Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TANAMAN PERKEBUNAN (AGH 341)


PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

Paralel 3
Kelompok 5
Anggota Kelompok:
Amalia Umamayse A24190092
Fikri Alnasir A24190118
Muh. Taufik Akbar Junaidi A24190134
Fazlur Rahman Harahap A24190179
Eva Putri Rosari A24190192

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan penting di
Indonesia karena memiliki prospek peengembangan yang cukup cerah. Sawit
memerlukan perawatan khusus dalam pertumbuhan dan perkembangannya
(Sastrosayono 2003). Salah satunya adalah pemupukan. Pemupukan perlu
diperhatikan karena akan mempengaruhi tingkat produktivitas kelapa sawit secara
langsung dan dalam jangka yang panjang. Proses pemupukan mulai dari distribusi,
persiapan, hingga aplikasinya harus memperhatikan berbagai hal agar tidak terjadi
kesalahan jenis dan dosis yang dapat mengakibatkan kegagalan dan penurunan
produktivitas lahan sawit.
Sebelum melakukan pemupukan pada lahan kelapa sawit, perlu diterapkan
metode pra-pemupukan, yaitu analisis daun yang dilakukan setahun sekali dan
analisis tanah yang dilakukan 3-5 tahun sekali. Metode ini bertujuan untuk
menganalisis nilai nutrisi yang diperlukan oleh sawit, sehingga pemupukan yang
diberikan tepat dosis dan tepat guna (Rahmawati dan Santoso 2017). Metode analisis
daun sendiri dapat dilakukan dengan metode leaf sampling unit (LSU). LSU
merupakan kegiatan pengambilan contoh daun untuk mendiagnosa nilai nutrisi yang
ada pada tanaman kelapa sawit serta mengetahui jenis dan dosis pupuk yang tepat.
Menurut Marschner (1995), kandungan hara di daun terbukti lebih baik dalam
merefleksikan status hara tanaman dibandingkan organ tanaman yang lain.
Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan mempelajari prosedur leaf sampling unit pada
tanaman kelapa sawit, kegiatan persiapan pemupukan di lapangan, dan distribusi
pupuk dari pabrik kelapa sawit sampai penyebarannya di lapangan.
Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu studi literatur dari berbagai
sumber pustaka termasuk jurnal ilmiah mengenai pemupukan tanaman kelapa sawit
dan pengambilan data sampel daun. Data dan informasi yang telah diperoleh akan
diolah dan dianalisis lebih lanjut untuk penarikan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan Sampel Daun


Metode Leaf Sampling Unit (LSU) dilakukan sebelum pemupukan. Hal ini
ditujukan untuk mengetahui kebutuhan pupuk tanaman kelapa sawit yang harus
diaplikasikan. Tanaman sampel ditentukan dengan posisi yang tidak terletak di
pinggir jalan. Tanaman harus bebas dari hama dan penyakit, serta bukan merupakan
tanaman yang kerdil atau steril. Pelepah ke-17 dari tanaman sampel harus memiliki
kondisi yang sehat. Pelepah tersebut membentuk sudut 45° dan merupakan titik
maksimal pertumbuhan unsur hara (Sastrosayono 2003).

Gambar 1. Penentuan pelepah kelapa sawit ke-17

Gambar 2. Pengambilan contoh daun dan pelepah


Daun sampel diambil dari daun pada pelepah ke-17. Letak daun ke-17 yaitu di
bawah daun ke-9 sedikit ke arah kiri pada tanaman yang memiliki spiral kanan dan
sedikit ke arah kanan pada tanaman yang memiliki spiral kiri (Fauzi et al. 2012).
Pengambilan sampel daun dilakukan pada pukul 07.00-10.00 WIB dan tidak boleh
dilakukan ketika musim hujan. Hal ini dilakukan untuk menghindari gangguan proses
persiapan sampel ketika ada uap air yang masih menempel pada daun. Empat helai
daun dipotong dari bagian tengah pelepah sehingga menghasilkan empat helai daun
sisi kiri dan empat helai daun sisi kanan. Helai daun yang telah diambil kemudian
dipotong menjadi tiga bagian, yaitu pangkal, tengah, dan ujung. Sebelum dimasukkan
ke laboratorium untuk dianalisis lebih lanjut, sampel dibungkus koran dan dioven
dengan suhu 70-80℃ selama ± 20 jam. Setelah kering, sampel diremas dengan
tangan hingga hancur (Rahmawati dan Santoso 2017).
Pemupukan
Proses pemupukan diawali dengan proses pembersihan gulma yang berada
pada areal pertanaman kelapa sawit, khususnya pada daerah gawangan dan piringan.
Hal ini bertujuan agar nutrisi dan hara yang diberikan pada saat pemupukan dapat
terserap langsung oleh tanaman sawit yang dibudidayakan. Umumnya, kegiatan
pemupukan diawali arahan proses pemupukan, pengangkutan serta pengeceran
pupuk, penuangan pupuk ke dalam media, dan pengaplikasian pupuk. Pemupukan
yang efektif dan efisien mengikuti kaidah 4T, yaitu tepat jenis, dosis, tempat, dan
cara.
Pertimbangan yang umum digunakan dalam menentukan jenis pupuk antara
lain berdasarkan pada umur tanaman kelapa sawit, gejala defisiensi hara yang terlihat,
kondisi lahan, dan harga pupuk. Waktu pemberian pupuk berkaitan dengan iklim di
sekitar perkebunan. Pemupukan yang optimum dilakukan pada saat curah hujan 100-
200 mm/bulan, dan minimum pada curah hujan 60 mm/bulan serta maksimun 300
mm/bulan. Apabila terjadi kemarau dengan curah hujan kurang dari 60 mm/bulan,
maka pemupukan perlu dihentikan dan dilakukan pemupukan kembali jika sudah
turun hujan dengan curah hujan 50 mm/10 hari. Menurut Jannah et al. (2021),
kandungan pupuk cair yang biasa diberikan untuk pemupukan kelapa sawit
mengandung unsur utama N, P, dan K.
Prosedur Distribusi Pupuk
Pengeceran pupuk
Pupuk diangkut pada pagi hari menggunakan kendaraan berupa truk.
Kendaraan pengangkut pupuk dari gudang sentral ke lapangan sehari sebelum
pemupukan harus sudah dipastikan kesiapannya (Limbong 2011). Sebelumnya,
mandor atau pengawas pemupukan melakukan lingkaran pagi dengan pemuat atau
pengecer mengenai jenis pupuk, kebutuhan jumlah pupuk (tonase) dan blok-blok
yang akan di aplikasi. Pengangkutan pupuk dibantu oleh alat berat TLB apabila
pupuk yang akan diaplikasikan dalam jumlah yang besar dan waktu aplikasi sudah
terbatas. Selanjutnya, truk pupuk pertama berangkat dan sudah mulai mengecerkan
pupuk pada tempat pengeceran yang sudah ditetapkan selanjutnya akan diikuti oleh
truk kedua.
Pelangsiran pupuk harus diletakkan di tempat pengumpulan pupuk (TPP)
yang terdapat pada collection road yaitu pada sisi Timur dan Barat blok. Tiap TPP
mewakili enam baris tanaman atau tiga pasar rintis, jumlah pupuk tiap TPP
ditentukan berdasarkan dosis atau jumlah pohon. Menurut Pahan (2008), pupuk yang
di ecer di lapangan harus terjamin dari pencucian, pembuangan atau disembunyikan
di gawangan atau parit. Oleh karena itu, dibutuhkan seseorang yang bertanggung
jawab terhadap keamanan pupuk, dan dapat merangkap sebagai tenaga pengumpul
karung. Pupuk yang telah di ecer di lapangan harus diusahakan selesai ditabur
seluruhnya pada hari tersebut. Apabila tidak selesai ditabur karena hujan atau
keadaan lainnya, maka sisa pupuk dibawa kembali ke gudang sentral.
Gambar 3. Pengangkutan dan distribusi pupuk

Penaburan pupuk
Setelah menempati hancak pemupukan, masing-masing penabur di tiap
kelompok kecil pemupukan (KKP) mulai membuka karung pupuk kemudian
memasukkan pupuk ke dalam bin pupuk. Tiap penabur biasanya memupuk dua baris
tanaman (satu pasar rintis) yaitu mulai dari pohon pertama sampai pohon terakhir.
Umumnya dalam satu baris tanaman terdapat 32-34 tanaman. Penaburan pupuk pada
TM dilakukan pada bibir piringan atau di atas rumpukan pelepah, berbentuk “U”.
Penaburan harus dilakukan secara merata, apabila ditemukan pupuk yang
menggumpal maka pupuk harus dihancurkan.

Gambar 4. Pengaplikasian pupuk pada tanaman kelapa sawit


Sistem penaburan pemupukan dapat dilakukan dengan sistem BMS yaitu
sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam hancak pemupukan per kebun,
dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik,
monitoring yang lebih fokus.
Gambar 5. Metode penaburan pupuk pada lahan kelapa sawit
Pupuk Anorganik
Pupuk Makro
Jenis-jenis pupuk makro yang digunakan berdasarkan standar nasional
Indonesia yaitu Urea, Amonium Sulphate (ZA), Triple Super Phospate (TSP), Rock
Posphate (RP), Muriate Of Potash, Dolomite, Kiserit (PPKS 2008). Pemupukan
dilakukan dengan menabur secara merata di piringan pada jarak 1,5 m dari pangkal
batang ke arah pinggir piringan. Waktu pemupukan dilaksanakan pada saat curah
hujan 100-200 mm/ bulan dengan selang waktu maksimal 2 bulan/aplikasi untuk
semua jenis pupuk.
Pupuk Mikro
Pupuk mikro yaitu pupuk dengan kandungan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah yang relatif kecil. Unsur hara ini diantaranya Besi (Fe),
Mangan (Mn), Boron (B), Molibdenum (Mo), Tembaga/cuprum (Cu), Seng (Zn),
Cobalt (Co), Natrium (Na), Silikon (Si), Nikel (Ni), dan Klor (Cl) (Firmansyah et al.
2017). Pengaplikasian pupuk mikro yaitu di piringan ± 50 cm dari pohon.
Pupuk Organik
Land Aplication (LA)
Land Application atau aplikasi lahan adalah pemanfaatan limbah cair dari
industri kelapa sawit untuk digunakan sebagai bahan penyubur kelapa sawit dalam
areal perkebunan kelapa sawit itu sendiri. Unsur-unsur yang terandung dalam limbah
cair dapat berupa Nitrogen, Phosphor dan Kalium. Jumlah Nitrogen dan Kalium
limbah cair pabrik kelapa sawit sangat besar, sehingga dapat bertindak sebagai nutrisi
untuk tumbuh-tumbuhan (Rahardjo 2009). Sehingga, land application dapat
mengurangi beban biaya dan waktu untuk pengolahan limbah. Menurut Salmina
(2017), metode pengaplikasian limbah ada beberapa cara yaitu:
1. Metode parit dan teras (Flatbed): dipompa melalui pipa sampai ke bak distribusi
ukuran 4 x 4 x I m, dihubungkan dengan saluran parit 0,4 x 0,4 m dan selanjutnya
dialirkan ke flatbed ukuran 2,5 x 1,5 x 0,3 m.
2. Metode longbed: sama dengan flatbed tetapi ukurannya panjang 70 - 80 m, lebar
1,6 m dan kedalaman 20 cm. Metode parit dan teras (Flatbed)
3. Metode parit dan teras (Longbed).
4. Metode parit (furrow): sama dengan flatbed diganti dengan parit dengan
kedalaman 20 - 30 cm dan lebar 30 cm.
5. Metode Tanker / Traktor: air limbah disemprotkan dengan traktor yang dilengkapi
dengan sentrifugal di sepanjang baris tempat pelepah disusun.
Tandan Kosong
Tandan kosong merupakan limbah padat terbesar dalam material pengolahan
TBS selain cangkang dan fibre. Kandungan organik dalam jangkos yaitu N 1,5%, P
0,5 %, K 7,3%, Mg 0,9%. Kandungan tersebut dapat menjadi subtitusi pupuk MOP
dan Dolomit sehingga mengurangi biaya pemupukan. Alternatif pengolahan lainnya
adalah dengan menimbun (open dumping), dijadikan mulsa di perkebunan kelapa
sawit, atau diolah menjadi kompos (Salmina 2017). Dosis pemberian tankos kelapa
yang direkomendasikan sekitar 400-450 Kg/pokok dengan rotasi selama 6 bulan
sekali. Cara pengaplikasiannya sebagai berikut:
1. Aplikasi dilakukan pada areal yang tidak dapat dilakukan secara mekanis.
2. Tandan kosong didistribusikan di pinggiran MR atau CR menggunakan truk atau
traktor tanpa menyumbat saluran drainase atau parit
3. Tandan kosong diaplikasikan pada bahu kiri dan kanan jalan rintis atau di antara
pohon setebal satu lapis, mulai dari tengah blok.
4. Pupuk fosfat (RP) diaplikasikan merata di atas tandan kosong sesuai dengan
dosisnya. Aplikasi pupuk fosfat bertujuan untuk menambah hara Phosphorus
dalam tanah
SIMPULAN
Pemupukan merupakan salah satu metode perawatan yang harus diperhatikan
dalam budidaya kelapa sawit, hal ini dikarenakan pemupukan berdampak langsung
terhadap kualitas dan kuantitas produk kelapa sawit. Sebelum dilakukan pemupukan
pada kelapa sawit, diperlukan metode analisis daun untuk memperkirakan tingkat
kebutuhan hara yang diperlukan oleh kelapa sawit. Metode analisis dapat dilakukan
dengan leaf sampling unit (LSU) yang dapat mendiagnosa nilai nutrisi yang ada pada
tanaman kelapa sawit. Dari analisis yang didapat, maka dapat ditentukan jenis dan
dosis pupuk yang tepat untuk kelapa sawit. Selain itu, proses pemupukan dari tahap
distribusi, persiapan, hingga pengaplikasian pupuk merupakan faktor penting yang
harus diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi Y, Yustina E, Imam W, Rudi H. 2012. Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan


Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Jannah R, Kurniawan E, Dewi R. 2021. Pengaruh perbandingan volume EM4 dengan
massa serat tandang kosong kelapa sawit pada pembuatan pupuk organik cair
dari limbah cair industri kelapa sawit. Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Teknologi; 2021 Okt 27; Semarang. Semarang: Unwahas. hlm 62-66.
Limbong RK. 2011. Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Gunung Sari Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi,
Minamas Plantation, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan [Skripsi].
Institut Pertanian Bogor.
Marschner H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. London (UK): Academic
Press.
Pahan I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rahardjo PN. 2009. Studi banding teknologi pengolahan limbah cair pabrik kelapa
sawit. Jurnal Teknologi Lingkungan. 10(1) : 9-18.
Rahmawati L, Santoso EP. 2017. Penerapan metode LSU (Leaf Sampling Unit) untuk
analisis kandungan unsur hara pada sampel daun kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.). Agrisains. 3(1):14-17.
Salmina. 2017. Studi pemanfaatan limbah tandan kosong kelapa sawit oleh
masyarakat di Jorong Koto Sawah Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah
Melintang [skripsi]. Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI
Sumatera Barat.
Sastrosayono S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai