Anda di halaman 1dari 7

Budidaya Markisa

http://edysuyitno10.blogspot.com/2012/03/budidaya-markisa.html

Deskripsi
Markisa tergolong ke dalam tanaman genus Passiflora, berasal dari daerah tropis dan sub
tropis di Amerika.

Nama lain yang dikenal untuk buah ini antaranya maracujá (Portugis), maracuyá (Spanyol),
Passion Fruit (Inggris), Granadilla (Amerika Selatan dan Afrika Selatan), Pasiflora (Israel),
Lilikoʻi (Hawaii), dan Lạc tiên, Chanh dây atau Chanh leo (Vietnam). Di Indonesia terdapat
dua jenis markisa, yaitu markisa ungu (passiflora edulis) yang tumbuh di dataran tinggi, dan
markisa kuning (passiflora flavicarva) yang tumbuh di dataran rendah. Beberapa daerah
yang menjadi sentra produksi markisa ini antara lain Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan.
Sementara itu, ada pula varian markisa yang tumbuh di daerah Sumatera Barat yang disebut
sebagai markisa manis (passiflora edulis forma flavicarva).
 

Perbanyakan Tanaman

1. Perbanyakan dengan biji


Tanaman markisa biasanya tumbuh dari biji. Untuk memperoleh bibit yang baik dari biji,
diperlukan buah yang matang dipohon dengan cirri-ciri kulit buah berwarna keungu-unguan
atau kira-kira 75% ungu (jenis passiflora edulis Sims), berwarna kekuning-kuningan atau
kira-kira 60% kuning untuk jenis P. Flavicarva. Buah tersebut dipetik langsung dari pohon
kemudian disimpan selama satu atau dua minggu sampai buak berkerikut dan matang
sempurna sebelum bijinya dikeluarkan. Bila biji segera disemaikan, maka akan berkecambah
Selma 2-3 minggu. Bila lendir yang meletak pada biji dibersihkan dan disimpan akan
menurunkan daya kecambah.
Persemaian dapat dilakukan pada bak-bak pesemian atau bedengan, tergantung kebutuhan.
Bak semai dapat terbuat dari kayu atau bak plastic. Bedengan dengan lebar 1 m, panjangnya
disesuaikan dengan kebutuhan. Media pesemaian dapat berupa campuran pasir/sekam
ditambah pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1:1:1. pada media pesemaian
dibuat larikan-larikan kecil berjarak 7-10 cm. Jarak semai di dalam larikan diusahakan tidak
terlalu rapat (3-4 cm). Tempat pesemaian diberi naungan untuk melindungi bibit dari sinar
matahari dan hujan yng berlebihan. Pada umur 4 minggu setelah semai, bibit disapih atau
dipindahkan ke kantong plastik hitam (polybag) berukuran 10x15 cm yang berisi media
pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 2:1. Pada tiap polybag ditanam 1 bibit.
Bibit tersebut ditempatkan di tempat teduh dan disiram setiap hari.

2. Perbanyakan dengan Grafting

Selain dengan biji, markisa juga dapat diperbanyak dengan cara, grafting (sambung), atau
stek. Bagian tanaman yang akan dijadikan stek baiknya diambil dari tanaman yang cukup tua
dan berkayu, ruasnya 3-4. Bibit dari stek yang berakar siap ditanam pada umur 90 hari.
Pengakaran stek dapat dipercepat dengan perlakuan hormon.
Penyambungan memegang peranan penting terutama dalam melestarikan spesies-spesies
hibrida dn mengurangi kerusakan Karen serngan nematode dan penyakit dengan
menggunkan batang baeaw jenis markisa P. flavicarva. Mata tunas (entries) diambil dari
cabang yang sehat, sebaiknya dari tanaman yang sudah tua. Diameter entries disesuaikan
dengan diameter batang bawah. Cara penyambungannya dapat dengan sambungan celah
atau sambungan samping.
 
Pemilihan kebun Kebun yang akan ditanami markisa hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan agroekologi varietas yang akan ditanam. Letaknya dipilih yang strategis, mudah
dijangkau, pengangkutan sarana produksi dapat dilakukan dengan mudah, dekat dengan
pasar, tenaga kerja didaerah tersebut cukup tersedia, dan dekat dengan sumber air. Kalau
kondisi ini terpenuhi, maka biaya produksi dapat ditekan.

Penyiapan lahan
Lahan yang akan ditanami markisa, terlebih dahulu dibersihkan dari tanaman pengganggu
atau gulam. Pada lahan yang kelerengannya >15%, pembersihan gulam perlu dilakukan
secara hati-hati karena peluang terjadinya erosi cukup tinggi. Pengolahan tanah sebaiknya
dilakukan mengikuti garis contour dan dilakukan seminimal mungkin (minimum tillage).
Pada tempat-tempat tertentu dibuat teras dan sebaiknya diatasnya dapat ditanami
tanaman penguat teras atau pecan ternak seperti rumput gajah, rumput raja, gamal, yang
sekaligus dapat mencegah erosi.
Jarak tanam
Setelah tanaman pengganggu dibersihkan, selanjutnya dibuat lubang tanam dengan jarak
3x3m atau 2x4m, atau 3x5m tergantung pola tanam nya. Bila akan dilakukan penanaman
tanaman sela diantara tanaman markisa maka sebaiknnya dipakai jarak tanam renggang,
misalnya 3x4m, 3x5m. bila markisa ditanam secar monokultur, maka dipakai jarak tanam
rapat, misalnya 2x3m. lubang tanam dibuat mengikuti garis contour(tanah berlereng). jarak
tanam yang digunakan adalah 2x5 m, yaitu 2 m jarak antara baris tanaman dan 5 m jarak
antar tanaman. Dengan demikian jumlah tanamannya adalah 1.000 pohon per ha.  Tanah
digali dengan ukuran 50x40x40 cm. tanah bagian atas dicampur dengan pupuk kandang
±20kg, kemudian dimasukkan kedalam lubang kembali dan dibiarkan selama beberapa hari.
Penanaman sebaiknnya dilakukan pada musim hujan untuk menghindari terjadinya styress
karena kekurangan air. Selama tanaman masih muda (0-7)bulan, pada setiap pohon diberi
ajir dan diikat dengan tali rafiah pada ajir terebut. Penyiraman disesuaikan dengan keadaan
cuaca.

Pengairan
Pada musim kemarau, tanaman perlu diairi sehingga tanaman tetap dapat berbuah. Pada
lahan dengan pengairan teknis pengairan dapat dilakukan dengan penggenangan sampai
kira-kira mencapai kapasitas lapang, dilakukan sekali seminggu. Sedang pada lahan yang
tidak tersedia pengairan teknis, pengairan dapat dilakukan dengan membuat tempa-tempat
penampungan air, seperti kolam, drum, kemudian diambil dengan ember dengan volume
penyiraman 5-7 liter per pohon, dilakukan dua kali seminggu.

Pemupukan
Agar produktivitas tanaman markisa dapat dipertahankan (jumlah dan kualitas), diperlukan
hara tambahan, baik melalui tanah maupun lewat daun. Karena dalam 2 sampai 3 tahun,
produktivitas tanaman akan menurun bila tidak dilakukan suplai hara. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam memupuk tanaman markisa adalah :

1. Umur dan fase pertumbuhan tanaman


2. Kesuburan tanah yang akan dipupuk.dalam hal ini diperlukan data hasil analisis
tanah pada lokasi penanaman.

Kedua faktor tersebut akan menentukan tingkat efektifitas pemupukan, karena terkait
dengan jenis, jumlah, cara dan waktu pemberian pupuk. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa tanaman markisa memerlukan pupuk organic dan anorganik (buatan).
Jenis, dosis, waktu dan cara aplikasi pupuk yang dianjurkan pada tanaman markisa asam
(passiflora edulis sims) dicantumkan pada tabel berikut :

Jenis Pupuk Waktu Pemupukan Cara Pemupukan


Dosis per Tahun
Pupuk Kandang 2 minggu Dicampur dengan tanah
10 kg /pohon sebelum tanam saat menggali lubang tanam
NPK (15:15:15) 3 kali setahun Diberikan melingkari lubang tanaman
1.000 g /pohon (selang 4 bulan) ±20 cm dari pohon
Urea 2 kali setahun (awal & Diberikan dalam larikan
500 g /pohon akhir musim hujan) ±15 cm dari pohon
TSP 2 kali setahun (awal & Diberikan dalam larikan
400 g /pohon akhir musim hujan) ±15 cm dari pohon
KCL 2 kali setahun (awal & Diberikan dalam larikan
300 g/ pohon akhir musim hujan) ±15 cm dari pohon
Pupuk Kandang Awal musim hujan Disebarkan dekat pohon
50-75 kg /pohon
Urea Awal musim hujan Dalam larikan
300 g /pohon
KCL Awal musim hujan Dalam larikan
150 g /pohon

Pembuatan Para-Para 
Tanaman markisa merupakan tanaman merambat. Oleh karena itu untuk memperoleh
produksi yang optimal, diperlukan rambatan (para-para) yang sesuai. Para-para ini dapat
dibuat dari bambu (batang, tajuk) atau kawat. Pada pertanamn dipekarangan, sebaiknya
ramabatan dibuat dengan sistem para-para. Ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan.
Untuk pertanaman skala luas, tiang rambatan sebaiknya dipakai tiang-tiang dari kayu yang
tahan terhadap hujan dan tidak disukai rayap atau dapat pula dipakai kayu hidup seperti
gamal/glirisida. Tinggi tiang ±2,5 m dan ditanam di dalam tanah sedalam 50 cm, jarak antara
satu tiang dengan tiang berikutnya 3-5 m.

Pemangkasan
Pemangkasan pada tanaman markisa memegang peranan penting karena dengan
pemangkasan produktivitas tanaman dapat ditingkatkan. Pemangkasan hendaknya dipilih
pada waktu pertumbuhan baru terlihat (keluar tunas pada pucuk baru). Selanjutnya setelah
buah dipungut, pemangkasan dilakukan pula untuk membuang cabang-cabang yang mati
dan daun-daun yang kering. Pemotongan cabang yang panjang perlu pula dilakukan,
terutama untuk meransang keluarnya cabang buah lebih banyak. Cabang yang dibiarkan
tumbuh adalah 4 cabang utama. Pemangkasan ini dimaksudkan agar tanaman markisa
dapat gerbunga dan berbuah secara terus-menerus.

Pola Tanam
Meskipun dapat ditanam secara monokultur, akan tetapi lebih menguntungkan dilakukan
penanaman dengan cara tumpang sari antara markisa dengan tanaman sayuran. Beberapa
jenis tanaman sayuran yang cocok diusahakan diantara tanaman markisa adalah tomat,
kentang, kubis, buncis, brokoli, dengan R/C ratio masing-masing secara berturut-turut
1,26:1,21:1,44:1,47:1,44.
 
Hama, Penyakit dan Pengendaliannya
Hama
Hama yang banyak menyerang tanaman markisa adalah:

a. Kutu Daun (Macrosphun sp)


Kutu berwarna hijau dengan bagian kepala berwarna merah kekuning-kuningan, dada
berwarna coklat dan pada bagian punggung terdapat garis melintang kebelakangberwarna
hijau gelap. Kutu berukuran kecil, panjang tubuh berkisar 2-2,5 mm. kutu menerang tunas
atau daun-daun muda dengan cara mengisap cairan tanaman, sehingga helaian daun
mengalami perubahan bentuk, memilin dan berkeriput.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan sanitasi kebun dan pemeliharaan tanaman
yang baik, misalnya dengan pemupukan yang tepat dan berimbang.

b. Hama Pemakan Daun


Bentuk kepala memanjang menyerupai moncong, alat mulutnya terdapat pada moncong
tersebut. Kumbangnya berukuran kecil, panjang tubuh kira-kira 5-10 mm, berwarna hitam
kebiru-biruan. Kumbang ini memakan tunas-tunas daun muda sehingga daun berlubang-
lubang.

c. Kutu Buluh Putih


Kutu buluh putih menyerang batang dan ranting-rnting tanaman. Kutu buluh putih secara
bergerombol menyelimuti seluruh permukaan tanaman yang terserang dan secara langsung
mengisap cairan tanaman pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan sanitasi kebun
dan pemeliharaan tanaman yang teratur.

Penyakit
Penyakit utama yang menyerang tanaman markisa adalah :

1. Penyakit Bercak Coklat (Alternaria passiflorae)


Penyakit ini pertama kali dilaporkan menyerang tanaman markisa diindonesia pada tahun
1964. Patogen menyerang batang, cabang, tangkai daun, daun dan buah. Serangannya
ditandai oleh adanya bercak bercak coklat pada bagian tanaman yang terserang. Pada daun
mula-mula terdapat bercak kecil, bulat berwarna coklat tua dan tembus cahaya, kemudian
membesar, bagian tengahnya berwarna coklat muda. Pusat bercak menunjukkan gejala
nerkotik dan warnanya berubah jadi besar. Pada serangan yang berat dapat menyebabkan
tanaman gundul karena daunnya gugur. Pada batang/cabang yang terserang jug timbul
bercak berwarna coklat dan memanjang. Jika bercak ini mengelilingi batang, maka cabang
yang lebih muda disebelahnya akan mongering dan mati. Buah yang terinfeksi juga terdapat
bercak berwarna coklat dan bagian yang terserang menjadi busuk. Konidium Alternaria
passiflorae dapat disebarkan melalui angin atau hujan dari buah, daun yang sakit atau yang
gugur.
Patogen ini sangat cepat berkembang apabila cuaca lembab dan panas. Di Kabupaten Gowa
dan Sinjai serangan berat biasanya terjadi menjelang musim hujan dan pada musim hujan.
Pada waktu menjelang musim hujan, kelembaban udara cukup tinggi karena mendung,
tetapi hujan belum turun. Menurut pengalaman petani searngan penyakit ini menyebabkan
tanaman cepat mati (umur 3 tahun) dan produksinya dapat menurun hingga 40 %. Tingkat
serangan penyakit ini cukup tinggi yaitu mencapai 60%. Dari 6 kultivar (umur 6 bulan) yang
ditanam dikabupaten sinjai (1500 m dari permukaan laut), nampaknyan hanya kultivar ungu
gowa dan ungu sinjai yabg kurang terserang(kurang dari 10%). Sedang kultivar ungu polmas,
ungu brastagi, ungu toraja, dan ungu enrekang terserang lebih dari 50%.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan : (a) mengatur tajuk tanaman agar tidak
terlalu rapat dengan p[emangkasan yang teratur, (b) memangkas/membuang bagian
tanaman yang terserang kemudian membakarnya (c) pemakaian fungisida meneb+zineb,
menkozeb dengan konsentrasi 0.25%.
2. Penyakit Embun Jelaga (Capnadium sp)
Cendawan capnadium sp ini membentuk lapisan berwarna hitam, kering, tipis, merata
sehingga permukaan daun tertutup. Pathogen ini secara langsung tidak mengakibatkan
kerugian yang berarti bagi tanaman, tetapi dapat mneghambat terjadinya aktivitas yang
berlangsung pada daun seperti fotosintesis dan transpirasi sehingga perkembangan
tanaman terhambat.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan sanitasi kebun dan penggunaan
rambatan dan pemangkasan agar tajuk tanaman tidak saling menaungi.

3. Penyakit Bercak Diplodia (Diplodia sp)


Pada tanaman yang terserang, terutama pada batang terdapat bercak-bercak coklat yang
menyebabkan batang kering dan buah menjadi keriput. Tangkai buah yang terserang
berwarna coklat tua dan membusuk. Pembusukan lebih lanjut pada permukaan bagian
tanaman yang terserang menyebabkan terbentuknya banyak badan buah jamur yang
membentuk spora berwarna hitam. Pembusukan yang terjadi pada buah mengakibatkan
buah menjadi lunak dan berair. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan membuang bagian
tanaman yang terserang dan dibakar.

4. Penyakit busuk pangkal batang


Beberapa jenis cendawan yang dilaporkan menyebabkan penyakit busuk pangkal batang
(coolar rot) di malysia,fuji, queesland, adalah phitophora cinnamomi dan p. nicotianae B de
Han Var. parastica. Di indonesia penyakit ini ditemukan di sumatera utara. Tanaman yang
terserang layu, menguning dan daun-daunnya gugur. Kulit pangkal batang diatas permukaan
tanah pecah-pecah. Jika kulit dikelupas, tampak adanya pembusukan yang berwarna coklat
kemerahan yang meluas keatas. Cendawan ini terutama menyerang dikebun-kebun yang
berdrainase jelek. Cendawan menginfeksi akar-akar yang halus dengan spora kembara, atau
dapat juga terjadi pada pangkal batang diatas permukaan tanah melalui luka-luka karena
alat-alat pertanian. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan (a) pembuatan saluran drainase
sehingga air tidak tergenang (b) sanitasi kebun (c) penggunaan para-para dari pucuk bambu
dan dikombinasikan dengan fungisida provineb 56%+oksidil 10%.

5. Antraknose pada Daun (gloesporium sp)


Serangan dimulai pada pinggir daun dengan gejala daun menguning, kemudian berubah
warna menjadi putih kelabu pada sebagian besar tepi daun, sehingga dun kelihatan seperti
terbakar. Pada permukaan daun terdapat bintik-bintik hitam yang merupakan aservuli
cendawan yang dalam suasana lembab akan membentuk massa konidium. Dibawah
mikroskop terlihat cendawan dengan ciri konidium berbentuk oval, bening dan bersel satu.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan mencegah kelembaban yang terlalu tinggi
pada tanaman,misalnya dengan pembuatan para-para yang baik dan jarak tanam yang tidak
rapat.

6. Periconia sp
Cendawan ini mempunyai konidia yang berwarna gelap, berbentuk panjang, lurus, dan
bersel satu. gejala serangan ditandai dengan adanya bercak-bercak kuning pada batang
yang akhirnya berwarna cokolat. Cendawan ini bersifat parasit atau saprofit pada berbagai
jenis tanaman.
7. Penyakit Buah Berkayu
Pada tanaman yang terserang nampak gejela pada daun-daun muda yaitu belang-belang
hijau atau kuning, berpola mosaik atau bercak cincin atau kadang-kadang berlubang. Daun
ukurannya lebih kecil dari biasanya. Buah menunjukkan gejela berkayu, lebih kecil,
permukaannya kasar dan tertutup oleh tonjolan-tonjolan bergabus. Penyakit yang
disebabkan oleh virus ini dapat menular melalui alat alat pertanian, serangga maupun
gulma.
Penyakit dapat dikendalikan dengan (a) membersihkan (sanitasi) gulma didalam ataupun di
sekitar kebun unutk mengurangi sumber inokulum (b) pembibitan jauh dari kebun markisa,
atau tanaman kacang maupun tanaman labu.
 
Panen
Tanaman markisa yang berasal dari buah mulai berbuah setelah berumur 9-10 bulan,
sedangkan yang berasal dari stek, mulai berbuah lebih awal, yaitu sekitar 7 bulan. Warna
buah yang pada mulanya berwarna hijau muda, akan berubah menjadi ungu tua (edulis)
atau kuning (flavicarpa) ketika masak. Sejak pembungaan diperlukan waktu 70-80 hari untuk
menjadi buah masak. Buah yang masak akan terlepas dengan sendirinya dari tangkainya dan
jatuh di atas tanah. Untuk mendapatkan kualitas sari buah yang baik, buah markisa harus
dipanen minimal 75% tingkat kematangan Sari buah markisa ungu mempunyai rasa lebih
manis dan beraroma lebih kuat dari pada markisa kuning. Produksi markisa ungu dari
perkebunan rakyat bervariasi antara 5-10 ton ha per tahun, padahal produksi tersebut dapat
ditingkatkan sampai 15 ton per ha per tahun. Dengan menggunakan sambung pucuk antara
markisa kuning sebagai batang bawah dan markisa ungu sebagai batang atas, produksi
markisa diharapkan akan meningkat antara 20-30 ton per ha per tahun  

Anda mungkin juga menyukai