Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TANAMAN PERKEBUNAN (AGH341)

PEMELIHARAAN TANAMAN KARET MENGHASILKAN

PRAKTIKUM JUMAT

Oleh:
Kelompok 2

Rosalina Fitriyah A24160099


Abdurarahman Gabriel A24160126
Ferina Kusuma Ratih G24160003
Pandu Ahmad H34170102
Jansen Alfredo Silaban I34160021
Isnaeni Alfi Kurnia I34160035

Dosen :
Dr. Ir. Hariyadi, M.S.
Dr. Ir. Supijatno, M.Si.
Ir. Adolf Pieter Lontoh, M.S.
Hafith Furqoni, S.P.,M.Si

Asisten:
Hasbihudaya Alif

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan luas areal perkebunan karet terbesar
di dunia yaitu 3.4 juta hektar diikuti Thailand seluas 2.6 juta hektar dan Malaysia
1.02 juta hektar. Luasnya areal perkebunan yang dimiliki oleh Indonesia tidak
diikuti oleh produksi yang tinggi. Produksi karet Indonesia tercatat sebesar 2.7
juta ton berada dibawah produksi Thailand yang mencapai 3.1 juta ton dan diatas
produksi karet Malaysia mencapai 1.1 juta ton (BPS 2012). Hasil produksi karet
tidak seimbang dengan luasan lahan yang dimiliki oleh Indonesia, luasan lahan
menduduki peringkat pertama sedangkan produksi yang dihasilkan berada pada
peringkat kedua. Hal ini menunjukkan bahwa ada banyak faktor yang menjadi
penyebab rendahnya produksi karet.

Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang


menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi
Indonesia,sehingga memiliki prospek yang cerah.Oleh karena itu upaya
peningkatan produktivitas usaha tani karet terus dilakukan terutama dalam bidang
teknologi budidayanya (Anwar 2001).Tanaman karet memasuki periode Tanaman
Menghasilkan (TM) setelah lilit batangnya mencapai ukuran minimal 45 cm pada
ketinggian 1 m di atas pertautan (kaki gajah). Kriteria tersebut umumnya dicapai
pada umur sekitar 6 tahun setelah tanam, tergantung kondisi pemeliharaan badan
Jenis klon yang akan menentukkan laju pertumbuhan lilit batang per tahun
(Setyamidjaja 1993).Pemeliharaan tanaman karet TM ditujukkan untuk
mengkondisikan pertumbuhan vegetatif tanaman selalu dalam kondisi optimal
sehingga berproduksi tinggi secara berkesinambungan dengan umur ekonomi
yang lama.Pada umumnya umur ekonomi tanaman karet sekitar 30 tahun
(Deptan 2006).

Peningkatan produktivitas tanaman karet sangat perlu dilakukan, melihat


prospek dan pengembangan agribisnis karet sangat bagus. Perkebunan karet di
Indonesia dalam pengembangannya dikelola oleh rakyat, perkebunan negara, dan
perkebunan swasta. Salah satu langkah yang perlu dilakukan dalam peningkatan
produktivitas tanaman karet adalah dengan menerapkan praktik pertanian sesuai
dengan rekomendasi dari balai penelitian tanaman karet, terutama pada kagiatan
pemeliharaan tanaman khususnya pemupukan. Pemeliharaan tanaman karet
meliputi kegiatan pembuangan tunas palsu, pembuangan tunas cabang,
perangsangan percabangan dengan beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu
pembuangan ujung tunas, penutupan ujung tunas, pengguguran daun, pengikatan
batang, dan pengeratan batang. Selain itu, kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
adalah pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, serta pemupukan
tanaman mulai dari tanaman belum menghasilkan (TBM), hingga tanaman
menghasilkan (TM) (Disbun 2010).
Pemeliharaan yang utama harus dilakukan adalah pembersihan gulma dan
pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu upaya pemeliharaan karet yang
berfungsi pada penyediaan unsur hara yang cukup bagi tanaman. Pemeliharaan
sangat perlu dilakukan terutama bagi tanaman karet yang umumnya ditanam pada
tanah miskin hara. Selain itu, pemupukan juga merupakan salah satu kegiatan
kultur teknis dalam budi daya tanaman karet. Menurut Siregar dan Suhendry
(2013) efektivitas dan efisiensi pemupukan sangat tergantung pada manajemen
atau pengelolaannya di lapangan, yang nantinya akan sangat berperan dalam
menentukan berbagai proses menuju realisasi produksi.Pemupukan yang tidak
tepat merupakan salah satu penyebab terlambatnya matang sadap dan rendahnya
produktivitas tanaman karet. Oleh karena itu, pengelolaan hara di perkebunan
karet menjadi sangat penting untuk diperhatikan dari segi ekonomi dan efisien
pupuk yang dimanfaatkan (Samarappuli 2000).

Pemeliharaan tanaman karet TM ini difokuskan pada tanamannya


selain juga terhadap kondisi lahan agar lahan terus mendukung pertumbuhan
tanaman karet. Kegiatan pemeliharaan tanaman karet TM meliputi
pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit dan
konservasi lahan.Pemupukan dan pengendalian gulma merupakan dua kegiatan
pemeliharaan yang sangat dominan pada pertanaman karet TM. Pengendalian
gulma sebelum pemupukan bertujuan agar pupuk yang diberikan sepenuhnya
dapat dimanfaatkan oleh tanaman karet. Pengendalian gulma dilakukan secara
periodik agar jalur tanaman selalu dalam kondisi bebas gulma dan gawangan
hanya ditumbuhi oleh gulma lunak dan bebas dari gulma berkayu dan alang-alang
(Aidi dan Daslin 1995).

Tujuan
Kegiatan praktikum bertujuan menentukan jenis kegiatan yang termasuk
dalam pemeliharaan TM karet, melaksanakan pekerjaan pengendalian gulma dan
pemupukan TM karet, serta menetapkan apakah semua tanaman karet sudah
memenuhi kriteria matang sadap.
BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan IPB. Kegiatan


dilakukan pada hari Jumat tanggal 3 Mei 2019 mulai jam 7.00 sampai 10.00 WIB.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah dua buah ember, dua
buah cangkul, parang, dan meteran. Bahan yang digunakan adalah 5 tanaman
karet TM, pupuk Urea, SP-36, dan KCl.

Metode Pelaksanaan

Gulma dibersihkan pada 1 meter pada kiri dan kanan barisan tanaman
dengan cangul dan parang. Selanjutnya, dibuat alur pupuk pada sisi kanan dan kiri
barisan tanaman. Pupuk diaplikasikan secara dengan dosis Urea 175 g, SP-36 300
g, dan KCl 300 g tiap tanaman. Pupuk yang telah diaplikasikan kemudian ditutup
dengan tanah. Selanjutnya, dilakukan pengukuran lilit batang tanaman
menggunakan meteran pada ketinggian 1 m di atas permukaan tanah.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Waktu kerja = 32 menit = 053 jam


Perhitungan HOK = 0.53 jam x 6 orang x (1 HOK/7 jam)
= 0.45 HOK
Jumlah tanaman 5 tanaman
Prestasi kerja (PK) = = = 11, 1 = 11 tanaman/HOK-1
HOK 0.45 HOK

Setiap kelompok mendapat bagian lima tanaman untuk dibersihkan gulmanya dan
diukur lilit batangnya.

Pembahasan

Kegiatan yang dilakukan di lapang pada praktikum ke-13, hari Jumat, 3


Mei 2019 ini terdiri dari pemeliharaan tanaman dengan membersihkan gulma dan
pemupukan, serta pengukuran lilit batang tanaman karet. Pada tahap pembersihan
gulma, daerah sekitar tanaman yang dibersihkan berjarak satu meter di sisi kiri
dan kanan. Kemudian terkait pemupukan, dosis yang dibutuhkan tiap tanaman
diantaranya Urea sebanyak 175 gram, SP-36 sebanyak 300 gram dan KCl
sebanyak 300 gram. Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan pengukuran lilit
batang tanaman karet pada ketinggian satu meter di atas permukaan tanah.
Total waktu yang dihabiskan adalah 32 menit. Pengerjaan pemeliharaan
dan pengukuran lilit batang tanaman membutuhkan 0.45 HOK, sedangkan prestasi
kerja (PK) 11 tanaman per HOK. Hal tersebut kurang efektif apabila diterapkan
dalam pengerjaan sesungguhnya di lapang karena banyaknya tenaga kerja yang
digunakan untuk pengerjaan tanaman dalam jumlah yang sedikit, yaitu 11
tanaman untuk 6 orang dalam 1 kelompok.

Penyadapan pada tanaman karet adalah tindakan panen yang berkelanjutan


hingga puluhan tahun. Penerapan sistem sadap memerlukan suatu mekanisme
panen dimana faktor frekuensi, panjang alur sadap, arah sadapan, kedalaman
sadap, aplikasi stimulan atau perubahan-perubahannya diformulasikan sehingga
dapat diterapkan secermat mungkin di lapangan serta dilakukan pengawasan
sadapan yang bertujuan menghindari terjadinya kesalahan dalam penyadapan
(Robianto dan Supijatno, 2017).
Kriteria dalam menentukan matang sadap karet adalah dengan melihat
umurnya. Biasanya karet telah matang sadap setelah berumur lima tahun, dengan
catatan tanaman berada pada lingkungan yang sesuai dan pertumbuhannya
normal. Kriteria lain untuk menentukan matang sadap karet adalah dengan
melihat ukuran lilit batang. Lilit batang dinilai bisa memberi informasi ketebalan
kulit dan kemampuan fisiologis menghasilkan lateks dalam jangka waktu lama.
Jika 65% dari sampel pohon telah memiliki lilit batang 45 cm yang diukur pada
jarak 130 cm dari permukaan tanah, berarti di areal tersebut sudah bisa dilakukan
penyadapan (Setiawan dan Andoko, 2008).
Tabel 1. Data panjang lilit batang karet

No. Lilit Batang


(cm)
1. 81
2. 88
3. 25
4. 65
5. 78
Rata- 67.4
rata

Apabila dilihat dari nilai rata – rata lilit batang tanaman karet memang sudah
memenuhi kriteria matang sadap sesuai dengan literatur, namun bila dikaji satu
per satu, pohon ketiga belum termasuk kriteria karena panjang lilit batang nya
hanya 25 cm.

Tanaman karet memasuki periode Tanaman menghasilkan setelah lilit


batangnya mencapai ukuran minimal 45 cm pada ketinggian 1 m di atas pertautan
( kaki gajah). Kriteria tersebut bisa dicapai ketika umur tanaman karet 5 tahun.
Pemeliharaan tanaman selama masa produksi dimaksudkan agar kondisi tanaman
dalam keadaan baik, produksi tetap, bahkan meningkat sesuai dengan umur
tanaman, dan masa produktifnya semakin panjang. Tanpa perawatan yang baik,
kondisi tanaman mungkin akan semakin memburuk, produktivitasnya menurun,
dan masa produktifnya singkat. Pemeliharaan tanaman pada masa produksi ini
hanya meliputi pengendalian gulma, pemupukan dan peremajaan.

Tanaman karet yang kami dapat untuk diteliti memiliki rata-rata lilit
batang 67,4 cm. Kondisi pertanaman kurang bagus karena gulma masih cukup
tinggi dan jalur perkebunan yang naik turun, licin, berlumut menyebabkan
perawatan cukup sulit. Saran yang dapat diberikan adalah lebih intensif
membersihkan gulma dan lumut disekitar lahan perkebunan tersebut.
KESIMPULAN
Pemeliharaan tanaman menghasilkan untuk karet sama halnya denga
ntanaman perkebunan lainnya yaitu pemupukan dan pengendalian
gulma.Pemupukan yang dilakukan dosisnya sama untuk tiap jenis pupuk per
pohonnya.Pemupukan yang sesuai akan menghasilkan tanaman karet yang
berproduksi maksimum. Produksi maksimum berdasarkan hasil lateks, lateks ini
didapatkan dari hasil penyadapan. Penyadapan yang baik saat pohon karet
tersebut telah memasuki fase matang sadap. Matang sadap pada karet saat
lingkar batang berukuran sekitar 45 cm, rata-rata lingkar batang sadap pada
pohon yang diamati yaitu 64,7 cm. pohon-pohon karet yang diamati dapat
dikatakan telah “matang sadap”

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik.2012. Data produksi dan luas areal tanaman karet
[internet]. [diunduh 2018 Mei 27]. Tersedia pada: http://bps.go.id/tab_sub/
view.php?kat=3&.
[Disbun] Dinas Perkebunan. 2010. Budidaya tanaman karet [internet]. [diunduh
2018 Mei 27]. Tersedia pada: http://disbun.kuansing.go.id/_uploads//
2010/06/budidaya-tanaman-karet.pdf.
Aidi dan Daslin.1995. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Balai Penelitian
Sembawa, Palembang, ID.
Anwar C.2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian
Karet, Medan, ID.
Deptan.2006. Basis Data Statistik Pertanian. http://www.database.deptan.go.id/.
Diakses tanggal 5 Mei 2019.
Samarappuli L. 2000. Ekonomi dan efisiensi pupuk di pemanfaatan karet belum
menghasilkan. Bul Research Rubber Institute Sri Lanka. 42:1-10.
Siregar THS, Suhendry I. 2013. Budidaya dan Teknologi Karet. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Robianto, Supijatno. 2017. Sistem penyadapan karet (Hevea brasiliensis Muell.
Arg.) di Tulung Gelam Estate, Sumatera Selatan. Bul. Agrohorti. 5(2):274-
282.
Setiawan, D.H., A. Andoko. 2008. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
LAMPIRAN

Gambar 1. Pembersihan Gulma

Gambar 2. Pengukuran lingkar batang pohon

Gambar 3. Pemupukan tanaman karet

Anda mungkin juga menyukai