Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN

ACARA 4
PENYADAPAN TANAMAN KARET

Disusun Oleh:
Nama : Priju Harpenta Peranginangin
NPM : E1J021063
Shift : A2/Senin, 14:00-16:00
Dosen : Prof. Dr. Ir., Alnopri, M.S.
Co-ass : 1. Afrizal (E1J019074)
2.Theodora Elchrist Vitasari L. G (E1019083)

PROGAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2024
A. METODOLOGI

1. Waktu dan Tempat Praktikum


Kegiatan praktikum Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan (TPTP) acara
pemeliharaan dan penyadapan pada tanaman kareti ini di laksanakan hari senin
pada pukul 14.00- 16.00 WIB di laboratorium Program Studi Agroekoteknologi
juga dilahan kebun karet yang berad di zonper, Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.
2. Alat
Adapun alat yang digunakan untuk melakukan pemeliharaan dan penyadapan pada
tanaman kareti ini yaitu pisau sadap, dan parang.
3. Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan penyadapan para praktikan diberi arahan terlebih dahulu
2. Para praktikan dibagi secara merata pada lahan yang sudah di tetapkan oleh
coass
3. Setelah itu areal yang telah dibagikan dibersihkan gulmanya
4. Setelah melakukan pembersihan gulma ,praktiku melakukan penyadapan pada
pohon karet
5. Setiap praktikan diberi satu pohon untuk disadap
6. Penyadapan dilakukan dari batas agian kiri ke bawah bagian kanan
7. Pohon sudah siap disadap yaitu pohon yang sudah mencapai lilit batang 45
cm pada ketinggian 100 cm di atas pertautan untuk tanaman berasal dari bibit
okulasi atau 100 cm dari permukaan tanah untuk tanaman berasal dari biji.
B. HASIL dan PEMBAHASAN
1. Hasil

Gambar 1 pembersihan gulma pada tanaman karet


Gambar 2 penyadapan tanaman karet

2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu akan membahas tentang pemeliharaan dan
penyadapan pada tanaman karet. Pemeliharaan tanaman selama masa produksi
bertujan, agar kondisitanaman dalam keadaan baik, produksinya tetap, bahkan
meningkat sesuai dengan umur tanaman, dan masa produksi atau umur ekonomis
tanaman makin panjang. Tanpa adanya perawatan yang baik, kondisi tanaman akan
semakin memburuk seiring berjalannya waktu, produktivitasnya menurun, dan masa
produktif atau umur ekonomis tanamannya menjadi singkat (Sanjaya., 2020).
Gulma merupakan tumbuhan pengganggu selain memiliki sifat positif atau
menguntungkan. Dilihat dari sifatnya maka pengelolaan gulma secara terminologi ada
dua yaitu pengendalian dan pemberantasan. Pengendalian gulma adalah kegiatan
pengelolaan gulma dengan cara menekan keberadaan atau populasi gulma hingga
tingkat yang tidak merugikan secara ekonomis. Pemberantasangulma yaitu upaya
untuk menghilangkan atau memusnahkan bagiannya dari suatu areal (Sembodo, 2010).
Gulma menyaingi tanaman dalam penyerapan unsur hara, air, cahaya matahari
dan ruang untuk tumbuh. Disamping itu ada beberapa jenis gulma mengeluarkan zat
alelopati atau zat penghambat pertumbuhan melalui akar dan daun. Selain itu,
kerugian yang ditimbulkan pada tanaman juga bervariasi tergantung jenis tanaman,
umur tanaman, iklim dan jenis gulma.
Pemeliharaan karet dilakukan dengan membersihkan semak belukar pada areal
perkebunan seacara manual dengan menggunakan parang. Penyiangan gulma ini dapat
dilakukan minimal 4 kali dalam setahun pada areal perkebunan. Karena dengan
adanya gulma ini maka dapat terjadi kompetisi antara tanaman budidaya dan gulma.
Jika tidak dilakukan pembabatan atau penyiangan maka dikhawatirkan akan terjadi
kompetisi antara tanaman budidaya dan gulma dalam perebutan unsur hara, air, dan
cahaya matahari. Penyiangan atau penchasan vegetasi hutan yang tumbuh di sekitar
tanaman karet dilakukan satu sampai dua kali setahun pada awal pertumbuhan, dan
maksimal sekali setahun sampai karet siap disadap. Selama masa pertumbuhan karet,
kebun berkembang menjadi seperti hutan dengan karet sebagai komoditas utama yang
tumbuh bersama dengan jenis pohon kayu, buah-buahan, rotan atau tanaman obat
lainnya.(Nugraha et.al 2019)
Pohon karet dibudidayakan untuk diambil hasilnya berupa getah atau lateks.
Lateks yang berasal dari pembuluh latek dipanen dengan cara disadap. Penyadapan
adalah mata rantai dari pemanenan yang harus dilakukan dengan hati-hati dan penuh
perencanaan yang baik. ( Junaedi, 2020)
Pada tanaman muda penyadapan pada umumnya dimulai pada umur 5-6 tahun
bergantung pada kesuburan pertumbuhan tanamannya artinya kecepatan pohon
memenuhi kriterium matang sadap. Pada tanaman muda sebelum dilakukan
penyadapan yang rutin, terlebih dahulu dilakukan pembukaan sadapan yang
merupakan tahap tahap pertama mulai penyadapan pada tanaman yang sudah
memenuhi syarat penyadapan. (Muhtaria dkk, 2015)
Berdasarkan tingginya bukaan sadap dikenal ada sadapan bawah dan sadapan
atas. Sadapan Bawah untuk tanaman asal okulasi adalah 130 cm diatas
pertautan.Sadapan bawah untuk tanaman asal biji adalah 90 cm dari permukaan tanah.
Apabila bidang sadap pertama habis, maka pembukaan bidak sadap sama dengan yang
lainnya yaitu pada ketinggia 130 cm dari tanah.
Sadapan atas dibuka pada ketinggian 280 cm atau 300 cm dari permukaan tanah
atau dari pertautan. Pembukaan bidang sadap atas dilakukan pada bidang yang
berseberangan dengan panel/bidang sadap yang sebelumnya selesai disadap.
Penyadapan terus dilakukan kearah bawah sampai berjarak 10 cm dari titik tertinggi
sadapan bawah. Selanjutnya penyadapan dilakukan pada sisi/bidsng sadap yang
berseberangan. Pada sadapan atau untuk tidak menemui kesulitan pada waktu
penyadapannya, maka penyadapan dilakukan dengan irisan berbentuk ½ S atau ½ V.
Penyadapan bnyak dilakukan dengan cara sadap ke atas (upward tapping). (Ismail,
2016)
C. KESIMPULAN
Adaun kesimpulan yang di dapat pada prakktikum kali ini yaitu:
1. Pengendalian gulma sangat perlu dilakukan agar tanaman karet dapat berproduksi
dengan maksimal dan mengurangi kerugian kerugian yang ditimbulkan oleh gulma
di perkebunan karet
2. Tanaman karet dieksploitasi atau dipanen lateksnya dengan cara disadap, yaitu
mengiris kulit batang sehingga sebagian besar sel pembuluh lateks terpotong dan
cairan lateks yang terdapat di dalamnya menetes keluar. Produktivitas kebun karet
ditentukan oleh jenis klon, umur tanaman, tingkat kesesuaian lahan, dan sistem
eksploitasi yang diterapkan
D. DAFTAR PUSTAKA

Nugraha, P. R., & Zaman, S. 2019. Pengendalian Gulma pada Perkebunan Karet (Hevea
brasiliensis Muell Arg.) di Gurach Batu Estate, Asahan, Sumatera Utara. Buletin
Agrohorti, 7(2), 215-223.

Sanjaya, P. S. 2020. Pengendalian Gulma Tanaman Menghasilkan (Tm) Pada Budidaya


Tanaman Karet (Hevea Brasilliensis Muell. Arg) di PT. Perkebunan Nusantara Xii
Kebun Mumbul Mumbulsari–Jember

Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya . Yogyakarta ,Indonesia: Graha Ilmu.

Ismail, M. (2016). Penyadapan tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) di kebun
sumber tengah, Jember, Jawa Timur. Buletin Agrohorti, 4(3), 256-265.

Junaidi, J. (2020). Transformasi Sistem Pemanenan Latex Tanaman Karet. Jurnal Budidaya
Pertanian, 16(1), 1-10.

Muhtaria, C., Supriyatdi, D., & Rofiq, M. (2015). Pengaruh konsentrasi stimulan dan
intensitas sadap pada produksi lateks tanaman karet seedling (Hevea brasiliensis
Muell. Arg.). Jurnal Agro Industri Perkebunan, 59-68.

Anda mungkin juga menyukai