Anda di halaman 1dari 14

Oseana, Volume XLIII, Nomor 2 Tahun 2018 : 34 - 47 ISSN 0216-1877

ASPEK BIOLOGI DAN ABLASI MATA PADA UDANG WINDU Penaeus


monodon SUKU PENAEIDAE (DECAPODA: MALACOSTRACA)

Oleh
Rianta Pratiwi 1)

ABSTRACT
THE ASPECTS OF BIOLOGY ANDEYE ABLATION ON SHRIMP Penaeus
monodon PENAEIDAE (DECAPODA: MALACOSTRACA). A qood quality of
seeds (fry) is a very important production component to support the shrimp farming
activities in ponds. The quantity and quality of shrimp seeds are largely determined by
hatchery products obtained from the quality of the broodstock used. The provision of the
broodstock is the beginning of the seed production activities and is one of the factors that
determines the quality and quantity of the production. The growing demand for mature
gonad shrimp is a big problem for shrimp farmers, due to the ability of windu shrimp to
spawn in the nature (ripe gonad naturally) takes relatively long time. Therefore, the eye
ablation process can accelerate the process of gonad maturity. This article describes
some aspects that should be understood in conducting windu shrimp farming as well as
explanations of ablation process.

PENDAHULUAN dan berat sekitar 260 gram. Sedangkan


udang windu yang dibudidayakan di
Keragaman jenis udang
dalam tambak, panjang tubuhnya hanya
pada perairan laut di seluruh dunia
mencapai 20 centimeter dengan berat
diperkirakan dari famili Penaidae
tubuh sekitar 140 gram (Soetomo, 2000).
adalah berjumlah sekitar 318 spesies,
dan sekitar 80 jenis diantaranya hingga Udang windu merupakan udang
saat ini belum dimanfaatkan. Dari asli dari perairan Indonesia. Jenis udang
jumlah tersebut, spesies udang dari tersebut sangat digemari di seluruh
genus Penaeus merupakan jenis udang dunia dan memiliki nilai ekonomis yang
terpenting, karena memiliki ukuran yang cukup tinggi, bahkan menjadi komoditas
cukup besar. Dua diantaranya adalah primadona dari Indonesia. Disamping itu,
udang windu (Penaeus monodon) dan udang tersebut juga sangat penting bagi
udang putih (Penaeus merguiensis). sektor perikanan, karena mempunyai nilai
Udang P. monodon atau yang selanjutnya gizi yang tinggi, sehingga dapat dijadikan
disebut udang windu dalam tulisan ini, sebagai komoditas ekspor dan sumber
dikenal juga dengan sebutan black tiger devisa, serta memiliki nilai protein
shrimp. Jenis ini adalah jenis udang laut tinggi penunjang konsumsi masyarakat
yang dapat mencapai ukuran besar, yang Indonesia maupun mancanegara.
dapat mencapai panjang 35 centimeter Berbagai upaya telah dilakukan dalam
1)
Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI

34
meningkatkan produksi udang windu, dan Irian Jaya. Peningkatan produksi yang
salah satu diantaranya adalah penerapan sangat tinggi dalam upaya memenuhi
sistem budidaya udang windu secara permintaan pasar ekspor, berdampak
intensif, yang dimulai sejak pertengahan kepada meningkatnya permintaan benih
tahun 1986 (Prasetyo, 2017). udang, sehingga produksi benih udang
harus dilakukan secara intensif. Salah satu
Sejak tahun 1995 produksi jenis
cara untuk meningkatkan produksi benih
udang mengalami penurunan yang sangat
udang adalah dengan melakukan ablasi
drastis, hal ini karena adanya serangan
yaitu proses mempercepat kematangan
penyakit pada areal pertambakan dan
gonad. Permasalahan yang utama adalah
panti pembenihan (Tampangallo et
udang windu memiliki kemampuan untuk
al., 2012). Beberapa virus jenis Vibrio
matang gonad secara alami yang sangat
menjadi penyebab penyakit pada udang
lama (Prasetyo, 2017).
yang dikenal sebagai Vibriosis. yang
menyerang larva udang, sehingga Pengetahuan dasar mengenai
industri udang Indonesia mengalami proses ablasi pada udang windu sangat
masa pasang surut, terutama setelah penting diketahui, karena diperlukan
merebaknya serangan virus Vibrio untuk mempercepat proses kematangan
atau White Spot yang menghancurkan gonad yang berhubungan dengan
usaha budidaya udang di sebagian besar produksi benih udang tersebut. Spesimen
wilayah Indonesia, terutama pantai yang digunakan dalam tulisan adalah dari
utara Jawa (Pantura). Namun demikian, referensi koleksi yang dimiliki oleh Pusat
karena permintaan udang yang semakin Penelitian Oseanografi-LIPI yang berasal
meningkat, maka pemerintah mendorong dari perairan Indonesia. Tujuan dari
industri budidaya udang untuk lebih tulisan ini adalah memberikan gambaran
meningkatkan produksinya, sehingga tentang aspek biologi udang windu
di tahun 2012 mulai meningkat kembali yang sangat banyak dibudidayakan di
dengan nilai produksi menjadi sebesar perairan Indonesia dan pentingnya
300.000 ton atau dua kali lipat dari proses ablasi yang berpengaruh besar
tahun-tahun sebelumnya. Komoditas terhadap produksi benih udang windu (P.
udang diharapkan tetap menjadi monodon).
primadona ekspor, dan Indonesia masih
menempatkan udang P. monodon sebagai
CIRI-CIRI UDANG WINDU
komoditas unggulan perikanan budidaya
(P. monodon)
selama 2012-2014 (Prasetyo, 2017).
Jenis udang P. monodon atau
Penangkapan udang laut di
lebih dikenal dengan nama lokal yaitu
beberapa lokasi telah berjalan dengan
udang windu atau udang pacet. Ciri-
sangat intensif hingga telah mencapai atau
ciri dari udang tersebut adalah pada
melebihi produksi lestari (sustainable
bagian kepala dilindungi oleh karapas
yield), misalnya di beberapa tempat pantai
(cangkang kepala), dengan rostrum yang
utara Jawa, pesisir Kalimantan, Sumatra

35
tajam melengkung. Pada rostrum bagian sampai segmen ke lima. Segmen ke enam
atas terdapat 7 atau 8 gerigi dan bagian adalah bagian ekor (telson), berbentuk
bawah 2 atau 3 gerigi, biasa dituliskan kipas (uropod) dan diantaranya terdapat
dengan rumus 7-8/2-3. Rostrum melebihi bagian yang runcing, yang disebut dengan
ujung tangkai antennula, berbentuk telson (Gambar 1). Tubuh udang windu
kurva. Rostral karina hampir mencapai dibentuk oleh dua cabang (biramous),
epigastrik dan postrostral karina hampir yaitu exopodite dan endopodite. Aktifitas
mencapai ujung belakang karapas. berganti kulit luar atau eksoskleton
Bagian kepala lainnya adalah terdapatnya secara perodik biasa disebut dengan
hepatik karina yang sangat jelas di bagian istilah  moulting (Mujiman & Suyanto,
depan secara horizontal dan hepatik 2003; Pratiwi, 2008).
sulcus yang tidak begitu jelas terlihat.
Udang windu juga memiliki ciri-
Di bagian mata juga terdapat sepasang
ciri kulit tubuh yang keras, berwarna
mata majemuk (mata facet) bertangkai
hijau kebiru-biruan dan bercorak loreng-
yang dapat digerakkan. Mulut terletak
loreng besar. Udang windu yang sudah
di bagian bawah kepala dengan rahang
dewasa dan hidup di laut, memiliki ciri-
(mandibula) yang kuat. Sepasang antena
ciri warna kulit merah muda kekuning-
juga terletak di bagian kepala dengan
kuningan dengan ujung kaki renang yang
dua pasang antennula, serta sepasang
berwarna merah, sedangkan udang windu
maxilliped. Bagian badan (abdomen),
yang masih muda memiliki ciri khas
terdiri dari 6 segmen yang satu dengan
berwarna merah muda dengan bintik-
lainnya dihubungkan dengan selaput tipis.
bintik hijau (Kordi, 2010).
Terdapat 5 pasang kaki renang (pleopod)
yang melekat pada segmen pertama

Gambar 1. Udang windu (P. monodon) (Suwignyo, 1990).

36
Induk yang digunakan untuk sistem reproduksi betina menggunakan
budidaya diperoleh dari alam, yang sepasang ovarium, oviduk, lubang
diperkirakan telah melakukan pemijahan genital dan thelycum, sedangkan sistem
di alam. Udang windu yang pada bagian reproduksi jantan menggunakan testes,
abdomennya berwarna kemerah-merahan vasa deferensia, petasma dan apendiks
menunjukan bahwa udang tersebut maskulina. Alat kelamin udang dapat
berasal pada daerah yang dalam (pada dilihat pada Gambar 2.
laut dalam), sedangkan induk yang pada
Pada udang jantan dewasa, gonad
bagian abdomennya berwarna kehitam-
akan menjadi testis yang berfungsi
hitaman menunjukan bahwa udang
sebagai penghasil mani (sperma). Pada
tersebut berasal dari daerah yang dangkal
udang betina, gonad akan menjadi
(Prasetyo, 2017).
indung telur (ovarium), yang berfungsi
menghasikan telur. Ovarium yang telah
PERBEDAAN JANTAN BETINA matang akan menghasilkan telur dalam
jumlah yang banyak. Telur-telur akan
Alat reproduksi antara udang
merekat pada ovarium dan terangkai
jantan dan udang betina terdapat
seperti buah anggur yang meluas sampai
perbedaan yang khas. Cara untuk
ekor. Sperma yang dihasilkan oleh udang
membedakan udang jantan dan udang
jantan, pada saat kawin akan dikeluarkan
betina, dapat dilihat dari alat kelaminnya
dalam kantung seperti lendir yang disebut
yang secara morfologi terlihat sangat
dengan kantung sperma (spermatophore).
jelas. Alat kelamin jantan udang disebut
Spermatophore dilekatkan pada thelycum
dengan petasma, yang terletak pada
udang betina dan disimpan terus disana
kaki renang pertama, sedangkan lubang
hingga saat peneluran dengan bantuan
saluran kelaminnya disebut dengan
petasma. Apabila udang betina bertelur,
gonophore terletak diantara pangkal
spermatophore akan pecah, dan sel-
kaki jalan ketiga. Alat kelamin udang
sel sperma akan membuahi telur di luar
betina disebut dengan thelycum, terletak
badan induknya (Mujiman & Suyanto,
diantara kaki jalan ke empat dan ke lima
(Pratiwi, 2008). Menurut Lestari (2009), 2003; Pratiwi, 2008).

Gambar 2. Alat kelamin udang Windu jantan (Petasma) dan alat kelamin udang Windu
betina (Thelycum) (Paula, 1988. http://www.india_ocean.org.).

37
TINGKAH LAKU UDANG WINDU lebih mengandalkan indera perasa
Umumnya udang dan semua bangsa seperti antenna flagella, rongga mulut, kaki
krustasea bersifat kanibal, yaitu memangsa jalan, carapace daripada indera penglihatan
sesama jenis yang lebih lemah kondisinya (Sumeru & Umiyati, 1992). Hal ini
misalnya udang yang sedang dalam proses diperkuat oleh pendapat Ache (1982), yang
ganti kulit seringkali dimakan oleh udang menyatakan bahwa alat chemoreseptor pada
lain. Udang berukuran lebih kecil dimakan krustase bersifat sensitif dalam memberikan
oleh udang besar terutama bila dalam respon untuk bahan-bahan kimia, sebaik
keadaan kurang makan. Hidup di dasar respon terhadap temperatur dan pH.
perairan, tidak menyukai cahaya terang dan Udang windu memiliki daya tahan
bersembunyi di lumpur pada siang hari, yang sangat kuat terhadap salinitas, dan
bersifat kanibal terutama dalam keadaan suhu. Pada waktu masih benih, udang
lapar dan tidak ada makanan yang tersedia, bersifat euryhaline yang sangat tahan
mempunyai ekskresi amonia yang cukup terhadap fluktuasi kadar garam oleh sebab
tinggi dan untuk pertumbuhan diperlukan itu udang windu dapat dipelihara di tambak
pergantian kulit (moulting). Pertumbuhan dengan kadar garam bervariasi mulai dari
udang yang sangat cepat dan menyerap air kisaran salinitas 3–5 ‰ pada tambak yang
lebih banyak sampai kulit luar yang baru jauh dari laut, hingga tambak yang dekat
mengeras yaitu pada saat proses pergantian dengan laut yang salinitas berkisar 20– 30
kulit. Pergantian kulit merupakan indikator ‰. Pada tambak yang berair dangkal, daya
dari pertumbuhan udang, semakin cepat tahan udang windu terhadap perubahan
udang berganti kulit berarti pertumbuhan suhu juga cukup besar. Pada malam hari
semakin cepat pula. Udang berganti kulit suhu dapat mencapai 22°C atau di bawah
secara periodik, dan pada proses ganti kulit 25°C, namun di siang pada hari terutama
tersebut badan udang berkesempatan untuk pada musim kemarau suhu sering mencapai
bertumbuh besar secara nyata. Udang muda 31°C. Meskipun demikian udang windu
lebih sering ganti kulit daripada udang tua, tetap dapat tumbuh dengan cukup baik
sehingga udang muda lebih cepat tumbuh (Suyanto &Takarina, 2009).
dibandingkan dengan yang lebih tua. Semua
udang memiliki sifat alami yang sama,
SIKLUS HIDUP DAN REPRODUKSI
yakni aktif pada malam hari (nocturnal),
UDANG WINDU
baik aktifitas untuk mencari makan dan
reproduksi (Sumeru & Umiyati, 1992). Layaknya biota yang lain, udang
windu juga memiliki daur hidup atau
Beberapa indera yang digunakan
fase-fase yang harus dilalui selama
udang untuk mendeteksi makanan adalah
hidupnya. Daur hidup udang meliputi
penglihatan (sight), audiosense, thermosense
beberapa tahapan yang membutuhkan
dan  chemosense. Indera keempat yaitu
habitat yang berbeda pada setiap
chemosense atau chemoreseptor merupakan
tahapan. Awalnya, udang windu muda
alat yang paling peka untuk mendeteksi
akan menyukai daerah-daerah dangkal,
pakan. Dalam mencari pakan udang

38
seperti muara air payau yang salinitasnya perkawinan dan kemudian menghasilkan
rendah. Seiring dengan berjalannya keturunan yang baru. Umumnya,
usia, udang akan pindah ke habitat perkawinan udang windu terjadi pada
yang lebih dalam, lebih tenang, dan waktu malam, lebih sering lagi ketika
lebih jernih untuk membantu proses sedang bulan purnama (Effendi, 2002).
pertumbuhannya. Udang melakukan
Siklus hidup udang windu
pemijahan di perairan yang relatif dalam.
sebenarnya telah banyak diteliti antara lain
Setelah menetas, larvanya yang bersifat
oleh Motoh (1981;1985) yang membagi
planktonis terapung-apung dibawa oleh
daur hidup udang windu menjadi enam
arus, kemudian berenang mencari air
tahap, yaitu sebagai berikut:
dengan salinitas rendah di sekitar pantai
atau muara sungai. Di kawasan pantai, a. Tahap embrio. Dimulai pada saat
larva udang tersebut berkembang. pembuahan sampai penetasan;
Menjelang dewasa, udang tersebut b. Tahap larva. Pada tahap ini terdiri
beruaya kembali ke perairan yang lebih dari stadium naplius, zoea, mysis,
dalam dan memiliki tingkat salinitas dan postlarva. Akhir dari tahap ini,
yang lebih tinggi untuk kemudian ditandai bahwa pada ruas abdomen
memijah. Tahapan-tahapan tersebut keenam yang lebih panjang dari
berulang untuk membentuk siklus panjang cangkang dan warna tubuh
hidup. Udang dalam pertumbuhan dan yang transparan ditutupi oleh pita
perkembangannya mengalami beberapa berwarna coklat gelap memanjang
fase, yaitu nauplius, zoea, mysis, dari pangkal antena hingga telson;
postlarva, juvenil (udang muda), dan
udang dewasa (Fast & Laster, 1992).  c. Tahap juvenil. Pada stadium awal
ditandai oleh warna tubuh yang
Setelah telur-telur menetas, larva transparan dengan pita cokelat gelap
hidup di laut lepas menjadi bagian dari di bagian sentral. Tahap ini ditandai
zooplankton. Saat stadium postlarva dengan fluktuasi perbandingan
bergerak ke daerah dekat pantai dan ukuran tubuh mulai stabil, yang
perlahan-lahan turun ke dasar di daerah berarti telah menginjak tahap udang
estuari dangkal. Perairan dangkal ini muda;
memiliki kandungan nutrisi, salinitas dan
suhu yang sangat bervariasi dibandingkan d. Tahap udang muda. Pada tahap ini
dengan laut lepas. Setelah beberapa bulan proporsi ukuran tubuh mulai stabil
hidup di daerah estuari, udang dewasa dan tumbuh tanda-tanda seksual,
kembali ke lingkungan laut dalam, dimana dimana alat kelamin pada udang
kematangan sel kelamin, perkawinan dan windu jantan yaitu petasma  mulai
pemijahan terjadi. Udang windu akan terlihat setelah panjang cangkangnya
mencapai kematangan secara seksual 30 mm, sedangkan pada
pada usia 1,5 tahun. Setelah mencapai betina thelycum mulai terlihat setelah
fase tersebut, udang akan melakukan panjang cangkang mencapai 37 mm;

39
e. Tahap  sub adult. Ditandai dengan menjadi zoea. Pada stadium zoea,
adanya kematangan seksual; larva mulai mengambil makanan dari
sekitarnya. Giliran selanjutnya, bentuk
f. Tahap dewasa. Udang windu
zoea akan berubah lagi menjadi mysis.
dewasa ditandai dengan kematangan
Dari stadium mysis, larva bermetamorfose
gonad yang sempurna. Pada udang
menjadi stadium postlarva. Anakan udang
jantan mempunyai spermatozoa
yang bersifat planktonik ini kemudian
pada pasangan ampula
berupaya migrasi ke pantai, cenderung
terminalis dan pada udang betina
ke perairan muara sungai (Mujiman &
mempunyai  ovocytus  yang telah
Suyanto, 2003).
berkembang di dalam ovariumnya.
Ketersedian induk udang dengan
Pada stadium postlarva, anakan
kualitas baik, serta jumlah yang cukup
udang windu hidup merayap atau melekat
sangat penting bagi usaha pembenihan
pada benda-benda dasar perairan. Di
udang. Dalam hal ini, pemilihan induk
muara-muara sungai, terlebih di perairan
udang sangat menentukan keberhasilan
sekitar hutan mangrove, anakan udang
pembenihan udang windu. Sebagai
ini banyak ditemukun. Anakan udang
pedoman, kriteria induk udang windu
ini hidup di daerah tersebut dengan
yang baik serta produktif menurut
menyesuaikan diri pada salinitas yang
Murtidjo (2003), adalah sebagai berikut:
bervariasi antara 4-35%. Udang muda
ini akan segera kembali lagi ke laut 1.  Berat induk udang betina minimal
untuk tumbuh menjadi besar, dewasa dan 100 g, sedangkan induk udang jantan
akhirnya memijah. Dari menetas sampai minimal 80 gram;
mencapai stadium post larva diperlukan
2.   Tubuh induk udang tidak cacat luka,
waktu sebulan, dari post larva sampai
terutama organ reproduksi dan bagian
ke juwana sekitar 3-4 bulan, sedangkan
punggung;
dari juwana hingga mencapai dewasa
diperlukan waktu selama delapan bulan. 3.    Bentuk punggung induk udang relatif
Makanan udang pada stadium larva datar dan berkulit keras.
adalah alga renik (microalgae), terutama Perkembangan gonad merupakan
diatomae dan berbagai jenis zooplankton. bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi
Udang dikenal bersifat omnivor yang pemijahan. Menurut Effendi (2002),
memakan bukan saja tumbuhan dan pengamatan kematangan gonad dapat
hewan kecil, tetapi juga detritus (Mujiman dilakukan dengan dua cara, yaitu cara
& Suyanto, 2003). histologi dan morfologi di laboratorium
Kira-kira 12 jam setelah maupun di lapangan. Penelitian yang
dikeluarkan, telur menetas menjadi larva dilakukan secara histologi akan diketahui
yang pada stadium pertama disebut anatomi perkembangan gonad tadi lebih
nauplius. Setelah mengalami pergantian jelas dan mendetil, sedangkan hasil
kulit beberapa kali, nauplius kemudian pengamatan secara morfologi tidak akan

40
sedetil dengan cara histologi, namun cara APA ITU ABLASI?
morfologi ini banyak dilakukan para Pemijahan induk udang windu di
peneliti. Indonesia selama ini memakai teknik
Tingkat kematangan gonad pada konvensional. Salah satu masalah utama
induk udang betina dapat dirangsang pada pembenihan undang windu adalah
supaya udang cepat melakukan kemampuan induk untuk matang gonad
pemijahan. Menurut Murtidjo (2003), secara alami yang sangat lama di alam.
bahwa ada beberapa cara yang dapat Kematangan gonad induk udang hanya
dilakukan, antara lain: dapat dicapai dengan ablasi tangkai
mata. Ablasi mata adalah usaha untuk
1. Pemijatan tangkai bola mata dan bola
mempercepat kematangan gonad dengan
mata;
cara merusak sistem saraf tertentu yang
2. Pembakaran tangkai mata dengan
terdapat dalam tubuh udang. Bagian
menggunakan solder atau dengan
tubuh udang yang dirusak adalah bagian
benda perak nitrat;
mata, sebab pada tubuh udang, mata
3.   Pengikatan tangkai mata;
selain berfungsi sebagai alat penglihatan
4. Pemotongan atau pengguntingan
juga merupakan tempat saraf yang
tangkai mata.
diantaranya sangat berpengaruh dalam
Cara yang paling praktis dan proses perkembangbiakan (Amien &
efektif, serta menunjukkan hasil yang baik Iromo, 2014).
adalah dengan melakukan pemotongan
Definisi lain tentang ablasi adalah
tangkai mata (ablasi). Ablasi pada udang
proses pemotongan tangkai mata udang
windu berpedoman pada perkembangan
yang terdapat organ X sebagai penghasil
alat kelamin kepiting yang dihambat oleh
hormon perkembangan dan pematangan
hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar
gonad (Gonade Inhibiting Hormone/
pada tangkai mata. Apabila tangkai
GIH), serta penghambat pergantian
mata kepiting dihilangkan, hormon yang
kulit (Moulting Inhibiting Hormone/
menghambat perkembangan alat kelamin
MIH). Jika organ X sudah tidak ada,
tidak diproduksi, sehingga kepiting
maka organ Y yang terletak di kepala
sanggup mematangkan telur dan memijah
dapat menghasilkan hormon perangsang
(Hadie et.al., 1995; Yusuf, 2011; Anam
pembentukan gonad (Gonad Stimulating
et.al., 2016).
Hormone/GSH), sehingga proses
pematangan gonad dapat berlangsung
cepat (Hadie et. al., 1995). Untuk lebih
jelasnya proses tersebut dijelaskan
dengan alur pada Gambar 3.

41
Gambar 3. Sistem hormon pada udang Windu (Setiawan, 2004).
Keterangan: Garis -------------- = Berpengaruh tidak langsung
Garis _________ = Berpengaruh langsung

Proses ablasi menurut Suyanto & perkembangan androgenic gland


Takarina, 2009; Prasetyo, 2017 adalah pada individu jantan dan ovarium
sebagai berikut: pada individu betina;
1. Akibat adanya rangsangan dari luar, 4. GIH menghambat kegiatan Y organ
susunan saraf pusat memerintahkan pada bagian kepala;
X organ, untuk menghasilkan Gonad
5. Y organ penghasil Gonad Stimulating
Inhabiting Hormon (GIH);
Hormone (GSH) yang berfungsi
2. GIH disimpan di dalam sinus gland merangsang pembentukan sperma
yang terletak pada tangkai mata; dan telur;
3.
GIH berfungsi menghambat 6. Agar perkembangan telur pada

42
induk betina lebih baik, maka 4. Cutting, yaitu memotong tangkai mata
perkembangan GIH diputus. udang dengan gunting (Gambar 4).
Meskipun metode ini sangat Adapun tahapan-tahapan dalam
mudah, namun ablasi dapat menyebabkan melakukan proses ablasi menurut
gangguan metabolisme asam lemak, Suyanto & Takarina (2009) adalah
perilaku renang udang menjadi miring, sebagai berikut:
penurunan kualitas gamet, stres dan
1. Siapkan alat berupa gunting yang
kematian apabila salah langkah. Proses
steril;
ablasi mata harus dilakukan dengan
hati-hati agar tidak merusak jaringan 2. Induk udang yang akan diablasi,
atau organ lain dari induk udang. ditangkap dengan seser dan dipilih
Tujuan teknik ablasi adalah untuk induk yang memiliki kulit keras;
mengurangi atau menghilangkan kerja 3. Induk direndam dengan malachite
organ–X, yang memproduksi hormon green 25 ppm sekitar 2-3 menit,
penghambat kematangan gonad atau kemudian dimasukan ke dalam larutan
GIH dan MIH. Turunnya kerja organ-X antibiotik yaitu oxytetracycline
akan meningkatkan kerja organ-Y yang sebanyak 25 ppm;
menghasilkan hormon GSH atau hormon
untuk mempercepat kematangan gonad 4. Induk dilengkungkan badannya
dan MH (molting hormone) (Yusuf, dengan cara meletakkan ibu jari di
2011). atas karapas dan jari kelingking harus
menekan ekor udang;
Beberapa teknik untuk melakukan
proses ablasi dan menurut Amin & Iromo 5. Potong salah satu tangkai mata
(2014); Suyanto & Takarina. (2009) udang dengan gunting yang steril
adalah sebagai berikut : sampai putus;

1. Pincing, yaitu menjepit salah satu 6. Induk yang dipotong masukan dalam
tangkai mata udang tanpa pemanasan bak perkawinan dan dicampur dengan
dan tidak sampai putus; induk jantan untuk melakukan
perkawinan;
2. Ligation, yaitu menjepit salah
satu tangkai mata udang dengan 7. Perbandingan jantan dan betina 1:2
pemanasan dan tidak sampai putus; atau 2:3 tergantung jumlah induk dan
kebutuhan.
3. Cauttery, yaitu memencet tangkai
mata udang sampai putus;

43
Gambar 4. Salah satu tahapan proses ablasi mata, yaitu memotong tangkai mata dengan
menggunakan gunting (Anonim, 2018).

Ablasi mata dilakukan pada “Teknik ini masih dipakai karena belum
udang yang belum matang gonad, hal ada aplikasi lain yang bisa diadopsi
ini dimaksudkan untuk merangsang unit perbenihan udang untuk memacu
penetasan telur. Fungsi larutan pematangan gonad”. Kelemahan
oxytetracycline tersebut untuk dari teknik ini dapat menyebabkan
menghindari terjadinya infeksi pada kerusakan permanen pada mata udang,
mata udang yang telah diablasi, serta menurunkan sintetis neurohormon
menghilangkan ektoparasit yang ada secara signifikan, mengganggu sistem
pada tubuh udang. Fungsi ablasi pada endokrin, serta proses fisiologis dalam
mata udang yaitu untuk menghilangkan tubuh udang. Selain itu “teknik inipun
hormon x yang dapat menghambat kurang memenuhi kaidah kesejahteraan
pematangan gonad (Yusuf, 2011). hewan”. Ablasi mata juga menjadi isu
terkait dengan animal welfare yang dapat
Menurut beberapa peneliti
menjadi kendala dalam perdagangan
budidaya dari Balai Penelitian dan
ekspor. Manipulasi reproduksi secara
Pengembangan Budidaya Air Payau
hormonal telah diketahui mampu
(BPPBAP) Maros Sulawesi Selatan,
mempercepat pematangan gonad (Yusuf,
dengan menghilangkan tangkai mata
2011; Prasetyo, 2017).
udang sangat efektif untuk proses
kematangan gonad yang makin cepat.

44
PENUTUP menyebabkan gangguan metabolisme
Udang windu (P. monodon) asam lemak, perilaku renang udang
merupakan salah satu jenis udang asli menjadi miring, penurunan kualitas
dari perairan Indonesia yang sangat gamet, stres dan bahkan kematian.
digemari di seluruh dunia dan memiliki Pengetahuan mengenai aspek biologi
nilai ekonomis yang tinggi, bahkan dari udang windu sangat diperlukan
menjadi komoditas primadona dari dan dipahami apabila akan melakukan
Indonesia. Selain itu udang tersebut juga kegiatan budidaya, karena udang dari
sangat penting bagi sektor perikanan, suku Penaeidae ini mempunyai karakter
karena mempunyai nilai gizi yang dan ciri-ciri tersendiri baik dalam tingkah
tinggi, sehingga dapat dijadikan sebagai laku, reproduksi dan siklus hidupnya.
komoditas ekspor dan sumber devisa serta
memiliki nilai protein tinggi penunjang DAFTAR PUSTAKA
konsumsi masyarakat Indonesia
Ache, B. W. 1982. Chemoreception and
maupun mancanegara. Keistimewaan
thermoreception in the biology
yang dimiliki oleh udang tersebut
of crustacea. Academic Press
sangat disayangkan tidak dibarengi
New York, 369-393.
oleh kemampuannya untuk berpijah di
alam secara cepat (matang gonad secara Anam, C., A. Khumaidi dan A. Muqsith.
alami), oleh karena harus dibantu dengan 2016. Manajemen produksi
cara dibudidayakan dan dilakukan proses naupli udang Vaname
ablasi mata. (Litopenaeus vanname) di
instalasi pembenihan udang
Dikarenakan udang windu sangat
(IPU) Gelung Balai Perikanan
lama melakukan pemijahan di alam,
Budidaya Air Payau (BPBAP)
maka untuk mempecepat proses tersebut
Situbondo Jawa Timur. Jurnal
dapat dilakukan dengan cara proses
Ilmu Perikanan, 7 (2): 57-65.
ablasi mata di laboratorium. Adapun
caranya adalah dengan merusak sistem Anonim, https://www.google.com/searc
saraf tertentu yang terdapat dalam h?q=proses+ablasi+mata+pad
tubuh udang. Bagian tubuh udang yang a+udang+windu&client=firef
dirusak adalah bagian mata, sebab mata, ox-&source=lnms&tbm=isch&
selain berfungsi sebagai alat penglihatan sa=X&ved=0ahUKEwjpmLS
juga merupakan tempat saraf yang 1jvaAhUjTo8KHUQXDlEQ_
diantaranya sangat berpengaruh dalam AUICigB&biw=1207&bih=555
proses perkembangbiakan. Proses (diakses pada tanggal 4 Mei,
tersebut harus dilakukan dengan hati-hati 2018).
agar tidak merusak jaringan atau organ Amien, M. H., dan H. Iromo. 2014.
lain dari induk udang. Metode ini sangat Optimalisasi reproduksi induk
mudah dilakukan, tetapi harus berhati- untuk menjaga keseimbangan
hati dalam melakukannya, karena dapat

45
populasi udang windu di Bogor. [Skripsi], 89 hal.
perairan Tarakan, Kalimantan
Murtidjo, B. A. 2003. Benih Udang
Utara. Jurnal Harpodon
Windu Skala Kecil. Kansius.
Borneo, 7 (2): 102-108.
Jakarta, 25 hal
Bunga, R. Tampangallo., C. S. Pakidi dan
Motoh, H. 1979. Larvae of decapod
A. Rantetondok. 2012. Respon
Crustacea of the Philippines
Imun Udang Windu (Penaeus
– III Larval development
monodon) yang Dipapar
of the giant tiger prawn,
Bakteri Vibrio harveyi. Pros.
Penaeus monodon reared in
InSiNas: 265-269.
the laboratory. Bulletin of the
Effendi, I. 2002. Biologi Perikanan. Japanese Society of Scientific
Yayasan Pustaka Nusantara, Fisheries, 45(10): 1201–1216.
Yogyakarta. 57 Hal.
Motoh, H. 1981. Study on fisheries
Fast, A. W., and L. J. Lester. 1992. biology of the giant tiger
Marine Shrimp Culture: prawn Penaeus monodon in
Principles and Practices. the Philippines. SEAFDEAC.
Development in Aquaculture Tehnical Report No. 7. 128 pp.
and Fisheries Science, 23. 102
Motoh, H. 1985. Biology and ecology
pp.
of Penaeus monodon in Taki
Hadie, W., S. Rejeki dan L. E. Hadie. Y, Primavera J. H, Llobrera J.
1995. Pengaruh pemotongan A. (eds), Proceedings of the
tangkai mata (Ablasi) terhadap First International Conference
pertumbuhan juvenile udang on the Culture of Penaeid
Galah (Macrobrachium Prawns/Shrimps, Iliolo City,
rosenbergii). Jurnal Penelitian Philippines. Aquaculture
Perikanan Indonesia, 1 (1): 37- Department, Southeast Asian
44. Fisheries Development Center,
pp 27–36.
Kordi, K. 2010. Budidaya udang laut.
Penerbit Andi. Yogyakarta, 80. Mujiman, A. dan R. Suyanto. 2003.
Hal. Budidaya Udang Windu.
Penebar Swadaya. Jakarta. 211
Lestari, A. 2009. Manajemen resiko
hal.
dalam usaha pembenihan
udang Vannamei (Litopenaeus Paula, D. 1998. National institute
vannamei), Studi kasus di PT. of oceanography images.
Suri Tani Pemuka, Kabupaten Bioinformatic centre India.
Serang, Provinsi Banten. Goa. http://www.india_ocean.
Departemen Agribisnis, org. Tanggal akses 28 April
Fakulatas Ekonomi dan 2018, 5 pp.
Manajemen, Institut Pertanian

46
Prasetyo, D. 2017. Performa reproduksi Suyanto, R., dan E. P. Takarina, 2009.
udang windu Penaeus monodon Panduan Budidaya Udang
pasca injeksi hormon PMSG Windu. Penebar Swadaya. 56
dan antidopamin Sekolah hal
Pasca Sarjana Institut Pertanian
Suwignyo, S. 1990. Avertebrata air.
Bogor. [Skripsi]. 40 hal.
Lembaga Sumber Daya
Pratiwi, R. 2008. Aspek biologi udang Informasi, Insititut Pertanian
ekonomis penting. Oseana, 33 Bogor. 36 hal.
(2): 15-24.
Tampangallo, B. R., C. S. Pakidi dan A.
Setiawan, A. 2004. Modul pemijahan Rantetondok. 2012. Respon
induk udang. Direktorat imun udang windu (Penaeus
Pendidikan Menengah monodon) yang dipapar bakteri
Kejuruan. Direktorat Vibrio harveyi. Prosiding
Jenderal Pendidikan Dasar InSiNas, 265-269.
dan Menengah Departemen
Yusuf, K. 2011. Effektivitas dan efisiensi
Pendidikan Nasional. 32 hal.
antidopamin dan hormon
Sumeru, A. S. dan S. Umiyati, 1992. GTH sebagai pengganti ablasi
Pakan udang windu (Penaeus mata dalam upaya percepatan
monodon). Kanisius, kematangan gonad udang
Yogyakarta. 94 Hal. Vaname. Departemen Budidaya
Perairan Fakultas Perikanan
Soetomo, M. J. A. 2000. Tehnik budidaya
dan Ilmu Kelautan, Institut
udang windu (P. monodon).
Pertanian Bogor. [Skripsi], 37
Kanisius, Yogyakarta. 78 Hal.
hal.

47

Anda mungkin juga menyukai