Oleh
Udang vannamei merupakan sumber pangan yang kaya protein, dengan harga yang
relatif lebih murah, yang mendorong masyarakat untuk meningkatkan konsumsi
udang vannamei sebagai pemenuhan gizi bagi kesehatan. Sehingga terdapat peluang
besar bagi upaya peningkatan konsumsi udang vannamei di masa yang akan datang,
dengan demikian akan berpengaruh terhadap permintaan yang berakibat mendorong
berkembangnya kegiatan usahatani budidaya udang vannamei. Harga udang
vannamei setiap tahunnya mengalami kenaikan sebesar 10%. Harga udang vannamei
setiap musim berbeda-beda, semakin mendekati musim jarang semakin tinggi
harganya, dan itu akan mempengaruhi pada permintaan konsumen. Permintaan akan
udang vannamei pada kelompok pembudidaya udang ini banyak yang berasal dari
luar negeri yaitu Jepang, Taiwan, dan Amerika, sedangkan untuk permintaan dari
dalam negeri yaitu dari industri pengolahan (Sa'adah dan Milah, 2019).
PT. Central Bahari resmi berdiri pada tanggal 8 Juli 1994, kemudian berganti nama
menjadi PT Central Pertiwi Bahari pada tahun 1998. PT. Central Pertiwi Bahari
menggunakan pola TIR (Tambak Inti Rakyat) yang merupakan perinsip dasar
kemitraan perusahaan besar dengan perusahaan golongan ekonomi lemah dan
merupakan program penting pemerintah dalam upaya mensejahterakan masyarakat
yang adil dan makmur. PT CPB khusus dibangun untuk mengelola pertambakan
udang. Perusahaan membuka rekrutmen petambak untuk menempati dan melakukan
budidaya di masing-masing tambak yang disediakan perusahaan. Selanjutnya,
perusahaan dan petambak menjalin kerjasama dengan pola kemitraan, yakni
perusahaan memberikan fasilitas kepada petambak untuk meminjam kredit di bank.
Secara berangsur-angsur melalui penjualan udang kepada perusahaan kredit tersebut
dibayarkan, tergantung hasil panen udang yang didapat oleh petambak. Setiap
bulannya, petambak juga mendapatkan Pinjaman Biaya Hidup dari perusahaan yang
juga akan dibayarkan oleh petambak melalui penjualan udang. Selain itu, petambak
juga mendapatkan akses ke fasilitas kesehatan (medical) dengan system pambayaran
dilakukan dengan memotong hasil panen udang.
PT. Central Pertiwi Bahari juga merupakan pemasok udang untuk perusahaan besar
pengolahan udang di Indonesia. Salah satunya CP Food Indonesia, dibawah naungan
PT. Charoen Popkphan Indonesia memproduksi olahan makanan beku salah satunya
olahan udang untuk brand Fiesta. Udang yang digunakan untuk produksi olahan
udang diperoleh dari PT Central Proteinaprima Tbk. Yang merupakan salah satu
produsen dan pengolah udang terintegrasi terbesar di dunia yang bermarkas di
Jakarta. CP Prima Seafood merupakan perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang
produk seafood segar maupun olahan.
Black spot : Black spot adalah tanda bintik hitam pada tubuh
udang.
PD Vann IQF Black Bag : PD Vann IQF Black Bag merupakan produk olahan
udang beku (Frozen Shrimp) berbahan baku udang
Vannamei (Litopenaeus vannamei) yang dilakukan
pengupasan dan pembuangan usus (Peeled and
Deveined) dengan metode pembekuannya
menggunakan metode Individually Quick Frozen (IQF).
White Shrimp : White shrimp adalah nama lain dari udang vannamei
berwarna putih kekuningan dengan bintik hijau, atau
berwarna putih kemerahan.
II. MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UDANG
Tubuh udang vaname berwarna putih transparan (white shrimp), ada pula yang
berwarna kebiruan (dominan kromatofor biru). Panjang tubuh udang vaname dapat
mencapai 23 cm. Tubuh udang vaname dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
kepala (thorax) dan bagian perut (abdomen). Kepala udang vaname terdiri dari
antenula, antena, mandibula, dan dua pasang maxillae. Kepala udang vaname juga
dilengkapi dengan tiga pasang maxilliped dan lima pasang kaki berjalan (periopoda).
Sedangkan pada bagian perut (abdomen) udang vaname terdiri dari enam ruas dan
pada bagian abdomen terdapat lima pasang kaki renang dan sepasang uropods (mirip
ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson (Yuliati, 2009). Morfologi udang
vaname dapat dilihat pada Gambar 1.
Haliman dan Adijaya (2005) mengemukakan bahwa sifat-sifat penting yang dimiliki
udang vannamei yaitu aktif pada kondisi gelap (nocturnal), dapat hidup pada kisaran
salinitas lebar (euryhaline) umumnya tumbuh optimal pada salinitas 15-30 ppt, suka
memangsa sesama jenis (kanibal), tipe pemakan lambat tetapi terus menerus
(continous feeder), menyukai hidup di dasar (bentik) dan mencari makan lewat organ
sensor (chemoreceptor).
✓ Limbah padat berupa cangkang dan kulit dapat diolah menjadi kitosan dan
kompos
1. Kualitas
Jenis udang yang sering dikonsumsi dan diolah yaitu udang yang masih bermutu baik
dan laku diekspor, harus memenuhi syarat-syarat utuh, belum ada bagian-bagian yang
patah atau lepas, kulit licin dan mudah meluncur diantara satu dan lainnya, warna
masih asli sesuai jenisnya dan belum berubah menjadi merah muda, tidak terdapat
bercak-bercak hitam (black pot) di kepala, sambungan ruas-ruas, ekor, kaki renang
dan sungut, mata bulat, hitam dan bening serta bercahaya, dagingnya masih kenyal
dan manis rasanya, kulitnya kuat dan tidak mudah mengelupas, bau segar, khas sesuai
ukuran seragam dan jenisnya.
2. Kuantitas
Produksi udang Lampung adalah jumlah udang yang dihasilkan di Provinsi Lampung
pada waktu tertentu, baik yang diproduksi oleh petambak maupun perusahaan.
Lampung dikenal menjadi penghasil utama udang di Indonesia. Tentunya produksi
udang juga dipengaruhi oleh permintan konsumen baik dalam maupun luar negeri.
Sebagai contoh, pada tahun 2008-2012 terjadi pernurunan produksi udang yang
disebabkan oleh penyakit yang terdapat di udang vannamei yang mengakibatkan hasil
udang dari tambak- tambak besar hingga yang dikelola masyarakat mengalami
penurunan hasil produksi. Belum lagi masih adanya persoalan yang membelit
perusahaan udang terbesar PT. Centralproteina Prima terhadap plasma di PT. Aruna
Wijaya Sakti yang merupakan eks PT. Dipasena Citra Dharmaja yang tidak
berproduksi optimal karena adanya konflik internal dan belum selesainya revitalisasi
tambak udang yang dilakukan. Namun pada tahun 2013, produksi udang Lampung
mulai pulih. Indikasinya terlihat banyak pembukaan lahan tambak baru dan banyak
tambak mangkrak yang sudah beroperasi kembali. Hal tersebut membuat produksi
udang menjadi meningkat sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar.
3. Ketepatan Waktu
Pada dasarnya, siklus pembesaran udang vaname ini berkisar sekitar 2,5 bulan
terhitung sejak tebar benur hingga panen. Namun apabila dihitung dari proses
persiapan tambak hingga panen, siklus budidaya berkisar 3 bulan atau lebih. Jika
musim hujan, proses pengeringan tambak dalam persiapan tambak membutuhkan
waktu lebih lama, dalam satu tahun petani tambak udang dapat melakukan budidaya
sebanyak 3 kali siklus budidaya yaitu bulan Februari-Mei, bulan Juni-September, dan
bulan Oktober-Januari. Air yang digunakan untuk budidaya udang merupakan air
yang berasal dari laut yang dialirkan ke tambak petani melalui inlet.
4. Biaya
Udang vannamei beku merupakan produk akhir yang dihasilkan PT. Indomina
Langgeng Sejahtera. Produk PD Vann IQF Black Bag merupakan produk olahan
udang beku (Frozen Shrimp) berbahan baku udang Vannamei (Litopenaeus
vannamei) yang dilakukan pengupasan dan pembuangan usus (Peeled and Deveined)
dengan metode pembekuannya menggunakan metode Individually Quick Frozen
(IQF). Bahan baku atau udang vannamei yang masuk sesuai standar dengan proses
produksi yang benar dan baik akan menghasilkan produk akhir udang vannamei beku
yang berkualitas. Jenis produk yang diproduksi PT. Indomina Langgeng Sejahtera
tergantung pada keinginan buyer atau negara tujuan, dan jenis produk yang banyak
diekspor dan menjadi andalan di PT. Indomina Langgeng Sejahtera yaitu jenis produk
udang vannamei peel and deveined (PD) dengan kode produksi 085 (Safitri dkk,
2019).
Proses sortasi yang dilakukan PT. Indomina Langgeng Sejahtera adalah sebagai
berikut:
1. Udang yang telah melalui proses pencucian dan perendaman dari wash tank
grader kemudian di bawa keruangan grading melalui confeyer pada tahap ini
pemisahan udang vannamei (Litopenaeus vannamei) berdasarkan ukuran
udang yang dilakukan secara otomatis oleh mesin grader sehingga pada tahap
hadless udang yang masih berukuran all size pada tahap ini udang telah
disatukan menurut ukurannya melalui line pada mesin grader.
2. Setelah udang keluar dari mesin grader kemudian dilakukan Sortasi mutu dan
pemisahan ukuran oleh operator grader menggunakan metoda penentuan Lbs
dan keseragaman (uniformity) serta uji organoleptik.
3. Pengecekan jumlah udang per Lbs merupakan verifikasi dari sortasi ukuran
bahan baku udang vannamei (Litopenaeus vannamei) menggunakan metoda
penimbangan dengan satuan Lbs sebanyak 454 gram.
4. Dari penentuan Lbs ini dapat diketahui ukuran (size) bahan baku udang
vannamei (Litopeaneus vannamei) sebagai contoh jika udang dalam Lbs/454
gram berjumlah 26 hingga 30 maka size udang tersebut adalah 26-30.
Standar Kualitas udang di PT. Indomina Langgeng Sejahtera disajikan pada Tabel 1.
Perusahaan lainnya yang memproduksi udang adalah PT. Central Pertiwi Bahari,
bedanya selain untuk kebutuhan ekspor dan pangan nasional PT. CPB juga menjadi
pemasok udang ke perusahaan besar pengolahan udang seperti CP Prima Food
Indonesia, dibawah naungan PT. Charoen Popkphan Indonesia memproduksi olahan
makanan beku salah satunya olahan udang untuk brand Fiesta. Udang yang
digunakan untuk produksi olahan udang diperoleh dari PT Central Proteinaprima
Tbk. Yang merupakan salah satu produsen dan pengolah udang terintegrasi terbesar
di dunia yang bermarkas di Jakarta. CP Prima Seafood merupakan perusahaan
Indonesia yang bergerak di bidang produk seafood segar maupun olahan.
Teknologi proses yang digunakan baik untuk PT. Indomina Langgeng Sejahtera yang
memproduksi udang beku dan CP Prima Seafood yang memproduksi olahan udang
dengan brand fiesta menggunakan teknologi untuk proses pembekuan yang sama
yaitu IQF (Individual Quick Freezing). Pembekuan dengan metoda Individually
Quick Frozen (IQF) sendiri memiliki tiga tahapan yaitu: tahapan pembekuan pada
tunnel freezer, pengglazingan dan metode pembekuan akhir menggunakan hardening
tunnel. Setelah produk olahan udang atau udang yang ingin dibekukan terseleksi
kemudian dilakukan proses pembekuan dengan menggunakan alat IQF (Individual
Quick Freezing), dimana suhu ruangan dari IQF berkisar -40°C sampai dengan -
35°C. Lama pembekuan di dalam IQF selama ±30 menit hingga 1 jam. Bahan pangan
yang telah digoreng akan memiliki suhu yang tinggi sehingga dengan proses
pembekuan menggunakan IQF ini diharapkan suhu bahan pangan menurun hingga
mencapai suhu -18°C.
Mesin IQF memiliki prinsip dasar yaitu membekukan produk dengan bantuan cairan
pendingin dalam waktu yang singkat dan hasil dari pembekuannya terpisah-pisah. Di
dalam mesin terdapat conveyor belt yang berisi produk yang nantinya akan diberi
hembusan udara dingin. Gas masuk ke dalam blower yang akan diubah menjadi gas
pendingin dengan suhu -24oC. Jika bahan pendingin dimasukkan ke dalam ruang
tertutup yang titik didihnya sudah diatur dengan cara menurunkan tekanan, maka
refrigerant akan menguap sambil menyerap sangat banyak panas dari bahan yang
didinginkan dalam ruangan tersebut.
Mesin IQF ini dapat bekerja dengan menyerap panas dari produk yang didinginkan
dan memindahkan panas ke tempat lain dengan perantara bahan pendingin
(refrigerant) yaitu amonia. Bahan pendingin cair dari tangki penampung dimasukkan
ke dalam evaporator melalui sebuah katup ekspansi. Bahan pendingin cair di
evaporator menguap dengan jalan menurunkan tekanannya dengan kompresor. Uap
bahan pendingin yang terhisap oleh kompresor kemudian dimampatkan dan
dimasukkan ke dalam kondesor untuk diembunkan (didinginkan dengan udara atau
air). Bahan pendingin yang telah menjadi cairan kembali ditampung di dalam sebuah
tangki penampung untuk kemudian diuapkan kembali di dalam evaporator. Setelah
produk keluar dari IQF, dilakukan sortir kembali supaya nugget yang tidak sesuai
spesifikasi tidak ikut dikemas. Dalam hal ini, tugas QC sangatlah diperlukan untuk
mengawasi dan mengamati produk yang dihasilkan.
Sedangkan untuk perusahaan pengolahan olahan udang, CP Prima food dalam satu
hari produksi berlangsung 3 kali periode. 1 periode produksi atau dalam satu shift
kerja, proses produksi berlangsung selama 8 jam yang ditargetkan dapat
memproduksi sekitar 12.000 kg. Jadi total target produksi per hari-nya 36.000 kg
produk olahan seafood.
Pengaturan Jam Kerja Karyawan CP Prima Food
Tipe Karyawan Hari Jam Kerja
Office Senin – Jumat 08.00 – 16.00
Sabtu 08.00 – 13.00
Senin - Jumat 07.00 – 15.00
Shift 1
Sabtu 07.00 – 12.00
Senin - Jumat 15.00 – 23.00
Shift 2
Sabtu Off
Senin - Jumat 23.00 – 07.00
Shift 3
Sabtu Off
Keterangan : 1 jam waktu untuk istirahat
Proses pembuatan fiesta seafood diawali dengan kedatangan bahan baku dan bahan
penunjang. Bahan baku berupa udang berasal dari tambak yang kemudian disimpan
di chillroom dengan suhu berkisar 0°C-5°C. Selain itu ada pula beberapa bahan
penunjang seperti tepung, seasoning, premix, dan lainnya berasal dari supplier
terpilih yang akan disimpan sementara di dalam gudang seasoning dengan kondisi
RH 50%-60%.
Pengeluaran bahan baku dilakukan secara FIFO (First In First Out) dan juga selalu
dilakukan pencatatan bahan baku yang keluar dan masuk dalam chillroom. Salah satu
cara untuk mempermudah sistem FIFO dengan memberi warna kemasan yang
berbeda pada setiap harinya, contoh didalam penerapan dari CP Prima Food untuk
kemasan hari pertama yaitu plastik berwarna merah dan kedua berwarna putih, untuk
produk frozen dikemas dengan plastik berwarna kuning, dan produk siap olah
dikemas dengan plastik warna biru.
Bahan penunjang seperti tepung terigu, profarm (isolate kedelai), pati jagung, premix
(campuran bumbu-bumbu), tepung roti (bread crumb), minyak goreng, tepung
batter. Semua bahan penunjang berasal dari supplier yang sudah terpilih. Bahan
penunjang yang datang akan dicek oleh QC incoming dengan melihat CoA
(Certificate of Analysis) dan dokumen halal yang berlaku serta penampakan secara
fisik dan visual seperti bau, warna, dan kontaminan benda asing, serta pada
laboratorium secara biologi dan kimia. Pemeriksaan kualitas secara kimia yaitu
pemeriksaan kualitas kadar air dan kadar garam sedangkan pemeriksaan kualitas
secara biologi pada bahan penunjang seperti terigu meliputi pemeriksaan mould dan
yeast dengan batas maksimum 1 x 104 koloni/gram. Hal ini sesuai dengan SNI 7338 :
2009 yang menjadi acuan laboratorium di PT. Charoen Pokphand Indonesia - Food
yang menaungi CP Prima Food. Setelah memenuhi standar yang ditetapkan, bahan
penunjang tersebut baru boleh disimpan ke dalam gudang seasoning dengan suhu 20-
300C dan kelembaban 50-60%.
Penerimaan minyak goreng ditentukan pengecekan secara sensori dan FFA untuk
menentukan kualitas. Pemeriksaan % FFA ini dilakukan dilaboratorium. Asam lemak
bebas adalah indikator dalam penentuan kualitas minyak yang baik. Asam lemak
bebas terbentuk dari proses hidrolisis lemak dan akan bereaksi membentuk
komponen volatile yang menjadi penyebab ketengikan dan polimer (Ketaren, 1986).
Bahan penunjang juga harus diperhatikan tata letaknya seperti harus diletakkan pada
rak atau pallet (non kayu) sehingga tidak bersentuhan dengan dinding dan langit-
langit. Jarak pallet dengan dinding kurang lebih 45 cm yang bertujuan agar mudah
untuk pembersihan dan pemantauan kebersihan ruang penyimpanan. Rak yang
digunakan untuk menyimpan barang tidak boleh kontak langsung dengan permukaan
tanah. Hal ini untuk mempermudah pembersihan lantai dan mencegah kontaminan
biologis seperti serangga dan binatang pengerat untuk memakan produk. Kebersihan
ruangan tempat penyimpanan juga harus diperiksa secara rutin dan
didokumentasikan.
Sertifikasi yang telah dipenuhi CP Prima terkait dengan keamanan dan kualitas
produk telah diberikan oleh British Retailers Consortium (BRC) dari Inggris Raya.
Sementara sertifikasi yang menyatakan bahwa CP Prima telah melakukan kegiatan
budidaya ikan yang baik dan benar (CBIB) yang dalam bahasa aquaculturenya
dikenal dengan istilah BAP (Best Aquaculture Practices) telah diberikan pula oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Aquaculture Certification Council (ACC,
standard US), dan GlobalGAP untuk standard Eropa. Lembaga sertifikasi
internasional (ACC dan GlobalGAP) tersebut memiliki standard yang sangat tinggi
terkait dengan isu kualitas dan keamanan produk, lingkungan dan isu sosial.
3.6 Pohon Industri, Manajemen By Product dan Product Development
Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku,
merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut.
Agroindustri termasuk dalam lima subsistem agrobisnis yaitu subsistem pengadaan
sarana produksi, subsistem usahatani, subsistem pengolahan hasil agroindustri,
subsistem pemasaran hasil pertanian, dan subsistem jasa penunjang. Subsistem
tentunya saling berinteraksi satu sama lainnya, khususnya dalam agroindustri udang.
Dari perencanaan produksi sama jasa penunjang memliki peran masing – masing
yang berkaitan untuk mendukung majunya agroindustri udang.
Pada CP Prima Food setelah keluar dari mesin IQF, Produk Fiesta Seafood akan
disortir kembali untuk mengantisipasi adanya produk yang tidak sesuai dengan
bentuknya. Setelah disortir, nugget akan dibawa ke mesin penimbang MHW melalui
bucket elevator. Pada mesin MHW, produk akan ditransfer ke dalam head. Terdapat
sejumlah 16 head pada mesin ini yang bekerja secara bergantian untuk menimbang
produk. Jika beratnya sudah sesuai, maka head akan membuka dan produk akan jatuh
ke hopper yang ada dibawahnya. Kemudian produk akan dijatuhkan ke plastik yang
sudah dibentuk di bag former. Sensor pada mesin akan bekerja secara otomatis
membaca eyemark pada polyroll, sehingga kemasan plastik dapat terpotong dengan
tepat pada gambarnya. Kemudian plastik yang sudah berisi produk di seal secara
otomatis. Pada pembentukan plastik juga dilakukan pencetakkan kode produksi dan
expired date pada kemasan polyroll. Expired date nugget yaitu selama 1 tahun.
Dalam proses sealing sangat dibutuhkan panas agar kemasan yang dihasilkan tertutup
dengan rapat. Adapun prosesnya disebut heat sealing. Berdasarkan teori Sampurno
(2006) heat sealing merupakan proses menyambung atau menyatukan dua film
termoplastik dengan cara memanaskan area yang saling bersentuhan sampai
mencapai suhu di mana terjadi fusi atau penyatuan, biasanya dibantu dengan tekanan.
Adapun proses pengecekan QC dilakukan setiap pergantian batch dan polyroll.
Dalam hal ini yang perlu dicek adalah ketepatan penulisan kode produksi dan expired
date, kelengkapan atribut kemasan (No MD, barcode, label halal, ketepatan potongan
kemasan, kekuatan seal, dan setting netto MHW. Pengecekan cartoning meliputi
pengecekan ketepatan penulisan kode produksi dan expired date (sama atau tidaknya
yang tertera pada kemasan plastik), serta kondisi karton (sesuai spesifikasi).
Dalam setiap kemasan hendaknya diberi penomoran batch dengan tujuan untuk
memastikan bahwa tiap batch produk mentah dan produk jadi dapat diidentifikasi.
Sistem penomoran yang digunakan pada tahap pengolahan dan tahap pengemasan
hendaklah saling berkaitan dan menjamin bahwa nomor batch yang sama tidak
dipakai secara berulang. Penomoran batch dicatat dalam suatu Form Verifikasi yang
mencakup tanggal pemberian nomor, identitas produk, serta expired date yang
bersangkutan. Proses selanjutnya yaitu produk yang sudah dikemas dilewatkan ke
metal detector untuk mengetahui ada tidaknya kontaminasi logam. Pada proses ini
merupakan bagian dari CCP (Critical Control Point) dalam proses produksi olahan
seafood, karena tidak ada lagi proses berikutnya yang dapat menghilangkan
kontaminan. Bahaya yang mungkin terjadi adalah adanya kontaminasi logam dalam
produk.
V. KESIMPULAN
Agroindustri udang merupakan suatu proses produksi udang dari hulu sampai hilir
yang melibatkan beberapa subsistem yang saling terkait dan harus dijaga. Sektor
pengadaan bahan baku udang dan Sektor pengolahan udang juga memegang peran
penting dalam jalannya Agroindustri udang di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Andini, dkk. 2020. Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petambak
Udangvaname Eks Plasma Pt Centralpertiwi Bahari Desa Bratasena
Adiwarna. JIIA, VOLUME 8 No. 1.
Isdadiyanto S. 2015. Kadar apoprotein A dan apoprotein B serum darah tikus putih
Sprague Dawley hiperlipidemia setelah diberi cangkang udang laut. Buletin
Anatomi dan Fisiologi, 23 (2): 101 – 108. https://ejournal
.undip.ac.id/index.php/janafis/article/view/100 25. [11 September 2018]
Kadarsan H. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan
Agribisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
KKP [Kementrian Kelautan dan Perikanan]. 2015. Analisis Data Pokok Kementrian
Kelautan dan Perikanan 2015. Pusat Data, Statistik, dan Informasi KKP.
Jakarta.
Ramadhani, dkk. 2018. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Pada
Budidaya Tambak Intensif Udang Vannamei Di Kecamatan Punduh Pedada
Kabupaten Pesawaran Lampung. Jurnal Agribisnis, Vol. 12, No. 1, Juni 2018,
[61 – 74] ISSN : 1979-0058.
Safitri, dkk. 2019. Pengendalian Proses Produksi Udang Vannamei Peel And
Deveined (PD) Dalam Memenuhi Pasar Ekspor Pada PT ZYZ. Karya Ilmiah
mahasiswa. Politeknik Negeri Lampung. Lampung.