Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN HAYATI

ACARA

“EKSPLORASI CENDAWAN PATOGEN GULMA”

Oleh :

Nama : Shinta Fitria

NPM : E1J019080

Shift : Senin, 10.00 – 12.00 Wib

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTNIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyebab rendanya hasil suatu tanaman dalam budidaya yaitu diakibatkan karena
adanya gulma,yaitu tanaman yang menyebabkan adanya persaingan unsur hara dalam
suatu lahan tersebut.
Gulma ialah spesies tumbuhan yang bersoasiasi dengan tanaman budidaya dan
beradaptasi pada habitat buatan manusia.Gulma dikenal dizona ilmu pertanian karena
bersaing dengan tanaman budidaya dalam habitat buatan tersebut,gulma kebanyakan dari
golongan herba ,namun ada juga sebagai semak dan pohon.
Gulma merupakan tanaman yang tidak dikehendaki kehadiranya dalam suatu lahan
pertanian karena dapat menurunkan hasil dari suatu tanaman yang dibudidayakan.oleh
karena itu pengendalian gulma perlu dilakukan diantaranya yaitu pengendalian secara
kimia ,biologi dan secara mekanik.dalam pengendalian gulma secara biologi yaitu
pengendalian yang memanfaatkan mikroorganisme lain yang dapt menyerang atu
menekan pertumbuhan gulma.diantaranya seperti patogen ,parasit,serangga pemakan
giulma.
Beberapa patogen dapat dijadikan suatu agensia hayati untuk mengendalikan gulma
yaitu dengan menjadikan gulma sebagai inangnya.

1.2. Tujuan
Mengenal cendawan patogen gulma
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki oleh manusia.
Keberadaan gulma menyebabkan terjadinya persaingan antara tanaman utama dengan gulma.
Gulma yang tumbuh menyertai tanaman budidaya dapat menurunkan hasil baik kualitas
maupun kuantitasnya (Widaryanto, 2010). Gulma mempunyai kemampuan bersaing yang
kuat dalam memperebutkan CO2, air, cahaya matahari dan nutrisi. Pertumbuhan gulma dapat
memperlambat pertumbuhan tanaman (Singh, 2005). Beberapa penelitian terkait gulma
adalah Brown dan Brooks (2002) yang menyatakan bahwa gulma menyerap hara dan air
lebih cepat dibanding tanaman pokok. Gulma berpengaruh langsung pada pertumbuhan dan
hasil tanaman kedelai. Persaingan antara gulma dan tanaman dalam mengambil unsur hara
dan air dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan
kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas(Asyik,2019).

Gulma dalam ekosistem pertanian terbagi atas penggangu dan non pengganggu.
Refugia merupakan area tumbuhan gulma yang tidak mengganggu karena perannya sebagai
mikrohabitat yang menyediakan tempat berlindung secara spasial dan/atau temporal bagi
musuh alami hama, seperti predator dan parasitoid, serta mendukung komponen interaksi
biotik pada ekosistem, seperti polinator atau serangga penyerbuk (Keppel et al., 2012).
Tanaman refugia mempunyai potensi menyokong mekanisme sistem yang meliputi perbaikan
ketersediaan makanan alternatif seperti nektar, serbuk sari, dan embun madu; menyediakan
tempat berlindung atau iklim mikro yang digunakan serangga predator untuk bertahan
melalui pergantian musim atau berlindung dari faktorfaktor ekstremitas lingkungan atau
pestisida; dan menyediakan habitat untuk inang atau mangsa alternatif (Landis et al.,2000).

Pengendalian hayati merupakan pengendalian yang menggunakan patogen tanaman


seperti jamur, bakteri atau mikroorganisme lainnya (Charudattan, 2001). Salah satu agen
pengendalian hayati yang sering digunakan adalah golongan jamur karena, jamur paling
umum ditemukan pada umbuhan dan mempunyai sifat merusak, mampu diproduksi dalam
jumlah banyak, dapat diformulasikan serta dapat diaplikasikan pada tumbuhan secara
langsung (Fauzi & Murdan, 2009).
Mikroorganisnme seperti bakteri juga berpotensi untuk mengendalikan gulma. Bakteri
yang berperan sebagai bioherbisida biasanya mengeluarkan senyawa yang dapat mematikan
bagi tanaman inangnya, senyawa yang sering dijumpai berupa fitotoksin (Hoagland et al.,
2007). Salah satu bakteri yang mampu memproduksi fitotoksin adalah bakteri Pseudomonas
syringae pv. tagetis (PST) yang dapat menyebabkan klorosis (Charudattan et al., 1976).
Pengendalian gulma dengan menggunakan bakteri masih jarang dilakukan ataupun diteliti.
Oleh karena itu perlu dilakukan eksplorasi bakteri patogen gulma M. vaginalis untuk
menemukan bakteri yang berpotensi sebagai bioherbisida.( Widhikinasih,2014)
BAB III
METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di tempat tinggal masing-masing dan pengambilan


sampelnya saya lakukan di depan Laboraturium TIP

3.2. Bahan dan Alat

3.2.1. Bahan

Bahan yang digunakan yaitu suatu jenis gulma yang terserang penyakit.

3.2.2. Alat

Alat yang digunakan yaitu alat tulis kerja dan kamera

3.3.Prosedur Kerja

1. Mengambil sampel tanaman yang terserang patogen dengan tingkat kerusakan 25


%
2. Bagian gulma yang terserang patogen di dokumentasikan
3. Menentukan nama gulma yang terinfeksi Tersebut
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.2. Pembahasan

Dari hasil observasi di Lahan praktikum di temukan suatu patogen yang menyerang
gulma dengan ciri ciri batannya mengalami busuk kering dan daunnya kuning terdapat
bercak.Gulma ini di indonesia umumnya dikenal dengan sebutan kentangan ,dan nama
latinya Borreria alata .Gulma kentangan ini tumbuh di lahan praktikum jagung.Jenis patogen
yang menyerang gulma tersebut belum di ketahui karena untuk mengetahuinya perlu
melakukan pengujian dilaboratorium.
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang sudah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa terdapat musuh
alami dari gulma .gulma Borreria alata tergolong dalam gulma daun lebar yang tumbuh
didataran yang terserang patogen dengan batang busuk dan daun bercak
DAFTAR PUSTAKA

Brown, K. and K. Brooks. (2002). Bushland Weeds: a Practical Guide to their Management,

Environmental Weeds Action Network (WA) Inc. Perth WA. p.102

Charudattan, R. 2001. Biological control of weeds by means of plant pathogens:significance

for integrated weed management in modern agroecology. BioControl 46:229-260.

Fauzi, M T & Murdan. 2009. Peranan jamur patogen sekunder dalam meningkatkan

kemampuan biokontrol jamur karat (Puccinia sp) pada gulma teki (Cyperus rotundus).

Crop Agro 2(2):152 – 157.

Keppel, G., K.P. Van Niel, G.W. Wardell-Johnson, C.J. Yates, M.Byrne, L. Mucina, A.G.T.

Schut, S.D. Hopper, dan S.E. Franklin. (2012). “Refugia: Identifying and

understanding safe havens for biodiversity under climate change.” Global Ecology
and Biogeography 21 (4): 393–404. doi:10.1111/j.1466- 8238.2011.00686.x.

Landis, D.A., S.D. Wratten, dan G.M. Gurr. (2000). “Habitat Management to Conserve

Natural Enemies of Arthropod Pests in Agriculture.” Annu. Rev. Entomol. 45: 175–

201.

Nur, Asyik.A. dan Zamrin Jamdin .2019.Refugia Ditinjau Dari Konsep Pengganggu Dan
Upaya Konservasi Musuh Alami.Jurnal Biology Scikik dan Kudcation. Vo 8.No 1.
Singh, S. (2005). Effect of establishment methods and weed management practices on weeds
and rice in ricewheat cropping system. Indian J. Weed Sci. 37 (2): 524 - 527.
Widaryanto, E. (2010). Teknologi Pengandalian Gulma. Fakultas Pertanian. Universitas
Brawijaya. Malang.
Widhikinasih,Hanif.dkk,2014. DAYA HAMBAT FITOTOKSIN BAKTERI PATOGEN

PADA GULMA WEWEHAN (Monochoria vaginalis Burm.F . Presi ).Jurnal Berkala


Ilmiah PERTANIAN. Volume 10, Nomor 10 , hlm 1-2.

Anda mungkin juga menyukai