Agen antagonis adalah cendawan yang dapat menekana/mengurangi kepadatan inokulum atau aktivitas patogen dalam menimbulkan penyakit baik dalam bentuk aktif maupun fase dorman ( istirahat ). Cendawan Trichoderma sp dan Glicaladium sp yang terbukti efektif menyuburkan tanaman dan mampu mengendalikan beberapa penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh cendawan Fusarium sp, Phytium sp, Rhizoctonia solani, dll. Glicaladium sp Trichoderma sp Mekanisme antagonis patogen tumbuhan
1. antibiosis/lisis = terjadinya penghambatan atau
penghancuran suatu organisme oleh senyawa metabolik beracun 2. Kompetisi = persaingan terhadap inang dan hara 3. Hiperparasitisme = mekanisme dimana suatu agens antagonis ini dapat terjadi melalui satu atau lebih mekanisme antagonisme. Beberapa jenis organisme antagonis dari cendawan tular tanah umumnya dari genus Trichoderma, Gliocladium, Streptomyces, Bacillus, dan Actiomycetes Contoh mekanisme agen antagonis Interaksi antagonis antara Trichoderma dengan fungi lain (Ganoderma spp., Rigidoporus microporus, Rhizoctonia spp., Fusarium sp. dan Sclerotium rolfsii.), secara tradisional diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu antibiosis, mikoparasitisme dan kompetisi, namun kemampuan antagonistik Trichoderma bersifat mikoparasit hiperparasit. Mekanisme pengendaliannya terjadi dengan cara membelit atau tumbuh di sepanjang hifa inang (fungi patogen) dan membentuk struktur semacam kait yang membantu penetrasi ke dalam dinding sel inang. Penetrasi dinding sel inang oleh Trichoderma dilakukan dengan bantuan enzim pendegradasi dinding sel fungi yang dimilikinya seperti kitinase, glukanase, dan protease, selanjutnya fungi ini menggunakan isi hifa inang sebagai sumber makanan Jamur Fusarium oxysporum merupakan patogen yang dapat menyebabkan penyakit busuk batang pada tanaman vanili. Adanya pembusukan pada jaringan batang tersebut merupakan ciri khas dari penyakit busuk batang. Gejala khas dari serangan patogen pada pangkal batang mengakibatkan pangkal batang menjadi berwarna hitam. Salah satu cara untuk mengendalikannya yaitu menggunakan agen pengendali hayati berupa bakteri antagonis yaitu isolat bakteri AKT7. Bakteri antagonis merupakan salah satu agen pengendali hayati yang menghasilkan suatu senyawa yang dapat digunakan untuk mengendalikan jamur-jamur patogen yang menyebabkan penyakit pada tumbuhan. Penggunaan agen hayati menjadi alternatif yang tepat untuk mengendalikan patogen penyebab penyakit pada tanaman. Rigidoporus microporus merupakan patogen penyebab penyakit jamur akar putih (JAP) pada karet yang sangat sulit untuk dikendalikan. Penggunaan jamur antagonis diharapkan mampu mengendalikan patogen tersebut karena memiliki kemampuan penghambatan melalui mekanisme kompetisi, antibiosis, atau parasitisme dengan menghasilkan antibiotik tertentu berupa senyawa kimia yang mudah menguap (volatile) dan tidak menguap (non volatile) atau lytic enzyme (kitinase, protease, dan glukanase), parasitisme dengan melilit hifa patogen, dan induksi ketahanan tanaman . Jamur antagonis yang digunakan adalah Trichoderma virens, T. hamatum, T. amazonicum, Eupenicillium javanicum, Penicillium simplicissimum, P. citrinum, P. pinophilum, Paecilomyces lilacinus, Aspergillus fijiensis, dan Hypocrea atroviridis Penyakit busuk batang tanaman buah naga memiliki pengaruh pada produktivitas buah naga tersebut. Penyakit ini disebabkan oleh fungi patogen yang menginfeksi tanaman sehingga yang menyebabkan bercak kuning hingga mengalami pembusukan. Fungsi endofit memiliki potensi sebagai agen hayati yang efektif untuk mengendalikan patogen. Mekanisme penghambat oleh isolat Fusarium sp. Terjadi secara antibiotis yang didifusikan kedalam media agar sehingga terbentuk zona bening. Sedangkan Mucor sp menghambat fungi patogen dengan mekanisme petisi mikoparasit. Fungi endofit dapat melindungi tumbuhan inang dari serangan patogen dengan senyawa yang dikeluarkan berupa senyawa metabolit sekunder sebagai pembunuh patogen. Salah satu kendala dalam produksi tanaman kentang yaitu penyakit layu yang diakibatkan oleh patogen Ralstonia solanacearum. Serangan R. Solanacearum menyebabkan daun-daun muda layu yang diikuti dengan layu pada seluruh bagian tanaman. Rhizobakteri merupakan bakteri yang berkolonisasi di daerah perakaran dan membentuk hubungan simbiotik terhadap tanaman. Rhizobakteri seringkali disebut sebagai plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) untuk memicu pertumbuhan tanaman. Rhizobakteri dapat dimanfaatkan sebagai agens hayati. Penggunaan PGPR sebagai agens hayati patogen tular tanah merupakan strategi alternatif dari pengendalian penyakit Pseudomonas kelompok fluorescens merupakan bakteri antagonis yang banyak dimanfaatkan sebagai agensia hayati baik untuk jamur maupun bakteri patogen. tanaman. Pseudomonas fluorescens P60 merupakan salah satu strain bakteri antagonis yang telah menunjukkan kemampuannya di dalam mengendalian beberapa patogen tanaman, khususnya patogen tulartanah, baik in vitro, in planta, maupun in vivo. P. fluorescens P60 mempunyai sifat “Plant Growth Promoting Rhizobacteria” (PGPR). Pseudomonas fluorescens P60, baik dalam bentuk supernatan maupun suspensi, mampu meningkatkan senyawa fenol (tanin, saponin, dan glikosida) di dalam jaringan tanaman, menurunkan intensitas penyakit layu Fusarium, menekan laju infeksi, menurunkan kepadatan akhir patogen, meningkatkan kepadatan antagonis akhir dan meningkatkan tinggi tanaman, bobot kering akar, dan bobot buah per tanaman