Anda di halaman 1dari 23

PEMELIHARAAN TANAMAN DURIAN

Sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa durian merupakan salah satu buah yang paling digemari.
Hal ini disebabkan oleh rasanya yang lezat dan legit. Disamping itu juga bisa diolah menjadi
berbagai bentuk aneka kuliner. Misalnya ; ketan durian, tempuyak, campuran permen, es, susu,
dan sebagainya.

Untuk mendapatkan durian berkualitas dan dapat berbuah tepat pada waktunya diperlukan
pemeliharaan yang teratur. Pemeliharaan tersebut adalah sebagai berikut: 
1. Pemupukan
a) Cara memupuk
Pada tahap awal buatlah selokan melingkari tanaman. Garis tengah selokan disesuaikan
dengan lebarnya tajuk pohon. Kedalaman selokan dibuat 20-30 cm. Tanah cangkulan
disisihkan di pinggirnya. Sesudah pupuk disebarkan secara merata ke dalam selokan, tanah
tadi dikembalikan untuk menutup selokan. Setelah itu tanah diratakan kembali, bila tanah dalam
keadaan kering segera lakukan penyiraman,
a) Jenis dan dosis pemupukan
Jenis pupuk yang digunakan untuk memupuk durian adalah pupuk kandang, kompos, pupuk
hijau serta pupuk buatan. Pemupukan yang tepat dapat membuat tanaman tumbuh subur.
Setelah tiga bulan ditanam, durian membutuhkan pemupukan susulan NPK (15:15:15) 200 gr
perpohon.
Selanjutnya, pemupukan susulan dengan NPK itu dilakukan rutin setiap empat bulan sekali
sampai tanaman berumur tiga tahun. Setahun sekali tanaman dipupuk dengan pupuk organik
kompos/pupuk kandang 60-100 kg per pohon pada musim kemarau. Pemupukan dilakukan
dengan cara menggali lubang mengelilingi batang bawah di bawah mahkota tajuk paling luar
dari tanaman.
Tanaman durian yang telah berumur ≥ 3 tahun biasanya mulai membentuk batang dan tajuk.
Setelah itu, setiap tahun durian membutuhkan tambahan 20-25% pupuk NPK dari dosis
sebelumnya.
Apabila pada tahun ke-3, durian diberi pupuk 500 gram NPK per pohon maka pada tahun ke-4
dosisnya menjadi 600-625 gram NPK per pohon. Kebutuhan pupuk kandang juga meningkat,
berkisar antara 120-200 kg/pohon menjelang berbunga durian membutuhkan NPK 10:30:10.
Pupuk ini ditebarkan pada saat tanaman selesai membentuk tunas baru (menjelang tanaman
akan berbunga).

2. Pemangkasan Bentuk.
Agar pertumbuhan dan produksi tanaman optimal dan memudahkan dalam pemeliharaan,
harus dilakukan pemangkasan bentuk . Hal yang diperhatikan dalam pemangkasan bentuk
adalah :a). Tanaman berumur masih berumur 1 tahun dengan tinggi batang utama 70-100 cm.
b). Tunas-tunas liar disekitar dahan dibuang, mahkota berbentuk cembung seperti payung c)
Pembentukan tajuk dilakukan dengan memelihara satu batang utama dan 10 calon cabang
primer terpilih.

3. Pengairan.
Durian membutuhkan banyak air pada pertumbuhannya, tapi tanah tidak boleh tergenang
terlalu lama atau sampai terlalu basah. Bibit durian yang baru ditanam membutuhkan
penyiraman satu kali sehari, terutama kalau bibit ditanam pada musim kemarau. Setelah
tanaman berumur satu bulan, air tanaman dapat dikurangi sekitar tiga kali seminggu. Durian
yang dikebunkan dengan skala luas mutlak membutuhkan tersedianya sumber air yang cukup.
Dalam pengairan perlu dibuatkan saluran air drainase untuk menghindari air menggenangi
bedengan tanaman.

4. Penyiangan
Penyiangan dilakukan bila gulma telah tumbuh disekitar tanaman. Tanah disekitar batang
digemburkan, tetapi jangan sampai merusak perakaran tanaman. Gulma bisa dibiarkan sebagai
mulsa, tetapi sebaiknya lahan dibawah kanopi pohon dupayakan bebas gulma. Untuk
menghindari persaingan antara tanaman dan rumput di sekeliling selama pertumbuhan, perlu
dilakukan penyiangan (diameter 1 m dari pohon durian).

5. Penjarangan buah
Penjarangan buah bertujuan untuk mencegah kematian durian agar tidak menghabiskan
energinya untuk proses pembuahan. Penjarangan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup,
rasa buah, ukuran buah dan frekuensi pembuahan setiap tahunnya. Penjarangan dilakukan
bersamaan dengan proses pengguguran bunga, begitu gugur bunga selesai, besoknya harus
dilakukan penjarangan (tidak boleh ditunda-tunda). Penjarangan dapat dilakukan dengan
menyemprotkan hormon tertentu (Auxin A), pada saat bunga atau bakal buah baru berumur
sebulan. Pada saat itu sebagian bunga sudah terbuka dan sudah dibuahi. Ketika hormon
disemprotkan, bunga yang telah dibuahi akan tetap meneruskan pembuahannya sedangkan
bunga yang belum sempat dibuahi akan mati dengan sendirinya. Jumlah buah durian yang
dijarangkan 50-60% dari seluruh buah yang ada. (Penulis Inang Sariati)

Teknis Pelaksanaan Rehabilitasi Tanaman Kakao

Sumber Gambar: www.google.com

Rehabilitasi pertanaman kakao adalah usaha membangun kembali suatu blok pertanaman
kakao yang kondisinya telah rusak melalui tindakan-tindakan rejuvinasi dan penyulaman untuk
mengembalikan kearah pertumbuhan yang baik agar produksi dan produktivitas meningkat,
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Rehabilitasi tanaman kakao dilaksanakan
dengan cara menyambung dengan klon unggul anjuran (klonalisasi). Klonalisasi pada tanaman
kakao dapat dilakukan melalui dua metode yaitu metode okulasi tanaman dewasa (mature
budding) dan metode sambung samping tanaman dewasa/tua (mature side-cleft grafting).
Rehabilitasi tanaman kakao pada perkebunan rakyat dianjurkan melalui metode sambung
samping tanaman kakao dewasa. Sebelum melaksanakan rehabilitasi, perlu dilakukan survey
dan penetapan blok pertanaman kakao yang akan direhabilitasi. Survey ini perlu dilakukan
untuk menetapkan kegiatan berikutnya, apakah pertanaman tersebut perlu direhabilitasi atau
dilaksanakan tanam ulang/replanting.
Dasar pertimbangan dalam penetapan rehabilitasi pertanaman kakao adalah: (1) Umur
tanaman telah tua tapi kondisinya masih kokoh atau sebaliknya umur tanaman masih muda
tetapi kondisinya telah rusak; (2) Klon varietas yang ditanam tidak unggul; (3) Jarak tanam tidak
teratur dan populasi tanaman rendah; (4) tingkat kesuburan tanah menurun; (5) Naungan tidak
berfungsi dan jenis tanaman penaung tidak sesuai anjuran teknis. Apabila kondisi tanaman
pada kebun 50% baik, maka dilaksanakan rehabilitasi tetapi bila kurang dari 50% dianjurkan
untuk tanam ulang atau replanting.
Tahap pelaksanaan rehabilitasi.
Persiapan entres.
Entres diambil dari kebun entres atau kebun produksi dari tanaman yang telah diseleksi. Entres
diambil dari batang plagiotrop, berwarna hijau, hijau kecoklatan sampai coklat. Ukuran entres
yaitu diameter 0,75-1,5 cm dan panjang entres 40-50 cm. Bila entres diambil dari lokasi kebun
yang dekat dengan lokasi penyambungan, maka pengambilan entres dilakukan pagi hari, dan
langsung disambungkan. Tetapi bila lokasi sumber entres jauh dari lokasi penyambungan maka
entres perlu diberi perlakuan khusus untuk menjaga kelembaban sehingga entres tetap segar
saat digunakan. 
Waktu pelaksanaan.
Rehabilitasi dengan cara sambung samping sering dilaksanakan bulan November sampai
dengan Desember.
Pelaksanaan sambung samping.
Bahan dan alat: Bahan yang diperlukan yaitu gunting pangkas, pisau okulasi, kantong plastik
ukuran 18 x 8,,5 cm tebal 0,01 mm atau kantong gula pasir 0,25 kg, atau dapat juga digunakan
lembaran plastik 20 x 30 cm, tali rafia, entres warna hijau, hijau kecoklatan atau coklat, batang
bawah yang tumbuh sehat.
Teknik penyambungan:
Persiapan penyambungan: Siapkan batang bawah yang dipilih dari batang yang sehat/batang
sedang bertunas (flush) karena pada kondisi ini kambium tumbuh aktif. Bila tanaman yang akan
disambung kurang sehat maka sebelum disambung perlu disehatkan lebih dahulu, misalnya
dengan pemupukan, pemangkasan, pengairan dll.
Pada ketinggian 45-60 cm dari permukaan tanah dibuat torehan vertikal pada kulit batang
kakao, panjang torehan 5 cm, jarak antar torehan 1-2 cm sesuai dengan diameter entres yang
akan disisipkan. Tebal sayatan yaitu sampai mencapai kambium. Ujung torehan dipotong miring
ke bawah sampai mencapai kambium, selanjutnya kulit diungkit untuk mengetahui apakah kulit
mudah dibuka. Membuka "lidah" kulit bersamaan dengan menyisipkan entres. 
Sambung samping hanya dilakukan pada tanaman yang kulitnya mudah dibuka, kambium
bebas penyakit yang ditandai dengan warna putih, bukan coklat. Untuk pertanaman yang
pertumbuhannya kurang baik/kulit sulit dibuka, disarankan sambungan pucuk pada tunas air
yang sengaja dipelihara. Sambung samping dapat dilakukan lebih dari satu tempat pada setiap
pohon.
Batang atas berupa cabang plagiotrop, berwarna hijau, hijau kecoklatan atau coklat dengan
ukuran diameter 0,75-1,5 cm, panjang 10-12 cm dengan 3-5 mata tunas. Pangkal entres
disayat miring pada salah satu sisinya, sehingga diperoleh bentuk sayatan tersebut runcing
seperti baji dan panjang sayatan 3-4 cm. Untuk memperoleh tingkat keberhasilan yang tinggi
entres yang digunakan harus dalam keadaan segar.
Entres yang sudah disiapkan, disisipkan pada batang bawah. Sisi sayatan yang berbentuk
seperti baji diletakkan menghadap batang bawah, dan baji entres yang disayat menghadap ke
bagian kayu/kambium. Kemudian lidah kulit ditutup kembali sebelum pengikatan. Selanjutnya
entres dikerodong dengan kantong plastik yang telah disiapkan, kemudian diikat kuat dengan
tali rafia hingga air hujan tidak mudah masuk ke luka sayatan. Entres dapat juga ditutup dengan
lembaran plastik kemudian diikat erat. Hasil jadi tinggi bila ujung lembaran plastik saling
bertemu atau panjangnya sama dengan lilit batang bawah, minimum lebih dari setengah keliling
lingkaran batang bawah. Keberhasilan sambung samping terletak sejauh mana entres terhindar
dari dehidrasi dan luka sayatan terhindar dari air hujan.
Penulis: Sri Wijiastuti, Penyuluh Pertanian Madya.
Sumber: Petunjuk Teknis Rehabilitasi Tanaman Kakao (sambung samping). Dinas Perkebunan
Provinsi Jawa Timur. 2000.

PEREMAJAAN TANAMAN KAKAO

Agribisnis Kakao Indonesia masih menghadapi berbagai masalah, antara lain masih rendahnya
produktivitas yang disebabkan (1) Sebagian tanaman sudah tua, dan atau rusak berat, (2)
Adanya serangan hama penggerek buah kakao (PBK) dan penyakit Vaskuler Streak Dieback
(VSD) yang telah merusak sebagian besar tanaman kakao, (3) Belum menggunakan
klon/varietas unggul dan (4) Kurang intensifnya pemeliharaan yang dilakukan oleh para
pekebun. Untuk itu perlu diupayakan pelaksanaan langkah-langkah yang tepat ditingkat
lapangan.

Salah Satu upaya untuk mengatasi rendahnya produktivitas usahatani kakao dan sekaligus
meningkatkan pendapatan petani, yaitu melalui kegiatan peremajaan. Peremajaan tanaman
kakao adalah kegiatan penggantian tanaman yang sudah tidak produktif/sudah tua dengan
tanaman baru dengan menerapkan inovasi teknologi.

Peremajaan
Peremajaan tanaman kakao dilakukan pada kebun dalam kondisi tanaman sudah tua yang
berumur lebih dari 25 tahun dan sudah tidak produktif atau rusak berat; jumlah tegakan/populasi
kurang dari 300 pohon per hektar atau 50% dari jumlah standar tanaman; produktifitasnya
rendah atau kurang dari 500 kg per hektar per tahun; tanaman terserang OPT utaman seperti
hama PBK, penyakit VSD, Helopeltis sp., dan Busuk buah. Peremajaan dilakukan pada kebun
yang memenuhi persyaratan kesesuaian meliputi curah hujan dan kemiringan lereng.
Peremajaan dilakukan dengan melaksanakan penebangan tanaman kakao secara bertahap
dan menyiapkan lahan dan menanam benih kakao yang berasal dari varietas unggul.

Kesiapan Pelaksanaan Teknis


Sebelum melaksanakan peremajaan kakao, perlu dipersiapkan bahan tanaman kakao unggul.
Bahan tanaman dapat diperoleh dengan cara diperbanyak dengan metode setek (sambung
pucuk/temple tunas/sambung samping), dan metode yang lebih mutakhir yaitu teknik
SomaticEembryogenesis (SE) yaitu proses perbanyakan cara kultur jaringan tanaman. Metode
SE dikembangkan dan dikaji oleh Puslit Kopi dan Kakao Indonesia dan hasilnya terbukti cukup
baik bersifat normal dapat berbuah seperti lazimnya pada tanaman normal lainnya sehingga
dianggap layak untuk diterapkan secara masal. Bahan tanaman kakao hasil perbanyakan SE
memiliki produktivitas lebih tinggi daripada tanaman yang diperbanyak dengan setek. Ciri
tanaman kakao asal perbanyakan SE adalah terbentuknya akar tunggang. Pada perbanyakan
dengan teknik SE akan digunakan klon-klon kakao unggul seperti ICCRI.03, ICCRI.04, Scab,
Sul 1 dan Sul 2. Klon-klon tersebut memiliki daya hasil tinggi (diatas 2 ton /ha) dan toleran
terhadap penyakit Vaskuler Streak Dieback (VSD).

Bahan tanaman kakao unggul yang digunakan untuk peremajaan harus bersertifikat dan
berlabel, siap tanam dan memenuhi kriteria standar mutu bibit kakao SE dan telah
direkomendasi oleh Puslit atau dinas provinsi setempat yang membidangi perkebunan.
Peralatan yang digunakan dalam peremajaan tanaman kakao berupa cangkul, sabit,
handsprayer, chainsaw, traktor dan lain-lain.
Sarana produksi yang perlu dipersiapkan berupa pupuk. Pupuk yang digunakan adalah pupuk
majemuk dalam bentuk butiran atau tablet. Untuk pengendalian hama dan penyakit kakao
diutamakan dengan system PHT. Sedangkan pemakaian pestisida sebagai alternative terakhir.
Penggunaan pestisida, fungisida dan herbisida harus yang efektif, terdaftar, dan mendapat ijin
dari Menteri Pertanian dengan dosis sesuai anjuran. Dalam memilih jenis pestisida yang
digunakan dianjurkan agar mempertimbangkan jenis pestisida yang sudah banyak digunakan
oleh petani kakao setempat dan telah terbukti efektif.
Dalam pelaksanaan peremajaan kebun kakao diperlukan peningkatan keterampilan teknis
pelaksananya (petani/pekebun) melalui pendidikan, pelatihan, penyuluhan dan pendampingan.

Yang perlu diperhatikan di dalam pelaksanaan peremajaan tanaman kakao yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Kesesuaian lahan yang memenuhi persyaratan teknis.
2. Ketersediaan bahan tanaman kakao unggul yang telah direkomendasikan oleh Pusat
Penelitian (sesuai anjuran).
3. Ketersediaan peralatan dan sarana produksi untuk pembukaan lahan dan pemeliharaan
tanaman sesuai standar teknis.
Ir. Yuyun S Masduki

Sumber :
1. Anonimus 1995, Petunjuk Teknis Budidaya Kakao Rakyat, Departemen Pertanian.
2. Anonimus 2005, Pedoman Umum Peningkatan Produktivitas Usahatani Kakao, Ditjen Bina
Produksi.
3. Internet, Http://www.iccri.net/index.php11nop2009, diupdate 19 April 2010.

PENGENDALIAN PENYAKIT PADA TANAMAN KAKAO


Sumber Gambar: http://tabloidfokus.blogspot.com
Produksi kakao di Indonesia dihasilkan dari perkebunan besar negara, swasta (di Sumatera dan Jawa) dan
perkebunan rakyat. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, lebih dari 80 % produksi kakao kita berasal
dari perkebunan rakyat, yang umumnya baik jumlah maupun kualitasnya masih belum optimal, karena masih
menggunakan cara-cara yang tradisional. Maka untuk meningkatkan produksi dan kualitas kakao Indonesia,
diperlukan pembinaan secara terus menerus khususnya pada para petani, terutama. dalam teknologi budidaya kakao
yang baik antara lain melalui pengendalian penyakit tanaman kakao. Agar tanaman kakao dapat berproduksi secara
optimal, sebaiknya harus dilakukan pengendalian terhadap berbagai gangguan peyakit yang menyerang tanaman,
seperti : 1) penyakit busuk buah dan kanker batang (Phytopthora palmivora); 2) penyakit antraknose (Colletotrichum
gloeosporiodes); 3) penyakit Vascular Streak Dieback (VSD); 4); penyakit Cocoa Swolen Shoot Virus (CSSV); dan 5)
penyakit Monila Pod Rod.

Cara pengendalian penyakit pada tanaman kakao

Penyakit busuk buah dan kanker batang (Phytopthora palmivora). Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan cara :
1) mengurangi kelembab-an kebun dengan cara memperbaiki drainase, mengurangi naungan, membrantas gulma
dan melakukan pemangkasan; 2) Buah-buah yang busuk diambil secara teratur misalnya empat hari sekali dan buah
tersebut harus dikubur sedalam 30 cm; 3) kanker batang dapat dikendalikan dengan mengupas kulit yang sakit
sampai pada batasan yang sehat, kemudian bagian tersebut diolesi dengan fungsida Cupravit (tembaga oksida),
Copper Sandos (tembaga oksiklorida) dengan konsentrasi 5-10% formulasi; 4) penyakit buah busuk dapat
dikendalikan dengan penyemprotan fungisida Copper Sandos, Cupravit dan Rocide (tembaga oksida, tembaga
oksiklorida, tembaga hidroksida), dengan konsentrasi 0,3% formulasi. Penyemprotan menggunakan alat semprot
knapsack sprayer dengan volume semprot 500 liter/ha dengan interval dua minggu. Pada musim hujan diperlukan 4-
6 kali penyemprotan.

Penyakit Antraknose (Colletotrichum gloeosporiodes), pengendalian penyakit ini dilakukan dengan cara : 1)
pemangkasan ranting sakit dan pemetikan buah sakit, kemudian dikubur dalam tanah. Pelaksanaan dapat dilakukan
bersamaan saat pemangkasan, pemanenan, maupun pada saat pengambilan buah busuk karena Phytopthora
palmivora; 2) pemberian pupuk kandang sekitar 25 kg per pohon dan pemupukan secara berimbang; 3) pemberian
penaung yang cukup yaitu sekitar 25% untuk tanaman dewasa. Bila menggunakan pohon lamtoro yang tahan kutu
loncat, maka populasi minimum 250 pohon/ ha; 4) melakukan penyemprotan dengan fungisida yang dianjurkan yaitu
fungisida sportak (prokloras) dengan konsentrasi 0,3% formulasi atau dengan belerang sirus dengan dosis 15-20
kg/ha. Penyemprotan diarahkan pada flush yang masih berukuran sekitar 5 cm. Bila tanaman sudah tinggi, maka alat
semprot perlu menggunakan tangkai panjang. Belerang diaplikasikan pagi hari pada saat masih ada embun. Pada
setiap periode flush, dilakukan 2-3 kali penyemprotan dengan interval satu minggu.

Penyakit Vascular Streak Dieback (VSD), penyakit ini dikendalikan dengan cara : 1) memotong ranting dan cabang
tanaman yang terserang sampai bagian yang masih sehat (sekitar 30cm dari batas gejala garis-garis cokelat pada
jaringan yang tampak). Selanjutnya ranting atau cabang yang telah dipotong dibakar atau dipendam dalam tanah; 2)
mengurangi kelembaban kebun antara periode flush pada musim hujan dengan cara pemangkasan tanaman kakao,
tanaman penaung dan memperbaiki saluran drainase.

Penyakit Cocoa Swolen Shoot Virus (CSSV), penyakit ini dikendalikan dengan cara : 1) memotong atau
memusnahkan tanaman yang terinfeksi; 2) menanam bibit yang tahan CSSV seperti Amazone; 3) melakukan
karantina dan sanitasi tanaman secara ketat.

Penyakit Witchers Broom Diseases (WBD), penyakit ini dikendalikan dengan cara : 1) memotong cabang sepanjang
15 cm dari bagian yang terinfeksi kemudian memusnahkannya dengan cara dibakar; 2) membuang buah muda
maupun dewasa yang berbecak/ terserang WBD dan memusnahkannya; 3) menanam bibit yang tahan WBD seperti
Sea 6 dan Sea 12 serta hibridanya yang disilangkan dengan ICS 60.

Penyakit Monila Pod Rod, pengendalian penyakit ini dilakukan dengan menyemprotkan insektisida yang
mengandung tembaga dan sulfur kearah buah yang masih mengalami bercak kecil. Penyemprotan dilakukan satu
kali setiap 10 - 14 hari. Untuk pencegahannya dapat dilakukan dengan cara sanitasi areal pertanaman dan
perumpisan buah terinfeksi.

Sri Puji Rahayu (Penyuluh Pertanian)


Sumber : 1. Petunjuk Teknis Budidaya Kakao, 1995, Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian;
2.Tumpal, HS Siregar, Slamet Riyadi, Laeli Nuraeni, 2002, Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Cokelat, Penebar
Swadaya.

PERLUNYA PEMANGKASAN PADA TANAMAN


KAKAO
Sumber Gambar: http://lovelynia.blogspot.com

Harga kakao dunia yang terus membaik dalam dekade terakhir ini menjadikan kakao sebagai
komoditi primadona. Jenis kakao yang banyak dibudidayakan di perkebunan rakyat di Indonesia
adalah Kakao Criollo (choiced cacao) dan Kakao Forastero (bulk cacao). Untuk mewujudkan
kakao sebagai primadona, maka produksinya harus terus ditingkatkan melalui berbagai
program diantaranya program intensifikasi tanaman. Intensifikasi kakao dapat dilakukan dengan
pemeliharaan tanaman yang baik melalui pemangkasan tanaman.

Secara umum tujuan pemangkasan tanaman kakao adalah untuk : 1) Membentuk kerangka
pertumbuhan tanaman yang baik; 2) Mengatur agar sinar matahari masuk ke dalam tajuk
secara merata, sehingga daun lebih produktif dalam menghasilkan makanan; 3) Meningkatkan
kemampuan tanaman menghasikan buah; 4) Mendorong tanaman membentuk daun baru
sehingga mampu menghasilkan makanan yang lebih banyak; 5) Membuang bagian tanaman
yang tidak dikehendaki (cabang sakit, atau patah, tunas air); 6) Mengurangi resiko serangan
hama dan penyakit.

Ada beberapa jenis pemangkasan pada tanaman kakao yaitu ;1) pemangkas-an tanaman yang
berasal dari semai; 2) pemangkasan tanaman yang berasal dari okulasi; 3) pemangkasan untuk
tanaman pelindung.

Pemangkasan tanaman kakao asal semai. Pemangkasan pada tanaman ini dilakukan dengan
tiga tahap yaitu : (1) pemangkasan bentuk; dilakukan pada tanaman yang belum menghasilkan
(TBM), pada saat tanaman berumur 8 bulan yaitu dengan membuang cabang-cabang yang
lemah hingga tinggal 3-4 cabang saja karena yang dibutuhkan adalah cabang yang simetris
terhadap batang utama, kukuh dan sehat, pertumbuhan tanaman menyebar merata dan
mengarah ke atas. Selanjutnya dua minggu sekali, dilakukan pemangkasan terhadap tunas-
tunas air (chupon) dengan cara memotong tepat di pangkal batang utama; (2) pemangkasan
pemeliharaan, dilakukan secara bertahap setelah pemangkasan bentuk yaitu pada saat
tanaman berumur 18 - 36 bulan, cabang sekunder pada jarak 30-60 cm dari jorquette (letak
tumbuhnya cabang-cabang primer) dibuang, kemudian cabang sekunder berikutnya diperjarang
letaknya satu sama lain dengan cara membuang sebagian cabang sekunder; dan (3) pangkas
produksi, dilakukan untuk membuang cabang-cabang tanaman yang tidak produktif (seperti :
cabang yang tumbuhnya ke arah dalam/ menggantung, cabang kering, cabang yang terserang
hama dan penyakit, cabang yang pertumbuhannya saling melintang/ tindih yang membuat tajuk
pohon terlalu rimbun), pemangkasan ini dilakukan dengan selang waktu 4 (empat) bulan sekali,
Dengan pemangkasan produksi, diharapkan produksi tanaman kakao meningkat karena
cabang-cabang yang tidak produktif berkurang, sehingga mengurangi kelembaban dan
menambah intensitas sinar matahari bagi daun.

Pemangkasan tanaman asal okulasi. Seperti pada tanaman asal semai, pemangkasan pada
tanaman ini juga dilakukan pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan dan
pemangkasan produksi. Pemangkasan bentuk pada tanaman asal okulasi sedikit berbeda
dengan tanaman yang berasal dari semai dimana pertumbuhan cabang-cabangnya keatas
(orthotrop), pertumbuhan tanaman asal okulasi cenderung kesamping (plagiotrop), maka untuk
mengatur pertumbuhannya, dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu : (1) Memberi tajar agar
arah pertumbuhan tunas pokok ke atas, selanjutnya cabang-cabang yang tumbuh ke samping
diatur selang-seling (zig-zag) dan tidak dekat permukaan tanah (> 50 cm). Diupayakan cabang-
cabang yang dipelihara, arah pertumbuhannya ke atas; dan 2) Membiarkan tunas tanaman
tumbuh bebas selama kurang lebih 1 (satu) tahun. Setelah rimbun baru dipilih cabang-cabang
yang arah pertumbuhannya cenderung ke atas; untuk pemangkasan pemeliharaan dan
pangkas produksi, dilakukan seperti cara pemangkasan pada tanaman asal semai.
Pemangkasan tanaman/ pohon pelindung. Ada dua macam pohon pelindung yaitu : 1) pohon
pelindung sementara; dan 2) pohon pelindung tetap. Pemangkasan pada pohon pelindung
sementara. Pohon pelindung sementara, perlu dipangkas (tidak lebih tinggi dari 2,5 m) agar
tidak menutupi tanaman kakao dalam mendapatkan sinar matahari. Rotasi pemangkasan 1
(satu) tahun sekali yaitu pada awal musim hujan, pohon dipangkas sampai ketinggian 50 cm.
Setelah tajuk tanaman kakao saling menutup dan tanaman pelindung tetap sudah berfungsi
dengan baik, maka tanaman pelindung sementara dapat dibongkar. Sisa-sisa pangkasan
diletakkan di pinggiran tanaman kakao agar dapat menekan pertumbuhan gulma dan sekaligus
sebagai sumber hara. Pemangkasan pada pohon pelindung tetap. Pohon pelindung tetap
dipangkas agar dapat berfungsi dalam jangka waktu lama. Pemangkasan dilaksanakan
terhadap cabang-cabang yang tumbuh rendah dan lemah, dengan cabang terendah berjarak 1 -
1,5 m di atas puncak tajuk tanaman kakao. Rotasi pangkasan dilakukan 1 (satu) tahun sekali
pada awal musim hujan. Untuk pohon pelindung tetap yang mempunyai dua cabang utama
sejak awal pertumbuhan, dibiarkan tumbuh sampai berumur satu tahun. Setelah itu salah satu
cabang harus dipotong agar tidak memberikan naungan yang terlalu gelap bagi tanaman kakao.

Sri Puji Rahayu (Penyuluh Pertanian)


Sumber : 1. Petunjuk Teknis Budidaya Kakao, 1995, Direktorat Jenderal Perkebunan,
Departemen Pertanian;
2.Tumpal, HS Siregar, Slamet Riyadi, Laeli Nuraeni, 2002, Budidaya, Pengolahan dan
Pemasaran Cokelat, Penebar Swadaya.

Budidaya Kopi

Sumber Gambar: google.co.id
Untuk memperoleh produksi hasil dan mutu kopi yang baik, selain harus menggunakan
klon/varietas unggul, maka tanaman kopi juga hendaknya dipelihara secara baik,
 

Bahan tanaman

Beberapa varietas kopi yang dianjurkan seperti tercantum pada Tabel 1.


 
 
 
 
 
 
 
 
Tabel 1. Beberapa varietas/klon anjuran tanaman kopi
No Jenis  Varietas/Klon Potensi
. kopi produksi
(kg/ha)
 A. Kopi BP42, BP234, BP288,  800 -
Robusta
BP358, BP409, SA234, 3.700
BP436, BP534, BP936,
SA203
 B. Kopi Kartika-1, Kartika-2,  1.200 -
Arabika USDA-762, Abesiania-3, 1.900
Andungsari-1, S-795,

Sumber: Puslit Koka

Perbanyakan bahan tanaman


Tanaman kopi dapat diperbanyak secara generatif menggunakan benih atau biji maupun
vegetative/klonal. Perbanyakan secara generatif lebih umum digunakan karena mudah dalam
pelaksanaanya, dan membutuhkan waktu lebih singkat dalam penyiapan bibit siap tanam
dibandingkan secara klonal.

Penanaman
Jarak tanam kopi dapat disesuaikan dengan kemiringan tanah. Beberapa contoh penggunaan
jarak tanam (populasi/hektar) bervariasi dari 2 - 2.5 m x 2.5 - 4 m atau populasi 1300 - 2000
pohon per hektar.
Pemupukan
Tujuan pemupukan adalah untuk meningkatkan daya tahan tanamn, produksi dan mutu hasil.
Pemberian pupuk dilakukan harus tepat waktu, dosis dan jenis pupuk serta cara pemberiannya.
Faktor-faktor seperti jenis tanah, iklim dan umur tanaman sangat berpengaruh terhadap
efektifitas pemupukant. Pupuk diberikan sekitar 30-40 cm dari batang pokok. Pedoman umum
pemupukan tanaman kopi seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Pedoman umum pemupukan tanaman kopi

 Umur Awal musim hujan Akhir musim hujan


tanaman (g/ph/th) (g/ph/th)
(tahun)  Ure  SP3 KCl  Kieseri  Ure  SP3 KCl  Kieseri
a 6 t a 6 t
 1  20  25  15  10  20  25  15  10
 2  50  40  40  15  50  40  40  15
 3  75  50  50  25  75  50  50  25
 4  100  50  70  35  100  50  70  35
5-10  150  80  10  50  150  80  10  50
0 0
 >10  200  100  12  70  200  100  12  70
5 5

Sumber : Puslitkoka (2006)

Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan agar pohon tetap rendah sehingga mudah dalam perawatan, termasuk
pengaturan cahaya dan pengendalian hama penyakit. Pemangkasan dapat dilakukan ketika
panen dengan membuang cabang-cabang tidak produktif, cabang liar maupun yang sudah tua.

Tanaman peneduh 
Sebelum benih kopi dipidah-tanamkan di lapangan, lahan harus ditanam pohon peneduh
(penaung). Pohon peneduh harus memiliki persyaratan perakaran yang dalam, percabangan
yang mudah diatur, ukuran daun relatif kecil dan tidak mudah rontok, sehingga kebutuhan
minimal cahaya matahari yang masuk optimal. Selain itu, berumur panjang dan menghasilkan
banyak bahan organik serta tidak menjadi inang hama‐penyakit kopi.

a. Peneduh sementara
Jenis tanaman penaung sementara yang banyak digunakan a.l. Flemingia congesta, Crotalaria
spp, Tephrosia spp. F. congesta cocok untuk daerah dengan tinggi tempat < 700 m dpl.
Sedangkan untuk wilayah ketinggian tempat >1.000 m dapat menggunakan Tephrosia atau
Crotalaria. 
b. Peneduh tetap
Pohon peneduh tetap yang banyak digunakan a.l. lamtoro, sengon, dadap, dan gliricidia. Pohon
peneduh tetap ditanam dengan jarak 2 m x 2,5 m. Dengan dengan semakin besar, secara
bertahap dijarangkan menjadi 4 m x 5 m, dan akhirnya 10 m x 10 m.

Pengendalian hama dan penyakit 


Nematoda. Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis merupakan nematoda endoparasit
yang mobil. Gejala tanaman terserang kerdil, daun menguning dan gugur. Pertumbuhan cabang
primer terhambat, sehingga menghasilkan sedikit bunga, bunga prematur dan banyak yang
kosong. Perakaran serabut membusuk, berwarna coklat atau hitam, dan akhirnya mati.
Pengendalian, secara kimiawi (fumigant: Basamid G, Vapam L); nematisida (Curater 3G,
Vydate 100 AS, Rhocap 10G dan Rugby 10G.), consent. 1,0%, dosis 250 ml/bibit), atau
penggunaan jenis kopi tahan nematoda parasit. 
Penggerek buah kopi, atau bubuk buah kopi (BBK), disebabkan oleh Hypothenemus hampei.
Gejala, serangga masuk ke dalam buah kopi dengan membuat lubang. Serangan pada buah
muda menyebabkan gugur buah, pada buah tua biji kopi cacat (berlubang) dan bermutu
rendah. Pengendalian, secara kultur teknis memutus daur hidup, yaitu petik bubuk, lelesan, dan
racutan.
Penyakit karat daun, disebabkan oleh Hemileia vastatrix B. Gejala bercak‐bercak berwarna
kuning muda pada sisi bawah daun, kemudian menjadi kuning tua. Terbentuk tepung berwarna
jingga cerah (oranye). Daun yang terserang parah akan gugur dan tanaman gundul. 
Penyakit bercak daun, disebabkan oleh jamur Cercospora coffeicola. Gejala, serangan terjadi
pada daun maupun buah. Pengendalian, secara kultur teknis memberi naungan cukup,
pemupukan berimbang dan pengurangan kelembaban udara (pemangkasan dan pengendalian
gulma). Secara kimiawi, penyemprotan Bavistin 50 WP 0,2%, Cupravit OB 21 0,35%, Dithane M
45 80 WP 0,2%, Delsene MX 200 0,2%.

Sumber : Agro Inovasi, Litbang

PENGENDALIAN PENYAKIT KOPI


Penyakit karat daun ( Penyakit HV): Terutama menyerang kopi arabika pada dataran rendah,
disebabkan oleh Cendawan Hemileleia vastatrix,.
Gejala: Bercak-bercak kuning muda pada daun yang berubah menjadi kuning tua dan tertutup
oleh tepung spora, terutama di permukaan daun sebelah bawah. Makin lama bercak membesar
dan menyatu, lalu mengering. Pada serangan berat seluruh pohon tampak kekuningan, lalu
daun gugur, dan pohon mati.

Pengendalian: Tanaman yang terserang parah disemprot dengan Anvil 6650 EC, Beyleton 250
EC dan Benlate, kemudian ditebang dan dibakar. Untuk pencegahan, semprotlah tanaman
dengan fungisida tersebut pada setiap menjelang musim hujan, sekali dalam tiga minggu.
Penyakit jamur upas: Disebabkan oleh Cendawan salmonicolor, terutama menyerang bagian
tanaman yang lembab seperti bagian bawah cabang dan ranting. 
Gejala: Ada millennium tipis berserabut seperti sarang laba-laba, kemudian millennium
membentuk bintil dan berubah menjadi kemerahan. Serangan yamg berlanjut menyebabkan
tanaman mengering, daun layu dan menggantung pada ranting.

Pengendalian: Kurangi kelembaban dengan mengurangi naungan; Olesi fungisida bubur


Bordeaux atau Carnolineum 5 % pada bagian yang terserang; Musnahkan/bakar cabang dan
ranting yang terserang, 
Penyakit Akar hitam dan Akar Cokelat. Penyakit akar hitam disebabkan oleh Cendawan
Rosellina bunodes dan R. arcuata, sedangkan Penyakit akar cokelat disebabkan oleh
Cendawan Fomes
Gejala penyakit akar hitam dan akar cokelat: Daun menguning, layu, dan menggantung,
kemudian berguguran dan akhirnya tanaman mati. 
Pengendalian penyakit akar hitam dan akar cokelat: Bongkar pohon kopi hingga akarnya lalu
dibakar; Beri tepung belerang 200 g pada lobang bekas bongkaran yang dimasukkan ke dalam
tanah, lalu diaduk dan lubang jangan ditanami selama satu tahun; Perbaiki drainase sehingga
air tidak menggenang; Isolasi tanaman yang terserang dengan membuat parit sedalam 1 m
mengelilingi daerah tanaman yang terserang.

Penyakit Becak Cokelat pada daun: disebabkan oleh Cendawan Cercospora cafeicola Berk et
Cooke 
Gejala: Ada bercak cokelat berbentuk lingkaran pada daun , berwarna putih di tengah dan
merah di pinggirnya. Bila menyerang buah, maka buah berwarna hitam , mengeriput, rontok
sebelum waktunya. Kulit buah mengeras.
Pengendalian: kurangi kelembaban kebun dengan mengurangi naungan, pangkas bagian
tanaman kopi yang tidak produktif, penjarangan bibit, perbaiki drainase, pangkas dan bakar
bagian tanaman yang terserang, semprot dengan fungisida Benlate, Benlate T20/20 WP dan
Dithane M-45 80 WP dengan dosis sesuai anjuran.
Penyakit Mati Ujung: Disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia
Gejala: Daun pada ranting yang terserang akan menguning dan gugur, kemudian ranting mati
dimulai dari bagian ujung.

Pengendalian: Pangkas ranting yang terserang (pemangkasan dilakukan pada bagian ranting
yang masih sehat), kemudian hasil pangkasan dibakar atau dikubur; Semprot seluruh tanaman
dengan fungisida.
Penyakit Embun Jelaga: Disebabkan oleh cendawan Root-down
Gejala: Cendawan menyerang tanaman ang banyak dikerumuni kutu dompolan atau kutu hijau.
Daun yang terserang akan tertutup lapisan hitam seperti jelaga.

Pengendalian: Daun dilap dengan kain bersih hingga warna hitam menghilang.
Penyakit Bercak Hitam pada Buah: Disebabkan oleh cendawan Cephaleuros coffea.
Gejala: Kulit buah yang belum matang timbul bercak-bercak hitam yang kemudian melebar
hingga seluruh kulit buah mengering dan berwarna hitam. Pada bercak kemudian tumbuh
rambut halus yang ujungnya terdapat butiran spora berwarna merah.
Pengendalian: Semprot dengan fungisida bila buah di kebun masih sangat muda, namun bila
buah sudah tua sebaiknya dipetik saja kemudian direbus untuk diolah secara kering, dan bakar
buah yang terserang.

Oleh Sri Wijiastuti, Penyuluh Pertanian Madya.


Sumbrer: KOPI, BUDIDAYA & PENANGANAN PASCA PANEN. Oleh Ir. Sri Najiyati dan Ir.
Danarti. 2004.
PEMANGKASAN PADA TANAMAN KOPI

Sumber Gambar: karokab.go.id.

Pemangkasan
pada batang dan cabang bertujuan agar tanaman kopi tidak terlalu tinggi , tidak
terlalu rimbun dan teratur, sehingga tidak mudah terserang penyakit, buah yang
dihasilkan lebih banyak dan mudah dalam melakukan pemanenan.

Pemangkasan
dilakukan pada awal atau akhir musim penghujan setelah pemupukan, menggunakan
gergaji untuk memangkas batang yang cukup besar dan gunting pangkas untuk
memangkas batang atau cabang yang agak kecil.

Tahap  pemangkasan kopi:  pemangkasan pembentukan tajuk, pemangkasan


pemeliharaan/pemangkasan produksi, pemangkasan cabang primer dan pemangkasan
peremajaan.

Pemangkasan pembentukan tajuk:  dapat dibedakan menjadi pemangkasan untuk


membentuk tajuk berbatang tunggal dan tajuk berbatang ganda.

Pemangkasan
tajuk berbatang tunggal:  Hanya satu
batang saja yang dibiarkan tumbuh dan membentuk cabang primer  Pemangkasan ini banyak
dilakukan oleh
perusahaan besar. 

Pemangkasan
tajuk berbatang ganda:  Banyak dilakukan
oleh rakyat pada tanaman kopi robusta yang diusahakan di dataran rendah.  Dengan
pemangkasan ini akan terbentuk satu
tungggul  (batang utama) yang menyangga
beberapa cabang reproduksi. 

Pemangkasan pemeliharaan (pemangkasan


produksi):  Bertujuan untuk
membuang cabang yang tidak dikehendaki, cabang yang sakit, dan cabang yang tdak
produktif.  Pemangkasan pemeliharaan ini
dibedakan menjadi pemangkasan berat dan pemangkasan ringan (wiwilan). 

Pemangkasan
berat dilakukan terhadap wiwilan cabang primer yang sudah tua dan tidak produktif,
cabang primer dan bagian lain yang yang terserang hama penyakit, cabang cacing,
cabang balik, cabang liar serta daun-daun dan cabang mongering.  Pemangkasan ini dilakukan
setelah panen dan
diulangi lagi setiap tiga builan sekali. 

Pemangkasan
ringan (wiwilan) dilakukan untuk membuang wiwilan yang tidak dikehendaki
menggunakan tangan,  dilakukan sebulan
sekali pada musim kemarau dan dua bulan sekali pada musim hujan. 

Pemangkasan cabang primer: Bertujuan


untuk merangsang terbentuknya cabang sekunder dan mencegah pertumbuhan cabang
primer yang terlalu panjang, sehingga dapat menghasilkan buah yang banyak dan
kontinyu. 

Cara
pemangkasan cabang primer: Dilakukan dengan system kapstok dan system
seleksi.  Sistem kapstok umumnya hanya
dilakukan untuk tanaman berbatang tunggal, sedangkan system seleksi dapat untuk
tanaman berbatang tunggal maupun ganda.
Pemangkasan peremajaan:  Dilakukan terhadap tanaman yang sudah tua dan
tidak produktif (produk kurang dari 400 kg/ha/th dan bentuk tajuk sudah tidak
menentu.   Pemangkasan ini bertujuan untuk mengganti
tajuk tanaman lama dengan tajuk baru yang masih muda dan produktif.  Peremajaan dilakukan
setelah panen raya atau
pada akhir musim kemarau mejelang musim hujan. 
Sekitar dua minggu sebelum pemangkasan harus diberi pupuk agar batang
baru tumbuh sempurna.

Pelaksanaan
peremajaan:  Peremajaan dapat dilakukan
terhadap seluruh tanaman di kebun atau tanaman tertentu saja.  Peremajaan menyeluruh
dilakukan apabila
minimum 50% tanaman di kebun sudah  
rusak atau tua.  Peremajaan
menyeluruh ini dapat dilakukan secara serentak atau secara bertahap.  Apabila dilakukan
secara bertahap, maka
peremajaan tahap pertama dilakukan terhadap 50% tanaman yang tua dan tahap
kedua  dilakukan terhadap sisanya pada
tahun berikutnya.

Metode pemangkasan
peremajaan:  terdapat dua cara yaitu
pemangkasan batang dan pemangkasan cabang.

Cara pemangkasan
peremajaan pada batang:  1) bumbun
tanaman setinggi 30-40  cm sebelum
dipangkas agar bagian bawah tidak tumbuh wiwilan.; 2)pangkas batang  5 cm di atas
bumbunan. Namun bila peremajaan
hanya selektif, maka pangkas batang pada ketinggian sekitar 100 cm agar tinggi
tanaman dapat menyamai tanaman yang lain; 3) wiwilan yang dibiarkan tumbuh
hanya sekitar 3 wiwilan yang tumbuhnya berhadapan , letaknya paling atas, dan
paling kuat. Untuk membentuk tanaman berbatang tunggal, pelihara satu wiwilan,
sedangkan untuk membentuk tanaman berbatang ganda, pelihara 2 wiwilan; 4)
sambung wiwilan yang dipelihara dengan klon kopi lain yang lebih unggul atau
dibiarkan tumbuh agar menjadi batang baru yang lebih muda.   
Pemangkasan
peremajaan pada cabang (siwingan):1)pangkas seluruh cabang primer pada satu
sisi hingga ke pangkal, dan cabang yang masih tersisa dibiarkan berbuah2) Pada
sisi tanaman yang dipangkas akan tumbuh wiwilan baru, pilihlah 1-2 wiwilan yang
terbaik yang terletak pada ketinggian 30-40 cm;3) Setelah buah pada cabang
primer dipanen, pangks batang primer 5 cm di atas wiwilan yang dipelihara.
Wiwilan yang tumbuh setelah pemangkasan harus segera dipangkas lagi; 4) wiwilan
yang dipelihara dapat disambung dengan klon kopi lain yang lebih unggul atau
dibiarkan tumbuh menjadi batang baru yang lebih muda.

Oleh : Sri
Wijiastuti, Penyuluh Pertanian Madya

Sumber: KOPI, BUDIDAYA & PENANGANAN PASCA


PANEN. Oleh Ir. Sri Najiyati dan  Ir.
Danarti. 2004.

PERSYARATAN TUMBUH DAN BAHAN TANAMAN


CENGKEH

Persyaratan Tumbuh

Cengkeh (Syzygium aromaticum L Merr & Perry) merupakan tanaman rempah yang sangat
penting dan dibutuhkan. Pada mulanya, cengkeh hanya dipergunakan untuk obat-obatan,
namun dalam perkembangannya pemanfaatan cengkeh menjadi lebih luas, yaitu sebagai
rempah-rempah, bahan baku industry farmasi, kosmetika, parfum, sumber eugenol dan yang
terbesar sebagai bahan baku industry rokok kretek.
Untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik, tanaman cengkeh memerlukan persyaratan
lingkungan tumbuh yang spesifik. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tanaman
cengkeh antara lain adalah iklim, ketinggian tempat, dan jenis tanah.

Iklim 
Tanaman cengkeh adalah tanaman tropis. Unsur iklim yang cukup menentukan terhadap
tingginya produktivitas tanaman cengkeh adalah curah hujan. Curah hujan yang optimal untuk
perkembangan tanaman cengkeh adalah 1500 - 2500 mm/tahun atau 2500 - 3500 mm/tahun.
Iklim dan pembungaan tanaman mempunyai hubungan yang saling berkaitan karena untuk
keluranya bunga diperlukan suatu hormon yang pembentukannya dirangsang oleh factor iklim.
Untuk keluarnya bunga pada tanaman cengkeh diperlukan musim yang agak kering tanpa hujan
sama sekali dan penyinaran matahari yang agak terik. Bila keadaan iklim ini tidak mendukung,
maka bunga baru akan keluar pada ranting-ranting yang sekurang-kurangnya telah mengalami
dua masa pertumbuhan vegetative setelah pembungaan yang terakhir.

Ketinggian Tempat
Tanaman cengkeh dapat dibudidayakan di dataran rendah sampai dataran tinggi, namun akan
lebih produktif apabila di tanam di dataran rendah. Tanaman ini masih dapat berproduksi pada
ketinggian tempat 0-900 m di atas permukaan laut (dpl). Namun demikian makin tinggi tempat
maka produksi bunga makin rendah, tetapi pertumbuhan makin subur. Ketinggian tempat yang
optimal untuk pembungaan tanaman cengkeh berkisar 200-600 m dpl.

Tanah
Tanah yang sesuai adalah tanah yang gembur, lapisan olah minimal 1,5 m dan kedalaman air
tanah lebih dari 3 m dari permukaan tanah serta tidak ada lapisan kedap air. Jenis tanah yang
cocok antara lain andosol, latosol, regosol dan podsolik merah. Selain jenis tanah, kemasaman
tanah (pH) ikut berperan dalam hal memacu pertumbuhan tanaman. Kemasaman tanah yang
optimum berkisar antara 5,5 - 6,5. Apabila pH tanah lebih rendah atau lebih tinggi maka
pertumbuhan tanaman cengkeh akan terganggu karena penyerapan unsure hara oleh akar
menjadi terhambat.

Persiapan Bahan Tanaman

Untuk menghasilkan bibit cengkeh yang bermutu, bahan tanaman perlu dipersiapakan dengan
baik sejak dini, mulai dari pemilihan pohon induk, benih, persemaian sampai pembibitan.

Tipe Pohon Induk


Tipe cengkeh yang banyak dibudidayakan di Indonesia antara lain Zanzibar, Sikotok, dan
Siputih. Namun, yang banyak disukai oleh masyarakat adalah jenis Zanzibar karena
produktivitasnya lebih tinggi. Ciri-ciri jenis cengkeh Zanzibar adalah: Produksi tinggi, Bunga
berwarna agak merah dengan jumlah pertandan > 15 bunga, Daun pucuk berwarna mearah
muda, tangkai daun dan cabang berwarna hujau tua dengan permukaan yang mengkilat, dan
Tajuk rimbun, percabangan tidak membentuk sudut sehingga daun-daun banyak yang terletak
dekat permukaan tanah

Persyaratan Pohon Induk

Pada umumnya cengkeh dikembangkan secara generative melalui biji yang diperoleh dari
pohon induk yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: Sehat, Berumur ≧ 15 tahun, Bentuk
mahkota bagus (penutupan tajuk 80%), Hasil rata-rata terus naik, Jauh dari tipe cengkeh
lainnya, Tidak terlindungi, Percabangan cukup banyak, Batang utamatunggal, dan Bebas hama
penyakit. (Oleh Nanik Anggoro P (BBP2TP)

Anda mungkin juga menyukai