Anda di halaman 1dari 10

MATERI PENDAMPINGAN

BUDIDAYA TANAMAN

TEKNIK BUDIDAYA
TANAMAN MARKISA

Oleh :
Novita Datau

DESA WANAGIRI
KECAMATAN SUKASADA
KABUPATEN BULELENG - BALI
2017
I. LATAR BELAKANG

Markisa (Passiflora edulis Sims.) merupakan salah satu buah yang memiliki
kandungan vitamin C, mempunyai rasa asam. Markisa banyak dibudidayakan di daerah
tropis, termasuk di Indonesia. Manfaat markisa bagi kesehatan manusia, menjadikannya
memiliki nilai yang tinggi dan kesegaran rasa markisa menjadi buah yang digemari
masyarakat selain dikonsumsi langsung markisa juga dapat dibuat jus, sari buah atau sering
ditambahkan pada minuman-minuman buah lainya untuk menambah rasa dan aroma yang
khas (Ahmad, 1999).
Tanaman markisa memiliki prospek untuk dikembangkan, ha1 ini dapat dilihat dari
meningkatnya permintaan masyarakat dalam dan luar negeri akan buah markisa. Adanya
peningkatan jumlah penduduk, peningkatan kesadaran gizi masyarakat di Indonesia
menunjukkan permintaan akan buah-buahan termasuk di dalamnya buah markisa akan
meningkat pada masa mendatang, sedangkan dari luar negeri permintaan ekspor sari buah
markisa datang dari Brunei, Eropa, Singapura dan Amerika (Verheij, 1997).
Tujuan dari budidaya tanaman markisa ini adalah untuk mendapatkan hasil untuk
konsumsi sendiri berupa buah segar atau diolah menjadi olahan makanan lainnya maupun
untuk dijual ke dalam dan luar negeri. Penjualan ke luar negeri diharapkan dapat
meningkatkan volume ekspor markisa. Kedepannya budidaya tanaman markisa ini juga
dapat dijadikan sebagai kebun wisata untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

II. MATERI PROGRAM

A. Budidaya Manggis
1. Perbanyakan dengan Biji
Tanaman markisa biasanya tumbuh dari biji. Untuk memperoleh bibit yang baik dari
biji, diperlukan buah yang matang dipohon dengan cirri-ciri kulit buah berwarna keungu-
unguan atau kira-kira 75 % ungu (jenis passiflora edulis Sims), berwarna kekuning-
kuningan atau kira-kira 60 % kuning untuk jenis P. Flavicarva. Buah tersebut dipetik
langsung dari pohon kemudian disimpan selama satu atau dua minggu sampai buak
berkerikut dan matang sempurna sebelum bijinya dikeluarkan. Bila biji segera disemaikan,
maka akan berkecambah Selma 2-3 minggu. Bila lendir yang meletak pada biji dibersihkan
dan disimpan akan menurunkan daya kecambah.
Persemaian dapat dilakukan pada bak-bak pesemian atau bedengan, tergantung
kebutuhan. Bak semai dapat terbuat dari kayu atau bak plastic. Bedengan dengan lebar 1 m,
panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan. Media pesemaian dapat berupa campuran
pasir/sekam + pupuk kandang + tanah dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Pada media pesemaian
dibuat larikan-larikan kecil berjarak + 7-10 cm. Jarak semai di dalam larikan diusahakan
tidak terlalu rapat (3-4 cm). Tempat pesemaian diberi naungan untuk melindungi bibit dari
sinar matahari dan hujan yng berlebihan. Pada umur 4 minggu setelah semai, bibit disapih
atau dipindahkan kekantong plastic hitam (polybag) berukuran 10 x 15 cm yang berisi
media pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 2 : 1. Pada tiap polibag ditanam 1
bibit. Bibit tersebut ditempatkan ditempat teduh dan disiram setiap hari.
2. Perbanyakan dengan Grafting
Selain dengan biji, markisa juga dapat diperbanyak dengan cara, grafting (sambung),
atau stek. Bagian tanaman yang akan dijadikan stek baiknya diambil dari tanaman yang
cukup tua dan berkayu, ruasnya 3-4. Bibit dari stek yang berakar siap ditanam pada umur 90
hari. Pengakaran stek dapat dipercepat dengan perlakuan hormon.
Penyambungan memegang peranan penting terutama dalam melestarikan spesies-
spesies hibrida dn mengurangi kerusakan Karen serngan nematode dan penyakit dengan
menggunkan batang baeaw jenis markisa P. flavicarva. Mata tunas (entries) diambil dari
cabang yang sehat, sebaiknya dari tanaman yang sudah tua. Diameter entries disesuaikan
dengan diameter batang bawah. Cara penyambungannya dapat dengan sambungan celah
atau sambungan samping.
B. Persiapan Lahan
Lahan yang akan ditanami markisa, terlebih dahulu dibersihkan dari tanaman
pengganggu atau gulam. Pada lahan yang kelerengannya >15 %, pembersihan gulma perlu
dilakukan secara hati- hati karena peluang terjadinya erosi cukup tinggi. Pengolahan tanah
sebaiknya dilakukan mengikuti garis contour dan dilakukan seminimal mungkin (minimum
tillage). Pada tempat- tempat tertentu dibuat teras dan sebaiknya diatasnya dapat ditanami
tanaman penguat teras atau pecan ternak seperti rumput gajah, rumput raja, gamal, yang
sekaligus dapat mencegah erosi.
C. Jarak Tanam dan Penanaman
Setelah tanaman pengganggu dibersihkan, selanjutnya dibuat lubang tanam dengan
jarak 3 x 3 m atau 2 x 4 m , atau 3 x 5 m tergantung pola tanamnya. Bila akan dilakukan
penanaman tanaman sela diantara tanaman markisa maka sebaiknnya dipakai jarak tanam
renggang, misalnya 3 x 4 m, 3 x 5 m. Bila markisa ditanam secar monokultur, maka dipakai
jarak tanam rapat, misalnya 2 x 3 m. Lubang tanam dibuat mengikuti garis kontur (tanah
berlereng). Jarak tanam yang digunakan adalah 2 x 5 m, yaitu 2 m jarak antara baris
tanaman dan 5 m jarak antar tanaman. Tanah digali dengan ukuran 50 x 40 x 40 cm. Tanah
bagian atas dicampur dengan pupuk kandang ± 20kg, kemudian dimasukkan kedalam
lubang kembali dan dibiarkan selama beberapa hari.
Penanaman sebaiknnya dilakukan pada musim hujan untuk menghindari terjadinya
stres karena kekurangan air. Selama tanaman masih muda (0-7) bulan, pada setiap pohon
diberi ajir dan diikat dengan tali pada ajir terebut. Penyiraman disesuaikan dengan keadaan
cuaca.
D. Pengairan
Pada musim kemarau, tanaman perlu diairi sehingga tanaman tetap dapat berbuah.
Pada lahan dengan pengairan teknis pengairan dapat dilakukan dengan penggenangan
sampai kira- kira mencapai kapasitas lapang, dilakukan sekali seminggu. Sedang pada lahan
yang tidak tersedia pengairan teknis, pengairan dapat dilakukan dengan membuat tempa-
tempat penampungan air, seperti kolam, drum, kemudian diambil dengan ember dengan
volume penyiraman 5-7 liter per pohon, dilakukan dua kali seminggu.
E. Pemupukan
Agar produktivitas tanaman markisa dapat dipertahankan (jumlah dan kualitas),
diperlukan hara tambahan, baik melalui tanah maupun lewat daun. Karena dalam 2 sampai 3
tahun, produktivitas tanaman akan menurun bila tidak dilakukan suplai hara. Hal- hal yang
perlu diperhatikan dalam memupuk tanaman markisa adalah :
a. Umur dan fase pertumbuhan tanaman
b. Kesuburan tanah yang akan dipupuk.dalam hal ini diperlukan data hasil analisis
tanah pada lokasi penanaman.
Kedua faktor tersebut akan menentukan tingkat efektifitas pemupukan, karena terkait
dengan jenis, jumlah, cara dan waktu pemberian pupuk. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa tanaman markisa memerlukan pupuk organic dan anorganik (buatan).
Jenis, dosis, waktu dan cara aplikasi pupuk yang dianjurkan pada tanaman markisa asam
(passiflora edulis sims) :
a. Pupuk Kandang 10 kg / pohon 2 minggu sebelum tanam. Dicampur dengan tanah
saat menggali lubang tanam
b. NPK (15:15:15) 1.000 g/ pohon 3 kali setahun (selang 4 bulan) Diberikan
melingkari lubang tanaman ± 20 cm dari pohon
c. Urea 500 g /pohon 2 kali setahun (awal dan akhir musim hujan) Diberikan dalam
larikan ± 15 cm dari pohon
d. TSP 400 g / pohon 2 kali setahun (awal dan akhir musim hujan) Diberikan dalam
larikan ± 15 cm dari pohon
e. KCL 300 g/ pohon 2 kali setahun (awal dan akhir musim hujan) Diberikan dalam
larikan ± 15 cm dari pohon
f. Pupuk Kandang 50-75 kg / pohon Awal musim hujan Disebarkan dekat pohon
g. Urea 300 g/ pohon Awal musim hujan Dalam larikan
h. KCL 150 g/ pohon Awal musim hujan Dalam larikan
F. Pembuatan Para-para
Tanaman markisa merupakan tanaman merambat. Oleh karena itu untuk memperoleh
produksi yang optimal, diperlukan rambatan (para- para) yang sesuai. Para- para ini dapat
dibuat dari bambu (batang, tajuk) atau kawat dengan menggunakan sistem T (gambar 3).
Pada pertanamn dipekarangan, sebaiknya ramabatan dibuat dengan sistem para- para.
Ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk pertanaman skala luas, tiang rambatan
sebaiknya dipakai tiang- tiang dari kayu yang tahan terhadap hujan dan tidak disukai rayap
atau dapat pula dipakai kayu hidup seperti gamal/glirisida. Tinggi tiang ± 2,5 m dan
ditanam di dalam tanah sedalam 50 cm.jarak antara satu tiang dengan tiang berikutnya 3-5
m.
G. Pemangkasan
Pemangkasan pada tanaman markisa memegang peranan penting karena dengan
pemangkasan produktivitas tanaman dapat ditingkatkan. Pemangkasan hendaknya dipilih
pada waktu pertumbuhan baru terlihat (keluar tunas pada pucuk baru). Selanjutnya setelah
buah dipungut, pemangkasan dilakukan pula untuk membuang cabang- cabang yang mati
dan daun- daun yang kering. Pemotongan cabang yang panjang perlu pula dilakukan,
terutama untuk meransang keluarnya cabang buah lebih banyak. Cabang yang dibiarkan
tumbuh adalah 4 cabang utama. Pemangkasan ini dimaksudkan agar tanaman markisa dapat
gerbunga dan berbuah secara terus- menerus.
H. Pola Tanam
Meskipun dapat ditanam secara monokultur, akan tetapi lebih menguntungkan
dilakukan penanaman dengan cara tumpang sari antara markisa dengan tanaman sayuran.
Beberapa jenis tanaman sayuran yang cocok diusahakan diantara tanaman markisa adalah
tomat, kentang, kubis, buncis, dan brokoli.
I. Hama, Penyakit, dan Pengendalian
1. Hama
Hama yang banyak menyerang tanaman markisa adalah:
a. Kutu Daun (Macrosphun sp)
Kutu berwarna hijau dengan bagian kepala berwarna merah kekuning- kuningan, dada
berwarna coklat dan pada bagian punggung terdapat garis melintang kebelakangberwarna
hijau gelap. Kutu berukuran kecil, panjang tubuh berkisar 2-2,5 mm. kutu menerang tunas
atau daun- daun muda dengan cara mengisap cairan tanaman, sehingga helaian daun
mengalami perubahan bentuk, memilin dan berkeriput.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan sanitasi kebun dan pemeliharaan
tanaman yang baik, misalnya dengan pemupukan yang tepat dan berimbang.
b. Hama Pemakan Daun
Bentuk kepala memanjang menyerupai moncong, alat mulutnya terdapat pada
moncong tersebut. Kumbangnya berukuran kecil, panjang tubuh kira- kira 5-10 mm,
berwarna hitam kebiru- biruan. Kumbang ini memakan tunas- tunas daun muda sehingga
daun berlubang- lubang.
c. Kutu Buluh Putih
Kutu buluh putih menyerang batang dan ranting- rnting tanaman. Kutu buluh putih
secara bergerombol menyelimuti seluruh permukaan tanaman yang terserang dan secara
langsung mengisap cairan tanaman pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan sanitasi
kebun dan pemeliharaan tanaman yang teratur.
2. Penyakit
Penyakit utama yang menyerang tanaman markisa adalah :
a. Penyakit Bercak Coklat
Penyakit ini pertama kali dilaporkan menyerang tanaman markisa diindonesia pada
tahun 1964. Patogen menyerang batang, cabang, tangkai daun, daun dan buah. Serangannya
ditandai oleh adanya bercak bercak coklat pada bagian tanaman yang terserang. Pada daun
mula-mula terdapat bercak kecil, bulat berwarna coklat tua dan tembus cahaya, kemudian
membesar, bagian tengahnya berwarna coklat muda. Pusat bercak menunjukkan gejala
nerkotik dan warnanya berubah jadi besar. Pada serangan yang berat dapat menyebabkan
tanaman gundul karena daunnya gugur. Pada batang/cabang yang terserang jug timbul
bercak berwarna coklat dan memanjang. Jika bercak ini mengelilingi batang, maka cabang
yang lebih muda disebelahnya akan mongering dan mati. Buah yang terinfeksi juga terdapat
bercak berwarna coklat dan bagian yang terserang menjadi busuk. Konidium Alternaria
passiflorae dapat disebarkan melalui angin atau hujan dari buah, daun yang sakit atau yang
gugur.
Patogen ini sangat cepat berkembang apabila cuaca lembab dan panas. Di Kabupaten Gowa
dan Sinjai serangan berat biasanya terjadi menjelang musim hujan dan pada musim hujan.
Pada waktu menjelang musim hujan, kelembaban udara cukup tinggi karena mendung,
tetapi hujan belum turun. Menurut pengalaman petani searngan penyakit ini menyebabkan
tanaman cepat mati (umur 3 tahun) dan produksinya dapat menurun hingga 40 %. Tingkat
serangan penyakit ini cukup tinggi yaitu mencapai 60%. Dari 6 kultivar (umur 6 bulan)
yang ditanam dikabupaten sinjai (1500 m dari permukaan laut), nampaknyan hanya kultivar
ungu gowa dan ungu sinjai yabg kurang terserang(kurang dari 10%). Sedang kultivar ungu
polmas, ungu brastagi, ungu toraja, dan ungu enrekang terserang lebih dari 50%.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan : (a) mengatur tajuk tanaman agar
tidak terlalu rapat dengan p[emangkasan yang teratur, (b) memangkas/membuang bagian
tanaman yang terserang kemudian membakarnya (c) pemakaian fungisida meneb + zineb,
menkozeb dengan konsentrasi 0.25%.
b. Penyakit Embun Jelaga
Cendawan capnadium sp ini membentuk lapisan berwarna hitam, kering, tipis, merata
sehingga permukaan daun tertutup. Pathogen ini secara langsung tidak mengakibatkan
kerugian yang berarti bagi tanaman, tetapi dapat mneghambat terjadinya aktivitas yang
berlangsung pada daun seperti fotosintesis dan transpirasi sehingga perkembangan tanaman
terhambat. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan sanitasi kebun dan
penggunaan rambatan dan pemangkasan agar tajuk tanaman tidak saling menaungi.
c. Penyakit Bercak Diplodia
Pada tanaman yang terserang, terutama pada batang terdapat bercak- bercak coklat
yang menyebabkan batang kering dan buah menjadi keriput. Tangkai buah yang terserang
berwarna coklat tua dan membusuk. Pembusukan lebih lanjut pada permukaan bagian
tanaman yang terserang menyebabkan terbentuknya banyak badan buah jamur yang
membentuk spora berwarna hitam. Pembusukan yang terjadi pada buah mengakibatkan
buah menjadi lunak dan berair. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan membuang bagian
tanaman yang terserang dan dibakar.
d. Penyakit Busuk Pangkal Batang
Beberapa jenis cendawan yang dilaporkan menyebabkan penyakit busuk pangkal
batang (coolar rot) di malaysia, fuji, queesland, adalah Phitophora cinnamomi dan P.
Nicotianae. Di indonesia penyakit ini ditemukan di sumatera utara. Tanaman yang terserang
layu, menguning dan daun- daunnya gugur. Kulit pangkal batang diatas permukaan tanah
pecah- pecah. Jika kulit dikelupas, tampak adanya pembusukan yang berwarna coklat
kemerahan yang meluas keatas. Cendawan ini terutama menyerang dikebun- kebun yang
berdrainase jelek. Cendawan menginfeksi akar- akar yang halus dengan spora kembara, atau
dapat juga terjadi pada pangkal batang diatas permukaan tanah melalui luka- luka karena
alat- alat pertanian. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan (a) pembuatan saluran drainase
sehingga air tidak tergenang (b) sanitasi kebun (c) penggunaan para- para dari pucuk bambu
dan dikombinasikan dengan fungisida provineb 56% + oksidil 10%.
e. Antraknose Pada Daun
Serangan dimulai pada pinggir daun dengan gejala daun menguning, kemudian
berubah warna menjadi putih kelabu pada sebagian besar tepi daun, sehingga dun kelihatan
seperti terbakar. Pada permukaan daun terdapat bintik- bintik hitam yang merupakan
aservuli cendawan yang dalam suasana lembab akan membentuk massa konidium. Dibawah
mikroskop terlihat cendawan dengan ciri konidium berbentuk oval, bening dan bersel satu.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan mencegah kelembaban yang terlalu
tinggi pada tanaman,misalnya dengan pembuatan para- para yang baik dan jarak tanam yang
tidak rapat.
f. Periconia sp
Cendawan ini mempunyai konidia yang berwarna gelap, berbentuk panjang, lurus,
dan bersel satu. gejala serangan ditandai dengan adanya bercak- bercak kuning pada batang
yang akhirnya berwarna cokolat. Cendawan ini bersifat parasit atau saprofit pada berbagai
jenis tanaman.
g. Penyakit Buah Berkayu
Pada tanaman yang terserang nampak gejela pada daun- daun muda yaitu belang-
belang hijau atau kuning, berpola mosaik atau bercak cincin atau kadang- kadang
berlubang. Daun ukurannya lebih kecil dari biasanya. Buah menunjukkan gejela berkayu,
lebih kecil, permukaannya kasar dan tertutup oleh tonjolan- tonjolan bergabus. Penyakit
yang disebabkan oleh virus ini dapat menular melalui alat alat pertanian, serangga maupun
gulma.
Penyakit dapat dikendalikan dengan (a) membersihkan (sanitasi) gulma didalam ataupun di
sekitar kebun unutk mengurangi sumber inokulum (b) pembibitan jauh dari kebun markisa,
atau tanaman kacang maupun tanaman labu.
J. Pemanenan
Panen dilakukan setelah buah berumur 120-140 hari sejak bunga muncul atau 85-95
setelah bunga mekar (p. edulis sims). Indicator yang dapat dipakai unutk menentukan
tingkat ketuaan buah adalah :
1. Warna kulit buah telah berubah dari hijau ungu menjadi kuning (passiflora
vlaficarva)
2. Buah muda yang berwarna hijau muda berubah menjadi hijau kekuning kuningan.
Selain dengan warna kulit buah, saat panen yang tepat dapat ditandai dengan mengerutnya
tangkai buah dan keluarnya warna yang khas.

III. ANGGARAN BIAYA


Perkiraan analisis budidaya manggis seluas 1 hektar pada populasi 50 tanaman selama
1 tahun. Dengan UMP Bali 2017 Rp 1.956.727,-
Tabel 1. Biaya Produksi Budidaya Markisa Selama 1 Tahun
Biaya Harga
Nama Barang Kebutuhan Jumlah (Rp)
Produksi Satuan (Rp)
Bibit Bibit markisa 50 30.000 1.500.000
Pupuk Urea 65 kg 10.000 650.000
  NPK 150 kg 20.000 3.000.000
  Pupuk kandang 3000 kg 2.500 7.500.000
  TSP 40 kg 12.000 480.000
  KCl 40 kg 6.500 260.000
Fungisida merk Cabrio Top
Pestisida - 60.000 120.000
60WG (250 gram)
Fungisida merk Tridex 80
- 60.000 120.000
WP (1000 gram)
Alat Cangkul 2 buah 30.000 60.000
  Sprayer 1 buah 400.000 400.000
  Sabit 2 buah 40.000 80.000
  Golok 2 buah 50.000 100.000
  Gunting pangkas 3 buah 50.000 150.000
  Gergaji Pangkas 2 buah 100.000 200.000
  Tiang Bambu 50 buah 1.000 50.000
  Tali rafia 1 ball 150.000 150.000
  Kawat merk Twist Tie (15 m) 150 m 9.000 90.000
  Ember 5 buah 35.000 175.000
Tenaga
Pembuatan lubang tanam 5 HOK 78.300 391.500
kerja
  Pemupukan 5 HOK 78.300 391.500
  Penanaman 5 HOK 78.300 391.500
Lain-lain Biaya tak terduga 10%   1.625.950
  Total (Rp) 17.885.450
IV. DAFTAR ISI
Ahmad. (1999). Nilai Kandungan Gizi Markisa. Diakses tanggal 21 juli 2012.
http://eemoo-esprit.blogspot.com.
Andarwulan, N., dan Koswara, S. (1989). Kimia Vitamin. Jakarta: Rajawali Press.
Hal. 32-35, 44, 235.
Anonim. (2003). Markisa. Diakses tanggal 21 agustus 2012.
http://www.iptek.net.id/ind/warintek/pengolahan pangan idx.php.markisa.
Anonim. (2008). Tanaman Markisa. Diakses tanggal 10 juni 2012.
http://www.Phytochemicals info/plants/passion-fruit.php.
Badan Litbang Pertanian. (1989), Pembuatan Sirup Buah. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta. Hal. 2.
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. (1989). Analisa Bahan Makanan
dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty. Hal. 165-166.

Anda mungkin juga menyukai