Disusun oleh :
1. Fauzi Eka Putra (061114038)
2. Fauzi Rasyid (061114017)
3. Nadya Shabihah S. (061114045)
Kelas :
Tanggal percobaan : 31 Oktober 2014
Asisten :
1. Anggun A.Sulis S.si
2. Faulenly
3. Deta meila putri
LABORATORIUM FISIKA DASAR
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
2014
DAFTAR ISI
Bab I. PENDAHULUAN
`
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Tujuan percobaan
Dengan dilakukannya percobaan ini, maka mahasiswa dapat mencari
koefisien gesekan statis dan kinetis, percepatan dan kecepatan benda yang
bergerak meluncur pada bidang miring.
1.2.
1.2.1.
Dasar Teori
Gaya Gesek
Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah
kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah benda
bersentuhan. Benda-benda yang dimaksud di sini tidak harus berbentuk padat,
melainkan dapat pula berbentuk cair, ataupun gas. Gaya gesek antara dua buah
benda padat misalnya adalah gaya gesek statis dan kinetis, sedangkan gaya antara
benda padat dan cairan serta gas adalah gaya Stokes. Di mana suku pertama
adalah gaya gesek yang dikenal sebagai gaya gesek statis dan kinetis, sedangkan
suku kedua dan ketiga adalah gaya gesek pada benda dalam fluida.
Gaya gesek dapat merugikan dan juga bermanfaat. Panas pada poros yang
berputar, engsel pintu dan sepatu yang aus adalah contoh kerugian yang
disebabkan oleh gaya gesek. Akan tetapi tanpa gaya gesek manusia tidak dapat
berpindah tempat karena gerakan kakinya hanya akan menggelincir di atas lantai.
Tanpa adanya gaya gesek antara ban mobil dengan jalan, mobil hanya akan slip
dan tidak membuat mobil dapat bergerak. Tanpa adanya gaya gesek juga tidak
dapat tercipta parasut.
Gaya gesek merupakan akumulasi interaksi mikro antar kedua permukaan
yang saling bersentuhan. Gaya-gaya yang bekerja antara lain adalah gaya
elektrostatik pada masing-masing permukaan. Dulu diyakini bahwa permukaan
yang halus akan menyebabkan gaya gesek (atau tepatnya koefisien gaya gesek)
menjadi lebih kecil nilainya dibandingkan dengan permukaan yang kasar, akan
tetapi dewasa ini tidak lagi demikian. Konstruksi mikro (nano tepatnya) pada
permukaan benda dapat menyebabkan gesekan menjadi minimum, bahkan cairan
tidak lagi dapat membasahinya (efek lotus) pada permukaan daun (misalnya
setetes air di atas daun keladi).
Terdapat dua jenis gaya gesek antara dua buah benda yang padat saling
bergerak lurus, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis, yang dibedakan
antara titik-titik sentuh antara kedua permukaan yang tetap atau saling berganti
(menggeser). Untuk benda yang dapat menggelinding, terdapat pula jenis gaya
gesek lain yang disebut gaya gesek menggelinding (rolling friction). Untuk benda
yang berputar tegak lurus pada permukaan atau ber-spin, terdapat pula gaya gesek
spin (spin friction). Gaya gesek antara benda padat dan fluida disebut sebagai
gaya Coriolis-Stokes atau gaya viskos (viscous force).
Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak
bergerak relatif satu sama lainnya. Seperti contoh, gesekan statis dapat mencegah
benda meluncur ke bawah pada bidang miring. Koefisien gesek statis umumnya
dinotasikan dengan s, dan pada umumnya lebih besar dari koefisien gesek
kinetis.
Gaya gesek statis dihasilkan dari sebuah gaya yang diaplikasikan tepat
sebelum benda tersebut bergerak. Gaya gesekan maksimum antara dua permukaan
sebelum gerakan terjadi adalah hasil dari koefisien gesek statis dikalikan dengan
gaya normal f = s Fn. Ketika tidak ada gerakan yang terjadi, gaya gesek dapat
memiliki nilai dari nol hingga gaya gesek maksimum. Setiap gaya yang lebih
kecil dari gaya gesek maksimum yang berusaha untuk menggerakkan salah satu
benda akan dilawan oleh gaya gesekan yang setara dengan besar gaya tersebut
namun berlawanan arah. Setiap gaya yang lebih besar dari gaya gesek maksimum
akan menyebabkan gerakan terjadi. Setelah gerakan terjadi, gaya gesekan statis
tidak lagi dapat digunakan untuk menggambarkan kinetika benda, sehingga
digunakan gaya gesek kinetis.
Gaya gesek kinetis (atau dinamis) terjadi ketika dua benda bergerak
relatif satu sama lainnya dan saling bergesekan. Koefisien gesek kinetis umumnya
dinotasikan dengan k dan pada umumnya selalu lebih kecil dari gaya gesek statis
untuk material yang sama.
Gaya normal (N) adalah gaya reaksi dari bidang akibat gaya aksi dari benda.
Makin besar gaya normalnya makin besar gesekannya.
Cara merumuskan gaya normal adalah dengan memakai persamaan hukum
I Newton, yaitu ;
Benda di atas bidang datar ditarik gaya mendatar N = w = m.g
Benda di atas bidang datar ditarik gaya membentuk sudut
Benda di atas bidang miring membentuk sudut
1.2.2.
BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1.
1)
2)
3)
4)
BAB III
METODA KERJA
1.
Diletakkan balok di atas bidang luncur pada tempat yang sudah diberi tanda.
2.
3.
4.
5.
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1.
Data Pengamatan
Berdasarkan data percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan tanggal 21
Oktober 2011, maka dapat dilaporkan hasil sebagai berikut.
Keadaan ruangan
Sebelum percobaan
Sesudah percobaan
Data pengamatan
Balok A, massa = 124,5gram
P (cm)Hg
75,5
75,5
T (C)
28
28
C(%)
58%
59%
Sin
Cos
O
1.
2.
3.
(cm)
39
41
38
(cm)
24,5
25
24,5
46
48
45,2
0,53
0,54
0,84
0,85
0,84
0,63
0,61
0,64
0,26
0,20
0,47
270,41
208,24
473,37
232,55
204,08
307,69
32
31
32
0,86
0,98
0,65
XX
39,3
24,6
1
46,4
0,53
0,84
0,62
0,31
317,34
248,11
31
0,83
3
X 0,36
6
0,06
0
0,33
0,002
0,0016
0,00
0,03
19,68
12,61
0,235
0,24
0,52
Data pengamatan
Balok B, massa = 142,2gram
NO X
Sin
Cos
1.
(cm) (cm)
37
25
44,6
0,55
0,82
0,67 0,61
615,57
350,87
32
0,57
2.
25
5
48,0
0,52
0,85
0,61 0,31
320,46
253,16
31
0,79
25
2
43,8
0,57
0,82
0,69 0,59
594,53
344,82
34
0,58
0,54
0,83
0,65 0,50
510,18
316,29
32
0,64
0,01 0,036
36,13
12,9
0,37
0,02
3.
41
36
XX
38
25
2
45,5
0,62
0
6,77
0,18
0,00
Balok A
xX (x)
Perhitungan x
xi
N
39+ 41+38
3
= 39,33
x(x) =
( x xi)
N ( N 1)
( xx x ) +( x x ) +( x x )
2
3(2)
= 0,36
Ketelitian
= 1-
x 100%
x
0,36
39,33
=1-|
| x 100%
= 99%
xX(y)
Perhitungan Y
xi
N
24,5+ 25+24,5
3
= 24,66
x(y) =
( x xi)
N ( N 1)
( xx x ) +( x x ) +( x x )
2
3(2)
= 0,068
Ketelitian
= 1- |
y
yx
= 1- |
0,068
24,66
= 99%
Perhitungan r
=
x + y
( 39 ) +(24,5)
2
= 46
x + y
( 41 ) +(25)
2
= 48
x + y
( 38 ) +(24,5)
= 45,21
| x 100%
| x 100%
xX(r)
xi
N
46+ 48+45,21
3
= 46,40
x(r) =
( x xi)
N ( N 1)
( xx x ) +( x x ) +( x x )
2
3(2)
= 0,338
Ketelitian
x
xx
= 1- |
| x 100%
0,338
46,40 | x 100%
=1-|
= 99%
xX(t)
Perhitungan t
xi
N
0,86+0,98+0,65
3
= 0,83
( x xi )2
x(t) =
N ( N 1 )
( xx x ) +( x x ) +( x x )
2
3(2)
= 0,24
Ketelitian
=1-|
x
xx | x 100%
=1-|
0,24
0,83 | x100%
= 71%
Perhitungan sin
sin =
=
y
r
24,5
46
sin =
y
r
25
48
= 0,53
= 0,52
sin
y
r
24,5
45,21
= 0,54
xX(sin)
xi
N
0,53+ 0,52+0,54
3
= 0,53
x(sin)
( x xi )
N ( N 1 )
(xx x ) +( x x ) +( x x )
2
3(2)
= 0,0023
Perhitungan Cos
x
r
Cos1 =
39
46
Cos2 =
= 0,84
38
Cos3 = 45,21
= 0,84
x Cos =
xi
N
x Cos =
= 0,84
0,84+0,85+0,84
3
41
48
= 0,85
x(cos)
( x xi )
=
2
N ( N 1 )
(xx x ) +( x x ) +( x x )
2
x(cos)
3(2)
= 0,00167
Perhitungan s
s1
sin
= Cos 1
s3
sin 0,53
= cos 0,84
sin 0,54
cos 0,84
=0,63
sin 2
= Cos 2
s2
sin 0,52
cos 0,85
=0,61
x s =
xi
N
=0,64
sin 3
Cos 3
x s =
0,63+ 0,61+0,64
3
=0,62
x(s)
( x xi )
N ( N 1 )
( xx x ) +( x x ) +( x x )
2
3(2)
=0,004
Perhitungan k
g . sin a
k
= g . Cos
k1
980.sin 0,53270,41
980. cos 0,84
= 0,26
k2
980.sin 0,52208,24
=
980. cos 0,85
= 0,20
k3
980.sin 0,54473,37
980.cos 0,84
= 0,47
x k =
xi
N
x k
=
= 0,31
0,26+0,20+0,47
3
x(k) =
( x xi )
N ( N 1 )
( xx x ) +( x x ) +( x x )
2
3(2)
=0,033
Perhitungan a
a
=
2. St
t
a1
2.100
= 0,86
= 270,41
a2
2.100
= 0,98
= 208,24
a3
2.100
0,65
= 473,37
x (a)
xi
N
x a
270,41+208,24 +473,37
3
= 317,34
x(k) =
( x xi )
N ( N 1 )
( xx x ) +( x x ) +( x x )
2
3(2)
= 19,68
Perhitungan v
V = a.t
V1 = 270,41 x 0,86
= 232,55
V3 = 473,37 x 0,65
= 307,69
V2 = 208,24 x 0,98
= 204,08
x ( v )=
xi
N
= 248,11
x(v) =
( x xi )
N ( N 1 )
( xx x ) +( x x ) +( x x )
2
3(2)
= 12,61
Perhitungan
= shift sin
= shift sin-1(0,53)
= 32
= shift sin-1(0,52)
= 31
= shift sin-1(0,54)
= 32
x ( v )=
xi
N
32+31+32
3
= 31
x(v) =
( x xi )
N ( N 1 )
( xx x ) +( x x ) +( x x )
2
3(2)
= 0,2357
Balok B
xX (x)
Perhitungan x
xi
N
37 +41+36
3
= 38
x(x) =
( x xi)
N ( N 1)
( xx x ) +( x x ) +( x x )
2
3(2)
= 0,62
Ketelitian
= 1-
x 100%
x
0,62
38
=1-|
| x 100%
= 98%
xX(y)
Perhitungan Y
xi
N
25+ 25+25
3
= 25
x(y) =
( x xi)
N ( N 1)
( xx x ) +( x x ) +( x x )
2
3(2)
=0
Ketelitian
= 1- |
y
yx
| x 100%
= 1- |
0
25
| x 100%
= 100%
Perhitungan r
=
x + y
( 37 ) +(25)
2
= 44,6
x + y
( 41 ) +(25)
2
= 48,02
x + y
( 36 ) +(25)
2
= 43,82
xX(r)
xi
N
= 45,50
x(r) =
( x xi)
N ( N 1)
( xx x ) +( x x ) +( x x )
2
3(2)
= 6,777
Ketelitian
x
xx
= 1- |
| x 100%
6,777
45,50 | x 100%
=1-|
= 85%
xX(t)
Perhitungan t
xi
N
0,57+0,79+0,58
3
= 0,64
( x xi )2
x(t) =
N ( N 1 )
( xx x ) +( x x ) +( x x )
2
3(2)
= 0,029
Ketelitian
=1-|
x
xx | x 100%
=1-|
0,029
0,64 | x100%
= 95%
Perhitungan sin
sin =
=
y
r
25
44,65
sin =
y
r
25
48,02
= 0,55
= 0,52
sin
y
r
25
43,82
= 0,57
xX(sin)
xi
N
0,55+ 0,52+0,57
3
= 0,54
x(sin)
( x xi )
N ( N 1 )
(xx x ) +( x x ) +( x x )
2
3(2)
= 0,185
Perhitungan Cos
x
r
Cos1 =
37
44,65
= 0,82
36
Cos3 = 43,82
= 0,82
x Cos =
xi
N
x Cos =
= 0,83
0,82+ 0,85+0,82
3
Cos2 =
41
48,02
= 0,85
x(cos)
( x xi )
=
2
N ( N 1 )
(xx x ) +( x x ) +( x x )
2
x(cos)
3(2)
= 0,004
Perhitungan s
s1
sin
= Cos 1
s3
sin 0,55
= cos 0,82
sin0,57
cos 0,82
=0,67
sin 2
= Cos 2
s2
sin 0,52
cos 0,85
=0,61
x s =
xi
N
=0,69
sin 3
Cos 3
x s =
0,67+0,61+0,69
3
=0,65
x(s)
( x xi )
N ( N 1 )
( xx x ) +( x x ) +( x x )
2
3(2)
=0,01
Perhitungan k
g . sin a
k
= g . Cos
k1
980.sin 0,55615,57
980. cos 0,82
= 0,61
k2
980.sin 0,52320,46
=
980. cos 0,85
= 0,31
k3
980.sin 0,57594,53
980. cos 0,82
= 0,59
x k =
xi
N
x k
=
= 0,50
x(k) =
( x xi )
N ( N 1 )
( xx x ) +( x x ) +( x x )
2
3(2)
=0,03
Perhitungan a
a
=
2. St
t
a1
2.100
= 0,57
= 615,57
a2
2.100
= 0,79
= 320,46
a3
2.100
0,58
=594,53
x (a)
xi
N
x a
615,57 +320,46+594,53
3
= 510,18
x(k) =
( x xi )
N ( N 1 )
( xx x ) +( x x ) +( x x )
2
3(2)
= 36,13
Perhitungan v
V = a.t
V1 = 615,57 x 0,57
= 350,87
V3 = 594,53 x 0,58
= 344,82
V2 = 320,46 x 0,79
= 253,16
x ( v )=
xi
N
350,87+ 253,16+344,82
3
= 316,29
x(v) =
( x xi )
N ( N 1 )
( xx x ) +( x x ) +( x x )
2
3(2)
= 12,9
Perhitungan
= shift sin
= shift sin-1(0,55)
= 32
= shift sin-1(0,52)
= 31
= shift sin-1(0,57)
= 34
x ( v )=
xi
N
32+31+34
3
= 32
x(v) =
( x xi )
N ( N 1 )
( xx x ) +( x x ) +( x x )
2
3(2)
= 0,37
BAB V
PEMBAHASAN
Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah
kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah benda
bersentuhan. Benda-benda yang dimaksud di sini tidak harus berbentuk padat,
melainkan dapat pula berbentuk cair, ataupun gas. Gaya gesek merupakan
akumulasi interaksi mikro antar kedua permukaan yang saling bersentuhan. Gayagaya yang bekerja antara lain adalah gaya elektrostatik pada masing-masing
permukaan. Dulu diyakini bahwa permukaan yang halus akan menyebabkan gaya
gesek (atau tepatnya koefisien gaya gesek) menjadi lebih kecil nilainya
dibandingkan dengan permukaan yang kasar.
Permukaan bidang yang kasar akan membuat gesekan semakin besar
sehingga kecepatan laju balok sedikit lambat atau lebih cepat balok yang
permukaannya licin atau halus, pada saat mendorong benda secara terus-menerus
maka akan muncul fs (arah gaya gesek) yang membesar sampai benda itu tepat
bergerak, setelah benda bergerak, gaya gesek menurun sampai mencapai nilai
yang tepat, keadaan itu dikenal dengan gaya gesek kinetis. Maka gesekan kinetis
akan besar ketika sedut kemiringan itu rendah, sedang semakin tinggi gaya gesek
semakin kecil.
Maka percepatannya akan berbeda antara balok yang beratnya ringan
dengan yang lebih berat. Sebab massa juga mempengaruhi kecepatan dan gaya.
Seperti pada Hukum Newton 2
F = m. a
Dari rumus tersebut dapat dibuktikan bahwa massa dan percepatan
berbanding lurus.
Pada sudut kemiringan bidangnya lebih besar benda yang lebih berat
dikarenakan terjadi tekanan pada bidang miring dengan berat benda yang
menyebabkan hambatan, sedangkan benda yang lebih ringan akan mengalami
tekanan pada bidang lebih kecil, yang menghasilkan sudut kemiringan lebih kecil
pula.
Kecepatannya lebih cepat yang ringan, karena berat balok mempengaruhi
tekanan balok ke bidang kasar, sehingga gesekan semakin besar, bisa
dihubungkan dengan W = m x g. jadi ada gravitasi yang mempengaruhi gesekan
dan mempengaruhi terhadap kecepatan.
Kecepatan pada Balok A, massa = 124,5 gram
Kecepatan pada Balok B, massa = 142,2 gram
BAB VI
KESIMPULAN
Dari percobaan, pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah
bidang miring
Sudut kemiringan bidang mempengaruhi kecepatan dan waktu tempuh balok
saat meluncur
Perhitungan hasil percobaan dilakukan dengan bantuan fungsi SD pada
kalkulator
LAMPIRAN
Tugas Akhir
1. Apa yang dapat anda simpulkan hubungan antara kekasaran balok (koefisien gesek
2.
1.
Permukaan bidang yang kasar akan membuat gesekan semakin besar sehingga
kecepatan laju balok sedikit lambat atau lebih cepat balok yang permukaannya
licin atau halus, pada saat mendorong benda secara terus-menerus maka akan
muncul fs (arah gaya gesek) yang membesar sampai benda itu tepat bergerak,
setelah benda bergerak, gaya gesek menurun sampai mencapai nilai yang tepat,
keadaan itu dikenal dengan gaya gesek kinetis. Maka gesekan kinetis akan besar
ketika sedut kemiringan itu rendah, sedang semakin tinggi gaya gesek semakin
kecil
a.Sudut kemiringan bidangnya lebih besar benda yang lebih berat dikarenakan
2.
terjadi tekanan pada bidang miring dengan berat benda yang menyebabkan
hambatan, sedangkan benda yang lebih ringan akan mengalami tekanan pada
bidang lebih kecil, yang menghasilkan sudut kemiringan lebih kecil pula.
b. Maka percepatannya akan berbeda antara balok yang beratnya ringan dengan yang
lebih berat. Sebab massa juga mempengaruhi kecepatan dan gaya. Seperti pada
Hukum Newton 2
F = m. a
Dari rumus tersebut dapat dibuktikan bahwa massa dan percepatan berbanding
c.
lurus.
Kecepatannya lebih cepat yang ringan, karena berat balok mempengaruhi tekanan
balok ke bidang kasar, sehingga gesekan semakin besar, bisa dihubungkan dengan
W = m x g. jadi ada gravitasi yang mempengaruhi gesekan dan mempengaruhi
terhadap kecepatan.
Kecepatan pada Balok A, massa = 124,5 gram
Kecepatan pada Balok B, massa = 142,4 gram
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga
Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta : Penerbit Erlangga
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas (terjemahan),Jakarta :
Penerbit Erlangga
Tipler, Paul A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Erlangga. Jakarta
Buku Penuntun Praktikum Fisika Dasar . Universitas Pakuan. Bogor