penumpukan lava dan material vulkanik, serta pengangkatan lahan oleh aktivitas
tektonik.
2. Subduksi Lempeng
Salah satu proses utama dalam pembentukan Indonesia adalah subduksi lempeng,
di mana lempeng laut akan masuk ke bawah lempeng benua. Subduksi terjadi ketika
lempeng tektonik yang lebih padat dan berat, seperti lempeng laut, bergerak ke
bawah lempeng yang lebih ringan, seperti lempeng benua. Ini terjadi karena
lempeng-lempeng ini bertabrakan di batas konvergen, di mana satu lempeng akan
terdorong ke bawah lempeng lainnya karena perbedaan densitas. Di Indonesia,
lempeng-lempeng utama yang terlibat adalah Lempeng Indo-Australia, Lempeng
Pasifik, dan Lempeng Eurasia. Zona subduksi adalah wilayah di mana proses
subduksi terjadi. Di Indonesia, ada beberapa zona subduksi yang penting, termasuk
zona subduksi di sepanjang pesisir barat Sumatera dan Jawa, serta di bagian timur
Indonesia seperti Nusa Tenggara dan Papua. Di sini, lempeng-lempeng laut seperti
Lempeng Pasifik dan Lempeng Indo-Australia tenggelam ke bawah Lempeng
Eurasia dan Lempeng Sunda.
3. Aktivitas Vulkanik
Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik, kawasan dengan tingkat aktivitas vulkanik
yang tinggi di dunia. Cincin Api Pasifik adalah sebuah cincin besar dari aktivitas
vulkanik yang membentuk bentuk melingkar sepanjang tepi Samudra Pasifik.
Wilayah ini meliputi sebagian besar tepi Samudra Pasifik, termasuk pantai barat
Amerika Utara dan Selatan, Asia Timur, Kepulauan Asia Tenggara, dan Oseania.
Cincin ini terbentuk karena adanya batas lempeng tektonik konvergen, di mana
lempeng-lempeng bertabrakan satu sama lain. Indonesia, sebagai bagian dari Cincin
Api Pasifik, memiliki lebih dari 130 gunung berapi aktif, yang merupakan jumlah
tertinggi di dunia. Gunung berapi di Indonesia tersebar di berbagai pulau, dengan
beberapa yang paling terkenal termasuk Gunung Merapi di Jawa, Gunung Bromo di
Jawa Timur, Gunung Rinjani di Lombok, dan Gunung Krakatau di Selat Sunda.
Aktivitas vulkanik ini dapat menghasilkan letusan yang seringkali berdampak besar
terhadap masyarakat setempat dan lingkungan sekitarnya.
WAWASAN BUDAYA DAN IPTEK BENUA MARITIM INDONESIA
Aktivitas vulkanik di Cincin Api Pasifik disebabkan oleh subduksi lempeng tektonik, di
mana lempeng tektonik laut menyusup ke bawah lempeng benua, meleleh, dan
mencairkan batuan di bawah permukaan. Tekanan yang terbentuk selama proses ini
menyebabkan magma dan gas untuk naik ke permukaan bumi melalui saluran
vulkanik, yang kemudian dapat menyebabkan letusan. Aktivitas vulkanik ini telah
berkontribusi pada pembentukan banyak pulau di Indonesia, baik melalui letusan
gunung berapi yang menciptakan daratan baru atau melalui pengendapan material
vulkanik yang memperluas pulau-pulau yang sudah ada.
4. Proses Sedimentasi: Proses sedimentasi, baik dari endapan sungai maupun
pengendapan dari laut, juga memainkan peran penting dalam pembentukan dan
perluasan pulau-pulau di Indonesia.
o Endapan Sungai: Sungai-sungai di Indonesia membawa material sedimen dari
daratan, seperti lumpur, pasir, dan bebatuan, menuju perairan laut. Ketika sungai-
sungai ini mencapai pantai atau muara sungai, material sedimen tersebut dapat
terendapkan dan membentuk dataran banjir atau delta sungai. Proses
pengendapan ini berkontribusi pada pembentukan dan perluasan pulau-pulau di
sekitar muara sungai.
o Pengendapan Laut: Selain endapan sungai, proses pengendapan juga terjadi di
laut. Material sedimen seperti pasir dan lumpur dapat diangkut oleh arus laut dan
ombak, kemudian terendapkan di perairan dangkal atau di sekitar pesisir.
Akumulasi material ini dapat membentuk tambalan pasir, pantai berpasir, atau
bahkan pulau-pulau kecil di sekitar pantai.
o Pembentukan Delta: Salah satu contoh yang paling mencolok dari pengendapan
sungai adalah pembentukan delta. Delta sungai terbentuk ketika aliran sungai
membawa material sedimen ke laut dan mengendapkan material tersebut di
muara sungai. Proses ini dapat menyebabkan pembentukan daratan baru di
perairan dangkal, yang pada gilirannya dapat menjadi basis untuk pertumbuhan
vegetasi dan pembentukan pulau-pulau baru.
o Pulau-Pulau Reklamasi: Di beberapa wilayah, terutama di sekitar pesisir
perkotaan, manusia telah melakukan proses reklamasi lahan untuk memperluas
daratan. Proses ini melibatkan pembuatan daratan baru dengan cara
WAWASAN BUDAYA DAN IPTEK BENUA MARITIM INDONESIA
menambahkan material sedimen, baik dari daratan maupun dari perairan laut, ke
wilayah yang sebelumnya adalah perairan dangkal atau laut. Pulau-pulau
reklamasi ini juga merupakan contoh pembentukan pulau baru melalui proses
sedimentasi.
5. Perubahan Iklim dan Kenaikan Permukaan Laut: Faktor-faktor seperti perubahan
iklim dan kenaikan permukaan laut juga berdampak pada bentuk dan ukuran pulau-
pulau di Indonesia.
o Perubahan Iklim: Perubahan iklim global dapat memengaruhi pola cuaca,
intensitas hujan, dan suhu di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Akibatnya,
pulau-pulau di Indonesia dapat mengalami dampak seperti perubahan pola erosi
pantai, abrasi tanah, dan kerusakan lingkungan. Misalnya, peningkatan curah
hujan ekstrem dapat menyebabkan tanah longsor yang mengubah bentuk pantai
atau bahkan mengakibatkan hilangnya bagian dari pulau tersebut.
o Kenaikan Permukaan Laut: Kenaikan permukaan laut adalah konsekuensi dari
pemanasan global, yang menyebabkan es di kutub-kutub mencair dan
bertambahnya volume air laut. Kenaikan permukaan laut dapat mengancam
pulau-pulau di Indonesia, terutama yang berada di dekat pesisir. Pulau-pulau
rendah atau datar rentan terhadap risiko banjir laut dan intrusi air laut ke dalam
daratan, yang dapat mengubah ekosistem pesisir dan mengancam keberlanjutan
kehidupan masyarakat lokal.
o Erosi Pantai: Kenaikan permukaan laut juga dapat meningkatkan intensitas erosi
pantai, karena ombak dan pasang-surut laut menjadi lebih kuat dan dapat
menyeret material pantai ke laut. Hal ini dapat menyebabkan penyusutan daratan
di sepanjang garis pantai, mengubah bentuk dan ukuran pulau-pulau tersebut
seiring waktu.
o Penurunan Ketersediaan Lahan: Kenaikan permukaan laut juga dapat
menyebabkan penurunan ketersediaan lahan bagi penduduk di pulau-pulau yang
terkena dampak. Hal ini dapat mengakibatkan migrasi penduduk ke daerah lain
yang lebih aman, serta meningkatkan tekanan terhadap sumber daya alam di
pulau-pulau yang tersisa.
WAWASAN BUDAYA DAN IPTEK BENUA MARITIM INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA
Hamilton, W. (1979). Tectonics of the Indonesian Region. U.S. Geological Survey
Professional Paper, 1078.
Hamilton, W. (1988). Plate tectonics and island arcs. Geological Society of America
Bulletin, 100(10), 1503-1527.
Hall, R. (2012). Sundaland and Wallacea: Geology, plate tectonics and
palaeogeography. In: Biogeography and Geological Evolution of SE Asia (T. T.
Shao, ed.), pp. 99–131. Leiden: Backhuys Publishers.
Katili, J. A. (1989). Collision of the Australia plate with the Indonesian arc: Geological
and geophysical constraints. Geological Society of Malaysia Bulletin, 25, 273-
288.
Whitten, T., Soeriaatmadja, R. E., & Afiff, S. A. (1996). The Ecology of Java and Bali.
Hong Kong: Periplus Editions.
Van Bemmelen, R. W. (1970). The Geology of Indonesia (2nd edition). The Hague:
Martinus Nijhoff.