Anda di halaman 1dari 8

3.

4 Budidaya Tanaman Teh

Menurut Ghani (2002) dalam sistem budidaya teh, pengelolaan pembibitanmerupakan titik kritis yang
menentukan proses selanjutnya. Sekali salah dalammenentukan jenis atau klon yang ditanam maka
perlu waktu puluhan tahun untukmenggantinya karena umumnya tanaman teh diremajakan setelah
berumur 50tahun. Penyediaan bahan tanam (pembibitan) pada budidaya teh dapatdilaksanakan dari biji
dan stek. Pembibitan asal stek telah demikian populer, karena merupakan cara yang paling cepat untuk
memenuhi kebutuhan bahan tanam (bibit) dalam jumlah banyak. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan
setelah berumur 2 tahun yang mempunyai ukuran batang lebih besar dari pensil (PPTK, 1997).

Pada saat di pembibitan dilakukan pemeliharaan intensif seperti pemupukan, pemberantasan hama
penyakit, penyiraman dan penyiangan. Pada pelaksanaan penanaman bibit teh, hal-hal yang harus
diperhatikan adalah penetuan jarak tanam yang tepat, pengajiran, pembuatan lubang tanam, teknik
penanaman danpenanaman tanaman pelindung yang diperlukan. Jarak tanam antar barisan tanaman
120 cm, dan jarak tanam dalam barisan beragam 60-90 cm. Pengajiran adalah memasang ajir pada
tempat-tempat yang akan ditanami bibit teh, sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan.
Budidaya selanjutnya seperti pemeliharaan rorak, penyulaman, pengendalian gulma, pengendalian
hama penyakit, pemupukan, pembentukan bidang petik dengan pemangkasan dan gosok Jumut. Dalam
budidaya teh, pemetikan merupakan ujung tombak produksi. Keberhasilan pemetikan merupakan kunci
kesuksesan dalam bisnis teh. Pemetikan adalah pekerjaan memungut sebagian dari tunas-tunas teh
beserta daunnya yang masih muda, untuk kemudian diolah menjadi produk teh kering yang merupakan
komoditi perdagangan (PPTK, 1997).

3.4.1 Pembibitan

Pelaksanaan pembibitan di PPTK gambung dilakukan dengan pembibitan teh asal setek karena
pembibitan dengan cara ini lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah banyak, dengan
keyakinan bahwa sifat keunggulannya sama dengan pohon induknya. Kebun induk yang digunakan harus
terjamin kemurnian klonnya, dan mempunyai potensi prodeksi dan kualitas yang tinggi (klon anjuran).
Setek teh diambil dari kebun induk yang dikelola khusus dan dipangkas kurang lebih 4 bulan
sebelumnya. Kesehatan dan kesuburan pohon sangat mempengaruhi teknik pengambilan, pengemasan,
dan pengangkutannya. Keberhasilan pembibitan setek teh dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
mutu setek, kematangan perencanaan dan persiapan, pemilihan/pengelolaan media tanah, lokasi yang
tepat, serta tenaga kerja yang cukup dan terampil. Di samping itu faktor waktu pelaksanaan pembibitan
harus tepat, agar diperoleh bibit yang cukup umur pada saat penanaman di lapangan atau di kebun yaitu
berkisar 8- 16 bulan dari pengalaman praktek persentase bibit siap tanam dapat mencapai rata-rata 75-
80% (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Gambar 20. Pembibitan di PPTK Gambung

3.4.2 Persemaian

Untuk menunjang ketepatan waktu penanaman bibit setek di kebun, persemaian setek dilaksanakan
kurang lebih satu tahun sebelumnya. Syarat lokasi pembibitan Lokasi yang dipilih harus terbuka,
drainase tanah baik, dan tidak becek, dekat dengan sumber air untuk penyiraman dan penyemprotan
hama/penyakit, dekat dengan sumber tanah pengisi kantong plastik, Dekat dengan jalan agar mudah
melakukan pengangkutan dan pengawasan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Gambar 21. kebun persemaian PPTK gambung

3.4.3 Penanaman

Tanaman teh dapat ditanam dengan berbagai jarak tanam jarak tanam yang optimal dipengaruhi
berbagai faktor, di antaranya sifat klon yang di tanam, bentuk wilaya (topografi), dan kerapatan
tanaman yang di kehendaki, pada lahan yang datar dan agak landaidigunakan jarak tanam yang biasa,
tetapi untuk daerah yang miring, harus digunakan sistem kontur. Menurut Puslitbun Gambung (1992),
jarak tanam yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

Tabel 11. Jarak tanaman teh yang dianjurkan

Kemiringan tanah

Jarak tanam

Jumlah tanaman per ha


datar-15%

cm x cm x cm 120x90

9.260

Keterangan

15-30%

120x75

11.110

13.888

baris tunggal

lurus baris tunggal

>30%

batas tertentu

120x60
120x60x60

18.500

lurus

Kontur

baris berganda

Jarak tanam antarbarisan tanaman 120 cm, dan jarak tanam dalam barisan beragam 60 cm-90cm. Selain
secara barisan tunggal, jarak tanam dapat pula secara baris berganda, dengan ketentuan jarak tanah
antarbarisan minimal 120 cm dan jarak tanam dalam barisan beragam antara 50 cm x 75 cm dengan
sistem segitiga sama-sisi. Pada lahan yang kemiringan lebih dari 30%, digunakan sistem kontur dengan
barisan tanaman memotong arah kemiringan.jarak antar-barisan minimal 120 cm dan jarak tanam
dalam barisan 60 cm. Pembuatan lubang tanam dibuat 1-2 minggu sebelum penanaman. Lubang tanam
dibuat tepat di tengah- tengah di antara dua ajir. ukuran lubang tanam yaitu untuk bibit asal stump biji:
30 x 30 x 40 cm, untuk bibit setek dalam kantong plastik: 20 x 20 x 40 cm. Pembuatan lubang tanam
biasanya dilakukan pada saat awal musim hujan, dengan dibiarkan terbuka selama beberapa minggu,
diharapkan dapat memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah, karena selama itu lubang terkena sinar
matahari secara langsung (Budidaya dan pengolahan pascapanen, 2000).

3.4.4 Pemeliharaan

1. Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma di perkebunan teh merupakan salah satu kegiatan rutin yang sangat penting dalam
pemeliharaan tanaman teh populasi gulma yang tumbuh tidak terkendali akan merugikan tanaman teh
karena terjadinya persaingan di dalam memperoleh unsur hara, air, cahaya matahari, dan ruang
tumbuh. jenis-jenis gulma tertentu diduga pula mengeluarkan senyawa racun (allelopati) yang
membahayakan tanaman teh. Cara pengendalian dapat dilakukan dengan cara kultur teknis, cara
manual/mekanis, dan cara kimia (Budidaya dan pengolahan pascapanen, 2000).

Gambar 22. Pengendalian gulma dengan cara manual/mekanis

2. Pengendalian Hama Dan Penyakit

Hama utama pada tanaman teh adalah (Helopeltis antonii, ulat jengkal (Hyposidra talaca), ulat
penggulung daun (homona cofferia), ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma), ulat api (Setora nitens),
Empoasca sp. Sedangkan Penyakit utama pada tanaman teh antara lain cacar daunt eh, penyakit bumak
daun, mati ujung bidang petik dan penyakit akar. Di PPTK Gambung terdapat beberapa anjuran terhadap
pestisida dengan nama dagang Tridemorph 80 EC. Bitertanol 23 WP dan Benomy 50 WP dengan dosis
750cc/ha.

Gambar 23. Pengendalian hama dan penyakit di PPTK

3. Pemangkasan

Tanaman teh jika dibiarkan tanpa ada pemangkasan dapat berkembang menjadi pohon yang tinggi,
dapat mencapai ketinggian 14 meter atau lebih. Tanaman teh yang sudah menjadi pohon tidak akan
menghasilkan pucuk yang banyak dan pemetikan pucuk sulit dilakukan. Dalam praktik umum ini saya
hanya mengamati pemangkasan produksi Pemangkasan produksi dilaksanakan dengan giliran pangkasan
yang berkisar empat tahun sekali. Efisien memangkas pada saat musim hujan dan ketinggian pangkas
sekitar 50 cm.

Pada saat pemangkasan disisahkan jamul/acir tujuannya untuk mengontrol tanaman teh tersebut masih
hidup atau sudah mati selain itu jamul ini untuk mengantisipasi dari hama dan penyakit. Pangkas
tersebut dilakukan perawatan seperti menggosok lumut dan membersihkan tempat pertumbuhan agar
tunas yang tumbuh tidak terhalang oleh lumut. Setelah 3 bulan pemangkasan sudah pengambilan daun
pertama.

Gambar 24. Pemangkasan tanaman teh


Gambar 25. Batang yang telah di pangkas

3.4.5 Pemetikan

Pemetikan merupakan suatu cara pengambilan daun yang dilakukan secara terus menerus berupa daun
yang masih muda dan tunas yang sesuai dengan persyaratan dalam pengolahan teh. Kualitas pemetikan
teh dipengaruhi oleh waktu pemetikan (Setyamidjaja, 2000). Waktu pemetikan dengan gilir dan hanca
petik yang tepat akan menghasilkan produksi yang optimal. Ketinggian tempat akan mempengaruhi gilir
petik dan waktu pemetikan tanaman teh, melainkan dipengaruhi oleh sistem pemetikan (Johan dan
Dalimoenthe, 2009).

Gambar 26. Pemetikan menggunakan alat gunting

B Gambar 27, Pemetikan menggunakan mesin

3.4.6 Pengolahan Pascapanen

Pengolahan daun teh dimaksudkan untuk mengubah komposisi kimia daun teh segar secara terkendali,
sehingga menjadi hasil olahan yang dapat memunculkan sifat-sifat yang dikehendaki pada air
seduhannya, seperti warna, rasa dan aroma yang baik dan disukai (Budidaya dan pengolahan
pascapanen, 2000).

Gambar 28. Proses pengolahan daun teh

1. Pelayuan

43

Tinggi rendahnya kadar air yang terkandung dalam pucuk teh sangat berpengaruh terhadap jalannya
reaksi kimia dan biokomia yang terdapat di dalamnya, kadar air yang terlalu banyak dapat menyebabkan
pengenceran persenyawaan, sedangkan bila terlalu pekat tidak memungkinkan terjadinya reaksi kimia
yang diinginkan. Tujuan pelayuan adalah memudahkan proses pengolahan berikutnya, mengurangi
kadar air pucuk dan menciptakan rasa Pucuk teh yang sudah layu memiliki ciri-ciri pucuk lentur dan
lemas, warnanya kuning kehijauhijauan, baunya harum, terjadi penyusutan volume 50-52%, pucuk jika
diremas tidak patah dan bisa dibuat gumpalan yang jika dilepaskan akan terurai kembali. Suhu udara
yang digunakan dalam proses pelayuan tidak boleh melebihi 27oC atau 800 F, karena suhu diatas 800C
akan merusak proses kimia dalam pelayuan, jadi proses pelayuan harus dilakukan secara lambat berkisar
12 atau 18 jam.

2. Penggulungan dan sortasi basah

Tujuan dari proses penggulungan, penggilingan dan sortasi basah adalah mengecilkan pucuk teh layu
menjadi partikel teh yang menggulung dengan ukuran tertentu, memeras cairan sel yang terdapat pada
daun teh agar terjadi reaksi oksidasi enzimatis, memisahkan bubuk teh berdasarkan ukuran partikel
sehingga diperoleh bubuk teh yang berukuran seragam, menguraikan gumpalangumpalan daun yang
tidak dapat digilas dengan baik selama penggilingan dan menurunkan suhu bubuk teh basah hasil
penggilingan.

Gambar 29. Proses penggulungan tanaman teh

3. Fermentasi (Oksidasi - Enzimatis)

Fermentasi atau disebut juga oksidasi - enzimatis adalah proses biokimia yang akan mengakibatkan hasil
akhir teh hitam menjadi enak, kuat dan beraroma harum. Oksidasi enzimatis ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu: Suhu dan kelembaban ruang giling harus dikontrol dan dijaga agar kelembaban
diatas 90%, untuk itu biasanya digunakan Humidifier (alat pengabut air) dan suhu ruangan diatur tidak
melebihi 25°C, Suhu yang terbaik untuk Oksidasi enzimatis adalah 26,7°C, suhu berpengaruh terhadap
kecepatan reaksi, jika suhu rendah maka fermentasi akan berjalan lambat, sedangkan jika suhu tinggi
oksidasi enzimatis (fermentasi) akan berjalan cepat. Suhu di ruang fermentasi pabrik Pagilaran berkisar
antara 22-23°C dan kelembaban udaranya antara 90-95% atau lebih.

Proses fermentasi dimulai dengan memasukkan atau menghamparkan bubuk teh yang telah di sortasi
basah di atas baki alumunium. Baki ditempatkan pada rak atau trolly yang mempunyai kapasitas 10 baki
alumunium. Pengisian baki dengan bubuk teh maksimum 6 cm. Berdasarkan pengamatan penulis
ratarata ketebalan bubuk teh pada baki adalah 7,66 cm. Bubuk yang telah ditempatkan
di dalam baki dibawa ke ruang fermentasi. Lama fermentasi dihitung sejak pucuk dimasukkan kedalam
OTR sampai bubuk dimasukkan ke ruangan pengeringan. Untuk proses fermentasi di PT. Pagilaran waktu
yang dibutuhkan antara 90-110 menit dihitung dari saat pucuk layu digiling

4. Pengeringan Pengeringan bertujuan menghentikan oksidasi enzimatis dan menurunkan kadarair


bubuk teh menjadi sekitar 3-3,3%, sehingga teh dapat disimpan dalam waktu lama tanpa kehilangan
rasa, aroma dan warna yang terbentuk selama proses oksidasi enzimatis (fermentasi), Satu jam sebelum
bubuk teh hasil fermentasi masuk ke mesin pengering, mesin pengering dinyalakan untuk memanaskan
mesin hingga dapat mencapai suhu 95-100°C.

Mesin Pengering teh hitam disebut ECP (Endless Chain Pressure) Drier.Mesin ini dapat digunakan untuk
bubuk yang kasar maupun yang halus tetapi tidak lembut sekali.Sumber panas dari pembakaran kayu
bakar/solar. Pengeringan dengan ECP adalah sebagai berikut: ECP mampu mengeringkan 240 kg/jam per
mesin. Suhu udara inlet berkisar 95-100°C dengan outlet berkisar 45-50 °C suhu inlet yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan gosong (bakey) sedangkan suhu outlet yang terlalu tinggi akan mengakibatkan
kering di luar tetapi basah di dalam (Case Hardening).

Lamanya pengeringan 20-24 menit. Untuk mengatur suhu udara inlet digunakan Thermo control yang
akan mengatur jalannya burner. Sedang suhu outlet diatur atas dasar tebal atau tipisnya pengisian
mesin drier. - Pengeringan harus rata, dan kadar air teh kering harus didapat antara 2,53,5%. Kadar airl

Anda mungkin juga menyukai