Penerimaan
Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga responden diperoleh data
penerimaan usahatani teh sebagai berikut:
Tabel 4. Penerimaan Usaha
Penerimaan
Keterangan
2020 2021 2022
Responden 1 21.350.000 21.460.000 25.600.000
Responden 2 34.300.000 34.410.000 43.200.000
Responden 3 40.250.000 40.330.000 48.400.000
Sumber: Data Primer Praktikum 2023.
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui jumlah penerimaan masing-masing
responden sebelum diberlakukan potongan bagi hasil senilai 10%. Berdasarkan
data tersebut dapat diketahui penerimaan masing-masing responden tiap tahunnya
mengalami peningkatan. penerimaan yang paling besar didapatkan oleh responden
3 hal tersebut karena penerimaan akan sesuai dengan jumlah teh yang dijual.
Jumlah teh yang dijual responden 3 lebih banyak dari yang lainnya karena
memiliki lahan yang lebih luas dari yang lain. Penerimaan merupakan indikator
yang harus diperhatikan untuk mengetahui kemajuan usahatani. Berdasarkan
pendapat Ibrahim et al. (2021), setelah pertanian menjadi lebih maju semakin
banyak biaya dan penerimaan yang berupa uang tunai, semakin petani
memperhitungkan biaya dan hasil. Data penerimaan usahatani setelah dilakukan
pemotongan bagi hasil senilai 10% dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Penerimaan Setelah Bagi Hasil
Penerimaan
Keterangan
2020 2021 2022
Responden 1 19.215.000 19.314.000 23.040.000
Responden 2 30.870.000 30.969.000 38.880.000
Responden 3 36.225.000 36.297.000 43.560.000
Sumber: Data Primer Praktikum 2023.
Penerimaan petani usahatani teh diperoleh dari harga jual dikali dengan
unit produk terjual dikurangi dengan biaya bagi hasil. Jumlah penerimaan Pak
Nanang (Responden 1) pada tahun 2020, 2021, dan 2022 adalah Rp19.215.000;
Rp19.314.000; Rp23.040.000. Jumlah penerimaan Pak Nurdin pada tahun 2020,
2021, dan 2022 adalah Rp30.870.000; Rp30.969.000; Rp38.880.000. Jumlah
penerimaan Pak Hari pada tahun 2020, 2021, dan 2022 adalah Rp36.225.000;
Rp36.297.000; Rp43.560.000. Rincian penerimaan usahatani teh dari ketiga
responden tersebut secara lengkap terdapat pada Lampiran 4.

4.5.4. Pendapatan
Pendapatan yang diperoleh oleh ketiga responden dari hasil usahatani teh
per masa tanam disajikan pada tabel 6. berikut.
Tabel 6. Pendapatan Usaha
Penerimaan
Keterangan
2020 2021 2022
Responden 1 14.606.030 14.621.930 16.786.830
Responden 2 24.793.500 24.010.060 32.636.594
Responden 3 28.877.750 29.513.460 35.831.250
Sumber: Data Primer Praktikum 2023.
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui pendapatan responden 1, responden 2,
dan responden 3. Pendapatan petani merupakan ukuran penghasilan yang diterima
oleh petani dari usahataninya yang dihitung dari selisih antara penerimaan dengan
biaya produksi. Sejalan dengan pendapat Lumintang (2013) pendapatan
merupakan penerimaan yang dikurangi dengan biaya–biaya yang dikeluarkan.
Jumlah pendapatan Pak Nanang (Responden 1) selama 3 tahun berturut turut
2020, 2021, 2022 adalah Rp14.606.030; Rp14.621.930; Rp16.786.830. Jumlah
pendapatan Pak Nurdin (Responden 2) selama 3 tahun berturut turut 2020, 2021,
2022 adalah Rp24.793.500; Rp24.010.060; Rp32.636.594. Jumlah pendapatan
Pak Hari (Responden 3) selama 3 tahun berturut turut 2020, 2021, 2022 adalah
Rp28.877.750; Rp29.513.460; Rp35.831.250. Pendapatan usaha tani teh relatif
bervariasi sesuai dengan luas lahan dan biaya variabel yang digunakan. Perbedaan
pendapatan pada ketiga responden disebabkan oleh perbedaan luas lahan yang
dimiliki masing-masing responden. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukmayanto et
al. (2022), yang menyatakan bahwa dampak cetak luas lahan berpengaruh
terhadap produksi dan pendapatan.

4.5.5. Net Present Value (NPV)


Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil NPV tiga responden pada
Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Net Present Value (NPV)
NPV
Responden 1 Responden 2 Responden 3
32.718.605 58.992.009 68.415.504
Sumber: Data Primer Praktikum 2023.
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui nilai NPV dari tiga responden
selama kurun waktu tiga tahun yaitu Responden 1 sebesar 32.718.605, Responden
2 dengan nilai NPV 58.992.009, dan Responden 3 dengan nilai NPV sebesar
68.415.504 (lampiran 6). Hal tersebut menunjukkan bahwa ketiga responden
memiliki kelayakan usaha karena nilai investasi lebih besar dari arus kas keluar
sehingga pendapatan yang didapat lebih besar dari yang diinvestasikan.

4.5.6. Benefits-Cost Ratio (B/C Rasio)


Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil B/C Ratio tiga responden
pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Benefits-Cost Ratio (B/C Rasio)

B/C Ratio
Responden 1 Responden 2 Responden 3
4,705 5,58 6
Sumber: Data Primer Praktikum 2023.
Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 5 didapatkan bahwa nilai B/C
Ratio pada usahatani teh Bapak Nanang sebesar 4,705, yang berarti setiap biaya 1
satuan menghasilkan benefit atau keuntungan sebesar 4,705 satuan. Nilai B/C
Ratio pada usahatani teh Bapak Nurdin sebesar 5,58, yang berarti setiap biaya 1
satuan menghasilkan benefit atau keuntungan sebesar 5,58 satuan. Nilai B/C Ratio
pada usahatani teh Bapak Hari sebesar 6, yang berarti setiap biaya 1 satuan
menghasilkan benefit atau keuntungan sebesar 6 satuan. Metode B/C ratio
digunakan untuk menghitung perbandingan antara nilai sekarang (dari penerimaan
kas bersih di masa yang akan datang) dengan nilai sekarang dari investasi. Hal
tersebut sesuai dengan Anjasari (2017) yang menyatakan bahwa B/C Ratio adalah
analisis menggunakan perbandingan antara manfaat dan biaya. Menurut kriteria
B/C Ratio juga layak (B/C ratio > 1) karena kedua variabelnya sama. Secara
teoritis bila B/C = 1 artinya tidak untung tidak rugi. Jika B/C kurang dari 1 maka
usahatani dianggap rugi. Sedangkan bila B/C lebih dari 1 maka usahatani
dianggap menguntungkan.

4.5.7. Internal Rate of Return (IRR)


Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil Internal Rate of Return
(IRR) tiga responden pada Tabel 9 berikut.
Tabel 9. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR)


Responden 1 Responden 2 Responden 3
182,5 % 212,50% 214,50%
Sumber: Data Primer Praktikum 2023.
Berdasarkan hasil perhitungan data praktikum Studi Kelayakan dan
Evaluasi Proyek yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tiga responden nilai
Internal Rate of Return (IRR) masing-masing sebesar 182,5 % (responden 1),
212,50% (responden 2), dan 214,50% (responden 3). Internal Rate of Return
(IRR) merupakan tingkat suku bunga yang menghasilkan nilai NPV dari suatu
investasi menjadi nol. Nilai IRR pada setiap responden lebih besar dari tingkat
suku bunga yang digunakan yaitu 12% sehingga berdasarkan nilai IRR yang
dihasilkan ketiga responden usahatani teh tersebut dapat dikatakan layak. Hal ini
sesuai dengan pendapat Khotimah dan Sutiono (2014), bahwa indikator kelayakan
dari analisis IRR ini adalah jika IRR lebih besar dari suku bunga bank yang
berlaku (IRR>DR) maka usaha layak untuk diusahakan. Maka, IRR dari ketiga
responden Kebun Teh Medini dinyatakan layak karena nilai IRR > suku bunga
yaitu 12%. Rincian perhitungan nilai IRR dari ketiga usahatani teh milik
responden 1, responden 2, dan responden 3 terdapat pada lampiran 5.

4.5.8. Payback Period (PP)


Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil Payback Period (PP) tiga
responden pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Payback Period (PP)

Payback Period (PP)


Responden 1 Responden 2 Responden 3
0 tahun 0 tahun 0 tahun
Sumber: Data Primer Praktikum 2023.
Berdasarkan hasil perhitungan data praktikum Studi Kelayakan dan
Evaluasi Proyek yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa ketiga responden
memiliki nilai Payback Period (PP) masing-masing sebesar kurang dari 1 tahun.
Berdasarkan nilai tersebut ketiga usaha responden tersebut dapat dikatakan layak
karena memiliki nilai PP kurang dari 3 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat dari
Abuk dan Rumbio (2020), bahwa kriteria kelayakan penerimaan investasi
menggunakan metode payback period adalah suatu investasi dinyatakan layak jika
payback period lebih pendek dibandingkan periode payback maksimum.
Sebaliknya, jika payback period suatu investasi lebih Panjang daripada period
payback maksimum maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak. Hal ini juga
disampaikan oleh Sutrisno (2009) jika payback period lebih kecil dibanding
dengan target kembalinya investasi, maka proyek investasi layak, sedangkan jika
payback period lebih besar dibanding dengan target kembalinya investasi, maka
proyek tidak layak.

4.6. Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi pada kelayakan usaha membahas tentang biaya investasi,


modal kerja, biaya operasi dan pemeliharaan serta perhitungan pendapatan yang
mungkin diterima. Usahatani dikatakan layak secara ekonomi ketika penerimaan
yang didapatkan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Mamondol (2018), yang menyatakan bahwa usahatani yang memiliki
kelayakan ekonomi ialah usahatani yang memberikan keuntungan finansial bagi
petani dan memiliki prospek keberlanjutan yang tinggi. Berdasarkan hasil
praktikum diketahui bahwa penerimaan usahatani teh Pak Nanang (Responden 1)
selama tiga tahun berturut-turut 2020,2021, dan 2022 adalah Rp21.350.000,
Rp21.460.000 dan Rp25.600.000. Penerimaan tersebut lebih besar dari biaya
produksi yang dikeluarkan yaitu Rp4.608.970, Rp4.692.070, dan Rp6.253.170.
Penerimaan usahatani Pak Nurdin (Responden 2) selama tiga tahun berturut-turut
pada Tahun 2020, 2021, dan 2022 adalah Rp34.300.000, Rp34.410.000, dan
Rp43.200.000. Penerimaan tersebut lebih besar dari biaya produksi yang
dikeluarkan yaitu sebesar Rp6.076.500, Rp6.958.940, dan Rp6.243.406.
Penerimaan usahatani Pak Hari (Responden 3) selama tiga tahun berturut-turut
pada 2020, 2021, dan 2022 yaitu Rp40.250.000, Rp40.330.000, dan
Rp48.400.000. Penerimaan tersebut lebih besar dari biaya produksi yang
digunakan yaitu Rp7.347.250, Rp6.783.540, Rp7.728.750. Melalui hasil tersebut
dapat dikatakan bahwa ketiga usahatani teh termasuk layak dari aspek ekonomi
karena ketiganya memiliki penerimaan yang lebih besar dari biaya total yang
dikeluarkan.

4.7. Kriteria dan Kelayakan Investasi

Kelayakan investasi dapat dilihat berdasarkan Payback Period dan IRR.


Responden 1 memiliki nilai Payback Period ( PP) atau jangka waktu kembalinya
investasi yaitu kurang dari 1 tahun yang artinya nilai investasi dinilai baik karena
kurang dari 3 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Abuk dan Rumbio (2020),
bahwa kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode payback
period adalah suatu investasi dinyatakan layak jika payback period lebih pendek
dibandingkan periode payback maksimum. Sebaliknya, jika payback period suatu
investasi lebih panjang daripada period payback maksimum maka investasi
tersebut dinyatakan tidak layak. Kemudian memiliki nilai IRR sebesar 182,5%,
nilai ini termasuk baik karena IRR melebihi dari nilai suku bunga bank 12%. Hal
ini sesuai dengan pendapat Khotimah dan Sutiono (2014), bahwa indikator
kelayakan dari analisis IRR ini adalah jika IRR lebih besar dari suku bunga bank
yang berlaku (IRR>DR) maka usaha layak untuk diusahakan. Responden 2
memiliki nilai Payback Period (PP) atau jangka waktu kembalinya investasi yaitu
kurang dari 1 tahun yang artinya nilai investasi dinilai baik karena kurang dari 3
tahun. Lalu, memiliki nilai IRR sebesar 212,50% yang berarti nilai IRR sudah
baik karena melebihi dari nilai suku bunga bank 12%. Nilai Payback Period (PP)
atau jangka waktu kembalinya investasi dari ketiga responden yaitu kurang dari 1
tahun yang artinya nilai investasi dinilai baik karena kurang dari 3 tahun.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara dan analisis data yang telah dilakukan,


diperoleh hasil berupa nilai Benefits-Cost Ratio (B/C Rasio), NPV, IRR, serta
Payback Period pada 3 responden petani teh yang tergabung di PT Rumpun Sari
Medini. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
usahatani teh milik tiga orang orang responden layak untuk dilakukan. Kebun teh
milik Pak Nanang, Pak Nurdin, dan Pak Hari mendapatkan nilai NPV sebesar Rp
32.718.605; Rp 58.992.009; dan Rp 68.415.604. Nilai NPV tersebut lebih besar
dari 0, sehingga usaha menguntungkan dan layak untuk dijalankan. Pada
praktikum ini juga diperoleh nilai IRR lebih dari tingkat bunga yang disyaratkan
yaitu 12%, sehingga proyek dikatakan layak untuk diinvestasikan. Nilai IRR pada
usahatani teh Bapak Nanang yaitu 182,5%, Bapak Nurdin yaitu 212,5%, Bapak
Hari yaitu 214,50% yang artinya usaha layak untuk diusahakan. Nilai Payback
Period (PP) atau jangka waktu kembalinya investasi dari ketiga responden kurang
dari 1 tahun yang artinya nilai investasi dinilai baik karena kurang dari 3 tahun.
Nilai Benefits-Cost Ratio (B/C Rasio) dari data ketiga responden tersebut lebih
dari 1 sehingga usahatani layak untuk dijalankan.

5.2. Saran

Petani teh di PT Rumpun Sari Medini dapat lebih mengefisiensikan input


produksi untuk memperoleh keuntungan yang lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Abuk, G.M. dan Y. Rumbino. 2020. Analisis kelayakan ekonomi menggunakan


metode Net Present Value (NPV), metode Internal Rate of Return (IRR),
PayBack Period (PBP) pada unit Stone Crusher di CV. X Kab. Kupang
Prov. NTT. J. Ilmiah Teknologi FST Undana, 14(2): 68-75.

Akbar, R. F., B. Praptono, dan M. Dellarosawati. 2016. Analisis kelayakan


pembukaan outlet kentang goreng mr popo di bandung ditinjau dari
aspek pasar, aspek teknis dan aspek finansial. eProceedings of
Engineering, 3 (2): 2690-2695.

Aminah, Nur., Rina Arifati, dan Agus Supriyanto. 2016. Pengaruh deviden per
share, return on equity, net profit margin, return on investment dan return
on asset terhadap harga saham pada perusahaan real estate dan property
yang terdaftar di bursa efek indonesia periode tahun 2011-2013. Journal
of Accounting, 2 (2) : 1-20.

Ananda, N. A. 2017. Pengaruh profitabilitas dan struktur modal terhadap nilai


perusahaan. J. Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 2 (1): 25-31.

Anjarsari, I. R. D., E. Suminar, dan M. Murgayanti. 2022. Studi pendahuluan


regenerasi eksplan teh sebagai upaya percepatan penyediaan bibit unggul
secara in vitro. J. Kultivasi, 21 (3): 360 – 368.

Anjarsari, I. D. R, dkk. 2020. Pengaruh cuaca terhadap hasil pucuk teh (Camellia
sinensis L. (O) Kuntze) klon GMN 7 pada periode jendangan dan
pemetikan produksi. J. Kultivasi. 19(1): 1076-1082

Anjarsari, I. R. D., M. Ariyanti, dan S. Rosniawaty, S. 2020. Studi ekofisiologis


tanaman teh guna meningkatkan pertumbuhan, hasil, dan kualitas teh. J.
Kultivasi, 19 (3): 1181 – 1188.

Batubara, Angelina., Asep Yusuf, dan Asri Widyasanti. 2019. Uji kerja dan
analisis ekonomi mesin roasting kopi (studi kasus di Taman Teknologi
Pertanian Cikajang-Garut). J. Teknotan, 13 (1) : 1-7.

Bintang, M. dan K. Anwar. 2022. Manajemen pembibitan dan produksi teh di


perusahaan PTPN IV Kayu Aro Kelinci. J. Ilmiah Sosial Teknik. 4(1):
39-50
Brilliantina, A., B. H. Purnomo, dan I. B. Suryaningrat. 2018. Sistem dinamis
penilaian kinerja produksi teh Kebun Bantaran PT Perkebunan Nusantara
XII. J. Agroteknologi, 12 (01): 58 – 63.

Casmadi, Y., dan Dhea Maryana. 2020. Pengaruh biaya produksi dan biaya
pemasaran terhadap volume penjualan komoditi teh pada PT Perkebunan
Nusantara VIII periode 2015-2017. J. Akuntansi, 13 (1) : 84-98.
Chrisdiyanti, Y. K., dan Y. Yuliawati. (2019). Analisis pendapatan usahatani dan
faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi bunga potong krisan di
Desa Duren Kecamatan Bandungan. J. Agribisnis Perikanan, 12(1): 1 –
7.

Darmawan, H., A. Daryanto, dan S. Sukardi. 2015. Strategi pengembangan pt xyz


dalam agribisnis teh hijau. J. Manajemen, 19 (1): 85-100.

Ediwodjojo, Sotya Pratiwi., dan Ika Raniya Ginting. 2018. Analisis investasi
dengan perhitungan NPV, IRR dan Payback Period pada produksi Ikan
Presto Gita Pindang Desa Kali Tengah Kecamatan Gombong. J. Ekonomi
Bisnis, 2 (1) : 7-15.

Fatmala, N., Hermanssyah dan Marlin. 2020. Stimulasi pertumbuhan bibit teh
dengan pemberian urin sapi dan penggunaan bahan stek yang berbeda. J.
Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 22(1): 52-57

Fauziah, Fani., Restu Wulansari, dan Erdiansyah Rezamela. 2018. Pengaruh


pemberian pupuk mikro Zn dan Cu serta pupuk tanah terhadap
perkembangan Empoasca sp. pada areal tanaman teh. J. Agrikultura, 29,
(1) : 26-34.

Febriyan, H. Y., D. R. Walangitan, dan M. Sibi. 2017. Studi kelayakan proyek


pembangunan perumahan bethsaida bitung oleh PT. cakrawala indah
mandiri dengan kriteria investasi. J. Sipil Statik, 5 (7): 401-410.

Febriyanti, Dwi., Sartika Nur Aini, Alya Vena Resta, dan Raka Bagaskara. 2021.
Fungsi AMDAL dalam pengendalian kerusakan dan pencemaran
lingkungan setelah diundangkannya UU Cipta Kerja. j. Widya Pranata
Hukum, 3 (2) : 115-133.

Ferbriandini, I.F. dan W. Sutopo. 2018. Internal Rate of Return untuk analisis
kelayakan investasi di bidang industri : review paper. Seminar dan
Konferensi Nasional IDEC, 1 – 9.

Hadijah, S., E. Chumaidiyah, dan A. N. Aisha. 2015. Analisis kelayakan


pengembangan usaha Cv. Arga Konveksi di Kota Depok, ditinjau dari
aspek pasar, aspek teknis, dan aspek finansial. J. Tugas Akhir, 2 (1) : 1-6.
Hariance, Rika., Nur Annisa, dan Cipta Budiman. 2018. Kelayakan finansial
agroindustri olahan pepaya (carica papaya l.) di Nagari Batu Kalang
Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman. J. Agrifo, 3 (1) :
1-9.

Hindersah, R., B. Adityo, dan P. Suryatmana. 2018. Populasi bakteri dan jamur
serta pertumbuhan tanaman teh (Camellia sinensis L.) pada dua jenis
media tanam setelah inokulasi Azotobacter. J. Agrologia, 5 (1): 1 – 9.

Hukom, Zakarias Frans Mores. 2020. Pengaruh penambahan nitrogen pada pupuk
cair dan musim terhadap kandungan bahan aktif Epigalokatekin Galat
(EGCG) pucuk teh (Camellia sinensis L.). j. Agrologia, 9 (2) : 53-61.
Ibrahim, R., A. Hamid, dan Y. Boekoesoe. 2021. Analisis Biaya dan Pendapatan
Usahatani Padi Sawah Non Irigasi Teknis dI Kelurahan Tenilo
Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. J. Agrinesia. 5 (3): 177- 184.

I.R.D, Anjarsari., E. Rezamela, H. Syahrian, dan V. H. Rahadi. 2020. Pengaruh


cuaca terhadap hasil pucuk teh (Camellia sinensis L.(O) Kuntze) klon
GMB 7 pada periode jendangan dan pemetikan produksi. J. Kultivasi, 19
(1) : 1076-1082.

Indra, N. 2018. Analisis usahatani, tataniaga dan peran kelembagaan petani teh
rakyat di Kabupaten Cianjur Sebagai Kawasan Perkebunan Teh Nasional.
J. Soshum Insentif, 120 – 135.

Jayawardhana, Hatta., dan Hilmi Aulawi. 2017. Studi kelayakan pendirian usaha
jamur tiram di Kabupaten Garut. J. Kalibrasi, 15 (2) : 49-61.

Karundeng, Thesa Natasya., Sivya, dan Jacky. 2018. Analisis saluran distribusi
(studi kasus di CV Karya Abadi, Manado. J. EMBA, 6 (3) : 1748-1757.

Kristiyanto, F. Y., A. I. Yuliana dan Y. Wardhani. 2019. Pengaruh herbisida dan


penyiangan pada pertumbuhan vegetatif tanaman tebu. J. Agroteknologi
Merdeka Pasuruan. 3(2): 1-6

Kurniaty, T., T. Trismiaty, dan R. Martini. 2018. pola kemitraan usahatani teh di
Kabupaten Kulonprogo. J. Masepi, 3 (1).

Limbong, Jufry. 2012. Analisis kelayakan finansial usahatani pepaya di Muang


Dalam Kelurahan Lempake Kecamatan Samarinda Utara. J. Ekonomi
Pembangunan Pertanian. 9(2): 1-7.
Listiani, R., A. Setiyadi, dan S. I. Santoso. 2019. Analisis Analisis Pendapatan
Usahatani Padi di Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. J. Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 3 (1): 50 - 58.
Khotimah, H., Sutiono. 2014. Analisis kelayakan finansial usaha budidaya
bambu.J. Ilmu Kehutanan, 8 (1) : 14-24.
Kurniawan, R. 2019. Analisis studi kelayakan keuangan Sentra Peningkatan
Performa Olahraga Indonesia (SP2OI) di Menara Mandiri. J. Ilmiah
Akuntansi dan Keuangan. J. Ilmiah Akuntansi dan Keuangan, 2(2): 23-
36.

Leonardo, F., N. I. Taufik, dan D. Rianawati. 2019. Analisa karakteristik


peminum teh di Kota Bandung. J. Akuntansi, 11 (1): 77-97.

Madellu, Sabda Sarah Bunda., dan Stephanie Elisandra L. L. 2021. Analisis


perubahan pengaturan AMDAL dalam Undang-Undang Cipta Kerja
ditinjau dari perspektif asas kelestarian dan keberlanjutan. J. Sapientia Et
Virtus, 6 (1) : 19-33.

Muningsih, Retno., dan Gunawan Ciptadi. 2018. Analisis kandungan unsur hara
limbah cair teh hijau sebagai bahan pupuk organik pada bibit teh. J. Ilmu
Ilmu Pertanian, 14 (1) : 25-32.

Oktaviyani, E. S., Indriyanto dan Surnayanti. 2017. Identifikasi jenis tanaman


hutan rakyat dan pemeliharaannya di hutan rakyat Desa Kelungu
Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tagamus. J. Sylva Lestari. 5(2): 63-
77

Panataria, Lince R., Catin Depani Ginting, dan Parsaoran Sihombing. 2020.
Analisa kandungan hara kompos limbah daun teh. J. Agrium, 22 (3) : 1-
5.

Pramana, Y. dan I. P. A. Wiguna. 2017. Evaluasi kelayakan investasi The Safin


Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. J. Teknik ITS, 6(2): A222-A227.

Prastiwi, A. E. dan P. Latoh. 2019. Manajemen pemetikan teh di Unit


Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. J. Agrohorti. 7(1): 115-122

Prihastono, Endro., dan Enti Nur Hayati. 2015. Analisis Kelayakan Investasi
Mesin Untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi (Studi Kasus di CV
Djarum Mulia Embroidery Semarang). J. Dinamika Teknik, 9 (2) : 47-60.

Purnatiyo, D. 2016. Analisis kelayakan investasi alat DNA Real Time Thermal
Cycler (RT-PCR) untuk pengujian gelatin. J. Penelitian dan Aplikasi
Sistem dan Teknik Industri, 8(2): 212-226.

Puspitasari, Lucky., dan Suratman. 2018. Evaluasi keadaan tanah untuk


mendukung pertanian berkelanjutan di Perkebunan Teh Tritis, Kulon
Progo. J. Bumi Indonesia, 1 (1) : 1-24.
Putra, H. S., Y. Putri., dan U. Vidriza. 2021. Determinan kredit bank umum untuk
sektor pertanian: Analisis dari sisi permintaan. J. Agribisnis dan Sosial
Ekonomi Pertanian Unpad. 6(1): 35-48
Rini, P. 2021. Analisis pengaruh pengakuan pendapatan pada perhitungan
akuntansi. J. Akuntansi dan Bisnis Indonesia, 2(1): 62-71.

Rohmah, N. dan A. Wachjar. 2015. Pengelolaan pemangkasan teh di Wonosobo.


J. Agrohorti. 3(1): 79-86.

Rosyalina, M. N. dan G. W. Mukti. 2019. Strategi pemasaran teh celup goalpara


industri hilir teh PT. Perkebunan Nusantara VIII (Studi Kasus Industri
Hilir Teh PTPN VIII Bandung, Provinsi Jawa Barat). J. Ilmiah
Mahasiswa Agroinfo Galuh, 6 (1): 44-53.

Runtulalo, Pricillia Monica., Fransiscus X. T, dan Marthin L. Lambonan. 2023.


Tinjauan yuridis perizinan hak guna usaha lahan sawit di Indonesia. J.
Unstrat, 1 (1) : 1-11.

Safitri, I. A., & Junaedi, A. (2018). Manajemen Pemangkasan Tanaman Teh


(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Jawa
Tengah. Buletin Agrohorti, 6(3), 344-353.

Sajari, Ibnu., Elfiana, dan Martina. 2017. Analisis kelayakan usaha keripik pada
Ud. Mawar di Gampong Batee Ie Liek Kecamatan Samalanga Kabupaten
Bireuen. Jurnal Pertanian, 1 (2) : 116-124.

Saputra, A. D., C. R. Irawan, dan W. A. Ginting. 2020. Pengaruh ukuran


perusahaan, opini audit, umur perusahaan, profitabilitas dan solvabilitas
terhadap audit delay. J. Akuntansi, 4 (2): 286-295.

Saragi, Alfioni., Putri Afdilah, Martua Raya Hasibuan, dan Ahmad Prayendi.
2022. Potensi wisata kebun teh Sidamanik dalam meningkatkan PAD
Simalungun. J. Ilmu Komputer, Ekonomi, dan Manajemen, 2 (2) : 3893-
3899.

Sari, D.I. 2020. Pengaruh quick ratio total asset turnover dan return on investment
terhadap harga saham. J. Akuntansi dan Bisnis, 5 (2) : 123-134.

Satryana, M. H. dan N. L. Karmini. 2016. Analisis daya saing ekspor teh


Indonesia ke pasar ASEAN periode 2004-2013. J. Ekonomi
Pembangunan Universitas Udayana, 5 (5): 598-613.

Siahaan, F. O. 2013. Struktur perusahaan dan profitabilitas pada industri real


estate dan property di Indonesia. J. Keuangan dan Perbankan, 17 (2):
192-199.
Sidabalok, S. 2017. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditas
teh Indonesia. J. Penelitian Pendidikan Sosial Humaniora, 2 (2): 276-281.

Siregar, A. H. 2016. Pembuatan zat warna alam dari tumbuhan berasal dari daun.
J. Bina Teknika, 12 (1): 103 – 110.
Soi, A., E. N. Julitasari, dan Darmadji. 2017. Analisis biaya dan faktor produksi
usahatani bunga potong krisan (Chrysanthemum indicum L.) studi kasus
di Desa Wonosari Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan. J. Ilmu-ilmu
Pertanian AGRIKA. 11 (2): 170 – 178.
Sucherman, O. 2014. Pengaruh pemupukan kalium terhadap perkembangan
populasi hama tungau jingga (Brevipalpus phoenicis geijskes) pada
tanaman teh. J. Penelitian Teh dan Kina: 17 (1): 39 – 46.
Sukmayanto, M., T. Hasanuddin, dan I. Listiana. 2022. Analisis Produksi dan
Pendapatan Usahatani Padi di Kabupaten Lampung Tengah. J. Ekonomi
Pertanian dan Agribisnis, 6 (2): 625 - 634.
Suprapto, Agus., Eri Prabowo, dan Afmirul Rakhman. 2020. Analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi kelayakan investasi pada pertambangan
batubara PT. Keritang Buana Mining (KBM) Kecamatan Kemuning
Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. J. Mine Magazine, 1 (2) : 1-14.
Sutrisno, 2009. Manajemen keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi, Penerbit
Ekonisia, Yogyakarta.
Tarigan, V., D. S. Purba., dan W. J. Tarigan. 2021. Analisis sumber daya dan
penggunaan modal kerja untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan
PT Coca Cola Indonesia. J. Ilmiah Manajemen Kesatuan. 9(3): 561-572

Thoriq, Ahmad., R. M. Sampurno, dan Sarifah Nurjanah. 2017. Evaluasi ekonomi


teknik produksi keripik kentang secara manual (studi kasus : Taman
Teknologi Pertanian, Cikajang, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat).
J. Teknotan, 11 (2) : 43-54.
Tololiu, M. S., P. A. Pangemanan, dan C. B. D. Pakasi. 2016. Analisis nilai
tambah bunga potong krisan pada Ningsih Florist di Kota Tomohon. J.
Agri-sosioekonomi. 12(2): 133 – 142.
Yumiasih, L. dan Y. Isbanah. 2017. Pengaruh kompensasi, ukuran perusahaan,
usia perusahaan, dan leverage terhadap nilai perusahaan sektor pertanian
yang terdaftar di BEI periode 2012-2015. J. Ilmu Manajemen, 5 (3): 1-9.

Yurian, Saed Rizki., Tumpal Manik, dan Jack Febriand Adel. 2020. Analisis
Revenue Cost Ratio, Payback Period dan Break Even Point untuk menilai
kelayakan usaha pada usaha kerupuk di wilayah Kelurahan Sei. Lekop
Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan. J. Student online, 1 (2) :
342-349.

Widayat, W. dan D. J. Rayati. 2014. Pengaruh pohon pelindung tetap pada


tanaman the menghasilkan terhadap iklim mikro, populasi serangan hama
dan musuh alami, serta produksi pucuk teh. J. Penelitian Teh dan Kina.
14(1): 1-7
LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Investasi

Responden 1 (Pak Nanang)


Jenis Investasi Jumlah Harga Satuan Umur Nilai Awal
(Rupiah) (Tahun) (Rupiah)
Peralatan
Gunting Pemetik 3 150.000 3 450.000
Keranjang Bambu 3 30.000 1 90.000
Bibit 1.600 5.000 4 8.000.000
Sarung tangan 2 12.500 2 25.000
Sepatu Boots 2 80.000 2 160.000
Arit 3 35.000 3 105.000
Total 8.830.000

Responden 2 (Pak Nurdin)


Jenis Investasi Jumlah Harga Satuan Umur Nilai Awal
(Rupiah) (Tahun) (Rupiah)
Peralatan
Gunting Pemetik 3 150.000 3 450.000
Keranjang Bambu 4 30.000 1 120.000
Bibit 2.400 5.000 4 12.000.000
Sarung tangan 2 12.500 2 25.000
Sepatu Boots 2 80.000 2 160.000
Arit 3 35.000 3 105.000
Total 12.860.000

Responden 3 (Pak Hari)

Jenis Investasi Jumlah Harga Satuan Umur Nilai Awal


(Rupiah) (Tahun) (Rupiah)
Peralatan
Gunting Pemetik 3 150.000 3 450.000
Keranjang Bambu 5 30.000 1 150.000
Bibit 2.800 5.000 4 14.000.000
Sarung tangan 2 12.500 2 25.000
Sepatu Boots 2 80.000 2 160.000
Arit 3 35.000 3 105.000
Total 14.890.000
Lampiran 2. Penyusutan
Penyusutan (Pak Nanang)

Jenis Investasi Jumlah Nilai Awal Nilai Penyusutan


(Rupiah) Akhir (Rupiah)
(Rupiah)
Peralatan
Gunting Pemetik 3 450.000 45.000 135.000
Keranjang Bambu 3 90.000 9.000 81.000
Bibit 1.600 8.000.000 800.000 1.800.000
Sarung tangan 2 25.000 2.500 11.250
Sepatu Boots 2 160.000 16.000 72.000
Arit 3 105.000 10.500 31.500
Total 2.130.750
1. Penyusutan Gunting Pemetik =
= 135.000

2. Penyusutan Keranjang Bambu =

= 81.000

3. Penyusutan Bibit =

= 1.800.000

4. Penyusutan Sarung Tangan =


= 11.250

5. Penyusutan Sepatu Boots =

= 72.000
6. Penyusutan Arit =
= 31.500
Lampiran 2. (Lanjutan)

Penyusutan 2 (Pak Nurdin)


Jenis Investasi Jumlah Harga Awal Nilai Akhir Penyusutan
(Rupiah) (Rupiah) (Rupiah)
Peralatan
Gunting Pemetik 3 450.000 45.000 135.000
Keranjang Bambu 4 120.000 12.000 108.000
Bibit 2.400 12.000.000 1.200.000 2.700.000
Sarung tangan 2 25.000 2.500 11.250
Sepatu Boots 2 160.000 16.000 72.000
Arit 3 105.000 10.500 31.500
Total 3.057.750
1. Penyusutan Gunting Pemetik =
= 135.000

2. Penyusutan Keranjang Bambu =

= 108.000

3. Penyusutan Bibit =

= 2.700.000

4. Penyusutan Sarung Tangan =


= 11.250

5. Penyusutan Sepatu Boots =

= 72.000
6. Penyusutan Arit =
= 31.500
Lampiran 2. (Lanjutan)

Penyusutan 3 (Pak Hari)

Jenis Investasi Jumlah Harga Awal Nilai Akhir Penyusutan


(Rupiah) (Tahun) (Rupiah)
Peralatan
Gunting Pemetik 3 450.000 45.000 135.000
Keranjang Bambu 5 150.000 15.000 135.000
Bibit 2.800 14.000.000 1.400.000 3.150.000
Sarung tangan 2 25.000 2.500 11.250
Sepatu Boots 2 160.000 16.000 72.000
Arit 3 105.000 10.500 31.500
Total 3.534.750

1. Penyusutan Gunting Pemetik =


= 135.000

2. Penyusutan Keranjang Bambu =


= 135.000

3. Penyusutan Bibit =

= 3.150.000

4. Penyusutan Sarung Tangan =


= 11.250

5. Penyusutan Sepatu Boots =

= 72.000
6. Penyusutan Arit =
= 31.500
Lampiran 3. Perhitungan Biaya Produksi
Responden 1 (Pak Nanang)
Biaya Produksi Tahun 2020
Jumlah / Harga satuan / Total /
Macam Biaya produksi produksi Produksi
(satuan) (Rupiah) (Rupiah)
A. Biaya Tetap
1. Penyusutan 2.130.750
2. Tenaga
777.320
Kerja
Total Biaya Tetap 2.908.070
B. Biaya Variabel
Pupuk
Pupuk urea (kg) 80 7.000 560.000
Pupuk TSP (kg) 90 4.400 396.000
Pupuk ZK (kg) 14,4 25.000 360.000
Pupuk Kieserit (kg) 12 8.000 96.000
Obat
Pestisida (liter) 2,1 85.000 178.500
Fungsida (kg) 4,6 24.000 110.400
Total Biaya
Variabel 1.700.900
Total Biaya 4.608.970
Lampiran 3. (Lanjutan)
Biaya Produksi Tahun 2021
Jumlah / Harga satuan / Total /
Macam Biaya produksi produksi Produksi
(satuan) (Rupiah) (Rupiah)
A. Biaya Tetap
1. Penyusutan 2.130.750
2. Tenaga Kerja 811.120
Total Biaya Tetap 2.941.870
B. Biaya Variabel
1. Pupuk
Pupuk urea (kg) 80 7.300 584.000
Pupuk TSP (kg) 90 4.500 405.000
Pupuk ZK (kg) 14,4 25.500 367.200
Pupuk Kieserit (kg) 12 8.500 102.000
Obat
Pestisida (liter) 2,1 85.600 179.760
Fungsida (kg) 4,6 24.400 112.240
Total Biaya Variabel 1.750.200
Total Biaya 4.692.070

Biaya Produksi Tahun 2022


Jumlah / Harga satuan / Total /
Macam Biaya produksi produksi Produksi
(satuan) (Rupiah) (Rupiah)
A. Biaya Tetap
1. Penyusutan 2.130.750
2. Tenaga Kerja 878.720
Total Biaya Tetap 3.009.470
B. Biaya Variabel
Pupuk
Pupuk urea (kg) 80 7.700 616.000
Pupuk TSP (kg) 90 4.800 432.000
Pupuk ZK (kg) 14,4 26.000 374.400
Pupuk Kieserit (kg) 12 8.800 105.600
Obat
Pestisida (liter) 2,1 86.000 180.600
Fungsida (kg) 4,6 24.500 112.700
Total Biaya Variabel 1.821.300
Total Biaya 6.253.170
Lampiran 3. (Lanjutan)
Responden 2 (Pak Nurdin)
Biaya Produksi Tahun 2020
Jumlah / Harga satuan / Total /
Macam Biaya produksi produksi Produksi
(satuan) (Rupiah) (Rupiah)
A. Biaya Tetap
1. Penyusutan 2.130.750
2. Tenaga
1.248.000
Kerja
Total Biaya Tetap 3.378.750
B. Biaya Variabel
Pupuk
Pupuk urea (kg) 120 7.000 840.000
Pupuk TSP (kg) 135 4.400 594.000
Pupuk ZK (kg) 21,6 25.000 540.000
Pupuk Kieserit (kg) 18 8.000 144.000
Obat
Pestisida (liter) 3,15 85.000 267.750
Fungsida (kg) 7 24.000 168.000
Total Biaya
Variabel 2.697.750
Total Biaya 6.076.500
Lampiran 3. (Lanjutan)
Biaya Produksi Tahun 2021
Jumlah / Harga satuan / Total /
Macam Biaya produksi produksi Produksi
(satuan) (Rupiah) (Rupiah)
A. Biaya Tetap
1. Penyusutan 2.130.750
2. Tenaga
1.300.450
Kerja
Total Biaya Tetap 3.431.200
B. Biaya Variabel
Pupuk
Pupuk urea (kg) 120 7.300 876.000
Pupuk TSP (kg) 135 4.500 607.500
Pupuk ZK (kg) 21,6 25.500 550.800
Pupuk Kieserit (kg) 18 8.500 153.000
Obat
Pestisida (liter) 3,15 85.600 269.640
Fungsida (kg) 7 24.400 170.800
Total Biaya
Variabel 2.627.740
Total Biaya 6.958.940
Lampiran 3. (Lanjutan)
Biaya Produksi Tahun 2022
Jumlah / Harga satuan / Total /
Macam Biaya produksi produksi Produksi
(satuan) (Rupiah) (Rupiah)
A. Biaya Tetap
1. Penyusutan 2.130.750
2. Tenaga
1.377.256
Kerja
Total Biaya Tetap 3.508.006
B. Biaya Variabel
Pupuk
Pupuk urea (kg) 120 7.700 924.000
Pupuk TSP (kg) 135 4.800 648.000
Pupuk ZK (kg) 21,6 26.000 561.600
Pupuk Kieserit (kg) 18 8.800 158.400
Obat
Pestisida (liter) 3,15 86.000 270.900
Fungsida (kg) 7 24.500 172.500
Total Biaya
Variabel 2.735.400
Total Biaya 6.243.406
Lampiran 3. (Lanjutan)
Responden 3 (Pak Hari)
Biaya Produksi Tahun 2020
Jumlah / Harga satuan / Total /
Macam Biaya produksi produksi Produksi
(satuan) (Rupiah) (Rupiah)
A. Biaya Tetap
1. Penyusutan 3.057.750
2. Tenaga Kerja 1.314.200
Total Biaya Tetap 4.371.950
B. Biaya Variabel
Pupuk
Pupuk urea (kg) 140 7.000 980.000
Pupuk TSP (kg) 157 4.400 690.800
Pupuk ZK (kg) 25,2 25.000 630.000
Pupuk Kieserit (kg) 21 8.000 168.000
Obat
Pestisida (liter) 3,7 85.000 314.500
Fungsida (kg) 8 24.000 192.000
Total Biaya
Variabel 2.975.300
Total Biaya 7.347.250
Lampiran 3. (Lanjutan)
Biaya Produksi Tahun 2021
Jumlah / Harga satuan / Total /
Macam Biaya produksi produksi Produksi
(satuan) (Rupiah) (Rupiah)
A. Biaya Tetap
1. Penyusutan 3.057.750
2. Tenaga Kerja 1.371.200
Total Biaya Tetap 4.428.950
B. Biaya Variabel
Pupuk
Pupuk urea (kg) 140 7.300 1.022.000
Pupuk TSP (kg) 157 4.500 706.500
Pupuk ZK (kg) 25,2 25.500 642.600
Pupuk Kieserit (kg) 21 8.500 178.500
Obat
Pestisida (liter) 3,7 85.600 316.720
Fungsida (kg) 8 24.400 195.200
Total Biaya
Variabel 2.354.590
Total Biaya 6.783.540

Biaya Produksi Tahun 2022


Jumlah / Harga satuan / Total /
Macam Biaya produksi produksi Produksi
(satuan) (Rupiah) (Rupiah)
A. Biaya Tetap
1. Penyusutan 3.057.750
2. Tenaga Kerja 1.485.200
Total Biaya Tetap 4.542.950
B. Biaya Variabel
Pupuk
Pupuk urea (kg) 140 7.700 1.078.000
Pupuk TSP (kg) 157 4.800 753.600
Pupuk ZK (kg) 25,2 26.000 655.200
Pupuk Kieserit (kg) 21 8.800 184.800
Obat
Pestisida (liter) 3,7 86.000 318.200
Fungsida (kg) 8 24.500 196.000
Total Biaya Variabel 3.185.800
Total Biaya 7.728.750
Lampiran 4. Perhitungan HOK
Responden 1
Perhitungan Tenaga Kerja Tahun 2020 Bapak Nanang
No. Unsur Jumlah Harga Jumlah Total (Rp)
HOK Satuan Hari
HOK (Rp) Kerja
1 Tenaga Kerja Luar
- Dokel Anak Kayu 2 14.000 5 140.000
(DAK)
- Pengendalian gulma 1,2 26.200 3 94.320
secara kimiawi
- Pengendalian HPT 2,5 14.000 6 210.000
- Pemangkasan 3 35.000 3 315.000
- Pemanenan 5 600 6 18.000
Jumlah 1 Tahun 777.320

Perhitungan Tenaga Kerja Tahun 2021 Bapak Nanang


No. Unsur Jumlah Harga Jumlah Total (Rp)
HOK Satuan Hari
HOK (Rp) Kerja
1 Tenaga Kerja Luar
- Dokel Anak Kayu 2 14.500 5 145.000
(DAK)
- Pengendalian gulma 1,2 26.700 3 96.120
secara kimiawi
- Pengendalian HPT 2,5 14.500 6 217.500
- Pemangkasan 3 35.500 3 319.500
- Pemanenan 5 1.100 6 33.000
Jumlah 1 Tahun 811.120

Perhitungan Tenaga Kerja Tahun 2022 Bapak Nanang


No. Unsur Jumlah Harga Jumlah Total (Rp)
HOK Satuan Hari
HOK (Rp) Kerja
1 Tenaga Kerja Luar
- Dokel Anak Kayu 2 15.500 5 155.000
(DAK)
- Pengendalian gulma 1,2 27.700 3 99.720
secara kimiawi
- Pengendalian HPT 2,5 15.500 6 232.500
- Pemangkasan 3 36.500 3 328.500
- Pemanenan 5 2.100 6 63.000
Jumlah 1 Tahun 878.720
Lampiran 4. (Lanjutan)
Responden 2
Perhitungan Tenaga Kerja Tahun 2020 Bapak Nurdin
No. Unsur Jumlah Harga Jumlah Total (Rp)
HOK Satuan Hari
HOK (Rp) Kerja
1 Tenaga Kerja Luar
- Dokel Anak Kayu 2 14.000 8 224.000
(DAK)
- Pengendalian gulma 1,2 26.200 5 157.200
secara kimiawi
- Pengendalian HPT 2,5 14.000 9 315.000
- Pemangkasan 3 35.000 5 525.000
- Pemanenan 5 600 9 27.000
Jumlah 1 Tahun 1.248.000

Perhitungan Tenaga Kerja Tahun 2021 Bapak Nurdin


No. Unsur Jumlah Harga Jumlah Total (Rp)
HOK Satuan Hari
HOK (Rp) Kerja
1 Tenaga Kerja Luar
- Dokel Anak Kayu 2 14.500 8 232.000
(DAK)
- Pengendalian gulma 1,2 26.700 5 160.200
secara kimiawi
- Pengendalian HPT 2,5 14.500 9 326.250
- Pemangkasan 3 35.500 5 532.500
- Pemanenan 5 1.100 9 49.500
Jumlah 1 Tahun 1.300.450

Perhitungan Tenaga Kerja Tahun 2022 Bapak Nurdin


No. Unsur Jumlah Harga Jumlah Total (Rp)
HOK Satuan Hari
HOK (Rp) Kerja
1 Tenaga Kerja Luar
- Dokel Anak Kayu 2 15.500 8 248.000
(DAK)
- Pengendalian gulma 1,2 27.700 5 138.506
secara kimiawi
- Pengendalian HPT 2,5 15.500 9 348.750
- Pemangkasan 3 36.500 5 547.500
- Pemanenan 5 2.100 9 94.500
Jumlah 1 Tahun 1.377.256
Lampiran 4. (Lanjutan)
Responden 3
Perhitungan Tenaga Kerja Tahun 2020 Bapak Hari
No. Unsur Jumlah Harga Jumlah Total (Rp)
HOK Satuan Hari
HOK (Rp) Kerja
1 Tenaga Kerja Luar
- Dokel Anak Kayu 2 14.000 9 252.000
(DAK)
- Pengendalian gulma 1,2 26.200 5 157.200
secara kimiawi
- Pengendalian HPT 2,5 14.000 10 350.000
- Pemangkasan 3 35.000 5 525.000
- Pemanenan 5 600 10 30.000
Jumlah 1 Tahun 1.314.200

Perhitungan Tenaga Kerja Tahun 2021 Bapak Hari


No. Unsur Jumlah Harga Jumlah Total (Rp)
HOK Satuan Hari
HOK (Rp) Kerja
1 Tenaga Kerja Luar
- Dokel Anak Kayu 2 14.500 9 261.000
(DAK)
- Pengendalian gulma 1,2 26.700 5 160.200
secara kimiawi
- Pengendalian HPT 2,5 14.500 10 362.500
- Pemangkasan 3 35.500 5 532.500
- Pemanenan 5 1.100 10 55.000
Jumlah 1 Tahun 1.371.200

Perhitungan Tenaga Kerja Tahun 2022 Bapak Hari


No. Unsur Jumlah Harga Jumlah Total (Rp)
HOK Satuan Hari
HOK (Rp) Kerja
1 Tenaga Kerja Luar
- Dokel Anak Kayu 2 15.500 9 279.000
(DAK)
- Pengendalian gulma 1,2 27.700 5 166.200
secara kimiawi
- Pengendalian HPT 2,5 15.500 10 387.500
- Pemangkasan 3 36.500 5 547.500
- Pemanenan 5 2.100 10 105.000
Jumlah 1 Tahun 1.485.200
Lampiran 5. Perhitungan Pendapatan
Responden 1
Perhitungan Pendapatan Bapak Nanang
Jumlah Harga Bagi
Jenis Penerimaan
Tahun dijual Komoditas Penerimaan Hasil
Produksi (SBH)
(kg) (Rp/kg) (Rp) (10%)
Teh
2020 21.350.000 2.135.000 19.215.000
basah 6.100 3.500
Teh
2021 5.800 3.700 21.460.000 2.146.000 19.314.000
basah
Teh
2022 6.400 4.000 25.600.000 2.560.000 23.040.000
basah

Perhitungan Pendapatan
Pendapatan tahun 2020 = penerimaan - biaya produksi
= 14.606.030
Pendapatan tahun 2021 = penerimaan - biaya produksi
= 14.621.930
Pendapatan tahun 2022 = penerimaan - biaya produksi
=16.786.830
Lampiran 5. (Lanjutan)
Responden 2
Perhitungan Pendapatan Bapak Nurdin
Jumlah Harga Bagi
Jenis Penerimaan Penerimaan
Tahun dijual Komoditas Hasil
Produksi (Rp) (SBH)
(kg) (Rp/kg) (10%)
Teh
2020 34.300.000 3.430.000 30.870.000
basah 9800 3.500
Teh
2021 9300 3.700 34.410.000 3.441.000 30.969.000
basah
Teh
2022 10800 4.000 43.200.000 4.320.000 38.880.000
basah

Perhitungan Pendapatan
Pendapatan tahun 2020 = penerimaan - biaya produksi
= 24.793.500
Pendapatan tahun 2021 = penerimaan - biaya produksi
= 24.010.060
Pendapatan tahun 2022 = penerimaan - biaya produksi
= 32.636.594
Lampiran 5. (Lanjutan)
Responden 3
Perhitungan Pendapatan Bapak Hari
Jumlah Harga Bagi
Jenis Penerimaan
Tahun dijual Komoditas Penerimaan Hasil
Produksi (SBH)
(kg) (Rp/kg) (Rp) (10%)
Teh
2020 40.250.000 4.025.000 36.225.000
basah 11500 3.500
Teh
2021 10900 3.700 40.330.000 4.033.000 36.297.000
basah
Teh
2022 12100 4.000 48.400.000 4.840.000 43.560.000
basah

Perhitungan Pendapatan
Pendapatan tahun 2020 = penerimaan - biaya produksi
= 28.877.750
Pendapatan tahun 2021 = penerimaan - biaya produksi
=29.513.460
Pendapatan tahun 2022 = penerimaan - biaya produksi
= 35.831.250
Lampiran 6. Analisis Finansial (NPV, B/C, Ratio, PP, IRR)
Perhitungan Payback Period Bapak Nanang
Investasi Penerimaan Biaya Penyusutan EBT
Tahun
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
2019 8.830.000

2020 19.215.000 2.478.220 2.130.750 14.606.030

2021 19.314.000 2.831.320 2.130.750 14.351.930

2022 23.040.000 4.122.420 2.130.750 16.786.830


Pajak EAT Proceed
Df (12%) Pv Proceed
(0%) (Rp) (Rp)
2019 1
2020 0 14.606.030 16.736.780 0,89286 14.943.553,57

2021 0 14.351.930 16.482.680 0,79719 13.139.891,58

2022 0 16.786.830 18.917.580 0,71178 13.465.159,78


Operating cash flow 52.137.040 Total 41.548.604,93

Payback Period 0 tahun.


Lampiran 6. (Lanjutan)
Perhitungan Payback Period Bapak Nurdin
Investasi Penerimaan Biaya Penyusutan EBT
Tahun
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
2019 12.860.000

2020 30.870.000 3.018.750 3.057.750 24.793.500

2021 30.969.000 3.901.190 3,057.750 24.010.060

2022 38.880.000 3.185.656 3.057.750 32.636.594


Pajak EAT Proceed
Df (12%) Pv Proceed
(0%) (Rp) (Rp)
2019 1
2020 0 24.793.500 27.851.250 0,89286 24.867.187,5

2021 0 24.010.060 27.067.810 0,79719 21.578.292,4

2022 0 32.636.594 35.694.344 0,71178 25.406.529


Operating cash flow 90.613.404 Total 71.852.008,93

Payback Period 0 tahun


Lampiran 6. (Lanjutan)
Perhitungan Payback Period Bapak Hari
Investasi Penerimaan Biaya Penyusutan EBT
Tahun
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
2019 14.890.000

2020 36.225.000 3.812.500 3.534.750 28.877.750

2021 36.297.000 3.248.790 3.534.750 29.513.460

2022 43.560.000 4.194.000 3.534.750 35.831.250


Pajak EAT Proceed
Df (12%) Pv Proceed
(0%) (Rp) (Rp)
2019 1
2020 0 28.877.750 32.412.500 0,89286 28.939.732,14

2021 0 29.513.460 33.048.210 0,79719 26.345.830,68

2022 0 35.831.250 39.366.000 0,71178 28.019.941,24


Operating cash flow 104.826.710 Total 83.305.504,05

Payback Period 0 tahun


Lampiran 6. (Lanjutan)
Perhitungan Net Present Value (NPV) dan B/C Ratio Pak Nanang

Investasi Penerimaan Biaya Penyusutan EBT


Tahun
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
2019 8.830.000

2020 19/215.000 2.478.220 2.130.750 14.606.030

2021 19/314.000 2831320 2.130.750 14.351.930

2022 23.040.000 4.122.420 2.130.750 16.786.830


Pajak EAT Proceed
Df (12%) Pv Proceed
(0%) (Rp) (Rp)
2019 1
2020 0 14.606.030 16.736.780 0,89286 14.943.553,57

2021 0 14.351.930 16.482.680 0,79719 13.139.891,58

2022 0 16.786.830 18.917.580 0,71178 13.465.159,78


Operating cash flow 52.137.040 Total 41.548.604,93

NPV = Total PV Proceed - Investasi


= Rp32.718.605
Kesimpulan : Jadi Usaha yang dilakukan layak dijalankan karena memiliki nilai
NPV > 0
B/C = Pv Proceed / investasi
= 4,705
Kesimpulan : Jadi setiap Rp 1 investasi yang ditanamkan akan memperolah laba
bersih sebesar Rp 4,705
Lampiran 6. (Lanjutan)
Perhitungan Net Present Value (NPV) dan B/C Ratio Pak Nurdin

Investasi Penerimaan Biaya Penyusutan EBT


Tahun
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
2019 12.860.000

2020 30.870.000 3.018.750 3.057.750 24.793.500

2021 30.969.000 3.901.190 3,057.750 24.010.060

2022 38.880.000 3.185.656 3.057.750 32.636.594


Pajak EAT Proceed
Df (12%) Pv Proceed
(0%) (Rp) (Rp)
2019 1
2020 0 24.793.500 27.851.250 0,89286 24.867.187,5

2021 0 24.010.060 27.067.810 0,79719 21.578.292,4

2022 0 32.636.594 35.694.344 0,71178 25.406.529


Operating cash flow 90.613.404 Total 71.852.008,93

NPV = Total PV Proceed - Investasi


= Rp58.992.009
Kesimpulan : Jadi Usaha yang dilakukan layak dijalankan karena memiliki nilai
NPV > 0
B/C = Pv Proceed / investasi
= 5,58
Kesimpulan : Jadi setiap Rp 1 investasi yang ditanamkan akan memperoleh laba
bersih sebesar Rp5,58
Lampiran 6. (Lanjutan)
Perhitungan Net Present Value (NPV) dan B/C Ratio Pak Hari

Investasi Penerimaan Biaya Penyusutan EBT


Tahun
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
2019 14.890.000

2020 36.225.000 3.812.500 3.534.750 28.877.750

2021 36.297.000 3.248.790 3.534.750 29.513.460

2022 43.560.000 4.194.000 3.534.750 35.831.250


Pajak EAT Proceed
Df (12%) Pv Proceed
(0%) (Rp) (Rp)
2019 1
2020 0 28.877.750 32.412.500 0,89286 28.939.732,14

2021 0 29.513.460 33.048.210 0,79719 26.345.830,68

2022 0 35.831.250 39.366.000 0,71178 28.019.941,24


Operating cash flow 104.826.710 Total 83.305.504,05

NPV = Total PV Proceed - Investasi


= Rp68.415.504
Kesimpulan : Jadi Usaha yang dilakukan layak dijalankan karena memiliki nilai
NPV > 0
B/C = Pv Proceed / investasi
=6
Kesimpulan : Jadi setiap Rp 1 investasi yang ditanamkan akan memperoleh laba
bersih sebesar Rp6.
Lampiran 6. (Lanjutan)
Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) Pak Nanang

Investasi Penerimaan Biaya Penyusutan EBT


Tahun
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
2019 8.830.000

2020 19/215.000 2.478.220 2.130.750 14.606.030

2021 19/314.000 2831320 2.130.750 14.351.930

2022 23.040.000 4.122.420 2.130.750 16.786.830


Pajak EAT Proceed
Df (12%) Pv Proceed
(0%) (Rp) (Rp)
2019 1
2020 0 14.606.030 16.736.780 0,89286 14.943.553,57

2021 0 14.351.930 16.482.680 0,79719 13.139.891,58

2022 0 16.786.830 18.917.580 0,71178 13.465.159,78


Operating cash flow 52.137.040 Total 41.548.604,93

NPV (+) = 21.260


NPV (-) = -23.244
IRR = df(+) + x df (-) – df (+)

= 62% + X 183% - 182%

= 182,5 %
Lampiran 6. (Lanjutan)
Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) Pak Nurdin

Investasi Penerimaan Biaya Penyusutan EBT


Tahun
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
2019 12.860.000

2020 30.870.000 3.018.750 3.057.750 24.793.500

2021 30.969.000 3.901.190 3,057.750 24.010.060

2022 38.880.000 3.185.656 3.057.750 32.636.594


Pajak EAT Proceed
Df (12%) Pv Proceed
(0%) (Rp) (Rp)
2019 1
2020 0 24.793.500 27.851.250 0,89286 24.867.187,5

2021 0 24.010.060 27.067.810 0,79719 21.578.292,4

2022 0 32.636.594 35.694.344 0,71178 25.406.529


Operating cash flow 90.613.404 Total 71.852.008,93

NPV (+) = 22.582


NPV (-) = -34.906
IRR = df(+) + x df (-) – df (+)

= 62% + X 213% - 212%

= 212,5 %
Lampiran 6. (Lanjutan)
Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) Pak Hari

Investasi Penerimaan Biaya Penyusutan EBT


Tahun
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
2019 14.890.000

2020 36.225.000 3.812.500 3.534.750 28.877.750

2021 36.297.000 3.248.790 3.534.750 29.513.460

2022 43.560.000 4.194.000 3.534.750 35.831.250


Pajak EAT Proceed
Df (12%) Pv Proceed
(0%) (Rp) (Rp)
2019 1
2020 0 28.877.750 32.412.500 0,89286 28.939.732,14

2021 0 29.513.460 33.048.210 0,79719 26.345.830,68

2022 0 35.831.250 39.366.000 0,71178 28.019.941,24


Operating cash flow 104.826.710 Total 83.305.504,05

NPV (+) = 55.880


NPV (-) = -10.209
IRR = df(+) + x df (-) – df (+)

= 62% + X 215% - 214%

= 214,5 %
Lampiran 7. Dokumentasi Kegiatan

Kegiatan wawancara di Kebun Teh Medini

Anda mungkin juga menyukai