Anda di halaman 1dari 17

SISTEM INFORMASI PENYEBARAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN PAUH, KOTA PADANG Santosa1), Eri

Gas Ekaputra1), dan M. Fikky2) 1) Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas, Telp. / Fax. 0751-777413 , Kampus Limau Manis, Padang 25163 e-mail : santosa764@yahoo.co.id 2) Laboratorium Sistem Informasi Geografi, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas, Padang ABSTRAK Telah dilaksanakan penelitian di Kecamatan Pauh, Kota Padang bulan pada Juni sampai dengan September 2009. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang suatu sistem informasi tentang alat dan mesin pertanian tanaman pangan yang berbasis komputer meliputi kapasitas kerja, daya, tenaga penggerak, konsumsi bahan bakar, jumlah alat, kondisi alat, kehilangan hasil, serta menyediakan informasi kegiatan tanaman pangan di Kecamatan Pauh. Metode penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan survei langsung, sedangkan data sekunder bersumber dari studi pustaka/ilmiah, data dari Dinas Pertanian Kota Padang, Badan Pusat Statistik Kota Padang, dan UPT Penyuluhan Kecamatan Pauh Kota Padang. Setelah dilakukan penelitian ini dihasilkan suatu sistem informasi dengan informasi rata rata kapasitas pengolahan tanah sawah untuk tanaman padi adalah 0,042 ha/jam, rata rata kapasitas pemanenan gabah, kapasitas perontokan gabah, dan kapasitas penggilingan gabah sebesar 182,97 kg/jam, 37,02 kg/jam, dan 288,37 kg/jam. Rata rata kehilangan hasil selama pemanenan gabah, perontokan gabah, dan penggilingan gabah yaitu berturut-turut 1,23 %, 4,84 %, dan 2,55 %. Penelitian ini juga menginformasikan proses kegiatan pengolahan tanah, panen, dan pascapanen padi sawah di Kecamatan Pauh, Kota Padang. Semua data yang diperoleh dijadikan sebagai sebuah sistem informasi yang berbasis database dengan menggunakan software Microsoft Visual Studio 6.0 dan Microsoft Access 2003. Kata Kunci : Sistem informasi, basis data, alat dan mesin pertanian

PENDAHULUAN Menurut Chatib (2007), penggunaan teknologi di bidang pertanian untuk meningkatkan produktivitas pertanian saat ini sangat dibutuhkan. Petani sebagai tulang punggung pertanian Indonesia membutuhkan alat dan mesin pertanian khususnya tanaman pangan yang murah dan efisien. Keadaan saat ini menunjukkan bahwa kemampuan petani untuk mengakses alat dan mesin

pertanian seperti traktor (roda dua dan empat), pompa air, alat tanam padi (transplanter), penyemprot hama (sprayer), pengering (dryer), dan alat perbengkelan yang masih terbatas. Sebaran alat dan mesin pertanian yang tidak merata di kalangan petani menyebabkan alat tidak produktif secara optimal, sehingga ada beberapa kelompok tani yang memiliki lebih dari satu alat dan mesin pertanian. Sebaliknya, ada kelompok yang tidak memiliki alat dan mesin pertanian yang memadai. Selama ini, banyak alat dan mesin pertanian impor yang masuk ke Indonesia hanya melalui pengujian seadanya tanpa dilakukan seleksi

standardisasi. Spesifikasi yang berbeda ini menyebabkan efisiensi dan kualitas produksi yang diharapkan sering tidak tercapai. Untuk kesesuaian lokasi, sarana alat dan mesin pertanian impor pun sedikit sekali yang benar-benar cocok untuk berbagai tipe lokasi di Indonesia (Agromania, 2007). Jumlah alat dan mesin pertanian yang dioperasionalkan dalam budidaya maupun pascapanen agribisnis belum sesuai dengan kebutuhan. Untuk tahun 2001, data Departemen Pertanian menunjukkan kebutuhan alat dan mesin pertanian di Indonesia masih cukup tinggi, yakni 164.201 unit untuk traktor roda dua, 106.965 unit untuk pompa air, 107.193 unit untuk transplanter, 13.039 unit untuk pengering dan 113.457 unit untuk perontok, sedangkan tingkat pertumbuhan pemakaian traktor saja mencapai 18 persen yang didominasi penggunaan traktor kecil (Agromania, 2007). Selama ini belum ada data yang akurat mengenai informasi alat dan mesin pertanian dikalangan petani. Hal ini terjadi karena perubahan dari sistem pemerintahan terpusat pada zaman orde baru menjadi terdesentralisasi. Kondisi ini juga berpengaruh terhadap pengelolaan sumber daya alat dan mesin pertanian. Banyak dari data-data tersebut tidak ditemukan lagi karena perpindahan tanggung jawab serta permasalahan lain seperti: (a) tidak terbarunya data-data yang ada, karena terjadi perubahan-perubahan terhadap sebaran alat dan mesin pertanian, (b) penyebaran data pada umumnya tidak tersimpan dalam satu unit, sehingga untuk keperluan penyebaran alat dan mesin pertanian kedepan harus mengumpulkan terlebih dahulu data tersebut pada masingmasing lokasi antar instansi dengan beragam prosedur sehingga usaha tersebut kurang efektif, (c)

penyimpanan data pada instansi sering mengalami kesulitan dalam pencarian dan pelacakannya, karena sistem penyimpanan yang kurang baik, bahkan data tersebut tersebar di semua ruangan. Dengan demikian maka data sering hilang atau tidak lengkap. Dalam rangka menunjang kegiatan tersebut, diperlukan sistem informasi yang merupakan data hasil olahan menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi petani. Data yang diambil termasuk sumber informasi yang menggambarkan suatu kejadian atau kumpulan fakta di lapangan. Salah satu hal yang dapat membantu penyebaran alat dan mesin pertanian yaitu, dengan melakukan pendataan masa tanam, masa panen dan pascapanen, jenis tanaman khususnya komoditas padi, serta alat dan mesin pertanian yang dimiliki untuk setiap petani baik sendiri maupun berkelompok. Penelitian ini bertujuan : 1. Merancang suatu sistem informasi tentang alat dan mesin pertanian tanaman pangan yang berbasis komputer meliputi kapasitas kerja, daya, tenaga penggerak, konsumsi bahan bakar, jumlah alat, kondisi alat, dan kehilangan hasil di Kecamatan Pauh. 2. Mengintegrasikan berbagai operasi basis data, menganalisis data, menyimpan, serta menampilkannya dengan software Visual Basic 6.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pauh, Kota Padang, Provisi Sumatera Barat. Waktu pelaksanaannya dimulai bulan Juni sampai dengan September 2009 dan pengembangan sistem informasi dilakukan di Laboratorium Sistem Informasi Geografi, Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas, Padang. Alat dan Bahan Beberapa alat dan bahan yang digunakan di dalam pelaksanaan penelitian adalah : (a) Unit Personal Computer (PC) didukung dengan Sistem Operasi

WindowsXP, perangkat lunak (Software) seperti Microsoft Access 2003, dan Visual Basic 6, (b) Kuesioner (Daftar Pertanyaan), dan (c) Peta Wilayah Kecamatan Pauh Kota Padang. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif melalui survei, pengamatan dan studi dokumentasi. Penelitian deksriptif ini akan memberikan gambaran secara sistematis, cermat, dan akurat mengenai kondisi data sebaran alsintan di Kecamatan Pauh, Kota Padang. Informasi atau keterangan diperoleh langsung dari responden atau informan dengan cara tatap muka dan wawancara yang dilakukan untuk memperoleh informasi atau data tambahan mengenai kondisi administrasi, dan kawasan pemanfaatan sarana prasarana /infrastruktur daerah penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian berasal dari 2 (dua) jenis yaitu: (1) Data Primer, bersumber dari observasi langsung di lapangan meliputi data teknis ( alsintan yang digunakan dan kondisi lahan) dan sebaran alsintan ke daerah lain pada beberapa stasiun pengamatan yang tersebar. (2) Data sekunder berupa data geografis, administrasi pemerintahan, aspek spasial, dan data demografi kependudukan. Data sekunder ini bersumber dari BPS, BAPPEDA, dan Dinas Pertanian Kota Padang.

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data yang dilakukan secara sistematis dengan beberapa cara, yaitu : 1. Melakukan pengamatan langsung atau observasi langsung secara terstruktur. Secara umum kegiatan yang dilakukan adalah: a. Melakukan pengamatan lokasi penelitian untuk mengidentifikasi ciri-ciri fisik. b. Pengamatan pada sarana dan prasarana/infrastruktur alat dan mesin pertanian pada kawasan penelitian. c. Pengamatan kondisi kawasan secara umum untuk mengetahui aspek-aspek non fisik, menyangkut kondisi sosial ekonomi. 2. Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data melalui dokumen-dokumen dari instansi, jawatan, kantor yang relevan dengan tujuan penelitian ini seperti

laporan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW) dan Rencana Dasar Tata Ruang Kerja (RDTRK). 3. Wawancara, selain dari pengamatan langsung dan studi dokumentasi dilakukan juga pengumpulan data melalui interview atau wawancara terhadap masyarakat. Penyusunan Sistem Basis Data Kemampuan sistem tentang basis data alat dan mesin pertanian tanaman dibuat untuk menginventarisir serta mengetahui sebaran alsintan suatu daerah dan disesuaikan dengan kebutuhan pada lahan. Sistem yang akan didesain dan diilustrasikan berdasarkan kemampuan seperti yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rancangan Kemampuan Sistem dan Data yang Diperlukan No 1 Kemampuan Sistem Basis Data : a. Basis data Kelompok Tani b. Basis data alsintan Data yang Diperlukan Data nama kelompok tani di Kecamatan Pauh Data macam-macam alsintan seperti hand tractor dan thresher beserta spesifikasinya -Tingkat kelengkapan alsintan Total luas lahan

Dokumen informasi Alsintan: -Informasi kelengkapan alsintan pada suatu daerah -Informasi luas lahan tanaman pangan

Adapun sistem informasi ini dibuat untuk beberapa konsumen yaitu stake holder, petani, dan penyuluh. Adapun pihak yang dapat melakukan perubahan pada data tersebut yaitu beberapa orang yang bertugas melakukan pendataan, seperti perusahaan yang memiliki kata kunci sendiri. Analisis dan Perancangan Sistem Pelaksanaan penelitian yang dilakukan ini ada beberapa tahapan kegiatan, yaitu: Tahapan pertama adalah analisis sistem, yang terdiri dari :

1. mengindentifikasi sistem, dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data dari setiap bagian yang terlibat dalam bentuk pengolahan data yang telah ada. 2. Memahami kerja dari sistem yang ada, dengan cara mempelajari aliran informasi dari setiap bagian yang terlibat serta mempelajari format masukan dan keluaran pada setiap bagiannya. 3. Menganalisis sistem, berdasarkan data yang sudah didapatkan kemudian ditarik suatu kesimpulan mengenai aliran data yang terwakili dengan dibuatnya suatu diagram aliran data.

Tahapan kedua dari kegiatan penelitian adalah perancangan sistem, yang mana terdiri dari : 1. Merancang masukan, keluaran dan merancang program secara keseluruhan, berdasarkan masukan dan keluaran. 2. Merancang form beserta object-object dan menulis kode-nya (routine) yang dibutuhkan berdasarkan rancangan masukan dan keluaran yang telah ditentukan sebelumnya. 3. Melakukan uji jalan (run), diperiksa apakah ada terjadi error/ kesalahan pada tiap-tiap object yang terdapat form. 4. Melakukan diagnosis kesalahan yang terjadi, kemudian diperbaiki dan pengujian dengan menggunakan data. 5. Bila program sudah benar maka segera dilakukan pengujian dengan menggunakan data. 6. Memeriksa masukan-masukan dan keluaran dari pengujian yang dilakukan dengan data. Jika hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan rancangan, dicari sumber error-nya dan dilakukan perbaikan. 7. Dokumentasi program. Diagram alir pengolahan data disajikan pada Gambar 1.

Mulai

Input : Data Informasi Kelompok Tani Data Informasi Kegiatan

- Pemrosesan Data alsintan - Pemrosesan Sebaran Alsintan

Analisis Visual Basic 6

Sebaran Alsintan Berhasil diproses

Tidak

Ya
Sistem Informasi Penyebaran Alsintan Tanaman Pangan

Selesai

Gambar 1. Diagram Alir Pengolahan Data

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengolahan Data Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pertanian Kecamatan Pauh padang, alat yang digunakan pada pengolahan tanah, panen, dan pascapanen padi sawah yaitu Hand Tractor, cangkul, sabit/aniani, Tongkang Perontok, Lumbo, Ternak tarik, dan Rice Milling. Untuk alat seperti cangkul dan sabit/ani-ani tidak dapat didata secara baik, karena hampir setiap petani memiliki alat tersebut. Survei yang dilakukan adalah kepada setiap kelompok tani yang ada di kecamatan Pauh. Dari 9 kelurahan yang ada di Kecamatan Pauh terdapat 41 kelompok tani yakni : Cinto Damai, Binuang Saiyo, Tenaga Baru, Saiyo Sakato, Aru Sakato, Sinar Baru, Lima Sepakat, Kampung Duri, Kampung Duri Sepakat, Lereng Indah, Tuah Sepakat, Pulau Indah, Taratak Saiyo, Sepakat, Kejar Usaha, Lakuak Saiyo, Taruko Saiyo, Patamuan Jaya, Tanjung Sepakat, Tunas Muda, Sakato, Usaha Bersama, Desa Harapan, Permata Harapan, Tunas Harapan, Tuah Sepakat, Kubang Saiyo, Koto Marapak, Koto Panjang, Bukik Batu Bajolang, Rindang Sepakat, Kampung Caniago, Kelok Banda, Jambu Kaliang, Taruko, Usaha Mulia, Berkat Yakin, Sumur Gadang, Koto Parak Saiyo, Karya Bersama I, Karya Bersama II dengan jumlah kelompok tani yang berbeda-beda disetiap kelurahan. Perlakuan wawancara pada setiap kelurahan lebih ditujukan kepada ketua kelompok tani dan petani yang memiliki alat seperti Hand Tractor ataupun Huller. Karena banyak juga petani yang tidak tahu bahwa dia termasuk kedalam kelompok tani apa atau siapa ketua kelompok tani di daerahnya. Alat thresher tidak digunakan di daerah Kecamatan Pauh. Walaupun ada beberapa kelompok petani yang sudah memiliki thresher, akan tetapi alatnya tidak beroperasi di lapangan diakibatkan hak kepemilikan alat yang tidak jelas, masih ada petani yang belum bisa mengoperasikan thresher, serta dana yang tidak memadai untuk membelinya. Evaluasi Teknis Kapasitas Pengolahan Tanah dengan Hand Tractor Pada pengolahan tanah menggunakan Hand Tractor terdiri dari 2 kali pengolahan yaitu pengolahan I dan pengolahan II. Pada pengolahan I menggunakan bajak singkal dengan lebar mata bajak 30 cm, dan pengolahan II menggunakan gelebeg yang mempunyai lebar alat 100 cm. Umur pengolahan tanah pada tanaman padi berkisar 21 - 30 hari. Pengolahan tanah dilakukan secara 2 tahap. Waktu perhari dalam pengolahan tanah rata-rata 6 - 8 jam/hari, Pengambilan data hanya dilakukan pada masing masing satu kelompok tani saja yang merupakan salah satu kelompok tani yang berkembang di kelurahan tersebut. Dari data yang ada pada Tabel 2, terlihat dari 9 kelurahan kapasitas pengolahan lahan tertinggi ditunjukkan pada kelompok tani Lima Sepakat berkisar 0,0463 ha/jam dan Kapasitas pengolahan lahan terendah ditunjukkan pada

kelompok tani Bukik Batu Bajolang berkisar 0,0382 ha/jam. Hal tersebut terjadi karena perbedaan waktu pengolahan dalam 1ha/harinya dan letak geografisnya. Pada kelompok tani Lima sepakat dapat menyelesaikan dalam 6 jam/hari/ha dengan letak geografisnya datar. Sedangkan kelompok tani Bukik Batu Bajolang menyelesaikan dalam 8 jam/hari/ha dengan letak geografisnya berbukit. Tabel 2. Kapasitas Pengolahan Lahan Hand Tractor No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kelompok tani Binuang Saiyo Sinar Baru Lima Sepakat Sepakat Tunas Muda Tunas Harapan Bukik Batu Bajolang Taruko Berkat Yakin Luas lahan diolah (ha) 24 39,9 48 25,5 37,5 17 35,96 28 44 Waktu (jam) 624,26 892,70 1047,30 573,46 918,23 412,77 942,76 683,17 989,26 Kapasitas pengolahan lahan (ha/jam) 0,0385 0,0449 0,0463 0,0447 0,0409 0,0412 0,0382 0,0411 0,0445

Pemanenan Padi Untuk tanaman padi sawah dipanen berkisar 100-120 hari. Alat yang digunakan adalah sabit biasa. Dari data pada Tabel 3 ditunjukkan kapasitas pemanenan tertinggi ditunjukkan pada kelurahan Tunas Harapan sekitar 194,52 kg/jam, sedangkan kapasitas pemanenan terendah ditunjukkan pada kelurahan Sepakat sekitar 167,05 kg/jam. Karena kebiasaan petani yang apabila akan memanen terlebih dahulu mengasah sabitnya setiap beberapa waktu, sehingga mengakibatkan kapasitas kerja menjadi rendah. Tabel 3. Kapasitas Rata-Rata Pemanenan Padi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kelompok tani Binuang Saiyo Sinar Baru Lima Sepakat Sepakat Tunas Muda Tunas Harapan Bukik Batu Bajolang Taruko Berkat Yakin Berat Gabah Terpanen(kg) 140 140 140 142 140 142 135 144 142 Waktu (jam) 0,75 0,72 0,78 0,85 0,80 0,73 0,72 0,78 0,80 Kapasitas pemanenan (kg/jam) 186,67 194,44 179,48 167,05 175,00 194,52 187,50 184,61 177,50

Perontokan Gabah

Cara perontokan yang biasa dilakukan oleh para petani adalah perontokan dengan cara membanting rumpun padi yang telah disabit ke dalam tongkang perontok yang telah ditutupi terpal di sekelilingnya (tong palambuik). Karena alat ini yang dirasa lebih mudah dibawa-bawa dan digunakan. Perontokan dilakukan langsung di sawah setelah pemanenan. Kepemilikan alat perontok menyewa alat tersebut dengan harga sewa Rp 12.000/tongkang. Dari data yang didapat pada Tabel 4, terlihat kapasitas perontokan tertinggi adalah kelompok tani Taruko sekitar 37,55 kg/jam. Hal ini disebabkan oleh petani yang bekerja sebagai pemotong padi saling bekerja sama dengan petani yang bekerja sebagai perontok padi, yang pada selang beberapa saat petani sebagai pemotong dapat juga melakukan perontokan, sehingga waktu lebih singkat. Kapasitas perontokan terendah adalah kelompok tani Bukik Batu Bajolang yaitu 35,63 kg/jam. Tabel 4. Kapasitas Rata-Rata Perontokan Gabah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kelompok tani Binuang Saiyo Sinar Baru Lima Sepakat Sepakat Tunas Muda Tunas Harapan Bukik Batu Bajolang Taruko Berkat Yakin Berat Gabah Terontok(kg) 52,60 51,35 52,33 52,92 51,78 52,75 50,60 53,33 53,05 Waktu (jam) 1,42 1,39 1,41 1,42 1,40 1,41 1,42 1,42 1,42 Kapasitas perontokan (kg/jam) 37,04 36,94 37,11 37,26 36,98 37,41 35,63 37,55 37,34

Alat yang digunakan saat pembersihan adalah kompa angin ( lumbo). Alat ini juga kebanyakan disewakan oleh petani yang telah melakukan pemanenan pada pihak tertentu. Biasanya alat ini bekerja pada waktu bersamaan dengan pemanenan pada saat perontokan, hingga menghasilkan gabah bersih ketika di lapangan. Penggilingan Gabah Penggilingan gabah dilakukan dengan dua fase yaitu pemecah (Husker) dan penyosoh (Polisher). Tetapi ada juga sebagian yang menggunakan Rice Milling Unit dalam melakukan penggilingan gabah. Terdapat 26 kelompok tani yang diamati memiliki alat mesin pemecah kulit dan mesin penyosoh yang terpisah. Pada kelompok tani yang lain belum memiliki alat penggilingan. Waktu yang dibutuhkan dengan mesin penyosoh untuk menyosoh beras pecah kulit lebih lama dibandingkan dengan mesin pemecah kulit, karena pada proses penyosohan terjadi dua kali pengulangan penyosohan.

Pada awal proses penyosohan berlangsung, ruang penyosoh masih kosong sehingga beras pecah kulit tidak tersosoh sempurna dan dikembalikan lagi ke bak penampungan. Pengulangan penyosohan ini yang menyebabkan kapasitas penyosohan lebih rendah dari kapasitas mesin pemecah kulit. Data kapasitas penggilingan gabah disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-Rata Kapasitas Penggilingan Gabah No Kelompok tani Gabah Waktu Kering Giling (detik) (GKG) (kg) 50 50 50 50 50 50 50 50 50 531,6 358,2 383,0 395,7 389,6 340,2 424,0 412,8 460,6 Beras Putih (BP) (kg) 31,1 32,3 32,9 32,5 31,6 32,6 32,8 32,6 32,6 Kapasitas Kerja (kg/jam) 210,8 324,6 309,3 296,0 292,0 345,0 278,5 284,3 254,8

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Binuang Saiyo Sinar Baru Lima Sepakat Sepakat Tunas Muda Tunas Harapan Bukik Batu Bajolang Taruko Berkat Yakin Kehilangan Hasil Pemanenan

Pada Tabel 6 disajikan nilai persentase kehilangan hasil pada kegiatan pemanenan padi. Dari Tabel 6 terlihat bahwa berat gabah tercecer rata-rata 1,73 kg dengan persentase kehilangan panen rata-rata saat panen adalah 1,23 %. ini menunjukkan persentase kehilangan masih tergolong dalam batas ambang toleransi kehilangan panen yang terjadi. Tabel 6. Kehilangan Hasil pada Kegiatan Pemanenan No Kelompok tani Berat Gabah saat Panen(kg) 140 140 140 142 140 142 135 144 142 140,56 Berat gabah terontok saat panen (kg) 1,65 1,65 1,60 1,88 1,72 1,85 1,63 1,70 1,83 1,73 Persentase kehilangan hasil (%) 1,18 1,17 1,14 1,32 1,22 1,30 1,20 1,21 1,31 1,23

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Binuang Saiyo Sinar Baru Lima Sepakat Sepakat Tunas Muda Tunas Harapan Bukik Batu Bajolang Taruko Berkat Yakin Rata-Rata

Kehilangan Hasil pada Kegiatan Perontokan

Kehilangan gabah saat perontokan sekitar 4,84 %. Menurut Purwadaria (1992), kehilangan gabah dengan cara dibanting pada papan dan jajaran bambu berkisar antara 2,88 7,68 %. Ini berarti kehilangan gabah yang terjadi cukup besar. Hal ini disebabkan karena banyaknya gabah yang terpelanting pada saat melakukan perontokan dan banyaknya gabah yang tidak terlepas dari malainya karena umurnya masih muda. Nilai kehilangan hasil saat perontokan gabah disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Kehilangan Hasil saat Perontokan Gabah No Kelompok tani Berat Gabah terontok(kg) 52,66 51,33 52,10 55,30 52,45 55,55 49,23 59,31 54,75 53,63 Berat gabah tercecer saat perontokan (kg) 2,48 2,36 2,33 2,76 2,32 2,90 2,23 3,23 2,87 2,60 Persentase kehilangan hasil (%) 4,71 4,60 4,47 4,99 4,42 5,22 4,52 5,44 5,24 4,84

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Binuang Saiyo Sinar Baru Lima Sepakat Sepakat Tunas Muda Tunas Harapan Bukik Batu Bajolang Taruko Berkat Yakin Rata-Rata

Kehilangan Hasil pada Penggilingan Menurut BPS (1998), kehilangan gabah saat penggilingan berkisar 2,94 %. Dari hasil pengamatan yang dilakukan persentase kehilangan persentase kehilangan gabah rata rata tergolong cukup tinggi. Pada Tabel 10 ditunjukkan kehilangan hasil tertinggi dari kelompok tani Tunas Harapan berkisar 2,84 %, sedangkan terendah dari kelompok tani Sinar Baru berkisar 2,10 %. Rendahnya persentase kehilangan pada penggilingan disebabkan karena beras pecah kulit yang telah digiling dan tercecer dikumpulkan dan digiling kembali. Nilai kehilangan hasil saat penggilingan gabah disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Kehilangan Hasil saat Penggilingan Gabah No Kelompok tani Berat Bahan Keluar BP (kg) 32,33 33,33 32,50 34,50 32,45 34,12 32,10 Berat beras tercecer (kg) 0,82 0,70 0,84 0,89 0,76 0,97 0,85 Persentase kehilangan hasil (%) 2,53 2,10 2,58 2,58 2,34 2,84 2,65

1 2 3 4 5 6 7

Binuang Saiyo Sinar Baru Lima Sepakat Sepakat Tunas Muda Tunas Harapan Bukik Batu Bajolang

8 9

Taruko Berkat Yakin Rata-Rata

35,10 33,79 33,36

0,99 0,85 0,85

2,82 2,51 2,55

Implementasi Basis Data Sistem basis data yang dikembangkan meliputi data kelompok tani, data kegiatan dan data alat pertanian, data diorganisasikan dalam bentuk Microsoft Access Relationship, seperti terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Relasi antar Tabel pada Basis Data Relasi antar tabel pada Gambar 2 menentukan bentuk koneksi (relationship), yang berfungsi untuk mengatur operasi terhadap basis data. Relasi atau hubungan antara tabel Penyebaran Alsintan dengan tabel Kelompok Tani, Kelurahan, dan Alat Pertanian mempunyai hubungan many -to- one ( - 1), berarti setiap kode kelompok tani pada tabel kelompok tani memiliki hubungan pada setiap kode kelompok tani pada tabel Penyebaran Alsintan. Satu record pada tabel kelompok Tani dapat memiliki atau berpasangan dengan beberapa record pada tabel Penyebaran Alsintan. Begitu juga hubungan antara tabel Penyebaran Alsintan dengan tabel Alat Pertanian dan tabel kelurahan adalah sistem many -toone ( - 1) sebagai basis data yang digunakan pada sistem ini.

Terjemahan Entity Relationship Diagram ke Tabel Informasi yang telah diperoleh dari berbagai literatur dan data yang didapat dari lapangan diinput ke dalam tabel dengan menggunakan program Microsoft Access 2003 seperti yang terlihat pada Gambar 8, 9, 10, dan 11. Pada Gambar 3 ditunjukkan tabel Kelurahan yang terdiri dari beberapa Field yaitu; kode kelurahan, nama kelurahan, luas lahan, jumlah penduduk, rata-rata lahan petani, dan persentase petani.

Gambar 3. Tampilan Tabel Data Kegiatan pada Sistem Basis Data Pada Gambar 4 ditunjukkan tabel kelompok tani yang terdiri dari kode kelompok tani, nama kelompok tani, jumlah anggota, nama ketua kelompok tani, luas lahan kelompok, dan komoditi.

Gambar 4. Tampilan Tabel Data Kegiatan pada Sistem Basis Data Pada Gambar 5 ditunjukkan tabel Alat pertanian yang terdiri dari kode alat pertanian, kegiatan, kombinasi alat pertanian, merk, model, tipe, dan buatan.

Gambar 5. Tampilan Tabel Data Kegiatan pada Sistem Basis Data Pada Gambar 6 ditunjukkan tabel Penyebaran alsintan yang terdiri dari ID, kode kelurahan, kode kelompok, kode alat pertanian, kapasitas kerja, daya, tenaga penggerak, konsumsi bahan bakar, waktu, kehilangan hasil, jumlah alat, kondisi, dan masa tanam.

Gambar 6. Tampilan Tabel Data Kegiatan pada Sistem Basis Data

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Rancang bangun sistem Informasi Penyebaran Alat dan Mesin Pertanian di Kecamatan Pauh kota Padang terdiri dari informasi kapasitas kerja efektif, daya, tenaga penggerak, jumlah alat, konsumsi bahan bakar, waktu, dan jumlah alat yang dibutuhkan. Hasil ini juga menginformasikan proses kegiatan pengolahan tanah, panen, dan pascapanen padi sawah di Kecamatan Pauh kota Padang yang berbasis database dengan menggunakan Software Microsoft Access 2003 dan Visual Basic 6.0. 2. Hasil survei yang telah dilaksanakan, bahwa penyebaran alat dan mesin pertanian hanya dilakukan kepada kelompok tani yang membutuhkan alat atau mesin tersebut pada usahataninya. Setiap alat pertanian yang dimiliki oleh kelompok tani itu berbeda-beda. 3. Pada pelaksanaan pengolahan tanah tanaman padi sawah di Kota Padang rata rata telah menggunakan traktor tangan (hand tractor). Akan tetapi, pada pelaksanaan panen dan pascapanen masih dilakukan secara tradisional, karena alat ini yang dirasa lebih mudah dibawa-bawa dan digunakan. Selain itu juga sudah terbiasa dengan tradisi yang lama. Seperti pada pemanenan alat yang

digunakan adalah sabit biasa, alat perontokan yang digunakan adalah tong perontok, dan sistem penggilingan padi adalah menggunakan mesin pemecah kulit, dan mesin penyosoh dengan kapasitas masing masing berturut turut 182,97 kg/jam, 37,02 kg/jam, dan 288,37 kg/jam. 4. Pada tanaman padi kehilangan hasil pada saat pemanenan, perontokan, dan penggilingan berkisar berturut turut adalah 1,23 %, 4,84 %, dan 2,55 %. Saran 1 Penyempurnaan laporan perlu dilakukan kembali, karena banyak data yang tidak sesuai dengan keterangan yang telah didapat dari para petani setempat dengan laporan sebelumnya dan adanya alat pertanian yang tidak termanfaatkan akibat tidak diketahui kepemilikan alat. 2 Sistem Informasi Penyebaran Alat dan Mesin Pertanian ini dapat dikembangkan lebih luas lagi, baik itu dengan penambahan tanaman pangan lainnya, dan mengembangkannya dalam bentuk Sistem Informasi Geografis. DAFTAR PUSTAKA Agromania. 2007. Alat dan Mesin Pertanian. Klipingmedia. http://www.mailarchive.com/agromania@yahoogroups.com/msg02787.html [Senin, 19 Maret 2007] Badan Pusat Statistik. 1998. Indonesia dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Chatib, Charmyn. 2007. Alat dan Mesin Pertanian. Teknik Pertanian Universitas Andalas. Padang. Purwadaria, H.K. 1992. Comparative Studies of Tradisionil Threshing Metode for Paddy Versis the Use of an Improved Flow Thresher (IRRI, TH Type) at Spesific Location in West Sumatera. IPB. Bogor. Tugiman, Hiro. 1996. Pengantar Audit Sistem Informasi. Kanisius. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai